Diajukan untuk memenuhi Tugas salah satu Mata Kuliah Keperawatan Anak 2
Disusun Oleh:
Kelas:
2b Kecil-Keperawatan
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................................................6
2.4 Patofisiologi....................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis...........................................................................................8
2.6 Klasifikasi.......................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................10
2.9 Komplikasi....................................................................................................12
2.10 Konsep Teori Asuhan Keperawatan.............................................................12
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan berdasarkan Kasus........................................19
BAB III PENUTUP...................................................................................................27
3.1 Kesimpulan........................................................................................................27
3.2 Saran..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1. Apa yang dimaksud dengan Retinoblastoma?
2. Bagaimana Anatomi Fisiologi Mata?
3. Apa saja Etiologi Retinoblastoma?
4. Bagaimana Patifisiologi Retinoblastoma?
5. Apa saja Manifestasi Klinisi Retinoblastoma?
6. Apa saja Klasifkasi Retinoblastoma?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Retinoblastoma?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Retinoblastoma?
9. Apa saja Komplikasi Retinoblastoma?
10. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teori?
11. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang mengenai
syaraf embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma muncul dari sel-sel
retina imatur yang dapat meluas ke struktur lain dalam bola mata hingga
ekstraokular. Retina tidak memiliki sistem limfatik, sehingga penyebaran tumor
retina baik secara langsung ke organ sekitar (vitreus, uvea, sklera, nervus optikus,
bilik mata depan, orbita, parenkim otak) maupun metastasis jauh melalui rute
hematogen.
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor ini terdiri
dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit.
Bentuk roset ada. mungkin menggambarkan usaha yang gagal untuk membentuk
sel konus dan batang. Jika timbul dalam lapisan inti interna, tumor itu tumbuh ke
dalam ruang vitreus. Pertumbuhan endofitik ini mudah dilihat dengan
oftalmoskop
Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal dominan dan
merupakan tumor embrional. Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma
aktif ditemukan pada usia kurang dari 5 tahun, sedang bila terdapat binokuler
biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan.
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran
daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.
Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai
dengan sumbu penglihatan terdapat macula lutea (bintik kuning) kira-kira 1-2 mm
yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Di tengah macula lutea terdapat
3
bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal
kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut
papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali.
Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil
saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun
dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang
merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel ganglia
yang disebut muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membrane
pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membrane pembatas luar di
lapisan reseptor. Retina berbatasan dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina,
dan terdiri atas lapisan :
1. Lapisan fotoreseptor
Merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.
3. Lapisan nukleus
4
Merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor
dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapisan nukleus dalam
Merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapisan ini
mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
a. Elektroretino-gram (ERG)
b. Elektro-okulogram (EOG)
c. Visual Evoked Respons (VER)
Fungsi retina
5
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang
dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah macula mengandung lebih
banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.
a. Sel kerucut (cones), yang berjumlah 7 dan paling banyak di region fovea,
berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan
penglihatan warna.
b. Sel batang (rods), untuk sensasi yang samar-samar pada waktu malam atau
cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut
rhodopsin
2.3 Etiologi
Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter dan
non herediter. Retinoblastoma herediter meliputi pasien dengan riwayat keluarga
positif dan yang mengalami mutasi gen yang baru pada waktu pembuahan.
Bentuk herediter dapat bermanifestasi sebagai penyakit unilateral atau bilateral.
Pada bentuk herediter, tumor cenderung terjadi pada usia muda. Tumor
unilateral pada bayi lebih sering dalam bentuk herediter, sedangkan anak yang
lebih tua lebih sering mengalami bentuk non-herediter.
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen kromosom 13 pada locus 14
(13q14). Gen ini berperan dalam mengontrol bentuk hereditable dan
nonhereditable (sifat menurun atau tidak menurun) suatu tumor. Jadi pada setiap
individu sebenarnya sudah ada gen retinoblastoma normal. Pada kasus yang
herediter, tumor muncul bila satu alel 13q14 mengalami mutasi spontan
sedangkan pada kasus yang non-herediter baru muncul bila kedua alel 13q14
mengalami mutasi spontan
2.4 Patofisiologi
Gen RB1 merupakan tumor supresor pertama yang dikloning. RB1 tersusun
dari 183 kilobase DNA genomic, 27 exons dan kode untuk 110 kd protein p110,
6
dengan 928 asam amino. Pengaturan transkripsi dan proliferasi sel berhubungan
dengan fosforilasi protein RB. Yang terlibat dalam proses tersebut adalah E2F1,
faktor transkripsi yang mengatur siklus sel selama G1, histone deasetilase 1, dan
downstream cell-cycle-speific kinases. Hilangnya pRB mengakibatkan sel-sel
lepas kendali dan mitosis (Lanzkowsky 2016). Pada kebanyakan sel, hilangnya
pRB dapat dikompensasi dengan mengekspresikan faktor protein lainnya.
Akan tetapi, khusus pada prekursor sel kerucut retina, mekanisme kompensasi
cukup minim, sehingga mitosis sel menyebabkan kanker (Permono et al., 2006).
Patogenesis retinoblastoma diidentifikasi dengan mempelajari retinoblastoma
herediter. Diketahui bahwa 40% dari pasien retinoblastoma merupakan
retinoblastoma herediter, dengan predisposisi menghasilkan tumor yang disebar
sebagai dominan autosom. Carrier dari retinoblastoma mempunyai risiko
membentuk retinoblastoma multilateral dibandingkan dengan populasi umum,
dan meningkatkan risiko terkena penyakit osteosarkoma dan soft-tissue sarcomas.
Sedangkan 60% dari pasien retinoblastoma muncul secara sporadis atau non
herediter (selalu mengenai salah satu mata pasien) dan retinoblastoma non
herediter tidak ada risiko terkena kanker yang lain.
Retinoblastoma dapat terjadi secara herediter dan non herediter, Knudson
mengajukan hipotesis “two-hit” onkogenesis. Dari segi molekuler, hipotesis
Knudson berbunyi:
a. Dua mutasi melibatkan alel dari RB pada kromosom 13q14 dibutuhkan
untuk membentuk retinoblastoma.
b. Kasus herediter, anak-anak menerima salah satu kopian gen RB yang defek
(first hit) dan kopian lainnya normal. Retinoblastoma berkembang ketika
alel RB normal bermutasi di retinoblast sebagai akibat dari mutasi somatik
spontan (second hit). Dikarenakan second hit tidak dapat dihindari di bagian
kecil pada retinoblast, mayoritas individu mewariskan salah satu alel RB
yang defek membentuk retinoblastoma unilateral atau bilateral, dan
retinoblastoma herediter diwariskan dalam dominan autosom.
7
c. Kasus non herediter, baik alel RB normal harus bermutasi somatik pada
retinoblast yang sama (two hits). Probabilitas kejadian tersebut rendah
(menjelaskan mengapa retinoblastoma merupakan tumor yang jarang pada
populasi secara umum), tapi pada akhirnya tetap sama: sel retina yang
kehilangan fungsi RB dan menjadi kanker (Pandey, 2014).
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Reese-Ellsworth, yaitu:
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
8
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd, dan terdapat pada atau dibelakang
ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
1. Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
2. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular
meninggi.
3. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus
kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai
nekrose diatasnya.
9
USG orbita biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor. USG orbita
dapat juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan berguna untuk
menyingkirkan diagnose Coat’s disease.
2. CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk mengevaluasi
seluruh komponen mata, dan keterlibatan SSP. CT-scan dapat mendeteksi
klasifikasi sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih berguna dalam evaluasi
nervus. optikus, deteksi Rb trilateral dan Rb ekstraokular.
3. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang Aspirasi dan biopsi serta lumbal fungsi
sangat disarankan untuk pemeriksaan sitologi apabila ada penyebaran
ekstraokuler.
4. Pemeriksaan dengan keadaan anastesi (Examination under anesthesia / EUA)
diperluan pada semua pasien untuk mendapatkan pemeriksaan yang lengkap
dan menyeluruh. Lokasi tumor multipel harus dicatat secara jelas. Tekanan
intra okular dan diameter cornea harus diukur saat operasi.
2.8 Penatalaksanaan
Terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip umum bertujuan untuk
menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa penderita, mempertahankan
penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan mata, menghindari tumor
sekunder yang dapat juga disebabkan karena terapi terutama pada anak yang
mengalami retinoblastoma yang diturunkan. Faktor terpenting yang menentukan
pemilihan terapi meliputi apakah tumor pada satu mata atau kedua mata,
bagaimana penglihatannya, dan apakah tumor telah meluas keluar bola mata.
Hasil terapi akan lebih baik bila tumor masih terbatas dalam mata dan akan
memburuk bila tumor telah menyebar. Berdasarkan stadium tumor, terapi
yang dapat digunakan yaitu:
a. Kemoterapi
10
Kemoterapi atau kemoreduksi telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari
manajemen retinoblastoma. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke bagian
ekstraokuler, kemoterapi merupakan terapi yang sangat dianjurkan. Obat
kemoterapi yang digunakan yaitu carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid,
siklofosfamid, ifosfamid,vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini
dikombinasikan dengan idarubisin. Dosis Vincristine 1,5 mg/m22 (0,05
mg/kg pada anak <36 bulan dan dosis maksimum <2mg), Etoposide 150
mg/m (5 mg/kg untuk anak <36 bulan), carboplatin 560 mg/m2 (18,6
mg/kg untuk anak <36 bulan) (Pandey, 2013).
b. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata biasanya dilakukan beberapa minggu
setelah prosedur enukleasi untuk meminimalkan efek kosmetik. Enukleasi
dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi
rubeosis iridis, dan apabila terapi lokal tidak dapat di evaluasi karena katarak
atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enukleasi
dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar
ke ekstraokular. Pembedahan intraokular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma karena akan menaikkan relaps
orbita.(buku)
c. External Beam Radiation Therapy (EBRT)
External Beam Radiation Therapy (EBRT), yang dahulu menjadi terapi
pilihan pada retinoblastoma, kini diindikasikan apabila kemoterapi primer
dan terapi lokal gagal atau terjadi kontraindikasi (Pandey 2013). EBRT
menggunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan
konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi prosedur ini harus
dibawah anastesi dan imobilisasi dan harus ada kerja sama antara dokter ahli
mata, dan dokter radioterapi untuk membuat perencanaan. Keberhasilan
EBRT tidak hanya berdasarkan ukuran tumor tetapi tergantung teknik dan
11
lokasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan
seperti hambatan pertumbuhan tulang orbita yang akhirnya akan
menyebabkan gangguan kosmetik. buku
d. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)
Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi penyelamatan mata
dimana terapi penyelamatan bola mata gagal untuk menghancurkan semua
tumor aktif dan sebagai terapi utama terhadap beberapa anak dengan ukuran
tumor relatif kecil sampai sedang.
e. Kryo dan fotokoagulasi
Teknik digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm). Cara ini
sudah banyak digunakan dan dapat dilakukan beberapa kali sampai kontrol
lokal tercapai. Kryoterapy biasanya menggunakan probe yang sangat dingin
untuk membekukan dan mematikan tumor.Sementara fotokoagulasi
menggunakan laser argon atau xenom untuk mematikan tumor
2.9 Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, retinoblasma dapat menyebabkan komplikasi berupa:
1. Penyebaran kanker ke jaringan dan organ lain (metastasis)
2. Ablasi retina
3. Perdarahan pada bola mata
4. Glaukoma
5. Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulitis orbita)
6. Phthisis bulbi
7. Kebutaan
A. Pengkajian Fokus
12
a. Identitas pasien yang meliputi nama, no RM, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, status tanggal MRS, dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan pasien adanya
penurunan fungsi penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu Kaji apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami retinoblastoma dan menjalani operasi pengangkatan.
d. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama sebelumnya. Retinoblastoma bersifat herediter
yang diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat memiliki
kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
e. Riwayat psikososial Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan
penglihatan yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering
menangis, sering bertanya.
f. Pemeriksaan fisik umum Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya keadaan umum yang kemungkinan merupakan penyebab
penyakit mata yang sedang diderita.
g. Pemeriksaan Khusus Mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan Pada retinoblastoma, tumor dapat
menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat merusak semua
organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.
2) Pemeriksaan gerakan bola mata Pembesaran tumor dalam rongga
mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf
tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.
3) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal Pemeriksaan
dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,
bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma
didapatkan:
13
4) Pemeriksaan pupil Leukokoria (refleks pupil yang berwarna
putih) merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
5) Pemeriksaan funduskopi Menggunakan oftalmoskopi untuk
pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada
(atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
6) Pemeriksaan tekanan bola mata Pertumbuhan tumor ke dalam
bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
C. Intervensi Keperawatan
14
pemanggil dalam
tanpa
jangkauan.
kehilangan
4. Dorong klien untuk
lebih lanjut.
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan/kemungki
nan kehilangan
penglihatan.
5. Lakukan tindakan
untuk membantu
pasien untuk
menangani
keterbatasan
penglihatan, contoh,
atur perabot/mainan,
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam
6. Kalaborasi: lakukan
tindakan
pembedahan :
enuklasi atau sesuai
dengan indikasi
15
dapat berkurang dengan tepat.
dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda
hasil: a. Anak vital
tampak nyaman 3. Pertahankan istirahat
dan tenang b. dengan posisi semi
Anak melaporkan fowler.
nyeri berkurang c. 4. Dorong ambulasi dini.
TTV dalam batas 5. Berikan aktivitas
normal d. Anak hiburan.
dapat beristirahat 6. Kontrol lingkungan
dengan tenang yang dapat
memengaruhi nyeri
7. Bantu dan ajarkan
anak untuk
melakukan
manajemen nyeri non
farmakologis sesuai
usia anak misalnya
teknik distraksi
8. Kolaborasi dengan
dokter terkait
pemberian analgesic
3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. Tanyakan pada pasien
mba ngan Tindakan tentang alergi
nitrisi Keperawatan, terhadap makanan
kurang dari diharapkan 2. Tanyakan makanan
kebutuhan Masalah Teratasi kesukaan pasien
tubuh dengan Kriteria 3. Anjurkan masukan
16
berhubunga Hasil: kalori yang tepat yang
n dengan - Klien sesuai dengan
anoreksia menunjukkan kebutuhan energy
Pencapaian 4. Sajikan diit dalam
berat badan keadaan hangat
normal yang 5. Monitor adanya
diharapkan penurunan BB
- Berat badan 6. Ciptakan lingkungan
sesuai dengan nyaman selama klien
umur dan makan.
tinggi badan 7. Jadwalkan pengobatan
- Bebas dari dan tindakan, tidak
tanda selama jam makan.
malnutrisi 8. Monitor kulit (kering)
dan perubahan
pigmentasi
9. Monitor turgor kulit
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, kadar hematokrit
12. Monitor kadar
limfosit dan elektrolit
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan.
14. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
17
jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang
dibutuhkan (TKTP)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dari kriteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan
dilakukan setelah rencana tindakan di susun dan di tunjukkan kepada
nursing order untuk membantu pasien mencapai tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien hadapi.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung, Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assesment, planing). Adapun komponen SOAP yaitu S
(Subjektif) dimana perawat menemukan keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) merupakan
data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan, A (Assesment) merupakan interprestasi dari data subjektif
dan objektif, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan
dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi yang diharapkan
sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada
perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
18
19
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan berdasarkan Kasus
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: KU: sakit sedang, compos mentis,
TB: 82 cm, BB: 10 kg, S: 36,80C, RR: 24 x/mnt, N: 90 x/mnt, TD: 90/60
mmHg, Inspeksi pada mata terdapat hiperlakrimasi, secret (+), konjungtiva
hiperemis, bola mata kanan menonjol serta terdapat strabismus.
An. S selalu menangis jika didekati oleh perawat atau dokter. Menurut ibu
klien, klien sejak mata kanannya menonjol tidak pernah bermain diluar
bersama dengan temannya. Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara.
A. Pengkajian
I. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)
a. Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 3 Tahun 5 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl.Pengkajian : 17 Desember 2020
b. Penanggung Jawab
20
Nama :-
Hub.Dengan Klien : Ibu Klien
21
b. Ukuran pertumbuhan (saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
BB: 10 Kg
TB: 82 Cm
c. Tanda – tanda Vital (Saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
Suhu (S) =36 °C
Denyut Nadi (N) = 90 x/ menit
Pernafasan = 24 x / menit
Tekanan Darah = 90/60 mmHg
d. Pemeriksaan Head to toe
a) Mata
Saat diinspeksi Terdapat Hiperkarimasi, secret (+), konjungtiva
hiperemis, bola mata kanan menonjol serta terdapat strabismus.
22
- Sekret +
- Konjungtiva Hiperemesis Penurunan Lapang
- Bola Mata Menonjol Pandang
- Terdapat Strabismus
Gangguan Persepsi
sensori penglihatan
Do:
- Bola mata menonjol
Gangguan Citra Diri
- Terdapat Strabismus
- An. S selalu menangis jika
didekati oleh perawat atau
dokter
23
2. Gangguan Citra Diri berhubungan dengan mata kanan menonjol keluar
yang ditandai dengan Ibu klien mengatakan sejak mata kanan anaknya
menonjol tidak pernah bermain keluar
24
pengobatan cemas.
- memperbaiki 3. Memungkinkan
potensial 3. Letakkan barang pasien melihat
bahaya dalam yang dibutuhkan objek lebih mudah
lingkungan atau posisi bel dan memudahkan
pemanggil dalam panggilan untuk
jangkauan. pertolongan bila
diperlukan.
4. Sementara
intervensi dini
4. Dorong
mencegah
mengekspresikan
kebutaan, pasien
perasaan tentang
menghadapi
kehilangan/kemun
kemungkinan atau
gkinan kehilangan
mengalami
penglihatan.
pengalaman
kehilangan
penglihatan
sebagian atau
total. Meskipun
kehilangan
penglihatan telah
terjadi tak dapat
diperbaiki,
kehilangan lebih
lanjut dapat
dicegah
5. Menurunkan
25
5. Lakukan tindakan bahaya keamanan,
untuk membantu sehubungan
pasien menangani dengan perubahan
keterbatasan lapang pandang
penglihatan, atau kehilangan
contoh, atur penglihatan dan
perabot/ akomodasi pupil
permainan, terhadap sinar
perbaiki sinar lingkungan.
suram dan
masalah
penglihatan 6. Pengangkatan bola
malam. mata, dilakukan
6. Siapkan intervensi apabila tumor
bedah sesuai sudah mencapai
indikasi: enukleasi seluruh vitreous
dan visus nol,
dilakukan untuk
mencegah tumor
bermetastasis lebih
jauh
7. Dilakukan apabila
tumor masih
7. Siapkan intraokuler, untuk
pelaksanaan mencegah
krioterapi, pertumbuhan
fotokoagulasi tumor akan
laser, atau mempertahankan
26
kombinasi visus.
sitostatik.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retinoblastoma adalah Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler
yang terjadi pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian
besar didiagnosis pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun yang mengakibatkan sulit
melihat dengan jelas sehingga dia merasakan kegelisahan, takut, berdampak pada
penurunan aktivitas sehingga dapat mengalami dapat mengalami perubahan
pertumbuhan dan perkembangan.
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang paling sering
pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang secara biologi mirip
dengan neuroblastoma dan meduloblastoma.
Manifestasi klinis dari retinoblastoma sering ditemukan yaitu gerakan putih
atau yang dikenal sebagai gerakan mata kucing (cats-eyes refleks) atau
leukokoria, strabismus, mata merah, nyeri mata, glaukoma dan visus yang
menurun.
3.2 Saran
Dari makalah yang saya buat mungkin terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, untuk lebih memperdalam pengetahuan maka saya minta kritik dan
saran dari pembaca
28
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B., & Kepustakaan, T. (2011). et al . 2011).
29