PATOFISIOLOGI RETINOBLASTOMA
DISUSUN OLEH :
Kelompok 14
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Retinoblastoma” tepat pada waktunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................4
C. Fisiologi Retina....................................................................................6
D. Patofisologi ..........................................................................................6
E. Manifestasi Klinis................................................................................ 7
F. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................... 8
G. Komplikasi...........................................................................................8
H. Penatalaksanaan...................................................................................9
1. Pengkajian.......................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan....................................................14
3. Rencana Keperawatan.....................................................15
4. Implementasi...................................................................17
5. Evaluasi..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang,
upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang
tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai
penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10%
anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-
anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah
ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara
Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu
memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
dengan retino blastoma.
B. Rumusan Malasah
1. Apa Pengertian dari penyakit retinoblastoma.?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit retinoblastoma.?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit
retinablastoma.?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit
retinoblastoma.?
1
5. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien
retinoblastoma.?
2
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retinoblastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retinablastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di
belakang mata yang peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur
kurang dari 5 tahun. 2% dari kanker pada masa kanak- kanak adalah
retinoblastoma.
4
mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke otak, dimana
sinyal diinterpretasikan sebagai gambar.
B. Etiologi
1. kelainan kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi
atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah
satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan
kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar
ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
2. faktor genetik
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak,
bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak
diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling
mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika
sel membelah.
5
a. Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan corpus
sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa. Ora serrata
berada disekitar 6,5 mm dibelakang garis Scwalbe pada sisi temporal
dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina
sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga
bertumpuk dengan membrane bruch , khoroid, dan scelera. Di
sebagian besar tempat , retina dan epithelium pigmen retina mudah
terpisah hingga membentuk ruang subretina. Tetapi pada discus optikus
dan ora serata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat.
Retina menerima asupan darah dari dua sumber : khoriokapilaria yang
berada tepat di luar membrane bruch yang memperdarahi sepertiga luar
retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar
fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina: serta cabang-cabang dari
ateria sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam.
6
C. Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagai suatu transducens yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan
fotoreseptor mampu mengubah ransangan cahaya menjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan
akhirnya ke korteks penglihatan. Macula bertanggung jawab untuk ketajaman
penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagaian besar
selnya adalah sel kerucut. Macula terutama digunakan untuk ketajaman
sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian retinanya, yang besar
tediri dari fotoreseptor batang dan digunakan terutama untuk penglihatan
perifer dan malam (skotopik).
D. Patofisiologi
Retinoblastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy,
kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua
mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau
diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor
yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas
dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda
peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar
limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera , terutama hati.
7
E. Manifestasi klinis
Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat
warna iris yang tidak normal. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan
gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis, endoltafmitis, ataupun
suatu panoftalmitis.
Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
Tajam penglihatan sangat menurun.
Nyeri Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan
dengan pembuluh darah di atasnya.
Klasifikasi
Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik
Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik.
Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil,
Prognosis meragukan
Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk. Terdapat
tiga stadium dalam retinoblastoma :
Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
Stadium glaucoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular
meningkat
8
Stadium ekstraokuler
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai
nekrose diatasnya
Stadium Retinoblastoma
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang) Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui
ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina.
G. Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain,
melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma dan
berbagai jenis tumor otak
Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan dapat
terlihat.
Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi hipoplasia
pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan dosis radiasi.
9
pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabur
X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi.
Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
USG : Adanya massa intraokuler
LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah,
bila ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi.
Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka
dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan
kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).
10
1. Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retinoblastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi
ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat
penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada
ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.
11
BAB III
1. Pengkajian
1.Indentitas klien
Meliputi nama,umur,jenis kelamin,status perkawainan,agama,suku
bangsa,alamat,diagnosa penyakit,tanggal masuk, tanggal
pengkajian,nomor medical record
2. Indentitas penanggung Jawab
Meliputi nama,umur,jenis kelamin,hubungan dengan klien,status
perkawinan,agama,suku bangsa,alamat.
3. Riwayat Kesehatan
a.keluhan utama
12
4. Apakah pasien merasakan adanya
perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat
menyebabkan bola mata menjadi
besar.
8. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia
tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun.
9. Riwayat Psikologi
a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan
penglihatan yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering
menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping
10. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
13
keadaan umum yang dapat merupakan penyebab penyakit
mata yang sedang diderita.
11. Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di
dalam bola mata sehingga dapat merusak semua organ
di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih)
merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media,
papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau
gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
14
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan
tekanan bola mata meningkat.
Pengelompokan Data
• Data Subjektif
• Data Objektif
15
2. Diagnosa Keperawatan
3 . Rencana Keperawatan
16
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawat Hasil Keperawatan
an
-bicarakan
dengan individu
dan keluarga
-Penggunaan
terapi distraksi
serta metode
pereda nyeri
18
lainnya
-beri individu
pereda rasa sakit
yang optimal
dengan analgesik
-dengan
mengetahui skala
nyeri penderita
maka dapat
ditentukan
tindakan yang
sesuai untuk
menghilangkan
rasa nyeri
tersebut
-dorong pasien
untuk mengakui
masalah dan
mengekspresikan
perasaan
-identifikasi
sumber atau
orang yang
menolong
4. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun
kolaborasi dan rujukan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
Evaluasi yang diharapakan pada pasien dengan retinoblastoma adalah:
a. Penglihatan pasien agak baik setelah dibedah dan matanya sudah tidak
membesar
b. Rasa nyeri berkurang atau hilang
c. Rasa cemas berkurang
d. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
20
BAB III
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak- anak, terutama pada usia dibawah
lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi
unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembuatan makalah ini penulis mengharapkan terutama
kepada pembaca khususnya mahasiswa agar menambah wawasan tentang
bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien prilaku kekearsan
dalam ilmu keperawatan .
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/78028565/PATOFISIOLOGI-Dan-Woc
23