Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PATOFISIOLOGI RETINOBLASTOMA

Dosen Pengampu : Ns. Wahyu Dwi Fatimah, M.Kep.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 14

Indah Rahmawati (2019206203054)


Naziatu Rohma Gunawan (2019206203062)

FAKULTAS KESEHATAN PRODI S1 ILMU


KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Retinoblastoma” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Pringsewu, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................4
C. Fisiologi Retina....................................................................................6
D. Patofisologi ..........................................................................................6
E. Manifestasi Klinis................................................................................ 7
F. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................... 8
G. Komplikasi...........................................................................................8
H. Penatalaksanaan...................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.......................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan....................................................14
3. Rencana Keperawatan.....................................................15
4. Implementasi...................................................................17
5. Evaluasi..........................................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang,
upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang
tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai
penyakit kanker tersebut.

Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10%
anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-
anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah
ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara
Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu
memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
dengan retino blastoma.

B. Rumusan Malasah
1. Apa Pengertian dari penyakit retinoblastoma.?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit retinoblastoma.?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit
retinablastoma.?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit
retinoblastoma.?
1
5. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien
retinoblastoma.?

2
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retinoblastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retinablastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di
belakang mata yang peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur
kurang dari 5 tahun. 2% dari kanker pada masa kanak- kanak adalah
retinoblastoma.

Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel


kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak- anak, terutama pada usia dibawah
lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi
unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat
tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar
(eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang
selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan
retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.

Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina – lapisan sensitif di


dalam mata. Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak-anak. Retina terdiri
dari jaringan syaraf yang merespon cahaya masuk ke mata. Kemudian retina

4
mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke otak, dimana
sinyal diinterpretasikan sebagai gambar.

B. Etiologi
1. kelainan kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi
atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah
satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan
kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar
ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2. faktor genetik
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak,
bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak
diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling
mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika
sel membelah.

3. Anatomi dan Fisiologi

5
a. Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan corpus
sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa. Ora serrata
berada disekitar 6,5 mm dibelakang garis Scwalbe pada sisi temporal
dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina
sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga
bertumpuk dengan membrane bruch , khoroid, dan scelera. Di
sebagian besar tempat , retina dan epithelium pigmen retina mudah
terpisah hingga membentuk ruang subretina. Tetapi pada discus optikus
dan ora serata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat.
Retina menerima asupan darah dari dua sumber : khoriokapilaria yang
berada tepat di luar membrane bruch yang memperdarahi sepertiga luar
retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar
fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina: serta cabang-cabang dari
ateria sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam.

Retina terdiri dari 10 lapisan, mulai dari sisi dalam.


1. Membrane limitans interna
2. Lapisan serat saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan fleksiformis dalam
5. Lapisan inti dalam
6. Lapisan fleksiformis luar
7. Lapisan inti luar
8. Membrane limitan eksterna
9. Lapisan fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut)
10. Ephithelium pigmen retina

6
C. Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagai suatu transducens yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan
fotoreseptor mampu mengubah ransangan cahaya menjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan
akhirnya ke korteks penglihatan. Macula bertanggung jawab untuk ketajaman
penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagaian besar
selnya adalah sel kerucut. Macula terutama digunakan untuk ketajaman
sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian retinanya, yang besar
tediri dari fotoreseptor batang dan digunakan terutama untuk penglihatan
perifer dan malam (skotopik).

D. Patofisiologi
Retinoblastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy,
kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua
mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau
diturunkan melalui autosomal dominant.

Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor
yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas
dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda
peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar
limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera , terutama hati.

7
E. Manifestasi klinis
Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat
warna iris yang tidak normal. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan
gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis, endoltafmitis, ataupun
suatu panoftalmitis.
Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
Tajam penglihatan sangat menurun.
Nyeri Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan
dengan pembuluh darah di atasnya.

Klasifikasi
Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik
Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik.
Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil,
Prognosis meragukan
Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk. Terdapat
tiga stadium dalam retinoblastoma :
Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
Stadium glaucoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular
meningkat

8
Stadium ekstraokuler
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai
nekrose diatasnya

Stadium Retinoblastoma
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang) Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui
ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi


perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat
memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina.

G. Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain,
melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma dan
berbagai jenis tumor otak
Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan dapat
terlihat.
Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi hipoplasia
pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan dosis radiasi.

9
pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabur
X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi.
Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
USG : Adanya massa intraokuler
LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah,
bila ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi.
Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka
dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan
kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).

Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita retinoblastoma


dan keturunan berikutnya. Konseling genetik harus ditawarkan dan anak
dengan orang tua yang pernah mengalami retinoblastoma harus diawasi sejak
bayi (James dkk, 2005).

Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai prognosis


yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada tumor yang masih
intraokular dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau
kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan
visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus
dan visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi
masih terbatas dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi,
dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90%
pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer,
terutama osteosarkoma (mansjoer, 2005).

10
1. Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retinoblastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi
ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat
penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada
ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


RETINOBLASTOMA

1. Pengkajian
1.Indentitas klien
Meliputi nama,umur,jenis kelamin,status perkawainan,agama,suku
bangsa,alamat,diagnosa penyakit,tanggal masuk, tanggal
pengkajian,nomor medical record
2. Indentitas penanggung Jawab
Meliputi nama,umur,jenis kelamin,hubungan dengan klien,status
perkawinan,agama,suku bangsa,alamat.
3. Riwayat Kesehatan
a.keluhan utama

1. Sejak kapan sakit mata dirasakan


Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan
sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah
yang dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila
ditemukan dini.

2. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan


Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
3. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya

Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui


kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50
% menurunkan anak dengan retinoblastoma.

12
4. Apakah pasien merasakan adanya
perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat
menyebabkan bola mata menjadi
besar.

5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai


Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan
oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa
diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
6. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala
penyakit yang dikeluhkan penderita.
7. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang
buruk, dapat pula memperburuk keadaan klien

8. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia
tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun.

9. Riwayat Psikologi
a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan
penglihatan yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering
menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping
10. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

13
keadaan umum yang dapat merupakan penyebab penyakit
mata yang sedang diderita.
11. Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di
dalam bola mata sehingga dapat merusak semua organ
di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.

b. Pemeriksaan gerakan bola mata


Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan
saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan
apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.

c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal


Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem
lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris,
lensa dan pupil.

d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih)
merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media,
papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau
gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata

14
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan
tekanan bola mata meningkat.

Pengelompokan Data

• Data Subjektif

✓ Mengeluh nyeri pada mata


✓ Sulit melihat dengan jelas
✓ Mengeluh sakit kepala
✓ Merasa takut

• Data Objektif

✓ Mata juling (strabismus)


✓ Mata merah
✓ Bola mata besar
✓ Aktivitas kurang
✓ Tekanan bola mata meningkat
✓ Gelisah
✓ Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
✓ Tajam penglihatan menurun
✓ Sering menangis
✓ Keluarga sering bertanya
✓ Ekspresi meringis
✓ Tak akurat mengikuti instruksi
✓ Keluarga nampak murung
✓ Keluarga nampak gelisah
✓ Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi

15
2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori dari organ penerima

2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya

3.Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3 . Rencana Keperawatan

16
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawat Hasil Keperawatan
an

Gangguan Setelah dilakukan -


Persepsi tindakan keperawatan Mempertahanka
Sensori diharapkan gangguan n lapang
Penglihatan persepsi sensori dapat ketajaman
teratasi dengan kriteria penglihatan
hasil: tanpa kehilangan
• Meningkatkan ketajaman lebih lanjut
penglihatan dalam batas -tentukan
situsi individu ketajaman
• Mengenal gangguan penglihatan,
sensori dan berkompensasi catat apakah satu
terhadap perubahan atau kedua mata
• Mengidentifikasi dan terlibat
memperbaiki potensial -orientasikan
bahaya dalam lingkungan pasien terhadap
lingkungan, staf,
orang lain
diareanya
-lakukan
tindakan untuk
membantu
pasien untuk
menangani
keterbatsan
penglihatan
seperti perbaiki
sinar suram dan
masalah
penglihatan
malam
17
-kolaborasi
dengan bedah
sesuai
indikasi:enuklasi

Gangguan Setelah dilakukan -tentukan


rasa tindakan keperawatan riwayat nyeri,
nyaman diharapkan gangguan misalnya lokasi
nyeri rasa nyaman nyeri dapat nyeri,frekuensi,d
berhubung teratasi dengan kriteria urasi,dan
an dengan hasil: intensitas (skala
proses 0-10)dan
• Klien mengungkapkan
penyakitny tindakan
nyeri berkurang/hilang
a penghilangan
• Tidak merintih atau yang digunakan
menangis
-berikan
• Ekpresi wajah rileks tindakan
kenyamanan
• Klien mampu beristirahat
dasar
dengan baik
(misalnya:reposi
• Skala nyeri 1-3 si)dan aktifitas
hiburan(misalny
a:musik,tv)

-bicarakan
dengan individu
dan keluarga

-Penggunaan
terapi distraksi
serta metode
pereda nyeri

18
lainnya

-beri individu
pereda rasa sakit
yang optimal
dengan analgesik

-dengan
mengetahui skala
nyeri penderita
maka dapat
ditentukan
tindakan yang
sesuai untuk
menghilangkan
rasa nyeri
tersebut

Gangguan Setelah dilakukan -kaji tingkat


rasa aman tindakan keperawatan ansietas, derajat
cemas diharapkan gangguan pengalaman
berhubung rasa aman cemas nyeri/timbulnya
an dengan berhubungan dengan gejala tiba-tiba
perubahan perubahan status dan pengetahuan
status kesehatan dapat teratasi kondisi saat ini
kesehatan dengan kriteria hasil:
-berikan kondisi
• Orang tua klien tidak yang akurat dan
cemas lagi jujur

• Ekspresi wajah klien -diskusikan


nampak tenang dengan keluarga
bahwa
19
pengawasan dan
pengobatan
dapat mencegah
kehilangan
penglihatan
tambahan

-dorong pasien
untuk mengakui
masalah dan
mengekspresikan
perasaan

-identifikasi
sumber atau
orang yang
menolong

4. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun
kolaborasi dan rujukan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
Evaluasi yang diharapakan pada pasien dengan retinoblastoma adalah:
a. Penglihatan pasien agak baik setelah dibedah dan matanya sudah tidak
membesar
b. Rasa nyeri berkurang atau hilang
c. Rasa cemas berkurang
d. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
20
BAB III
PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak- anak, terutama pada usia dibawah
lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi
unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom.

Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan


perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak
mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan
edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembuatan makalah ini penulis mengharapkan terutama
kepada pembaca khususnya mahasiswa agar menambah wawasan tentang
bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien prilaku kekearsan
dalam ilmu keperawatan .

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/78028565/PATOFISIOLOGI-Dan-Woc

American Cancer Society.2016.Retinoblastoma. Diakses pada 20/08/2018 20:15


WIB. https://WWW.cancer .org/cancer/retinoblastoma.html

Hockenberry,M.J.,&Wilson,D.(2009) Wong’s essentials of pediatric nursing, 8 th


Ed.St. Louis: Mosby Elsevier.

Rosdiana, Nelly. Februari 2011. Gambaran Klinis dan Laboratorium


Retinoblstoma. Sari Pediatri Vol. 12, No 5.

Rares, Laya.Juli-Desember 2016.Retinoblastoma Jurnal e-Clinic (eCI),Volume


4,Nomor 2,Juli-Desember 2016.Diakses pada 20/08/2018 WIB.Via: Goggle
Scholar

23

Anda mungkin juga menyukai