Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan tidak lupa shalawat serta
salam telah tercurah pada nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan sistem
neurobehavior 2. Topik yang akan di bahas dalam makalah ini adalah Neuroblastoma. Dalam
makalah ini akan di gambarkan mengenai definisi, teori, pengobatan dan asuhan keperawatan
pada pasien Neuroblastoma.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada segenap dosen di mata kuliah yang telah membimbing dan mengajarkan kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan tidak luput dari kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita.
Penyusun
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Metode Penulisan Makalah............................................................................... 2
1.4 Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan........................................................................................................ 3
3.1 Definisi Neuroblastoma.................................................................................... 3
3.2 Gejala Klinis..................................................................................................... 4
3.3 Patofisiologi...................................................................................................... 7
3.4 Etiologi............................................................................................................. 8
3.5 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................... 9
3.6 Penatalaksanaan Medis..................................................................................... 12
3.7 Pengobatan........................................................................................................ 14
3.8 Komplikasi........................................................................................................ 15
3.9 Insiden Dan Epidemiologi................................................................................ 16
3.10..........................................................................................................Prognosis
......................................................................................................................16
BAB III Asuhan Keperawatan....................................................................................... 18
3.1 Pengkajian......................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa........................................................................................................... 20
3.3 Intervensi.......................................................................................................... 21
BAB IV Penutup.............................................................................................................. 24
4.1 Kesimpulan....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 25
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Neuroblastoma
Neuroblastoma berasal dari embrionyc neural crest dan kelenjar adrenal merupakan
tempat yang sering terkena, tumor ini mempunyai keganasan yang tinggi pada bayi dan
anak. Biasanya di temukan pada anak usia 2-4 tahun (prof. DR Iskandar W, 1985).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang
berasal dari sel-sel saraf yang terdapat paa medula adrenal dan system saraf simpatik
(Sumadi. 2001).
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang mana sel
tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17
bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam
medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi
massa di leher, dada, perut, atau panggul. Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per
juta anak di bawah 15 tahun. Yang paling umum kanker didiagnosis ketika tahun pertama
kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Tempat tumor
primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal toraks,
leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan
jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002)
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak embronik,
dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor padat ganas paling
sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor ganas anak, atau di posisi
ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak insiden pada usia 2 tahun. Lokasi
predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal, mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-
leher. Tingkat keganasan neuroblastoma tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang,
tulang, hati, kelenjar limfe, dll (Willie, 2008).
2.3 Patofisiologi
Beberapa system penentuan stadium staging, system kelompok evans dan
kelompok Onkologi Pediatrik (Pediatrik Oncology Group POG ). System klasifikasi
stadium neuroblastoma terutama memakai system klasifikasi stadium klinis
neuroblastoma internasional (INSS).
Klasifikasi stadium INSS :
1. Stadium I
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan atau
tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negative.
2. Stadium IIA
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negative.
3. Stadium IIB
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe
regional ipsilateral positif.
4. Stadium III
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral positif.
5. Stadium IV :
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang, hati,
kulit atau organ lainnya.
6. Stadium IVS
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang(Willie, 2008).
2.4 Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan
dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti
hidantoin, etanol, dll. (Willie , 2008).
Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan faktor
genetik.Kurang dari 2 % terjangkit karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus terjadi
secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi
perkembangan sel-sel di ginjal.Dapat berhubungan dengan kelainan bawaan
tertentu,seperti :
Kelainan saluran kemih.
Anridia ( tidak memiliki iris ).
Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh .
b) Pemeriksaan Radiologi
Radiography
Rontgen dada dapat digunakan untuk memperlihatkan massa mediastinum
posterior, biasanya neuroblastoma di toraks pada anak.
Ultrasonography
Walaupun ultrasonography merupakan modalitas yang lebih sering
digunakan pada penilaian awal dari suspek massa abdomen, sensitivitas dan
akurasinya kurang dibandingkan computed tomography (CT) atau magnetic
resonance imaging (MRI) untuk diagnosis neuroblastoma. Modalitas lain
biasanya digunakan setelah screening dengan USG untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Gambaran USG neuroblastoma lesi solid, heterogen
Computed Tomography (CT)
CT umumnya digunakan digunakan sebagai modalitas untuk evaluasi
neuroblastoma. Itu dapat menunjukkan kalsifikasi pada 85% kasus
neuroblastoma. Perluasan intraspinal dari tumor dapat dilihat pada CT dengan
kontras. Secara keseluruhan, CT dengan kontras dilaporkan akurasinya sebesar
82% dalam mendefinisikan luasnya neuroblastoma. Dengan akurasi mendekati
97% ketika dilakukan dengan bone scan.CT Scan adalah metode yang
menggambarkan massa abdomen yang dapat dilakukan tanpa pembiusan, yang
juga menunjukkan bukti daerah invasi, bungkus vaskuler, limfadenopati, dan
kalsifikasi, yang sangat sugestif dari diagnosis, khususnya berkaitan dengan
membedakan antara neuroblastoma dan tumor wilms
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah modalitas imaging yang lebih sensitif untuk diagnosis dan
staging dari neuroblastoma. MRI lebih akurat daripada CT untuk mendeteksi
penyakit stadium 4. Sensitivitas MRI adalah 83%, sedangkan CT 43%.
Spesifitas MRI 97% sedangkan CT 88%. MRI adalah modalitas pilihan untuk
menentukan keterlibatan sumsum tulang belakang
Scintigraphy
Metaiodobenzylguanidine (MIBG) merupakan imaging pilihan untuk
mengevaluasi penyebaran ke tulang dan bone marrow oleh neuroblastoma.
Isotop 123 dari I-metaiodobenzylguanidine (123I-MIBG) selektif diambil sel
tumor mensekresi katekolamin (ditunjukkan lebih dari 90%).
Bone Marrow Examination
Biopsi bone marrow adalah metode rutin dan penting untuk mendeteksi
penyebaran bone marrow pada neuroblastoma. Aspirasi dan biopsi harus
dilakukan, meskipun kedepannya mempunyai diagnosis yang lebih baik.untuk
mengumpulkan informasi yang akurat, diambil spesimen dari lokasi multiple
direkomendasikan.
Staging Tumor
Terdapat dua sistem primer yang digunakan untuk staging neuroblastoma.
Klasifikasi Evans digunakan oleh the former Children Cancer Group (CCG) dan
klasifikasi St Jude Childrens Research hospital digunakan institusi POG.
Klasifikasi Evans meliputi luasnya tumor, sesuai radiography. Klasifikasi The
Jude menggambarkan staging surgicopatologi, penyebaran limfonodi. Kedua
sistem staging mempunyai nilai prognosis, dibuatlah sistem yang diterima,
International Neuroblastoma Staging system (INSS). Evaluasi dari tumor primer
dan penyebaran lokasi metastasis pada INSS tergantung dari pemeriksaan
imaging (CT atau MRI).
c. Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sumber sinar berenergi tinggi
lainnya untuk membunuh sel kanker. Kemungkinan efek sampingnya antara lain;
mual, kelelahan dan iritasi kulit. Diare dapat terjadi setelah radiasi ke perut .
d. Pengobatan bertahap
1. Kanker Tahap I atau II
Jika kanker terbatas pada ginjal atau struktur di dekatnya dan jenis sel
tumornya tidak agresif, anak akan menjalani pengangkatan jaringan ginjal
dan beberapa kelenjar getah bening di dekat ginjal yang terkena. Setelah itu
diikuti dengan kemoterapi. Beberapa kanker stadium II juga diobati dengan
radiasi.
2. Kanker Tahap III atau IV
Jika kanker telah menyebar di dalam perut dan tidak dapat sepenuhnya
dihapus tanpa membahayakan struktur seperti pembuluh darah utama, radiasi
akan ditambahkan untuk operasi dan kemoterapi. Anak mungkin menjalani
kemoterapi sebelum operasi untuk mengecilkan tumor.
3. Kanker Tahap V
Jika sel-sel tumor ada di kedua ginjal, bagian kanker dari kedua ginjal akan
diangkat selama operasi dan kelenjar getah bening diambil untuk dilihat
apakah mengandung sel-sel tumor. Kemoterapi diberikan untuk mengecilkan
tumor yang tersisa. Pembedahan diulangi untuk mengangkat tumor sebanyak
mungkin dan jaringan ginjal yang masih berfungsi dipertahankan.
Kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan selanjutnya.
2.7 Pengobatan
Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi multiagens secara simultan atau
bergantian.
Siklofosfamid menghambat replikasi DNA.
Doksorubisin mengganggu sintesis asam nukleat dan memblokir transkripsi
DNA.
VP-16 menghentikan metaphase dan menghambat sintesis protein dan asam
nukleat.
Jenis terapi :
1. Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a. Operasi yang diikuti oleh watchful waiting (penungguan yang diawasi dengan
ketat).
b. Watchful waiting sendirian untuk bayi-bayi tertentu.
c. Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor yang
dikeluarkan atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan dengan operasi.
d. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
e. Kemoterapi dosis rendah.
2. Neuroblastoma beresiko sedang
Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin meliputi :
a. Kemoterapi.
Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
b. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan yang serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
3. Neuroblastoma beresiko tinggi
a. Pembedahan
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan
belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall
total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta
sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral
karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran
tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
b. Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk mengeluarkan
sebanyak mungkin tumor.
c. Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-bagian lain
tubuh dengan kanker.
d. Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
e. Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
f. Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah kemoterapi.
g. Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif sebelum
stem cell transplant.
h. Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis retinoic
acid.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari nefroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke
sum-sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke
tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri
ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan
anemia, hemoragi, dan trombositopenia.
2.10 Prognosis
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Prognosis buruk menunjukkan
gambaran histologik dengan bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan
banyak translokasi kompleks.
3.1 Pengkajian
Anamnesa
1. Keluhan Utama
An. I demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 : RR 40x/menit (normal), tak ada penggunaan otot bantu napas,
b. B2 : Hipertermi suhu badannya 390C, conjungtiva anemis, CRT > 3
Detik, pucat, BP: 80/60 (bradicardy), nadi 200x/menit
c. B3 : tuli sensorineural dengan tes Rhyne (+) tes Weber lateralisasi pada sisi
yang sehat
d. B4 : normal, terpasang kateter, produksi urine normal 0,5 cc kgBB/jam,
warna urin normal
e. B5 : BB menurun, pemeriksaan serum albumin 2,0 dL , pemeriksaan Hb
8,5 g/dl (anemi), anak tampak lemas dan porsi makan menurun, tidak
mengalami gangguan buang air besar
f. B6 : nyeri di punggung, sulit tidur akibat massa di kepala
Tanda-tanda Vital
T: 39 C P: 200x/menit R: 40x/menit BP:80/60
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
PA : Neuroblastoma dengan metastase ke sum-sum tulang
belakang
CT Scan : Menunjukkan tumor telah metastase ke sum-sum tulang
belakang
b. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 8,5 g/dl PH : 7,34
Leukosit : 3100 x 10 u/l PCO2 : 39
Trombosit : 100.000 PO2 : 75%
Eritrosit : 2,8 juta/uL (mm3) HCO3 : 27
Albumin : 2,0 /dL
c. Terapi
Paracetamol 100 mg
Injeksi novalgin 100 mg
Injeksi ampicilin subaktan 4 x 225 mg
Transfuse PRC (Pocket Red Cell) 2 x 100 cc
d. Pengkajian Perpola
Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar
mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya
depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dananoreksia menyebabkan
intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan
terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak
mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri,
hematuria.
Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama
2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal
selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan
krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban
sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan
pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan
gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-
kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab
dan penanganan penyakit ini.
Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Pola Kognitif & perseptual :
- Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal.
- Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan
bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
Pola Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
Pola Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
3.2 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan leukositopenia karena metastase ke sum-sum
tulang
2. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan dan ruang ketiga
3. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan
5. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
7. Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan
dampak pengobatan.
3.3 Intervensi
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi
cairan yang ditujukan pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara Evaluasi harian keberhasilan
akurat terapi dan dasar penentuan
2. Kaji perubahan edema tindakan
dan Pembesaran abdomensetiap hari Indikator akumulasi cairan
3. Timbang BB tiap hari dalam skala dijaringan dan dirung ketiga
yang sama BJ Urine dan
4. Uji urin untuk berat jenis, albumin albuminnuria menjadi indikator
5. Atur masukan cairan dengan regimen terapi
cermat Sehingga anak tidak
6. Berikan diuretik sesuai order dari mendapatkan lebih dari jumlah
tim medis yang ditentukan
Pengurangan cairan
ekstravaskuler sangat diperlukan
dalam mengurangi oedema
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
makanan secara akurat Gangguan nutrisi dapat terjadi secara
2. Kaji adanya tanda-tanda berlahan. Diare sebagai reaksi oedema
perubahannutrisi : Anoreksi, intestine dapat memperburuk status nutrisi
Letargi, hipoproteinemia. Mencegah status nutrisi menjadi lebih
3. Beri diet yang bergizi buruk
4. Beri makanan dalam porsi Membantu dalam proses metabolisme.
kecil tapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan
besi sesuai instruksi
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang
ditujukan pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 Bukti fisik defisit cairan.
jam Sehingga pengobatan segra dilakukan
2. Laporkan adanya Meningkatkan tekanan osmotik koloid
penyimpangan dari normal sehingga mempertahangkan cairan dalam
3. Berikan albumin bergaram vaskuler
rendah sesui indikasi
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik Sebagai analgesik tambahan
pengurangan nyeri Mengurangi rasa sakit
nonfarmakologis Untuk mencegah kambuhnya nyeri
3. Berikan analgesik sesuai Karena aspirin meningkatkan
ketentuan kecenderungan pendarahan
4. berikan obat dengan jadwal
preventif
5. hindari aspirin atau
senyawanya
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring Mengurangi pengeluaran energi.
bilah terjadi edema berat Mengurangi kelelahan pada pasien
2. seimbangkan istrahat dan Untuk mmenghemat energi
aktivitas bila ambulasi
3. intrusikan pada anak
untuk istrahat bila ia merasa
lelah
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes Memberikan pengertian pada keluarga
dan prosedur Memberikan pengetahuan pada keluarga
2. Jelaskan prosedur operatif Memberikan pengetahuan pada keluarga
dengan jujur Meringangkan beban pada keluarganya
3. Jelaskan tentang proses
penyakit
4. Bantu keluarga
merencanakan masa depan
khususnya dalam membatu
anak menjalani kehidupan
yang normal
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis.cvfev Tempat
tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal
toraks, leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran
dengan jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002). Kebanyakan
etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Adapun manifestasi klinis dari
neuroblastoma yaitu tergantung lokasinya, di retroperitoneal, mediastinal leher, pelvis,
dan lain-lain. Sedangkan penatalaksanaannya tergantung stadium dari neuroblastoma itu
sendiri
DAFTAR PUSTAKA
1. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
2. De Jong,Wim. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: ARCAN.
3. Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
4. Maris, Jhon. 2010. Recent Advances in Neuroblastoma. Disitasi
dari http://www.nejm.org/ pada 5 November 2010.
5. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Jilid 3. Jakarta: EGC.
6. Rose & Wilson. 2011. Dasar- dasar Anatomi Fisiologi. Diadaptasi oleh : Elly
Nurachman. Jakarta:Elsevier
7. Suriadi & Yulianni,Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.
SAGUNG SETO.
8. Thomas,R. 1994. Atlas bantu Pedriatri. Jakarta: Hipokrates.
9. Wilkinson,Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
10. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35565-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Neuroblastoma.html
11. http://ners-fighter.blogspot.com/2008/10/materi-tumor-wilms.html