Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpihan

karunia, dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas 2 dengan judul

Asuhan Keperawatan Dengan Perdarahan Uteri Disfungsional. Saya mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat

bagi mahasiswa dan pembaca dikalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai bahan

acuan dalam penyusunan makalah yang lain. Dan saya menyadari adanya banyak

kekurangan, baik tulisan maupu cara penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan.

Manado, November 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan pola menstruasi adalah tampilan klinis yang umum. Perdarahan uterus

disfungsional didefinisikan sebagai perdarahan endometrium abnormal dan berlebihan

tanpa adanya patologi struktural. Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi yang

banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau

gangguan perdarahan umum. PUD umum terjadi pada awal dan akhir usia reproduksi,

dimana sering terjadi PUD anovulatori. Selama periode ini, DUB terjadi sekunder akibat

penurunan esterogen. PUD dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan endokrin atau dapat

terjadi pada siklus menstruasi normal ( PUD ovulatori ).

Biaya sosial dan ekonomi PUD cukup besar. Sekitar sepertiga histerektomi

dilakukan akibat gangguan menstruasi saja. Pada artikel ini, tatalaksana klinis PUD

ditelaah. Pendekatan terkini dalam pengobatan PUD akan dibahas.

Karena diagnosis PUD didasarkan pada penyingkiran penyebab patologis, maka

penting untuk mengetahui diagnosis banding PUD. Hingga 40 persen wanita dengan PUD

pada akhirnya akan diperoleh diagnosis lain jika diselidiki secara intensif. Morbiditas

psikiatrik juga berhubungan dengan PUD. Penelitian komunitas menunjukkan bahwa

wanita yang memiliki skor tinggi pada skor psikiatrik lebih sering mengeluhkan gangguan

menstruasi.

PUD meliputi setiap kondisi perdarahan uterus abnormal tanpa adanya kehamilan,

neoplasma, infeksi, atau lesi intra uterin lainnya. Perdarahan ini paling sering sebagai

akibat disfungsi endokrinologis yang menghambat ovulasi normal.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien PUD

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui definisi PUD

b. Mahasiswa mengetahui penyebab PUD

c. Mahasiswa mengetahui jalan penyakit PUD

d. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala PUD

e. Mahasiswa mengetahui komplikasi PUD

f. Mahasiswa mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien PUD


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Perdarahan Uterus Disfungional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal yang

didalam maupun diluar siklus haid, yang semata mata disebabkan gangguan fungsional

mekanisme kerja hipotalamus hipofisis ovarium endometrium tanpa kelainan

organik alat reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan

perimenopause.(Manuaba,1998)

PUD adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan banyak,berulang dan

berlangsung lama yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ

dalam panggul,penyakit sistemik ataupun kehamilan.(Rahman,2008)

PUD adalah perdarahan abnormal dari uterus, biasanya berhubungan dengan

kegagalan ovulasi, dengan tidak adanya lesi organik lainnya terdeteksi.(Kadarusman,2005)

B. Penyebab

Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan

menopause.tetapi,kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada masa

akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars,penyebab paling mungkin adalah faktor

pembekuan darah dan gangguan psikis.

Pada masa pubertas sesudah menarche,perdarahan tidak normal disebabkan oleh

gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus,dengan akibat bahwa

pembuatan releasing faktor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam

masa premenopause ,proses terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan

lancar.(Kadarusman,2005)
C. Tanda dan gejala

1. Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi

2. Siklus menstruasi yang abnormal

3. Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus

menstruasi )

4. Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse

5. Infertill

6. Mood yang berfluktuasi

7. Hot Flashes

8. Kekeringan vagina

9. Hirsutism

10. Nyeri, (Kadarusman,2005)

C. Komplikasi

1. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi

2. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama

3. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketidakseimbangan hormonal

merupakan faktor penyebab kanker endometrium .(Rahman,2008)


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama, Umur(menarche & menopouse), jenis kelamin, pekerjaan,

2. Keluhan Utama

Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi, Nyeri, Siklus menstruasi yang

abnormal, Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus

menstruasi ).Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse, Infertill,Mood yang

berfluktuasi, Hot Flashes,Kekeringan vagina, Hirsutism

3. Riwayat Penyakit

Harus memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas termasuk :

a. Ginekologi reproduksi.

Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir, menars, pola haid,

ada tidaknya dimenore, molimina, penggunaan tampon, benda asing, aktivitas seksual,

pemakaian kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada

keluarga.

b. Coba tentukan banyaknya perdarahan

Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah ada

perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan dikatakan

banyak.

c. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola makan,

olahraga, kompetisi atletik, penyakit kronis, pengobatan dan penyalahgunaan obat.


d. Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir

4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut merata.
b. Mata :Ortoforia, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+

c. Telinga :Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/-

d. Hidung :Normal, sekret -/- , tidak ada deviasi septum

e. Mulut dan gigi: Mukosa bibir basah, sianosis (-), lidah kotor -/-.

f. Pemeriksaan leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

g. Pemeriksaan Toraks : Paru : dada simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-


h. Jantung :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
i. Pemeriksaan Abdomen : datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba.
j. Pemeriksaan ekstermitas : edema (-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik
Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyebab lain dari

perdarahan. Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) dapat ditentukan karena gejalanya sangat

jelas, sedangkan adanya anovulasi kronik tidak menunjukkan tanda yang jelas.

Obesitas, SOP, disfungsi H-P dan hipotiroidisme (menometroragi)

Kelebihan hormon androgen

Memar-memar koagulopati

Galaktore-peningkatan prolaktin , singkirkan kemungkinan adanya adenoma hipofise

Pembesaran uterus. Kemungkinan hamil, tumor atau miom

Adanya masa pada adneksa


5. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah serta pemeriksaan kehamilan

diperlukan pada kasus ini. Pemeriksaan lain tergantung dari usia, status ovulasi, risiko PMS

(Penyakit Menular Seksual), dan risiko penyakit lain. Pemeriksaan ultrasonografi

transvaginal adalah pemeriksaan noninvasif dan Membantu dalam mendeteksi Kelainan

pada rahim, seperti polip, atau mengukur ketebalan endomentrium.

Pemeriksaan ini dapat dilanjutkan dengan histeroskopi (memasukkan Teropong

dalam rahim) atau Biopsi endometrium (mengambil sedikit jaringan endometrium) bila

diperlukan.

Pemeriksaan laboratorium ini harus sudah terarah sesuai dengan hasil pemeriksaan

fisis dan anamnesis karena biayanya sangat mahal,seperti

a. Tes kehamilan harus dilakukan dan dihasilkan negatif (-)

b. PAP tes

c. Hitung jenis leukosit 6600 ul

d. Pemeriksaan kadar hormon steroid

e. Biopsi endometrium

f. Hematokrit 2 9 , 0 %

g. H e m o g l o b i n 9 , 6 g r / d l

h. USG

Ini adalah hasil yang biasanya didapat pada pemeriksaan USG

Hasil : penebalan dinding endometrium dan dislokasi IUD tanpa disertai perlukaan
yangmenyebabkan reaksi radang.
B. Diagnosa Keperawatan (Nanda,2011)

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi

3. Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial

C. Intervensi (Dongoes,2002)

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus

Tujuan : Status nutrisi: makanan, cairan, dan intake adekuat.

Kriteri Hasil :

BB bertambah dan dalam batas normal.

Nilai laboratorium (tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal

Menunjukkan level energi adekuat.

Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi

Intervensi

1. Kaji motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.

R :Meningkatkan nafsu makan pasien

2. Monitor nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit.

R :Mengetahui dan untuk menegakkan intervensi yang tepat

3. Tanyakan makanan kesukaan pasien.

R :Meningkatkan nafsu makan

4. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

R:Mengetahui cara yang tepat dalam pemberian makan

5. Monitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi.


R :Mengetahui jumlah pemasukkan dan zat yang terkandung dalam makanan

6. Monitor BB pasien.

R :Memantau kenaikan berat badan

7. Kaji dan dokumentasikan drat kesulitan mengunyah dan menelan.

R :Mengetahui apa yang menyebabkan proses mengunyah dan menelan terhambat

8. Identifikasi faktor-faktor penyebab mual dan muntah.

R :Mengetahui penyebab mual dan muntah

9. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan

ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein

R :Pemberian yang tepat dapat mempercepat peningkatan nutrisi

10. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera makan pasien

(misalnya, medikasi, masalah emosional).

R :Mengetahui penyebab penurunan bb

11. Monitor perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan BB.

2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi/perdarahan

Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol

Kriteria Hasil :

Klien mampu mencapai level nyaman

Klien mampu mengontrol nyeri

Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri

Klien mampu mengurangi level nyeri

Intervensi

1. Selidiki keluhan pasien akan nyeri,perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus


R:Mengetahui tingkat nyeri dan penanganan yang tepat

2. Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan otot,gelisah.

R:Mengawasi keadaan umum klien

3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.

R:Mengurangi nyeri

4. Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung)

R:Merilekskan sumber nyeri

5. Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas

dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)

R:Mengontrol nyeri

6. Berikan teknik relaksasi nafas dalam

R:Menurut jurnal penelitian Ernawati, Tri Hartiti, Idris Hardi yang menyatakan bahwa

Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dengan cara

merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan

prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran

darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic. Teori lain yang mendukung bahwa

teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri adalah teori huges dkk

(1975). Menurutnya dalam keadaan tertentu tubuh mampu mengeluarkan opoid endogen

yaitu endorphin dan enkefalin. Zat zat tersebut memiliki sifat mirip morfin dengan efek

analgetik yang membentuk suatu system penekan nyeri. Tehnik relaksasi nafas dalam

merupakan salah satu keadan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid

endogen sehingga terbentuk system penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan

penurunan intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan penurunan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, dimana

setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan intensitas nyeri. Teknik

relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan menimbulkan rasa nyaman.

Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan meningkatkan toleransi seseorang terhadap

nyeri. Orang yang memiliki toleransi nyeri yang baik akan mampu beradaptasi terhadap

nyeri dan akan memilki mekanisme koping yang baik pula.

7. Kolaborasi:Pemberian obat analgetika dan Pemberian Antibiotika

R:Mengurangi rasa nyeri

3. Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan

perasaan cemas berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

Klien lebih rileks

Rasa cemas klien berkurang

Intervensi

1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

R: Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

R: Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

R: Memberikan dukungan emosi

4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R: Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

R: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat

7. Ajarkan teknik nafas dalam

R: Menurut Jurnal Penelitian Oleh : Abdul Ghofur dan Eko Purwoko menyatakan bahwa

Pemberian teknik nafas dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk

mencapai keadaan rileks, memusatkan perhatian pada teknik pernafasan,dan

mengencangkan serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian sehingga dapat

merasakan perbedaan antara relaksasi dan ketegangan. Dari hasil penelitian, gambaran

tingkat kecemasan setelah pemberian teknik nafas dalam pada waktu selama 15 menit

diperoleh penurunan nilai tingkat kecemasan rata-rata standar devisiasinya 0,4923.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi

nasokomial

Tujuan : mencegah terjadinya infeksi

Kriteria Hasil :

Klien mampu mencegah status infeksi

Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh

Intervensi :

1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya Monitor vital

sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis

R:Mengetahui keadaan umum pasien


2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap Lakukan

perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan

perawat

R:Mengetahui data tambahan,dan proteksi diri untuk pasien agar tidak terinfeksi

3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan

R:Mengetahui keadaan fisik dan fungsi syaraf klien

4. Pemberian analgetika dan antibiotika

R:Mengurangi perluasan infeksi.

D. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat :

1. Klien mampu mencegah status infeksi

2. Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh

3. Klien lebih rileks

4. Rasa cemas klien berkurang

5. Klien mampu mencapai level nyaman

6. Klien mampu mengontrol nyeri

7. Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri

8. Klien mampu mengurangi level nyeri


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

PUD adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan banyak, berulang dan

berlangsung lama yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ

dalam panggul, penyakit sistemik ataupun kehamilan.

PUD dapat dikatakan memiliki manifestasi khusus yaitu kejadiannya tidak dapat

diramalkan dan biasaanya tidak menimbulkan rasa nyeri,perdarahan dapat sangat banyak

berlangsung lama

Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari

ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan

Pasien disarankan untuk menjaga kondisi kesehatan mereka, mengurangi merokok,

kokain, amfetamin, sehingga dapat meminimalisasi risiko untuk perdarahan abnormal dan

kanker.

B. Saran

Bagi setiap wanita, konsulkan diri Anda ke petugas kesehatan atau fasilitas

kesehatan lainnya jika Anda merasa terdapat tanda- tanda seperti diatas untuk

pencegahan,dan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat lebih memperhatikan terhadap penyakit

ini dan juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanannya.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E, et al. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Kadarusman. 2005.Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh

pada tanggal 3 Mei 2013 dari http://digilib.unsri.ac.id

Manuaba. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita., Jakarta: ARCAN

NANDA,2011.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima

Medika, NANDA.

Rahman .2008. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Surya Cipta

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks

Sylvia A.Prie, Lorraine M.Wilson, 1995. Patofisiologi edisi 4, Jakarta:EGC


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN UTERUS
DISFUNGSIONAL

OLEH:

NAMA : CRESCENTIUS SAMI JUNIOR NGANGI

NIM : 711440114 016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III
2017

Anda mungkin juga menyukai