Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpihan
karunia, dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas 2 dengan judul
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat
bagi mahasiswa dan pembaca dikalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam penyusunan makalah yang lain. Dan saya menyadari adanya banyak
kekurangan, baik tulisan maupu cara penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pola menstruasi adalah tampilan klinis yang umum. Perdarahan uterus
tanpa adanya patologi struktural. Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi yang
banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau
gangguan perdarahan umum. PUD umum terjadi pada awal dan akhir usia reproduksi,
dimana sering terjadi PUD anovulatori. Selama periode ini, DUB terjadi sekunder akibat
penurunan esterogen. PUD dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan endokrin atau dapat
Biaya sosial dan ekonomi PUD cukup besar. Sekitar sepertiga histerektomi
dilakukan akibat gangguan menstruasi saja. Pada artikel ini, tatalaksana klinis PUD
penting untuk mengetahui diagnosis banding PUD. Hingga 40 persen wanita dengan PUD
pada akhirnya akan diperoleh diagnosis lain jika diselidiki secara intensif. Morbiditas
wanita yang memiliki skor tinggi pada skor psikiatrik lebih sering mengeluhkan gangguan
menstruasi.
PUD meliputi setiap kondisi perdarahan uterus abnormal tanpa adanya kehamilan,
neoplasma, infeksi, atau lesi intra uterin lainnya. Perdarahan ini paling sering sebagai
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien PUD
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
didalam maupun diluar siklus haid, yang semata mata disebabkan gangguan fungsional
organik alat reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan
perimenopause.(Manuaba,1998)
berlangsung lama yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ
B. Penyebab
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause.tetapi,kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada masa
akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars,penyebab paling mungkin adalah faktor
pembuatan releasing faktor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam
lancar.(Kadarusman,2005)
C. Tanda dan gejala
3. Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus
menstruasi )
5. Infertill
7. Hot Flashes
8. Kekeringan vagina
9. Hirsutism
C. Komplikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
abnormal, Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus
menstruasi ).Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse, Infertill,Mood yang
3. Riwayat Penyakit
a. Ginekologi reproduksi.
Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir, menars, pola haid,
ada tidaknya dimenore, molimina, penggunaan tampon, benda asing, aktivitas seksual,
pemakaian kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada
keluarga.
Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah ada
perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan dikatakan
banyak.
c. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola makan,
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut merata.
b. Mata :Ortoforia, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
e. Mulut dan gigi: Mukosa bibir basah, sianosis (-), lidah kotor -/-.
perdarahan. Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) dapat ditentukan karena gejalanya sangat
jelas, sedangkan adanya anovulasi kronik tidak menunjukkan tanda yang jelas.
Memar-memar koagulopati
diperlukan pada kasus ini. Pemeriksaan lain tergantung dari usia, status ovulasi, risiko PMS
dalam rahim) atau Biopsi endometrium (mengambil sedikit jaringan endometrium) bila
diperlukan.
Pemeriksaan laboratorium ini harus sudah terarah sesuai dengan hasil pemeriksaan
b. PAP tes
e. Biopsi endometrium
f. Hematokrit 2 9 , 0 %
g. H e m o g l o b i n 9 , 6 g r / d l
h. USG
Hasil : penebalan dinding endometrium dan dislokasi IUD tanpa disertai perlukaan
yangmenyebabkan reaksi radang.
B. Diagnosa Keperawatan (Nanda,2011)
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial
C. Intervensi (Dongoes,2002)
Kriteri Hasil :
Intervensi
6. Monitor BB pasien.
9. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan
10. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera makan pasien
Kriteria Hasil :
Intervensi
R:Mengurangi nyeri
dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
R:Mengontrol nyeri
R:Menurut jurnal penelitian Ernawati, Tri Hartiti, Idris Hardi yang menyatakan bahwa
Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dengan cara
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan
prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran
darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic. Teori lain yang mendukung bahwa
teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri adalah teori huges dkk
(1975). Menurutnya dalam keadaan tertentu tubuh mampu mengeluarkan opoid endogen
yaitu endorphin dan enkefalin. Zat zat tersebut memiliki sifat mirip morfin dengan efek
analgetik yang membentuk suatu system penekan nyeri. Tehnik relaksasi nafas dalam
merupakan salah satu keadan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid
endogen sehingga terbentuk system penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan
penurunan intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan penurunan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, dimana
setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan intensitas nyeri. Teknik
relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan menimbulkan rasa nyaman.
Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan meningkatkan toleransi seseorang terhadap
nyeri. Orang yang memiliki toleransi nyeri yang baik akan mampu beradaptasi terhadap
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan
Kriteria hasil :
Intervensi
R: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat
R: Menurut Jurnal Penelitian Oleh : Abdul Ghofur dan Eko Purwoko menyatakan bahwa
Pemberian teknik nafas dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk
merasakan perbedaan antara relaksasi dan ketegangan. Dari hasil penelitian, gambaran
tingkat kecemasan setelah pemberian teknik nafas dalam pada waktu selama 15 menit
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya Monitor vital
sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis
perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan
perawat
R:Mengetahui data tambahan,dan proteksi diri untuk pasien agar tidak terinfeksi
3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan
D. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
PUD adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan banyak, berulang dan
berlangsung lama yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ
PUD dapat dikatakan memiliki manifestasi khusus yaitu kejadiannya tidak dapat
diramalkan dan biasaanya tidak menimbulkan rasa nyeri,perdarahan dapat sangat banyak
berlangsung lama
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari
ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan
kokain, amfetamin, sehingga dapat meminimalisasi risiko untuk perdarahan abnormal dan
kanker.
B. Saran
Bagi setiap wanita, konsulkan diri Anda ke petugas kesehatan atau fasilitas
kesehatan lainnya jika Anda merasa terdapat tanda- tanda seperti diatas untuk
pencegahan,dan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat lebih memperhatikan terhadap penyakit
Doengoes, M.E, et al. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Medika, NANDA.
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks
OLEH: