Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS (Acquired immune deficiency syndrome) merupakan salah satu masalah

kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia baik di negara negara yang sudah

maju maupun dinegara negara berkembang. Pada tahun 2012 jumlah ODHA (Orang

dengan HIV/AIDS) diseluruh dunia diperkirakan sudah mencapai 33.2 juta (30,6-36,1

juta) setiap hari, lebih 6800 orang terinfeksi HIV dan lebih dari 5700 meninggal

dunia karena AIDS. (WHO, 2012)

Statistik terbaru dari global HIV dan AIDS yang diterbitkan oleh UNAIDS

(United National Joint Program For HIV/AIDS) pada tahun 2014, diperkirakan

terdapat orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS adalah 33,3 juta dengan

perincian orang dewasa sejumlah 31,3 juta jiwa dan remaja berusia 15-24 tahun

sebesar 2,1 juta jiwa. (UNAIDS, 2014)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia, yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. AIDS

sebenarnya penyakit yang berasal dari Negara Afrika dan hanya terdapat pada kera,

dan tanpa disadari virus HIV tersebut menular ke manusia dan dari situlah virus HIV

menyebar ke berbagai negara. Sampai sekarang ini masih banyak kasus HIV/AIDS di

berbagai negara, mungkin karena kurangnya pengetahuan penduduknya atau karena

penduduknya yang menganggap penyakit HIV/AIDS hanya penyakit biasa saja

.(Haris, 2014)

1
Penyakit HIV tidak hanya menular pada orang dewasa saja, tetapi penyakit HIV

juga menular kepada anak kecil sejak anak tersebut masih dalam kandungan.

Penyakit HIV/AIDS menular kepada anak kecil di karenakan orangtuanya menderita

HIV/AIDS. Akan tetapi banyak orang tua tidak mengetahui bahwa dia menderita

penyakit HIV/AIDS, dan ada juga orang tua yang membiarkan penyakit tersebut

sehingga anaknya juga menderita penyakit yang mereka derita (Haris, 2014).

AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat

dunia dan saat ini belum ada Negara yang bebas dari HIV. Penyakit yang ditemukan

pada awal 1980-an ini, menyebabkan dampak buruk pada Negara dari segi kesehatan,

social dan ekonomi (AVERT,2011).

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang

cukup tinggi. Terjadi peningkatan kasus dari Januari hingga Desember 2010. Jumlah

kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 4158 (Kemenkes RI.2010).

Kasus HIV/AIDS di Indonesia sebagian besar ditemukan pada kelompok

heteroseksual sebanyak 14.775 kasus (51,3%), pada kelompok homoseksual

sebanyak 807 kasus (2,8%), penularan melalui penggunaan jarum suntik pada

penggunaan narkoba (Injecting Drug User atau IDU) sebanyak 9.392 kasus (32,6%),

penularan dari ibu ke anak sebanyak 730 kasus (2,5%), melalui tranfusi darah

sebanyak 51 kasus (0,1%) dan tidak diketahui (10,4%) (Riskesdas, 2013).

Sebagian besar kasus HIV/AIDS sampai saat ini paling banyak terjadi pada

golongan umur 15-49 tahun, yaitu sebesar 89,98%. Sedangkan,HIV/AIDS pada

2
remaja umur 15-19 tahun adalah sebesar 3,7%. Terjadinya kasus HIV/AIDS pada

remaja disebabkan semakin banyaknya perilaku seks bebas dan penggunaan narkoba

pada remaja (Riskesdas,2013). Data ini secara jelas memberikan gambaran bahwa,

remaja memerlukan edukasi yang benar tentang penyakit ini supaya tidak terinfeksi

HIV.

Di Indonesia masih banyak kasus HIV/AIDS, dan pada tahun 2014 negara

Indonesia mendapat rapor merah dari The Joint United Nation Program On

HIV/AIDS (UNAIDS). Indonesia mendapat rapor merah karena dianggap kurang

memperhatikan pasien-pasien penderita penyakit HIV/AIDS dan kematian penderita

penyakit HIV/AIDS di Indonesia masih tinggi. Sampai saat ini Indonesia juga

merupakan negara dengan kasus HIV/AIDS yang tinggi karena tiap tahunnya kasus

HIV/AIDS di Indonesia selalu meningkat (UNIAIDS, 2014).

HIV merupakan virus yang menyerang dan memperlemah kekebalan tubuh

manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan infeksi ataupun mudah

terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju

perkembangan virus, namun penyakit ini belum dapat disembuhkan (Sunaryati,

2011), Menderita HIV/AIDS di Indonesia dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan

tekanan psikologi terutama pada penderitanya maupun keluarga dan lingkungan di

sekeliling penderita (Nursalam, 2007).

3
Sejak ditemukannya kasus di Sulawesi Utara pada tahun 1997 maka terlihat

pertambahan kasus baru yang semakin membesar pada 5 tahun terakhir. Kasus yang

tercatat hingga bulan Desember 2014 penderita HIV/AIDS di Sulawesi Utara

sebanyak 1.937 kasus. Pada sepanjang tahun 2015 ditemukan 69 kasus HIV baru dan

199 kasus AIDS (Dinas Kesehatan Sulawesi Utara, 2015).

Jika dilihat secara komulatif maka Kota Manado, Kota Bitung dan Kabupaten

Minahasa masih menjadi daerah dengan jumlah kasus HIV/AIDS terbanyak di

Sulawesi Utara sampai tahun 2015, sedangkan Kabupaten yang tidak memiliki kasus

adalah Bolaang Mangondow Utara dan selatan (Dinas Kesehatan Sulawesi Utara,

2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 siswa/siswi di SMA Negeri 1 Dimembe

Laikit pada tanggal 10 Februari 2017 dari jumlah siswa 155 orang, peneliti memberi

3 pertanyaan pertama tentang pengertian, kedua tentang tanda dan gejala, ketiga

mengenai pencegahan penyakit HIV/AIDS. Pada saat wawancara 12 orang siswa

tidak bisa mengatakan pengertian penyakit HIV/AIDS, 11 orang siswa tidak

mengetahui tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS dan 13 orang siswa tidak bisa

menyebutkan minimal 2 pencegahan penyakit HIV/AIDS. Dari hasil wawancara

tersebut pengetahuan 15 responden diatas tentang HIV/AIDS masih kurang.

4
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Gambaran pengetahuan Siswa tentang penyakit HIV/AIDS di

SMA Negeri 1 Dimembe Laikit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan


masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengetahuan Siswa tentang penyakit
HIV/AIDS di SMA N 1 Dimembe Desa Laikit ?

C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan Siswa tentang penyakit
HIV/AIDS di SMA N 1 Dimembe Laikit.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Siswa dari aspek tahu tentang penyakit
HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Dimembe
b. Untuk mengetahui pengetahuan Siswa dari aspek memahami tentang
penyakit HIV/AIDS di SMA Dimembe
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi dan bahan bacaan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di masa datang.
2. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan ilmiah bagi penulis dalam mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang diperoleh sebagai bahan studi lanjut bagi para
peneliti selanjutnya.

5
3. Bagi lokasi penelitian
Dapat menjadi bahan masukan dalam usaha peningkatan kesehatan para
usia remaja dan sebagai data dasar dalam menyusun kebijakan tentang
masalah Pengetahuan Siswa tentang penyakit HIV/AIDS di SMA N 1
Dimembe Laikit.
4. Bagi ilmu keperawatan
Hasil peneliti diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi
ilmu keperawatan dalam melakukan praktek keperawatan medical bedah.

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENGETAHUAN


1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu pengindraan manusia terhadap suatu

objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang atau over behavior (Notoatmodjo, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun

perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

b. Informasi / media massa

Informasi yang diperlu baik di pendidikan formal maupun nonformal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi

7
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial yang berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya.

3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan

pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisis,

memecahkan masalah dan lain-lain). Yang berjenjang sebagai berikut :

a. Tahu (knowledge)

Menunjukan keberhasilan menunjukan keterangan apa adanya.

Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau

8
mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di

himpun atau dikenali (recall of facts).

b. Memahami (comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang

hal yang sudah kita kenali. Karna sudah mengalami hal yang bersangkutan

maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentk lain.

Termasuk dalam jenjang kognitif ini, misalnya kemampuan

menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan

mengeksplorasikan.

c. Menerapkan (aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah

dipahami di dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

d. Analisis (analysis)

Analisi adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi

rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang

berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan

berarti.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal

yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lain, sehingga

diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang

dinilainya

9
B. KONSEP DASAR HIV/ AIDS

1. Pengertian

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, atau diterjemahkan

secara bebas sebagai sekumpulan gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan

atau kerusakan yang didapat dari factor luar dan bukan bawaan sejak

lahir.Sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau

keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh

atau kekebalan penderita. AIDS merupakan fase terminal akhir dari infeksi

HIV( Astuti, 2009)

2. Gejala

Seorang dewasa dianggap menderita HIV jika menunjukkan tes HIV positif

dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan 2

gejala mayor yang berkaitan dengan 1 gejala minor , dan gejala ini bukan

disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV

atau ditemukan sarcoma kaposi atau pneumonia yang mengancam jiwa berulang

(Notoatmodjo,2010).

a. Gejala mayor:

1) Berat badan menurun >10% dalam 1 bulan

2) Diare kronik yang berlangsung > 1 bulan

3) Penurunan kesadaran atau gangguan neurologi

4) Dimensia/ Ensefalopati HIV

10
b. Gejala minor:

1) Batuk menetap > 1 bulan

2) Dermatitis generalis yang gatal

3) Herpes zoster yang berulang

4) Candidosis orofaring

5) Herpes simplek kronis progresif

6) Limpadenopati generalis

7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita( Notoatmodjo,2010)

3. Cara penularan

Penularan penyakit aids melalui cairan tubuh penderita. Seseorang dapat

tertular aids (terinfeksi virus HIV) antara lain sebagai berikut:

a. Melalui kontak hubungan badan (hubungan seksual) dengan seorang

penderita yang telah terinfeksi HIV. Ini adalah cara penularan yang

paling umum terjadi, angka kejadian mencapai 80-90% dari total

kejadian didunia.

b. Melalui alat suntik atau alat tusuk lain yang telah dipakai atau bekas

dipakai orang yang terinfeksi HIV, contoh pemakaian jarum pada

pengguna narkoba suntik. Resiko kejadian mencapai 0,5-1% dan

terdapat 5-10% dari total kejadian didunia.

11
c. Melalui tranfusi darah yang tercemar HIV resikonya sangat tinggi

hingga mencapai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kejadaia

didunia.

d. Melalui ibu hamil yang menderita penyakit HIV sehingga bisa

ditularkan kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan, atau

setelah melahirkan. Resiko kejadian sekitar 25-40% dan terdapat 0,1%

dari total kejadian didunia. (Kalina Putri, 2012)

4. Penanganan HIV

Sampai saat ini belum ada obat yang mampu mengobati HIV secara

total dari tubuh pengidapnya. Obat-obat yang dipakai adalah obat

antiretroviral (ARV) dan obat profilaksis infeksi. Obat anti retroviral

(ARV) adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan

virus. (Kalina Putri, 2012).

5. Cara pencegahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV

diantaranya adalah sebagai berikut (Kalina Putri, 2012) :

a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual.

Pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang

peranan yang penting. Oleh karena itu, setiap orang perlu memiliki

perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian

upaya yang sering disebut dengan strategi A,B,C,D,E, yaitu :

12
1) Abstinence ,yaitu tidak melakukan hubungan seksual.

2) Be faithful, yaitu selalu setia terhadap pasangan

3) Condom, menggunakan pengaman saat melakukan hubungan

yang tidak aman atau beresiko

4) Dont inject, tidak melakukan penyalahgunaan napza sama sekali

terutama yang disuntikkan, termasuk selal menggunakan jarum

steril atau tindik, tato dan akupuntur.

5) Education, selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif

dan benar tentang bahaya hiv/aids, kesehatan reproduksi dan

napza.

b. Pencegahan penularan melalui darah.

Pencegahan HIV melalui darah menuntut kita untuk selalu berhati-

hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah atau

produk dan plasma.

c. Pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat

melukai kulit.

d. Penggunaan alat-alat seperti jarum suntik, alat cukur, alat tibdik, perlu

diperhatikan dalam masalah sterilisasinya, tindakan desinfeksi dalam

pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat

penting untuk dilakukan. Penggunaan narkoba terutama yang

disuntikkan sangat tidak dianjurkan.

13
e. Pencegahan penularan melalui transfusi darah.

Memastikan bahwa darah yang digunakan untuk tranfusi tidak

tecemar oleh HIV dan perlu dianjurkan bagi penderita HIV atau

pengidap virus HIV untuk tidak mendonorkan darahnya. Begitu pula

bagi mereka yang mempunyai perilaku berisiko tinggi, misalnya

sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan dan

juga pengguna narkoba suntik.

f. Pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya.

Resiko penularan HIV dari seorang ibu yang hamil dengan HIV

(+) kepada bayi yang dikandungnya berkisar 30-40%. Resiko

penularan tergantung dari kadar virus yang berada dalam tubuh ibu.

Pada fase AIDS resiko penularan akan menjadi lebih besar, karena

jumlah dalam darah semakin tinggi dengan pencegahan efektif resiko

penularan dapat di turunkan sekitar 5-10%, yaitu dengan cara

memberikan obat anti retroviral menjelang persalinan lewat operasi

Caesar dan tidak memberikan ASI ibu kepada bayinya.

14
C. KERANGKA KONSEP

Pengetahuan Siswa
tentang penyakit
HIV/AIDS
Baik

Tahu
Cukup
Memahami

Aplikasi
Kurang
Analisis

Evaluasi

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pada Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan Siswa tentang

penyakit HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Dimembe Laikit.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Dimembe Laikit.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2017

C. Variable Penelitian

Variable yang digunakan dalam penelitian adalah variabel tunggal yaitu

pengetahuan siswa-siswi di SMA Negeri 1 Dimembe Laikit.

16
D. Definisi Operasional

Tabel 1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala
Ukur Gamabaran Pengetahuan Siswa Tentang Penyakit HIV/AIDS di
SMA Negeri 1 Dimembe di Laikit

Definisi Skala
Variable Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

Pengetahuan Pengetahuan aspek Kuisioner 1.Baik : mendapat skor 16- Ordinal

Siswa SMA tahu (menyebutkan, 20

Negeri 1 mendefinisikan, 2.Cukup : mendapat skor

Dimembe mengatakan) dan 8-15

aspek memehami 3. Kurang : mendapat skor

(menjelaskan, 0-7

menyebutkan

contoh,

meramalkan) tentang

penyakit HIV/AIDS

17
E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa/siswi yang di SMA Negeri 1

Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara yang berjumlah 155

orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Dengan rumus menentukan jumlah sampel (Notoadmodjo,2010) :

2 /2 (1) 1,9620 0,55(10,55)155


= 2 (1)+ 2 /2 = 0,12 (1551)+1,962 0,55(10,) = 56
(1)

Keterangan :

n : Besar Sampel

2 /2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1- /2(1,96)

: Proporsi hal yang diteliti (0,55)

: Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

: Jumlah Populasi

Berdasarkan dan dengan demikian sampel pada penelitian adalah siswa/siswi

SMA Negeri 1 Dimembe sebanyak 56 orang.

a. Kriteria inklusi

1) Siswa/siswi kelas X-XI SMA Negeri 1 Dimembe

18
2) Berada ditempat pada saat penelitian sedang dilaksanakan

3) Bersedia menjadi responden dalam penelitian

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak masuk sekolah izin, sakit, alpa

2) Yang tidak bersedia menjadi responden

F. Instrumen Peneliian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner

dengan skala Gutman yang berisi 20 pertanyaan, 10 pertanyaan dalam tingkat tahu

dan 10 pertanyaan dalam tingkat memahami. Pemberian skor jika responden

menjawab dengan benar maka diberi skor 1, sedangkan jika responden menjawab

salah diberi skor 0.

G. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung oleh peneliti dengan menggunakan wawancara

terpimpin (Kuesioner).

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari sekolah yang berada di tempat penelitian dalam

menunjang data peneliti.

H. Rencana Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian melalui beberapa tahapan antara lain yaitu sebagai beriku :

19
1. Tahap persiapan

a. Kegiatan yang dilakukan meliputi : Survey pendahuluan, pengajuan judul,

pembuatan proposal serta konsultasi usulan proposal.

b. Dilakukan seminar proposal dan dilanjutkan dengan perbaikan proposal.

c. Pengesahan proposal.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pembuatan surat izin penelitian.

b. Pengajuan surat permohonan pada instansi pendidikan setempat dalam hal ini

SMA Negeri 1 Dimembe.

c. Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi subjek penelitian pada

calon responden.

d. Pemberian kuesioner pada responden yaitu siswa/siswi SMA Negeri 1

Dimembe.

e. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan tentang kelengkapan

data.

3. Tahap penyajian

Hasil pengumpulan data diolah dan ditabulasi, di sajikan dalam bentuk tabel

distribusi presentase disertai penjelasan dan di seminarkan.

4. Tahap penyelesaian

a. Penyusunan/konsultasi Karya Tulis Ilmiah

b. Ujian Karya Tulis Ilmiah di lanjutkan dengan revisi Karya Ilmiah

c. Pengetahuan Karya Tulis Ilmiah

20
I. Analisa Data

Data yang sudah ditabulasi diolah dalam master tabel kemudian diolah dengan

menggunakan Persentasi. Selanjutnya hasil pengolaan data disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Pengolaan data menggunakan rumus sebagai berikut :

f
= N x100

Keterangan :

P = Prese ntase

f = Frekuensi

N = Populasi

100 = Nilai konstanta

J. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia maka segi etika

penelitian harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Inform Consent

Merupakan bentuk antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika

responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan.

21
2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu akan

dilaporkan pada hasil riset.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten

Minahasa Utara terletak di jalan Sukur-Likupang Desa Laikit jaga 1 Kecamatan

Dimembe. Diresmikan pertama kali pada tanggal 6 Juni 1987 oleh Drs. Barthel H.

Aden Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Sulawesi Utara.

SMA Negeri 1 Dimembe tahun ajaran 2016/2017 di pimpin oleh kepala sekolah

Dra. Sherly M. Laloan, M.Pd dan di bantu oleh guru staf pengajar berjumlah 24 orang

dan staf pegawai tata usaha berjumlah 5 orang. Dan jumlah keseluruhan siswa di

SMA Negeri 1 Dimembe tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 155 orang. Dengan

jumlah siswa kelas X berjumlah 60 orang, kelas XI berjumlah 33 orang dan XII 62

orang. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Dimembe terdiri dari 18

ruangan yang terbagi atas 1 Ruang Untuk kepala sekolah, 1 ruangan wakil kepala

sekolah, 1 Ruangan untuk staf pengajar, 1 ruangan untuk staf tata usaha, 3 kelas

untuk kelas X, 3 kelas untuk kelas XI, dan 3 kelas untuk XII, 1 ruangan

Bahasa/Komputer, 1 ruangan Laboratorium IPA, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan

serbaguna/Aula, 1 ruangan koperasi.

Adapun visi dan misi dari SMA Negeri 1 Dimembe sebagai berikut :

1. Visi Sekolah : Unggul dalam Prestasi, Anggun dalam Berprilaku, dan

Berpengetahuan Luas.

23
2. Misi Sekolah :

a. Mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai dengan minat dan bakat

yang dimiliki.

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif untuk menyiapkan

peserta menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan IPTEK.

c. Menanamkan sifat disiplin, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, memiliki

iman dan taqwa serta menjunjung tinggi moralitas.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa siswi kelas X XI di SMA Negeri 1

Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara sejak tanggal 24 Juli

2017 sampai dengan tanggal 25 Juli 2017. Teknik dalam penarikan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Proposive sampling yaitu penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu, sebanyak 56 responden. Hasil penelitian ini disajikan

dalam bentuk tabel distribusi sebagai berikut :

24
1. Karakteristik Responden

a. Umur

Table 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur di SMA Negeri 1


Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara.

Presentase
No Umur (Tahun) Jumlah Responden
(%)
1 14 16 Tahun 54 96.4
2 17 18 Tahun 2 3.6
3 19 21 Tahun 0 0
Jumlah 56 100
Sumber : (Data Primer,2017)

Berdasarkan tabel 2. Menunjukan umur yang paling banyak adalah umur 14-

16 tahun yaitu 54 responden (96.4%) dan terendah yaitu umur 19-21 tahun yaitu 0

responden (0%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin di SMA


Negeri 1 Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara.

Presentase
No Jenis Kelamin Jumlah Responden
(%)
1 Laki-laki 29 51.8
2 Perempuan 27 48.2
Jumlah 56 100
Sumber : (Data Primer,2017)

Berdasarkan tabel 3. Menunjukan jenis kelamin yang paling banyak adalah

laiki-laki yaitu 29 responden (51.8%).

25
c. Kelas

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kelas di SMA Negeri 1


Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara.

Presentase
No Kelas Jumlah Responden
(%)
1 X 22 39.3
2 XI 34 60.7
Jumlah 56 100
Sumber : (Data Primer,2017)

Berdasarkan tabel 4. Menunjukan kelas yang paling banyak adalah kelas XI

yaitu 34 responden (60.7%).

2. Variable penelitian

a. Tingkat Tahu

Table 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Tahu Siswa Tentang


Penyakit HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara.

Presentase
No Tingkat Tahu Jumlah Responden
(%)
1 Baik 17 30.3
2 Cukup 29 51.8
3 Kurang 10 17.9
Jumlah 56 100
Sumber : (Data Primer,2017)

Berdasarkan tabel 5. Menunjukan tingkat tahu Siswa tentang penyakit

HIV/AIDS yang tertinggi adalah cukup yaitu 29 responden (51.8%).

26
b. Tingkat Memahami

Table 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Memahami siswa


Tentang penyakit HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Dimembe Kecamatan Dimembe
Kabupaten Minahasa Utara.

Tingkat Presentase
No Jumlah Responden
Memahami (%)
1 Baik 11 19.6
2 Cukup 29 51.8
3 Kurang 16 28.6
Jumlah 56 100
Sumber : (Data Primer,2017)

Berdasarkan tabel 6. Menunjukan pada tingkat memahami siswa tentang

penyakit HIV/AIDS, tertinggi adalah tingkat memahami cukup yaitu 29 responden

(51.8%).

c. Pengetahuan

Table 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengetahuan Siswa Tentang


Penyakit HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Dimembe Kecamatan Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara.

Presentase
No Pengetahuan Jumlah Responden
(%)
1 Baik 19 33.9
2 Cukup 31 55.4
3 Kurang 6 10.7
Jumlah 56 100
Sumber : (Data Primer,2017)

Berdasarkan tabel 6. Menunjukan Pengetahuan siswa tentang penyakit

HIV/AIDS yang diperoleh cukup yaitu 31 responden (55.4%).

27
C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Dimembe pada 56 responden.

Pada bagian ini akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis

kelamin, kelas dan gambaran pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS di SMA

negeri 1 Dimembe Laikit.

Tabel 2 data menunjukkan umur yang paling banyak adalah umur 14-16 tahun

yaitu 54 responden (96.4%) dan terendah yaitu umur 19-21 tahun yaitu 0 responden

(0%). Pada saat penelitian, responden umur 14-16 tahun banyak yang berminat

mengisi kuesioner dikarenakan keingintahuan mereka, sedangkan pada responden

umur 19-21 tahun kurang berminat.

Tabel 3 data Menunjukan jenis kelamin yang paling banyak adalah laiki-laki

yaitu 29 responden (51.8%). Disini nampak bahwa responden yang banyak berminat

berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4 data Menunjukan kelas yang paling banyak adalah kelas XI yaitu 34

responden (60.7%). Pada saat penelitian responden kelas X kurang karena sebagian

tidak berada ditempat. Sedangkan kelas XII tidak dijadikan responden karena sedang

dalam persiapan ujian akhir.

Tabel 5 dan 6 data berdasarkan pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS

dengan kategori kurang berjumlah 6 responden (10,7%), cukup berjumlah 31

responden (55,4%) dan kategori baik berjumlah 19 responden (33,9%). Pengetahuan

28
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa pendidikan

yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Menurut

Notoatmodjo (2010), salah satu bentuk objek kesalahan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

Menurut peneliti dari hasil kuesioner yang diberikan pada responden, peneliti

menyimpulkan bahwa responden menjawab kuesioner hanya berdasarkan apa yang

mereka tahu dan pahami, hal ini dikarenakan mereka hanya menjawab berdasarkan

informasi yang pernah mereka terima dan peneliti juga mendapatkan faktor

pendidikan serta media informasi sangat berpengaruh pada pengetahuan siswa

tentang penyakit HIV/AIDS . Peneliti juga mendapatkan ada beberapa siswa yang

aktif bertanya setelah mereka selesai mengisi kuesioner dan mengungkapkan

ketertarikan mereka terhadap materi ini.

Dari hasil wawancara dangan responden, peneliti dapat mengamati bahwa

responden menjawab kuesioner berdasarkan apa yang mereka ketahui dan mereka

rasakan.

Hal ini selaras dengan pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo, 2010,

pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya), dengan

sendirinya melalui proses belajar mengajar dalam pendidikan formal maupun

nonformal. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang

29
berbeda-beda secara garis besar. Seperti pengetahuan siswa tentang Penyakit

HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Dimembe Laikit dimana yang terbanyak pada kategori

cukup, diikuti dengan kategori baik dan kurang.

30
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 56 responden pengetahuan

siswa tentang penyakit HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

1. Tingkat tahu responden tentang pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS

paling tinggi berada pada kategori cukup yaitu 51.8%.

2. Tingkat memahami responden tentang pengetahuan siswa tentang penyakit

HIV/AIDS paling tinggi berada pada kategori cukup yaitu 51.8%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Untuk Institusi

Diharapkan dapat menambah refrensi dan bahan bacaaan di perpustakaan

dalam pengembangan pendidikan masa datang.

2. Untuk tempat penelitian

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan masukan dalam

usaha peningkatan kesehatan para usia remaja.

3. Untuk Peneliti

Dapat menambah wawasan ilmiah bagi penulis dalam mengaplikasikan

ilmu pengetahuan yang diperoleh sebagai bahan studi lanjut bagi para peneliti

selanjutnya.

31

Anda mungkin juga menyukai