Anda di halaman 1dari 7

EDUKASI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM

PERAWATAN STOMA PASIEN KOLOSTOMI DI RSUP. H.


ADAM MALIK MEDAN
Santy Ercelina Nainggolan*, Asrizal**
*Mahasiswa Keperawatan USU
**Dosen, Departemen Keperawatan Dasar dan Keperawatan Medikal bedah
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Phone/Fax: 085278290333
E-mail: santyercelinanainggolan@yahoo.com

ABSTRAK
Pasien kolostomi mempunyai gambaran diri negatif setelah tindakan kolostominya, pasien menjadi pasif,
tidak ada motivasi dalam perawatannya sehingga pasien membutuhkan orang lain yang dapat
membantunya dalam melakukan perawatan. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan stoma pasien,
sehingga keluarga diharapkan dapat memantau dan membantu pasien untuk mencapai self care-nya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga
dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di RB2A RSUP. H. Adam
Malik Medan yang dilaksanakan tanggal 14 Maret sampai 21 Mei 2012. Desain yang digunakan pada
penelitian ini adalah quasi experimen dengan menggunakan teknik purposive sampling pada 15 sampel.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner pengetahuan dan lembar observasi tentang
perawatan stoma. Analisis yang digunakan adalah Wilcoxon, nilai p = 0.001 (p<0.05). Hasil ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma.
Kemampuan keluarga sebelum diberi edukasi rata-rata 18,93 (SD=3,105), hal ini menunjukkan
kemampuan keluarga kurang dalam merawat stoma. Sedangkan kemampuan setelah diberi edukasi rata-
rata 35,67 (SD=1,175) yang berarti keluarga sudah mampu melakukan perawatan stoma pada keluarganya
yang mengalami kolostomi. Maka, hendaknya perawat dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dengan memberikan edukasi perawatan stoma pada keluarga pasien kolostomi, penelitian selanjutnya
diharapkan dapat melakukan home care atau memonitoring perawatan yang dilakukan keluarga pada saat
pasien pulang kerumah.

Kata Kunci : Edukasi, perawatan stoma, keluarga

PENDAHULUAN laparotomi. Luka laparotomi sangat


Tindakan kolostomi paling sering beresiko mengalami infeksi karena letaknya
dilakukan karena adanya karsinoma kolon yang bersebelahan dengan lubang stoma
dan rektum (Mayers, 1996). Angka kejadian yang kemungkinan banyak mengeluarkan
karsinoma kolon dan rektum di Amerika feses yang dapat mengkontaminasi luka
Serikat bekisar 150.000 dalam setahun (Murwani, 2009).
(Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan di Penelitian Lyon, dkk (2000) dari
Indonesia prevalensi karsinoma kolon dan 325 responden pengguna kantong stoma,
rektum cukup tinggi, dan kejadiannya 73% melaporkan masalah kulit. Dermatosis
meningkat pada usia diatas 40 tahun termasuk reaksi iritasi, terutama dari
(Sjamsuhidajat, 1997). Pada saat peneliti kebocoran urin atau tinja (42%); penyakit
melakukan studi pendahuluan di RSUP H. kulit yang sudah ada, terutama psoriasis,
Adam Malik Medan, jumlah pasien dermatitis seboroik dan eksim (20%),
kolostomi mulai bulan januari 2009 sampai infeksi (6%); dermatitis kontak alergi
dengan September 2011 sebanyak 1.221 (0,7%) dan pioderma gangrenosum (0,6%
jiwa. kejadian tahunan). Selanjutnya 15% dari
Pasien dengan pemasangan pasien mengalami dermatitis persisten atau
kolostomi disertai dengan prosedur tindakan berulang tidak diketahui dengan pasti
apakah akibat alergi, infeksi atau iritasi a. Salah satu keluarga dari pasien pasca
terang fekal. Hasil penelitian Piccinellil, kolostomi di RB2A RSUP. H. Adam
Brazzale, dan Saracco (2009) juga Malik Medan yang bersedia menjadi
menunjukkan dari 48 pasien, 35 (73%) responden dalam penelitian.
menyatakan tidak ada masalah kulit tapi b. Salah satu keluarga yang dapat membaca
secara keseluruhan 27 pasien memiliki dan menulis dari keluarga pasien pasca
gangguan kulit dan 13 terdeteksi oleh kolostomi di RB2A RSUP H. Adam
perawat stoma memiliki erosi kulit. Malik Medan.
Perawatan stoma harus diajarkan c. Salah satu keluarga pasien pasca
pada pasien dan keluarga. Singkatnya masa kolostomi yang dapat diajak komunikasi
perawatan (2-4 minggu) membuat pasien dan berbahasa Indonesia di RB2A
belum dapat sepenuhnya terlatih dalam RSUP. H. Adam Malik Medan.
teknik perawatan stoma sebelum pulang d. Salah satu keluarga yang mempunyai
(Smeltzer & Bare, 2002). Pasien hubungan darah, tinggal satu rumah dan
membutuhkan orang lain ketika pasien yang memungkinkan untuk merawat
meninggalkan rumah sakit (WHO, 2005). stoma pasien pasca kolostomi di RB2A
Keluarga dapat terlibat dalam perawatan RSUP. H. Adam Malik Medan.
stoma pasien, sehingga keluarga nantinya Analisa data dilakukan dengan
diharapkan dapat memantau dan membantu menyajikan data demografi dalam bentuk
pasien untuk mencapai self care-nya. tabel distribusi frekuensi. Sedangkan untuk
Berdasarkan masalah tersebut peneliti mengidentifikasi kemampuan keluarga
tertarik meneliti apakah ada pengaruh sebelum dan kemampuan keluarga sesudah
edukasi terhadap kemampuan keluarga diberi edukasi dianalisa dengan pengukuran
dalam perawatan stoma pada anggota mean dan standar deviasi (Riwidikdo,
keluarga yang mengalami kolostomi di 2008).
RB2A RSUP. H. Adam Malik Medan. Untuk mengidentifikasi perbedaan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu kemampuan keluarga pre dan post
untuk mengidentifikasi bagaimana pemberian edukasi perawatan stoma
kemampuan keluarga pasien kolostomi digunakan uji Wilcoxon, karena data tidak
merawat stoma sebelum diberi edukasi, berdistribusi normal pada uji Kolmogorov-
bagaimana kemampuan keluarga merawat Smirnov dan signifikansinya untuk pre test
stoma pasien kolostomi sesudah diberi 0,200 (p>0,05) dan post test 0,014 (p<0.05)
edukasi, dan mengidentifikasi pengaruh (Wahyuni, 2008). Pada uji Wilcoxon
edukasi terhadap kemampuan keluarga diperoleh nilai p=0.001, dimana p< (0.05),
dalam merawat stoma pada anggota maka keputusanya Ha diterima (Portney &
keluarganya yang mengalami kolostomi. Watkins, 2000), dengan kata lain ada
pengaruh edukasi terhadap kemampuan
METODE keluarga dalam perawatan stoma.
Desain penelitian yang akan
digunakan adalah quasi eksperimen: one HASIL DAN PEMBAHASAN
group pre and post test design. Penelitian Hasil
ini terdiri dari satu kelompok intervensi. Kemampuan Responden dalam
Sebelum diberi edukasi diadakan pre test, Perawatan Stoma Sebelum diberi
kemudian diberi edukasi kurang lebih 30 Edukasi (pre test)
menit dan selanjutnya diadakan post test Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada hari ke empat. 93,3% (14 orang) responden memiliki
Jumlah sampel yaitu 15 orang kemampuan kurang dalam perawatan stoma
dengan teknik purposive sampling dengan dan tidak mampu merawat stoma sebanyak
kriteria inklusi:
6,7% (1 orang). Berikut lebih jelasnya dapat Parameter Frekuensi Persentase
dilihat pada Tabel 1. Kemampuan (f) (%)
Tabel 1. Kemampuan Responden dalam Mampu 1 6,7
Perawatan Stoma Sebelum Kurang mampu 13 86,7
Diberi Edukasi (n=15) Tidak mampu 1 6,7
Parameter Frekuensi Persentase
Kemampuan (f) (%)
Mampu 0 0 Kemampuan Responden dalam
Kurang mampu 14 93,3 Perawatan Stoma Setelah Diberi Edukasi
Tidak mampu 1 6,7 (post test)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Apabila dilihat dari aspek sub 100% (15 orang) memiliki kemampuan
variabelnya yaitu pengetahuan dan tindakan dalam perawatan stoma. Berikut dapat
dalam perawatan stoma, maka timbul dilihat pada Tabel 4.
ketimpangan atau konflik dalam Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan
pengambilan kesimpulan kemampuan Persentase Kemampuan
karena kemampuan diperoleh dari total Responden dalam Perawatan
pengetahuan dan tindakan. Stoma Setelah Diberi
Hasil penelitian pengetahuan Edukasi (n=15)
responden tentang perawatan stoma Parameter Frekuensi Persentase
sebelum diberi edukasi, 73,3% (11 orang) Kemampuan (f) (%)
termasuk kategori kurang mampu dalam Mampu 15 100,0
merawat stoma dan 26,7% (4 orang) mampu
merawat stoma anggota keluarganya.
Apabila dilihat dari aspek sub
Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada
variabelnya yaitu pengetahuan dan tindakan
tabel.
dalam perawatan stoma, maka hasil
Tabel 2. Kemampuan Responden Ditinjau
pengetahuan responden tentang perawatan
dari Pengetahuan dalam
stoma setelah diberi edukasi, 100% (15
Perawatan Stoma Setelah Diberi
orang) termasuk kategori mampu dalam
Edukasi (n=15)
merawat stoma anggota keluarganya.
Parameter Frekuensi Persentase Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada
Kemampuan (f) (%) Tabel 5.
Mampu 4 26,7
Kurang mampu 11 73,3
Tabel 5. Kemampuan Responden Ditinjau
Sedangkan apabila ditinjau dari dari Aspek Pengetahuan dalam
aspek tindakan dalam melakukan perawatan Perawatan Stoma Setelah Diberi
stoma, hasil yang diperoleh yaitu 86,7% (13 Edukasi (n=15)
orang) responden termasuk kategori kurang Parameter Frekuensi Persentase
mampu dalam perawatan stoma dan Kemampuan (f) (%)
masing-masing 6,7% (1 orang) responden Mampu 15 100,0
termasuk kategori mampu dan tidak mampu
dalam merawat stoma. Lebih jelasnya dapat Sedangkan apabila ditinjau dari
dilihat pada Tabel 3. dibawah ini. aspek tindakan dalam melakukan perawatan
Tabel 3. Kemampuan Responden Ditinjau stoma, hasil yang diperoleh setelah diberi
dari Tindakan dalam Perawatan edukasi yaitu 100% (15 orang) responden
Stoma Setelah Diberi Edukasi termasuk kategori mampu dalam perawatan
(n=15)
stoma anggota keluarganya. Untuk lebih Perbedaan kemampuan responden
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. dari aspek pengetahuan dalam perawatan
Tabel 6. Kemampuan Responden Ditinjau stoma sebelum dan sesudah pemberian
dari Aspek Tindakan dalam edukasi diuji Wilcoxon Signed Ranks Test,
Perawatan Stoma Setelah Diberi karena data tidak berdistribusi normal
Edukasi (n=15) (p<0,05) dengan uji Kolmogorov-Smirnov
Parameter Frekuensi Persentase nilai p pre test = 0,053 dan p post test =
Kemampuan (f) (%) 0,000.
Mampu 15 100,0 Hasil uji Wilcoxon, diperoleh nilai
significancy p = 0,001 (p < 0,05). Hasil
median sebelum intervensi adalah 10
Perbedaan Kemampuan Responden dengan nilai minimum = 7,00 dan nilai
dalam Perawatan stoma Sebelum dan maximum = 15,00. Sedangkan nilai median
Sesudah Pemberian Edukasi setelah intervensi 16,00 dengan nilai
Pada uji Wilcoxon Signed Ranks Test minimum = 15,00 dan nilai maximum =
secara keseluruhan responden meningkat 17,00. Dari adanya perbedaan nilai median
kemampuannya merawat stoma setelah dan probabilitas (p)<0,05 dapat disimpulkan
diberi edukasi daripada sebelum diberi bahwa edukasi berpengaruh dalam
edukasi. peningkatan kemampuan keluarga dalam
Hasil uji Wilcoxon, diperoleh nilai perawatan stoma pada anggota keluarga
significancy (p) = 0,001 (p < 0,05). Hasil yang mengalami kolostomi yang ditinjau
median sebelum intervensi adalah 19 dari aspek pengetahuannya.
dengan nilai minimum = 13,00 dan nilai Tabel 8. Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test
maximum = 25,00. Sedangkan nilai median Perbedaan Kemampuan Responden Ditinjau
setelah intervensi 35,00 dengan nilai dari Aspek Pengetahuan dalam Perawatan
minimum = 34,00 dan nilai maximum = Stoma Sebelum dan Sesudah Pemberian
38,00. Dari adanya perbedaan nilai median Edukasi (n=15)
dan probabilitas (p)<0,05 dapat disimpulkan Pre Test Post Test
p
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, Var M M M M M M
sehingga edukasi berpengaruh dalam va
iab ed i ax ed in ax
peningkatan kemampuan keluarga dalam lu
el ia n ia
perawatan stoma pada anggota keluarga e
n n
yang mengalami kolostomi. Ke 10 7 15 16 15 17 0.
Tabel 7. Hasil Perbedaan Kemampuan
ma 00
Responden dalam Perawatan Stoma
mp 1*
Sebelum dan Sesudah Pemberian
uan
Edukasi (n=15) dengan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test
Pre Test Post Test *p value < 0.05
Sedangkan perbedaan kemampuan
M M M Me M M p
Variab responden dari aspek tindakan dalam
ed in ax dia in ax val perawatan stoma sebelum dan sesudah
el
ia n ue pemberian edukasi, setelah dilakukan uji
n distribusi normal pada data pre test dan post
Kema 19 13 25 35 34 38 0.0 test pada data tindakan responden dalam
mpua 01 perawatan stoma diperoleh data sudah
n * berdistribusi normal (p>0,05) dengan nilai p
pada pre test tindakan = 0,200 dan pada
*p value < 0.05
post test tindakan = 0,200. Maka, analisa keluarganya sebelum diberi edukasi yaitu
data menggunakan pair t-test. 18,93 dengan SD=3,105, yang
Hasil uji pair t-test diperoleh nilai menunjukkan bahwa kemampuan mereka
mean total untuk sebelum intervensi adalah kurang dalam merawat stoma. Sedangkan
8,33 dengan SD = 1,759 dan mean total setelah diberi edukasi kemampuan keluarga
setelah intervensi adalah 19,53 dengan SD merawat stoma meningkat menjadi rata-rata
= 1,246. Terdapat perbedaan mean total 35,67 dengan SD=1,175, dan ini
dengan nilai t = -20,884. Nilai signifikansi menunjukkan mereka sudah mampu
(.000), Hal ini berarti bahwa probabilitas merawat stoma anggota keluarganya.
(p)<0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho Ketidakmampuan melakukan suatu
ditolak, sehingga edukasi berpengaruh tindakan paling sering disebabkan oleh
dalam peningkatan kemampuan keluarga kurangnya pengetahuan tentang cara
dalam perawatan stoma pada anggota melakukan tindakan atau merupakan akibat
keluarga yang mengalami kolostomi yang kurang/sulitnya memperoleh sarana untuk
ditinjau dari aspek tindakan melakukan melakukan tindakan tersebut (Nurhidayah,
perawatan stoma. 2009).
Tabel 9. Hasil uji Paired T-Test untuk Menurut Suprajitno (2004), untuk
Perbedaan Kemampuan menstimulasi kesadaran atau penerimaan
Responden Ditinjau dari Aspek keluarga mengenai masalah kebutuhan
Tindakan dalam Perawatan kesehatan dapat dilakukan dengan cara
Stoma Sebelum dan Sesudah memberikan informasi yang tepat,
Pemberian Edukasi mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
Varia Pretest Posttest t-value p value keluarga tentang kesehatan, serta
bel Mean SD Mean SD mendorong sikap emosi yang mendukung
upaya kesehatan.
Total 8,33 1,759 19,53 1,246 -20,884 .000* Suliha, dkk (2002) juga
*p value < 0.05 menegaskan bahwa edukasi merupakan
proses belajar dari individu, kelompok, atau
Pembahasan masyarakat dari tidak tahu tentang nilai
Hasil penelitian menunjukkan kesehatan menjadi tahu, dan dari yang tidak
permberian edukasi mempunyai pengaruh mampu mengatasi masalah kesehatan
terhadap kemampuan keluarga dalam sendiri menjadi mampu mengatasi masalah
perawatan stoma pada anggota keluarga kesehatan sendiri secara mandiri.
yang mengalami kolostomi. Hal ini dapat Kebanyakan individu sepakat
dilihat dari hasil uji statistik, dimana nilai bahwa keluarga yang merawat pasien
p<0,05 yaitu p=0.000. kolostomi memerlukan program pendidikan
Perubahan kemampuan merawat yang komprehensif untuk mempersiapkan
stoma disebabkan adanya pemberian mereka berperan dan bertanggung jawab
edukasi berupa informasi dan prosedur menjaga anggota keluarganya. Dikaitkanan
tindakan perawatan kolostomi diberikan dengan konsep harga diri pasien yang
kurang lebih 30 menit selama 5 hari. rendah seperti yang dinyatakan dari
Dengan edukasi ini, keluarga mengerti penelitian Panusur dan Nurhidayah (2007),
informasi tentang kolostomi/stoma, sebagian besar responden pasien kolostomi
perawatan kolostomi/stoma, dan efek (58,33%) mempunyai gambaran diri negatif
samping atau komplikasi yang terjadi jika setelah tindakan kolostominya ketika pasien
stoma tidak dirawat dengan tepat. Hal ini akan pulang dari perawatan. Reaksi pasien
tergambar dari nilai mean kemampuan pada tahap ini mungkin pasien menjadi
responden dalam merawat stoma anggota sangat tergantung, pasif, tidak ada motivasi
dalam berperan dalam perawatannya.
Karena itu pasien tidak mandiri dalam penelitian dan memonitoring atau
perawatan stoma. Oleh sebab itu, edukasi melakukan home care yang berfokus pada
yang diberikan pada keluarga sangat peningkatan kemampuan pasien dan
penting sehingga sesampainya dirumah mengevaluasi kemampuan keluarga dalam
keluarga dapat membantu pasien agar dapat membantu pasien mencapai self care-nya.
mencapai self care-nya. Pada pihak rumah sakit terkhusus
bagi perawat selain sebagai care provider
SIMPULAN DAN SARAN perawat juga sebagai educator, sehingga
Simpulan penting sekali memberikan edukasi kepada
Hasil pengukuran pada saat pre test, klien tentang perawatan kolostomi sehingga
mayoritas responden 93,3% memiliki nantinya keluarga mampu merawat anggota
kemampuan yang kurang dalam perawatan keluarganya yang mengalami kolostomi
stoma. Sedangkan hasil pengukuran post secara mandiri sepulangnya kerumah.
test, seluruh responden (100%) mampu
melakukan perawatan stoma pada anggota DAFTAR PUSTAKA
keluarganya yang mengalami kolostomi. Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi
median total untuk sebelum intervensi 2. Jakarta: Salemba Medika.
adalah 19 dengan Minimum = 13 dan Lyon CC, Smith AJ, Griffiths CE, and Beck
Maksimum = 25. Sedangkan median total MH, The Spectrum of Skin
setelah intervensi adalah 35 dengan Disorders in Abdominal Stoma
Minimum = 34 dan Maksimum = 38. Patients. The British Journal Of
Adapun nilai signifikansi (p) = .000. Dermatology [Br J Dermatol],
Sehingga dapat disimpulkan bahwa edukasi ISSN: 0007-0963, 2000 Dec; Vol.
mempengaruhi kemampuan keluarga dalam 143 (6), pp. 1248-60;
perawatan stoma. PMID:11122029 .
Muwarni (2009). Keterampilan Dasar
Saran Praktek Klinik Lapangan.
Jumlah sampel pada penelitian Yogyakarta: Fitramaya.
berikutnya diharapkan menggunakan Myers, Celia. (1996). Stoma care nursing a
responden lebih banyak dan meneliti patient-centred approach. London:
diberbagai tempat berbeda agar hasil yang Arnold.
diperoleh representatif. Panusur dan Nurhidayah. (2007).
Follow up yang dilakukan peneliti Kemampuan Self Care dan
hanya satu kali saja dalam sehari yaitu pada Gambaran Diri Pasien kolostomi di
waktu sore hari. Peneliti berharap pada RSUP. H. Adam Malik Medan.
penelitian selanjutnya agar mem-follow up Dikutip dari:
minimal 3 kali, karena edukasi yang Repository.usu.ac.id/bitstream.
diberikan hanya 5 hari dalam 1 kali sehari, Dibuka tanggal 10 september 2011.
peneliti merasa belum cukup untuk lebih
mengoptimalkan kemampuan keluarga Piccinellil M, Brazzale R, and Saracco C
merawat stoma khususnya dalam (2009). Assessment of the
pembuatan diameter kantong stoma, karena prevalence and perception of skin
terbatasnya waktu sulit untuk mengajarkan problems in patients with
keluarga dengan menggunakan berbagai permanent stoma. Journal Article
jenis kantong, contohnya yang two piece Country of Publication: Nursing,
yang menggantinya membutuhkan waktu 1 2009 Oct-Dec; Vol. 28 (4), pp. 183-
minggu. Diharapkan pada penelitian 9; PMID: 20222519.
selanjutnya dapat memanagemen waktu
Portney L.G. & Watkins, M.P. (2000).
Fundations of Clinical Research:
Aplication to Practise, New Jersey:
Prentice-Hall Inc.
Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia.
Sjamsuhidajat, Jong. (1997). Buku Ajar
Ilmu Bedah. Ed. Revisi, Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 2, Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian
Administrasi. Bandung:
CV.Alfabeta.
Suliha, U, dkk. (2001). Pendidikan
Kesehatan dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Suprajitno (2004). Asuhan keperawatan
Keluarga: Aplikasi dalam Praktik
Jakarta: EGC.
Wahyuni, A.S . (2008). Statistika
Kedokteran: disertai aplikasi
dengan SPSS. Jakarta: ISBN.
WHO (2005). Pedoman Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai