Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PASIEN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HIPZAH PADILA

NIM : 18D10013

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PASIEN

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan


1. Defenisi
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan pada dasarnya
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
merupakan kebutuhan dasar kedua yang harus diupayakan setelah
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan keamanan dan keselamatan juga
harus dicapai jika seseorang ingin memenuhi kebutuhan dasar yang
lain, seperti kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan harga
diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Green, 2000).
Menurut Potter & Perry (2013), keamanan merupakan keadaan
bebas dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan yang aman dan
tenteram. Keamanan dalam pelayanan kesehatan tercipta ketika
lingkungan pasien bebas dari ancaman cedera dan infeksi (DeLaune &
Ladner, 2011). Keamanan ialah prioritas utama dalam perawatan pada
klien dengan menciptakan lingkungan yang aman (White, Duncan, &
Baumle, 2011; Berman & Snyder, 2012). Keamanan dalam konteks
hubungan interpersonal bergantung pada banyak factor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah,
kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dari orang lain,
serta kemampuan untuk memahami orang dan lingkungan di
sekitarnya. Ketidaktahuan seseorang akan sesuatu yang ada
disekitarnya dapat menimbulkan perasaan cemas dan tidak aman
(Asmadi, 2008).
Berbeda dengan kebutuhan keamanan, kebutuhan keselamatan
merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik.
Ancaman yang muncul terhadap keselamatan manusia dapat berupa
ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan bakteriologis. Pasien kadang
kurang menyadari adanya ancaman di rumah sakit atau di tempat-
tempat pelayanan kesehatan. Hal inilah yang membuat perawat harus
menyadari situasi yang mungkin dapat membuat pasien cedera.
Perlindungan yang diberikan bukan hanya ditujukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan tetapi juga memelihara kebersihan (Asmadi,
2008).
Hampir sama dengan keselamatan akan ancaman fisik,
keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman
terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara
mekanis, termis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan
fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang
mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan
difokuskan pada (providing for safety) atau memberikan lingkungan
yang aman, sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang
atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak
diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian.

2. Karakteristik Keamanan dan Keselamatan


1) Pervasiveness (insidensi)
Keamanan yang bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi
semua hal. Artinya pasien membutuhkan keamanan pada seluruh
aktivitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2) Perception (persepsi)
Persepsi sesorang tentang keamanan dan bahaya
mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya.
Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti
dan menerima bahaya secara akurat.
3) Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan pasien
akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi
itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor
dari keamanan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keamanan dan


Keselamatan
1) Usia
Usia dimana risiko cedera dapat bervariasi disetiap jenjang usia dan
tahap perkembangan. Pencegahan terhadap cedera dapat terfasilitasi
dengan baik apabila edukasi pasien terhadap cedera disesuaikan
dengan jenjang usianya. Misalnya, seorang bayi beresiko terhadap
jatuh, sementara untuk lansia membutuhkan pencegahan yang
berkaitan dengan penurunan kemampuan indera.
2) Gaya Hidup
Gaya hidup dapat meningkatkan ataupun menurunkan resiko cedera
atau potensi penyakit bagi individu. Misalnya, seseorang dengan
gaya hidup merokok, maka orang tersebut akan meningkatkan
resiko penyakit paru.
3) Status Mobilisasi
Pasien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan
otot, gangguan keseimbangan atau koordinasi memiliki resiko
untuk terjadinya cedera.
4) Gangguan Sensori Persepsi
Perubahan fungsi sensori pada individu dapat mengubah persepsi
ndividu terhadap lingkup lingkungan keamanannya. Misalnya, jika
salah satu fungsi indera berubah, maka indera lain juga akan
mempengaruhi persepsinya terhadap lingkungan.
5) Tingkat Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus
lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses
berfikir dan tindakan. Pasien yang mengalami gangguan kesadaran
diantaranya pasien yang kurang tidur, tidak sadar atau setengah
sadar, disorientasi, pasien yang menerima obat-obatan tertentu
seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6) Status Emosional
Status emosional meliputi keadaan depresi dan kemarahan yang
dapat memengaruhi persepsi individu terhadap lingkungannya dan
mengubah potensi sikap dalam proses pengambilan risiko.
Misalnya, seseorang yang marah akan cenderung acuh terhadap
lingkungannya.
7) Kemampuan Komunikasi
Pasien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan
mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Pasien
afasia, dengan keterbatasan bahasa, dan pasien yang butah uruf,
atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8) Penurunan Kemampuan Mobilitas
Penurunan kemampuan mobilitas akan meningkatkan resiko cedera
individu karena menyebabkan ketidakseimbangan dalam
koordinasi tubuh. Misalnya, penurunan kemampuan mobilitas pada
ekstremitas bawah dapat meningkatkan potensi individu untuk
cedera.
9) Pengetahuan Pencegahan Kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan
keamanan. Pasien yang berada dalam lingkungan asing sangat
membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu
perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya
cedera.
10) Faktor Lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko
menjadi penyebab cedera baik dirumah, tempat kerja, dan jalanan.
11) Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan.
12) Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional
Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan shock anafilaktik.
13) Keadaan Imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
14) Ketidakmampuan Tubuh Dalam Memproduksi Sel Darah Putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu
penyakit.
15) Status Nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi
beresiko terhadap penyakit tertentu.
16) Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan
dapat diprediksi sebelumnya.

4. Macam – Macam Bahaya / Kecelakaan


Beberapa bahaya yang sering mengancam pasien baik yang berada di
tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
1) Api atau Kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit.
Penyebab kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan
pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga
elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahan-bahan yang
mudah terbakar.
2) Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap
panas, seperti uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan
terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif.
Pasien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah
pasien yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
3) Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh
melalui aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan,
atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama
keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya
atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan
serangga dan ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya
akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau
akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).
4) Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang
harus diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik
dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh:
percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi.
Salah satu pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik
yang grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu
objek langsung kepermukaan tanah.
5) Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya
fungsi pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi
terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta
kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan
nyeri dan gangguan pendengaran walaupun pasien hanya terpapar
sebentar. Terpapar suara 85-95 desibel untuk beberapa jam per hari
dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive. Suara
bising dibawah 85 desibel biasanya tidak mengganggu
pendengaran.
6) Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan
kekurangan oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation
bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada pasien
tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa
disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas atas yang
menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika pasien tidak segera
ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta kematian.

5. Gangguan Terkait Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan


pasien
1) Etiologi
a. Element Patient Safety
a) Adverse drug events (ADE)/medication errors (ME) =
ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan.
b) Restrain use (penggunaan kendali)
c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e) Pressure ulcers (luka akibat penekanan)
f) Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
g) Falls (terjatuh)
b. Most Common Rout Causes of Errors (Akar Penyebab
Kesalahan Yang Paling Umum )
a) Communication problem (masalah komunikasi)
b) Inadequate information flow (arus informasi yang tidak
memadai)
c) Human prbleoms (masalah manusia)
d) Technical failures (kesalahan teknis)
e) Inadequate policies and procedures (kebijakan dan
prosedur yang tidak memadai).
2) Proses Terjadinya
a. Kesalahan memastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus saat untuk
mengidentifikasi pasien secara tidak benar sering mengarah
pada kesalahan pengobatan, transfuse maupun pemeriksaan,
pelaksanaan prosedur yang keliru, penyerahan bayi yang bukan
orang tuanya/keluarganya.
b. Komunikasi tidak benar saat operan
Kesejangan dalam komunikasi saat operan jaga pasien antar
unit pelayanan, serta tim pelayanan bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak
tepat potensial mengakibatkan cedera pasien karena
keterlibatan keluarga dan pasien saat operan jaga.
c. Ketidakpastian tindakan dan kesalahan insisi pada pasien
Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat
adanya miss komunikasi dan tidak adanya informasi.
Akibatnya munculnya kesalahan karena kurangnya proses pra-
bedah seperti verifikasi pra-pembedahan, pemberian tanda
yang akan dioperasi oleh petugas, dan tidak adanya tim yang
terlibat dalam prosedur time out sesaat sebelum memukai
prosedur untuk mengkonfirmasi identitas pasien, prosedur dan
sisi yang akan dibedah.
d. Ketidakpatuhan hand hygiene
e. Penggunaan alat sekali pakai pada pasien yang berbeda
f. Ketidakpatuhan petugas terhadap universal precaution
3) Manifestasi Klinis
a. Tingkat kesadaran dan status kesehatan mental
b. Defisit kemampuan sensori
c. Mobilitas/ Keterbatasan fisik
d. Nokturia
4) Komplikasi
a. Masalah mobilitas
b. Perdarahan
c. Shock
d. Tromboemboli vena
e. Infeksi
f. Kehilangan orang tubuh yang permanen

6. Pemeriksaan Diagnostik Terkait Pemenuhan Kebutuhan Keamanan


dam Keselamatan pasien
a. DL (Hb, leukosit, trombosit dll)
b. Radiologi (ronthgen daerah yang mengalami cedera)
7. Penatalaksanaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan
Keselamatan
1) Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan pasien pada semua usia berfokus pada:
observasi atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan
sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan
yang memberikan kekuatan bagi pasien untuk menjaga dirinya dan
keluarganya dari cedera secara mandiri.
2) Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang biasa di lakukan perawat adalah
memastikan bahwa ketiga elemen tersebut dapat di hilangkan. Jika
kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu:
melindungi pasien dari cedera dan membatasi serta memadamkan
api.
3) Mencegah terjadinya jatuh pada pasien
a) Orientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan
system komunikasi yang ada
b) Hati-hati saat mengkaji pasien dengan keterbatasan gerak
c) Supervisi ketat pada awal pasien dirawat terutama malam hari.
d) Anjurkan pasien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
e) Berikan alas kaki yang tidak licin
f) Berikan pencahayaan yang adekuat
g) Pasang pengaman tempat tidur terutama pada pasien dengan
penurunan kesadaran dangan gangguan mobilitas.
h) Jaga lantai agar tidak licin
4) Melakukan tindakan pengamanan pada pasien kejang
a) Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal
(mencegah nyeri saat terbentur)
b) Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
c) Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
d) Kolaborasi pemberian obatanti konvulsi
e) Berikan masker oksigen jika diperlukan
5) Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
bila terjadi keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun
di rumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan
terdekat serta menyebutkan nama dan gejala yang dialami pasien,
jaga pasien pada posisi tenang kesatu sisi atau dengan kepala
ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
6) Memberikan pertolongan bagi pasien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup
besar) jangan sentuh pasien tersebut sampai pusat listrik dimatikan
dan pasien aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti
nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan
mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan
alas karet, berdirilah diatas lantai non-konduktif, dan gunakan
sarung tangan non konduktif.
7) Melakukan penanganan bagi pasien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek
psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, seerta
gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis
meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan aktifitas otot,
mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat.
Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting,
dinding, dan lantai yang kedap suara, memasang gorden,
memasangkarpet, atau memutar backsound musik.
8) Melakukan Heimlich Maneuver pada pasien yang mengalami
tersedak
9) Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkaat bahaya radiasi tergantung dari : lamanya, kedekatan
dengan sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama
terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat dalam
hal ini adalah memakai baju khusus, memakai sarung tangan,
mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan
membuang semua benda yang terkontaminasi.
10) Melakukan pemasangan restrain pada pasien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan aktifitas fisik pasien atau bagian tubuh pasien. Restrain
diklarifikasikan menjadi fisika (physical) dan kemikal(chemical)
restrain. Fisical adalah restrain dengan metode manual atau alat
bantu mekanik, atau alat-alat yang dipasang pada tubuh pasien
sehingga pasien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas
gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat
kimia neuroleptics, anxioulytics, sedative dan psikotropika yang
digunakan untuk mengontrol tingkah laku social yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering
dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik
diantaranya luka tekan , retensi urine, inkontinensia, dan sulit
BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi psikologisnya
adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut dan
marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai alternative terakhir.
Bila dilakukan maka haruslah :
a. Di bawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa
penyebabnya, dan untuk berapa lama.
b. Klien setuju dengan tindakan tersebut.
11) Penatalaksanaan operatif
1.Jenis tindakan ORIF

REFRENSI TEORI DIATAS

Rifka Ayu Untari 30/12/2015

http://rifkaayuuntari.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/12/30/laporan-pendahuluan-
keamanan-dan-keselamatan/

Shafa Dwi Andzani, 2016

https://www.academia.edu/35822178/Keamanan_Kenyamanan_Klien_docx

November 26, 2018 | Author: Anselma Aprila Prihantari | Category: N/A

https://fdokumen.com/document/lp-pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-
keselamatan

B. Tinjauan Teori Masalah Kesehatan Pemenuhan Kebutuhan


Keamanan dan Kesehatan

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI


( PENGKAJIAN DOROTHEA OREM )
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PASIEN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian meliputi : nama, umur, JK, alamat, pekerjaan,
pendidikan, tanggal pengkajian, no RM, diagnosa medis, nama
penanggung jawab pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : keluhan yang paling dominan dirasakan dan
yang menjadi alas an masuk rumah sakit.
b) Riwayat Penyakit Sekarang : scenario dari pertama kali kejadian,
siapa, apa yang dilakukan, kapan kejadian tersebut, kenapa
kejadian itu bisa terjadi, bagaimana tindakan selanjutnya.
Sesampai di RS tindakan apa yang dilakukan, obat-obatan, hasil
lab, hasil radiologi dll.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : scenario apakah pasien pernah sakit
apa dan dirawat dirumah sakit mana dll.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
e) Riwayat Cedera atau Jatuh
Pengkajian risiko jatuh dapa tmenggunakan instrument Morse
Fall Scale,St. Thomas Risk Assesment Tool in Falling Elderly
Inpatients (STRATIFY), Resident Assesment Instrument (RAI),
Fall Risk Assesment Tool, Henrich Fall Risk Model, dan lain-
lain (Aranda-Galardo,2013)
f) Riwayat Imunisasi
g) Riwayat infeksi akut atau kronik
h) Terapi yang sedang dijalani
i) Stressor emosional: ekspresi verbal dannon verbal, gaya hidup
j) Proses penyakit yang terlihat pada pasien dan keluhan fisik
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a) Udara atau oksigenasi :
- Gangguan pernafasan : apakah ada masalah lain akibat
nyeri
- Alat bantu pernafasan : oksigen 4lpm ataupun lainnya
- Sirkulasi udara : inspirasi memanjang/memendek
- Letak tempat tinggal : jauh dari pabrik/daerah pabrikan
b) Air
-Sebelum sakit :
- Sumber air yang digunakan : POM
- Konsumsi air : air putih 6x/hari
- Kondisi air : bersih
- Skala mandi : 2 x/hari
-Saat sakit :
Minum air

- Frekuensi : 3x/ hari


- Jenis : air putih
- Cara : oral/menggunakan pipet
- Keluhan : tidak ada keluhan.
c) Nutrisi/ makanan
-Sebelum sakit :
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : nasi tim
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus : diet HT
- Makanan yang disukai : semua jenis makanan
- Pantangan : ikan
- Napsu makan : membaik
-Saat sakit :
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : bubur air
- Porsi : 1/2 piring
- Diet khusus : diet HT (rendah garam)
- Makanan yang disukai : semua jenis makanan
Pada pengkajian status nutrisi dapat pula diketahui
tentang IMT pasien
- Pantangan : ikan
- Napsu makan : membaik
d) Eliminasi
BAB
- Sebelum sakit :
 Frekuensi : 2x/hari
 Konsistensi : tidak menentu (padat+cair)
 Warna : hitam kecokelatan
 Bau : khas feses
 Keluhan : tidak ada
- Saat Sakit
 Frekuensi : 1x
 Konsistensi : cair
 Warna : coklat
 Bau : khas feses
 Cara : Pasien menggunakan popok dewasa,
berhubungan dengan pasien harus
imobilisasi.
 Keluhan : ADL total dibantu
perawat/keluarga
BAK
- Sebelum sakit :
• Frekuensi : 5x/hari
• Konsistensi : cair
 Warna : kuning pekat
 Bau : amoniak
 Keluhan : nokturia
- Saat sakit :
 Frekuensi : tidak menentu
 Konsistensi : cair
 Warna : kuning pekat
 Bau : khas amoniak
 Cara : Dower kateter
 Keluhan : rasa nyeri tempat kateter

e) Pola aktivitas dan istirahat


Aktivitas

Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri

Makan dan minum Ya

Mandi Ya

Toileting Ya

Berpakaian Ya
Berpindah Ya

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu


orang lain dan alat, 4: tergantung total.

f) Istirahat Dan Tidur


Sebelum sakit
- Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak
dari pada waktu anda beristirahat?
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? (Ya)
- Berapa jam anda tidur: malam (5 jam), siang (1 jam)
Saat sakit

- Apakah anda pernah mengalami insomnia? (Ya)


- Berapa jam anda tidur: malam (4jam), siang (30 menit)
g) Interaksi sosial
- Kegiatan Lingkungan : gotong royong
- Interaksi Sosial : baik
- Keterlibatan Kegiatan Sosial : terlibat dalam kegiatan
apapun
h) Pemeliharaan kesehatan
- Kebersihan kamar mandi : bersih
- Konsumsi vitamin : tidak
- Imunisasi : ya
- Olahraga : tidak teratur
- Upaya keharmonisan keluarga : konseling
- Sters dan adaptasi : selalu mencari kegiatan
rumah (menyapu halaman rumah)
i) Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga,
kelompok, teman: (baik)
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : (selalu control ke dokter
keluarga)

4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / DELIRIUM/somnolen /
sopor/koma
GCS : verbal : (4) Psikomotor: (3) Mata : (4)

Penampilan : tampak sakit berat, gelisah dan tidak tenang.

Tanda-tanda Vital : Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,70 C, TD =


150/90 mmHg, RR = 14x/menit

2) Kepala
Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
Warna :warna rambut dominan putih
Tekstur : gelombang
Penyebaran : merata
Keadaan : sedikit kusam
Nyeri tekan : saat palpasi kepala terasa sakit
Benjolan : tidak ada
Kebersihan : banyak ketombe (kebersihan kurang)

3) Mata
Kesemetrisan : simetris antara kiri dan kanan
Sclera : kemerahan
Konjungtiva : anemis
Sekret : kadang mengluarkan cairan
Bengkak : periorbital puffiness
Benjolan : tidak ditemukan
Lesi : entropion senilis
Nyeri tekanan : sedikit sakit
Fungsi penglihatan : presbiopi
Reflek pupil : pupil mengalami kontriksi (mula-mula
berdiameter 3mm, terjadi penurunan 1 mm dan reflex cahaya
langsung melemah).
Kebersihan : cukup

4) Telinga
Kesemetrisan : simetris antara kiri dan kanan
Warna : kemerahan
Sekret : tidak ditemukan secret
Bengkak : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi Pendengaran : presbicusis
Kebersihan : bersih

5) Hidung
Kesimetrisan : simetris
Sekret : tidak ada
Bengkak : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Lesi : tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi Penciuman : membaik
Kebersihan : bersih

6) Mulut
Bibir
Kesimetrisan : simetris
Warna : hitam kecokelatan
Tekstur : xerostomia
Mukosa : kering
Sekret : lendir
Bengkak : tidak ada
Benjolan :tdak ada
Lesi : bibir pecah-pecah
Nyeri tekan : tidak ada
 Kebersihan : Infeksi local, terbatas pada kuli tdan
membrane mukosa, anoreksia, mual, muntah.

7) Gigi :
Warna :-
Caries :-
Jumlah :-
Kebersihan :-
Keluhan : pasien sudah ompong

8) Lidah
Warna : putih
Fungsi pengecapan : perubahan fungsi
Tekstur : mengalami perubahan
Kebersihan : kurang bersih

9) Leher
Bentuk : simetris
JVP : 4cm
Thyroid :tidak ada pembengkakan
Bengkak : ada
Mallampati :3
Benjolan :tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Kebersihan : cukup

10) Dada
Bentuk (simetris/tidak),
Pergerakan dinding dada (simetris/tidak),
Nyeri tekan : ada/tidak
Irama pernapasan :teratur/tidak teratur

11) Paru :
Inspeksi : pengembangan dinding dada : simetris/tidak
Palpasi : fremitus : ada/tidak, simetris/tidak
Perkusi :bunyi jaringan paru hipersonor
Auskultasi : Suara dasar :Vesikuler Melemah
Suara tambahan : Ronchi Basah Halus (RBH)

Jantung :
Inspeksi : ictus cordis : tidak nampak
Palpasi : letak jantung : IC ada pada Spatium intercostal (SIC) V di
sebelah medial linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : batas jantung redup
Auskulttasi : Bunyi jantung :
BJ I : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
BJ II : penutupan katub Aorta dan Pulmonal  = DUB
Bising : Murmur :getaran yang terjadi dalam jantung
atau pembuluh darah besar yang diakibatkan oleh bertambahnya
turbulensi darah / cairan.

12) Abdomen
Bentuk : simetris
Tekstur : merata
Bengkak : tidak ada
Benjolan :tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada
Bising Usus : 25x/menit
Distensi abdomen : tidak ada
Bunyi perkusi lambung : hipertimpani
Kebersihan : bersih

13) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Bentuk : tidak simetris antara kiri dan kanan
Warna : putih
Tekstur : merata
Kelembaban : lembab
Turgor :tidak elastic
Bengkak : ekstremitas atas bagian dextra
Benjolan : tidak ada
Lesi : di ekstremitas atas
Nyeri tekanan : ada
Ekstremitas bawah : Kekutan otot : (2) dapat mengerakkan otot
atau bagian yang lemah sesuai perintah
Kebersihan : cukup
Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan
tulang klien, kaji range of motion klien, kaji kekuatan otot
klien, kaji tingkat ADLs klien.

14) Kulit :
Inspeksi :
Lesi : di ekstremitas atas bagian kanan
Warna : sedikit kemerahan
jaringan parut : di bagian kaki kiri
vaskularisasi : ya
Palpasi :  
Tekstur : merata
Turgor : tidak elastic
Edema : pada ektremitas atas bagian kanan

15) Neurologis :
 Status mental dan emosi : stress karena kehilangan organ yang di
insisi
  Pemeriksaan refleks :
Reflek bisep: gleksi lengan pada sendi siku
Reflek trisep : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Reflek brachiradialis : flexi pada lengan bawah,supinasi pada siku
dan tangan
Reflek patella : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
Reflek achiles : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Reflek babinski: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari
kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

Analisa Data
No Symptom Problem Etiologi
1 DS : Pasien mengatakan demam Resiko Infeksi Proses inflamsi

DO : akral hangat, suhu 39, pucat, ,


leukosit 19.000

2 DS : - Resiko jatuh Keletihan, kerusakan


DO : fungsi sensorik,
Lantai licin,tempat tidur tidak terpasang penggunaan obat-obatan,
pengalang, pencahayaan kurang.

3 DS : - Resiko Aspirasi Cedera kepala, koma,


DO batuk dan reflek muntah
Penurunan kesadaran,

4 DS :- Resiko trauma Infeksi, riwayat


DO : pengguaan restrain yang tidak thrombosis, edema, ,
benar, kebutuhan posisi dan
kehilangan respon
protektif sensoris sekunder
akibat anesthesia.

B. MASALAH KESEHATAN ANESTESI Carpenito


1. Resiko infeksi
2. Resiko jatuh
3. Resiko aspirasi
4. Resiko trauma
C. INTERVENSI
Masalah Kesehatan Carpenito Carpenito
Risiko infeksi Kontrolresiko:Kontrolinfeksi Kontrolinfeksi

Faktorresiko: Kriteriahasil: - Menjagakebersihanlingkungan.


- Malnutrisi - Klienbebasdaritanda- - Mencucitangansebelumdansesud
- Penurunan tandainfeksi ahmemberiperawatandanpengoba
haemoglobi - Klienmampumenjelaka tan.
n ntandadangejalainfeksi - Menggunakansarungtangansaatm
- Prosedurinv - Klienmenunjukkankem elakukanperawatan.
asif ampuanuntukmencegah - Membatasipengunjungbilaperlu.
timbulnyainfeksi - Mendorongkeluargauntukmencuc
itangansaatmasukdanmeninggalk
anruangan.
- Mendorongklienuntukmeningkat
kan intake nutrisi,
cairandanistirahat.
- Menekankanmemperbanyakintak
e proteinuntukpembentukan
system imun.
- Mengajarkankepadakliendankelu
argatentangcaramencegahinfeksi
dantandagejalainfeksi.
- Mengkajisuhuklien,
danmelaporkanjikasuhulebihdari
38Oc.
- Memonitornilailaboratorium.
- Mengkajiwarnakulit, teksturdan
turgor.
Risiko jatuh Perilakukeamanan: Pencegahanjatuh
Personal - Mengidentifikasipenurunankogni
Faktorresiko Kriteriahasil: tifdanfisikklien yang
- Usialebihdar - Tercapainyakeseimban dapatmeningkatkanpotensialuntu
i 43 tahun\ gantidurdenganistirahat kjatuh.
- HIdupsendir danaktifitas. - Mengidentifikasikarakteristikling
i - Digunakannyaalatbantu kungan yang
- Peningkatan yang tepat. dapatmeningkatkanpotensialuntu
kadarglukos - Digunakannyaalatpelin kjatuh.
adalamdarah dungdiri yang tepat. - Membantuklienuntukambulasi.
- Anemia - Tindakan yang - Menguncirodatempattidur.
D. PELAKSANAAN

Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai


dengan permasalahan keamanan yang dihadapi oleh klien. Perawat melakukan
tindakan untuk mencapai yang telah ditetapkan melaui pelaksanaan carpenito yang
telah disusun.

Implementasi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan


keamanan klien. Karena sebagian besar tindakan keperawatan dapat diterapkan pada
semua lingkungan, maka intervensi tersebut harus terdiri dari dua bagian:
pertimbangan tahap perkembangan dan perlindungan lingkungan.

Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang spesifik untuk


mengurangi risiko pada setiap kelompok perkembangan usia. Intervensi lingkungan
bertujuan untuk memodifikasi lingkungan sehingga dapat megeliminasi atau
meminimalkan bahaya yang ada atau berpotensial.

E. EVALUASI

Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi risioko pada klien dievaluasi
dengan cara membandingkan criteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama
tahap perencanaan. Jika tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap
efektif dan tepat.

Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah ada risiko baru yang
berkembang pada klien atau apakah risiko sebelumnya tetap ada.
Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanent untuk
mengurangi risiko yang mengancam keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien
dan keluarga secara terus menerus untuk menentukan dukungan tambahan seperti
perawatan di rumah, terapi fisik, dan konseling, dan pendidikan kesehatan lanjutan.

Lingkungan yang aman berperan penting dalam meningkatkan , mempertahankan dan


memulihkan kesehatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat mengkaji
klien dan lingkungannya untuk menentukan factor risiko cedera, megelompokkan
factor-faktor risiko tersebut, membuat diagnosa keperawatan, dan merencanakan
intervensi yang spesifik, termasuk pendidikan kesetan klien. Hasil yang diharapkan
meliputi lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klien tentang factor-faktor yang
menunjang keamanan dan tindakan pencegahan, dank lien terbebas dari cedera.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2014. Analisa dokumentasi keperawatan pada asuhan keperawatan
kebutuhan keamanan dan keselamatan.
Anonym. 2014. Asuhan keperawatan klien dengan masalah keamanan dan
keselamtan.
Carpenito. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 10. EGC. Jakarta
WOC

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan keselamatan pasien

Identifikasi Kamunikasi Salah obat Salah insisi Ketidakpatuha Resiko


pasien(-) (-) n cuci tangan jatuh

Medical
eror

Perdaraha Shock Masalah Tromboemb Infeksi Kehilangan Kematian


n mobilitas oli vena organ tubuh
yang
permanen

Anda mungkin juga menyukai