Anda di halaman 1dari 17

PEMBINAAN DAN

PENGEMBANGAN BAHASA
INDONESIA
OLEH
I PUTU GEDE SUTRISNA, S.PD.,M.PD.
PENDAHULUAN

Mengapa Bahasa Indonesia perlu


dikuliahkan kepada mahasiswa?
Istilah “pembinaan bahasa Indonesia” diartikan sebagai suatu usaha
sadar, terencana, dan sistematis mengenai peningkatan mutu bahasa
Indonesia sedemikian rupa sehingga masyarakat pemakainya memiliki
kegairahan, kebanggaan, kesetiaan, dan kebertanggungjawaban dalam
mempergunakannya, sedangkan
“pengembangan bahasa Indonesia” diberi batasan sebagai usaha sadar,
terencana, dan sistematis tentang peningkatan mutu dan kelengkapan
bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia itu dapat
digunakan secara efektif sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam
masyarakat Indonesia (Halim, 1979; Masnur dan Suparno, 1987; Sudiara,
2006).
PEMBINAAN BAHASA INDONESIA

Sasaran pembinaan bahasa Indonesia adalah masyarakat


pemakai bahasa Indonesia.
Latar belakang perlunya pembinaan bahasa Indonesia adalah
karena kenyataan membuktikan bahwa kegairahan, kebanggaan,
kesetiaan, dan kebertanggungjawaban masyarakat pengguna
bahasa Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan, jauh dari
harapan sehingga sulit dibayangkan terwujudnya integrasi
nasional dan harmoni sosial.
Politik Bahasa Nasional (Halim, 1980)
merumuskannya, tujuan pengajaran bahasa
Indonesia adalah penutur bahasa Indonesia
memiliki
(a)pengetahuan yang baik mengenai bahasa
Indoneia,
(b)keterampilan berbahasa Indonesia yang
memadai, dan
(c)sikap positif terhadap bahasa Indonesia
termasuk sastranya.
Mengapa yang nonbaku perlu dikenalkan?
 Untuk hal itu, perlu disadari bahwa bahasa Indonesia tidak hanya dipakai dalam situasi

resmi atau formal, tetapi juga dalam situasi lain, seperti dalam pergaulan sehari-hari
(obrolan di balai desa, bersantai di kantin kampus atau di rumah), perdagangan (jual beli di
toko atau pasar), dan bertegur sapa di jalan.
PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
 Sasaran pengembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia itu sendiri, bagaimana bahasa
Indonesia dapat menjalankan kedudukan dan fungsinya.

 Latar belakang perlunya pengembangan bahasa Indonesia adalah karena bahasa Indonesia (dengan nama
Indonesia) merupakan bahasa yang masih muda usianya (jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa modern
di dunia).

 Sebagaimana diketahui bahwa salah satu faktor yang memungkinkan “diangkatnya” bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah karena bahasa Melayu (Indonesia)
bersifat reseptif, yakni mudah menerima pengaruh (dari bahasa-bahasa lain) dalam rangka pengembangan
dirinya.

 Pengembangan bahasa Indonesia (sampai dengan keadaannya sekarang ini) berorientasi pada berbagai
unsur bahasa sumber, yakni (1) unsur swadaya bahasa Indonesia, (2) unsur bahasa serumpun, dan (3)
unsur bahasa asing.
1. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Swadaya Bahasa
Strategi pertama, analogi, adalah pembentukan baru berdasarkan pola atau contoh
yang sudah ada sebelumnya.

Kata dewa-dewi dan putra-putri, misalnya, sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia (bahkan sejak bernama
bahasa Melayu). Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna. Fonem /a/ dan /i/ pada akhir kata-kata itu
memiliki fungsi menyatakan jenis kelamin: dewa adalah sebutan untuk hyang yang berjenis kelamin maskulin dan
dewi mengacu pada jenis kelamin feminim; putra menyatakan jenis kelamin laki-laki, dan putri menunjukkan kelamin
perempuan. Berdasarkan contoh pola itu, dalam bahasa Indonesia dibuat bentukan-bentukan baru: saudari di
samping bentuk saudara, mahasiswi di samping mahasiswa, pemudi di samping pemuda, dan sebagainya. Akan
tetapi, bentukan seperti itu tidak mutlak dan harus dibatasi, sekadar yang memang diperlukan. Jangan sampai
bentukan baru berbenturan artinya dengan kata yang sudah ada. Sebagai contoh, janganlah dibentuk kata babi di
samping kata baba (babah), sebutan bagi seorang laki-laki dewasa dari etnis Cina (Badudu, 1993).
1. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Swadaya Bahasa

Strategi kedua dalam pengembangan bahasa Indonesia berdasarkan unsur


swadaya bahasa adalah pemberian makna baru terhadap unsur leksikal
yang sudah ada. Dengan strategi ini, kata-kata tertentu yang diberi makna
baru itu akan memiliki distribusi daerah atau bidang pemakaian yang lebih
luas.

Contohnya, pengasaran (seperti sebutan ‘anjing’, ‘babi’, ‘monyet’, atau


‘kadal’ untuk seseorang yang dibenci dan ‘harimau’ bagi seseorang yang
bengis);
1. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Swadaya Bahasa

Strategi ketiga dalam pengembangan bahasa Indonesia berdasarkan unsur swadaya


bahasa adalah pengaktifan kembali unsur-unsur leksikal lama yang “sudah mati”.
Dalam masalah ini, sejarah bahasa menunjukkan bahwa unsur leksikal tertentu pada
kurun waktu tertentu tidak digunakan atau tidak diaktifkan lagi. Akan tetapi, sejarah
bahasa juga menunjukkan bahwa pada suatu ketika pemakai bahasa memiliki konsep
yang bisa diwadahi dengan unsur leksikal yang telah “dinonaktifkan” itu, baik dengan
makna yang sama maupun dengan makna yang lebih luas atau lebih sempit daripada
makna mulanya. Pengaktifan kembali kata-kata seperti tolok, pakar, mantan,
pelanggan dan yang sejenisnya adalah contoh-contoh hasil strategi ini.
1. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Swadaya Bahasa

Strategi keempat dalam pengembangan bahasa Indonesia berdasarkan unsur


swadaya bahasa adalah pengimbuhan (derivasi). Derivasi merupakan pengimbuhan
afiks yang tidak bersifat infleksi pada bentuk dasar untuk membentuk kata. Ada
berbagai imbuhan dalam bahasa Indonesia: awalan atau prefiks (ber-, ke- me-, pe-,
per-, se-), sisipan atau infiks (-in-, -em-, -er-), akhiran atau sufiks (-an, -i, -kan), imbuhan
gabung (ber-an, ber-in-an, dime-i, keber-an, memper-), dan konfiks (ber-an, memper-i,
memper-kan).

Derivasi kata tidur, misalnya, dapat berupa tiduran, tidur-tiduran, tiduri, tidurkan, tidurlah,
bertiduran, ditiduri, ditidurkan, ketiduran, meniduri, menidurkan, dan tertidur.
1. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Swadaya Bahasa

Strategi keenam dalam pengembangan bahasa Indonesia berdasarkan


unsur swadaya bahasa adalah akronim (penciptaan bentuk baru lewat
proses penamaan baru). Akronim merupakan salah satu model
pemendekan kata. Model pemendekan kata yang lain adalah singkatan.
2. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Bahasa Serumpun

Pengembangan bahasa Indonesia berdasarkan unsur bahasa serumpun ini memberi


keuntungan dalam bidang fonologi, morfologi, dan semantik bagi bahasa Indonesia
karena antara bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa serumpunnya memiliki kemiripan
struktur pada ketiga bidang tersebut. Oleh karena itu, penyesuaian atau adaptasi unsur-
unsur bahasa serumpun itu ke dalam bahasa Indonesia tidak terlalu banyak mengalami
kesulitan. Contoh-contoh yang dapat dipakai untuk mewujudkan pengembangan itu
antara lain kata bareng, ejawantah, ganyang, godok, gembleng, kolot, dan wejangan.
3. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Bahasa Asing

Dalam bidang kosakata, dapat diamati contoh-contoh pengembangan berdasarkan


unsur bahasa Inggris, seperti aktif, dominan, organisasi, partisipasi, dan resesi yang
masing-masing berasal dari bentuk asli active, dominant, organization, participation,
dan recession. Bunyi atau fonem yang berasal dari bahasa Inggris, antara lain, adalah
/f/ seperti yang terdapat pada kata faktor, federal, film, dan fokus, dan /v/ seperti pada
kata variasi atau varietas, vitamin, volume, dan vegetarian diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia, walaupun keberadaan atau posisinya masih seperti pada kata-kata yang
berasal dari bahasa aslinya.
3. Pengembangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Unsur Bahasa Asing

Strategi yang ditempuh dalam pengembangan bahasa Indonesia


berdasarkan unsur bahasa asing dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu adopsi, adaptasi, dan penerjemahan (Sudiara, 2006).
 Adopsi adalah pengambilan atau memungutan secara utuh unsur bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia, seperti terlihat pada abad, ahad, adipati, hulubalang, perdana menteri, mi pangsit, dan
puyunghai.

 Adaptasi adalah penyesuaian unsur-unsur bahasa yang masuk dengan tata bunyi dan pola
pembentukan kata bahasa Indonesia. Hal ini tampak pada kata-kata aktivitas, ekspor, kontrak, metode,
organisasi, dan teori yang masing-masing diadaptasi dari bentuk aslinya activity, export, contract,
method, organization, dan theory.

 Penerjemahan merupakan alih bahasa yang dilakukan dengan mencari atau membentuk padanan
kata dari unsur asing itu ke dalam bahasa Indonesia, seperti tampak pada istilah alat pandang dengar,
perakitan, rekayasa, dan pemerolehan yang masing-masing dipadankan dari istilah atau kata-kata
bahasa asing audio visual aid, assembling, engineering, dan acquisition.
TERIMA KASIH
PERGUNAKANLAH BAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR

Anda mungkin juga menyukai