Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Peradaban Arab Pra Islam: Sistem Politik Kemasyarakatan,


Kepercayaan dan Kebudayaan

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen pengampu : Dr. H. Mardinal Tarigan, MA

Oleh Kelompok Tiga:

1. Dinda Rahayu (0307182086)

2. Andre Uyun Safira (0307182060)

3. Fadilah Agnes Lubis (0307181032)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan kepada kita semua, sehingga kita dapat menjalani rutinitas kita sehari-
hari. Shalawat beriringkan salam marilah kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW.
Ucapan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing dan kawan-kawan yang
turut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Dalam pembuatan makalah ini, kami yakin dan percaya bahwasannya


terdapat kesalahan dan kekhilafan baik dalam penulisan maupun isi yang
terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sebagai penulis sangat berharap
partisipasi dari teman selaku pendengar dan dosen pembimbing untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun supaya dalam penulisan
makalah ke depannya, kami dapat menulisnya dengan lebih baik lagi. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Medan, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Politik dan Kemasayarakatan Arab........................................3


B. Sistem Kepercayaan Arab.....................................................................4
C. Sistem Kebudayaan Arab.....................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa


jahiliyyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral
masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan
padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup
berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang
penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat
jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih
kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan
peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini
terus berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.

Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali
tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai
bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada waktu
itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh
posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung
jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria.

Dilihat dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi
kaumkaum Bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa
dilacak secara rinci dan komplit, seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais,
Amlaq dan lain-lainnya
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub
bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan
Isma’il, yang disebut pula Arab Adnaniya
Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang
sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di
dunia yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang
erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi
dan kondisi Arab pra-Islam

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Politik Kemasyarakatan Arab Pra Islam?
2. Bagaimana Sistem Kepercayaan Arab Pra Islam?
3. Bagaimana Sistem Kebudayaan Arab Pra Islam?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan bagaimana Sistem Politik Kemasyarakatan Arab Pra
Islam
2. Untuk menjelaskan Sistem Kepercayaan Arab Pra Islam
3. Untuk menyelesaikan Sistem Kebudayaan Arab Pra Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Politik Kemasyarakatan


Bangsa Arab tidak memiliki sistem pemerintahan seperti yang kita kenal
sekarang ini. Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan
(model kabilah). Kepala sukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang
dipilih antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang lebih tua, biasanya
dari anggota yang masih memiliki hubungan famili. Shaikh tidak berwenang
memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau mengenakan
hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban hanya melekat pada warga suku secara
individual, serta tidak mengikat pada warga suku lain.1
Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya
adalah di satuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga
daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah
ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja. Anggota kabilah harus mentaati
pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan damai ataupun
perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti
layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang
pemimpin murka, sekian ribu mara pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa
yang membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem dictator. Banyak hak yang
terabaikan, rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan
hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin
menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mangumbar syahwat, bersenang-
senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan
kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat
hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan
sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.

1
A. Latif Osman, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta: Widjaya, 2000

3
Menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam struktur masyarakat
Arab pra-Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan tidak tertulis. Sehingga
pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan menjatuhkan hukuman pada
anggotanya. Namun dalam bidang perdagangan, peran pemimpin suku sangat
kuat. Hal ini tercermin dalam perjanjian-perjanjian perdagangan yang pernah
dibuat antara pemimpin suku di Mekkah dengan penguasa Yaman, Yamamah,
Tamim, Ghassaniah, Hirah, Suriah, dan Ethiopia.2

B. Sistem Kepercayaan Arab

Dalam hal kepercayaan (Aqidah), bangsa Arab pra-Islam percaya kepada


Allah sebagai pencipta. Mereka sudah memahami keesaan Allah dan mengikuti
agama yang menuhankan Allah. Sebelum Nabi Muhammad saw diutus, mereka
sudah kerap kali kedatangan dakwah dari para nabi utusan Allah, yang
menyampaikan seruan agar menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa semata-
mata, jangan sampai mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. Nabi-nabi utusan
Allah yang datang dan berdakwah kepada bangsa Arab diantaranya Nabi Nuh as
diutus untuk kaum ‘Ad dan Nabi Shaleh diutus untuk kaum Tsamud. Mereka
tidak mau menerima seruan para nabi Allah itu hingga diutusnya Nabi Ibrahim as
dan Nabi Ismail as. Seruan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diterima baik di sekitar
Jazirah Arab. Namun beberapa puluh tahun kemudian, kesucian agama Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail diputarbalikkan, diubah, direka, ditambah, dan dikurangi
oleh para pengikutnya.
Menurut Munawar Chaili, yang dikutip oleh Maslani dan Ratu Suntiah,
bangsa Arab percaya dan yakin bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan itu Maha Esa.
Dia yang menciptakan segenap makhluk, yang mengurus, yang mengatur, dan
pemberi sesuatu yang dihajatkan oleh segenap makhluk. Akan tetapi, dalam
menyembah (beribadah) kepadanya, mereka membuat atau mengadakan berbagai
perantara, dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.
Berkaitan dengan agama, Arab pra-Islam memeluk agama Ibrahim.
Namun nantinya ketauhidan mereka akan terkontaminasi dengan menyembah
berhala. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala tersebut merupakan
2
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1981

4
perantara antara mereka dengan Tuhan. Adapun keadaan masyarakat sebelum
datangnya Islam mereka tenggelam dalam adat jahiliyah. Seperti membunuh anak
perempuan, sistem jual beli yang banyak mengandung unsur tipu dan merugikan,
percaya akan sebuah ramalan dan lain-lain. Meskipun demikian bangsa Arab
dikenal bangsa pemberani yang memiliki rasa kesukuan tinggi.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka
ditempat-tempat tertentu, seperti:
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih
kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari
kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada
agama Ibrahim. Selain itu, orang-orang Arab juga mempercayai dengan
pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga
percaya kepada perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum. Sekalipun
masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, namun masih ada sisa-sisa dari agama
Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan
terhadap Ka’bah, Thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan
Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Masyarakat Arab pra-Islam memeluk berbagai macam agama, di antaranya
Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hanifiyah. Agama-agama ini merupakan agama
warisan dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masih terus berlangsung
sampai datangnya Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari
agamaagama sebelumnya. Orang-orang Yahudi berubah menjadi orang-orang
yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan
selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan
menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi
mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat
musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran-
ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang
dianjurkan untuk mensucikannya. Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi

5
agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan pencampuran antara
Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka
tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model
kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk
dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati,
kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa. Lahirnya peradaban
Islam menumbangkan peradaban jahiliyah yang ada.
Lahirnya peradaban Islam dimulai sejak lahirnya Rasulullah saw. Berita
tentang lahirnya seorang nabi akhir zaman yang dijanjikan terdengar di seluruh
negeri Arab. Dikatakan oleh Qâdli ‘Iyâd bahwa, menjelang lahirnya nabi yang
dikatakan Isa as dengan nama Ahmad, banyak sekali orang Arab yang memberi
nama anaknya yang baru lahir dengan nama Ahmad dan Muhammad, dengan
harapan kelak dia yang akan menjadi nabi yang dinantikan. Negara Arab adalah
tempat pertama kali Islam disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sejarawan
menuliskan bahwa ketika Nabi melaksanakan dakwah Islam di Arab banyak
sekali tantangan dan rintangan dan bahkan sampai terjadinya peperangan.
Ada sebuah pengamatan menarik yang dilakukan oleh seorang penulis tanah
air, Mansour Fakih melalui tulisannya yang berjudul “Mencari Teologi untuk
Kaum Tertindas”. Ia beranggapan bahwa perlawanan Quraisy Mekkah terhadap
Muhammad saw tidak sebatas karena teologi, akan tetapi perlawanan akan paham
egalitarianisme yang dibawakan oleh Rasulullah saw untuk menandingi dan
membebaskan masyarakat Makkah dari sistem kapitalis. Karena saat itu Makkah
merupakan pusat perekonomian kapitalis yang terbangun atas koorporasi suku-
suku penguasa perdagangan kawasan Bizantium.3
C. Sistem Kebudayaan Arab

Kebudayaan masyarakat Arab pra-Islam yang paling menonjol adalah bidang


sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Negeri Yaman adalah tempat tumbuh
kebudayaan yang amat penting yang pernah berkembang di Jazirah Arab sebelum
Islam datang. Bangsa Arab termasuk bangsa yang memiliki rasa seni yang tinggi.

3
Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008

6
Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa Arab (syair) merupakan suatu seni
yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa tersebut.
Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk
mendengarkan syair-syairnya. Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair
berkumpul yaitu pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Di pasar-pasar itulah
penyair-penyair memperdengarkan syairnya yang sudah disiapkan untuk itu.

Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam masyarakat


Arab. Bila pada suatu suku/kabilah muncul seorang penyair, maka berdatanganlah
utusan dari kabilah kabilah lain untuk mengucapkan selamat kepada kabilah itu.
Untuk itu, kabilah tersebut mengadakan acara-acara dan jamuan besar-besaran
dengan menyembelih binatang ternak. Untuk upacara ini, wanita-wanita cantik
dari kabilah tersebut keluar untuk menari, menyanyi, dan bermain menghibur para
tamu. Upacara yang diadakan adalah untuk menghormati sang penyair. Dengan
demikian penyair dianggap mampu menegakkan martabat suku atau kabilahnya.
Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat
meninggikan derajat orang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat menghinakan
orang yang tadinya mulia.

Bilamana penyair memuji orang yang tadinya hina, maka dengan mendadak
orang hina itu menjadi mulia, demikian pula sebaliknya. Jika penyair mencela
seseorang yang tadinya mulia, orang tersebut mendadak menjadi orang yang hina.
Sebagai contoh, ada seorang yang bernama Abdul Uzza ibnu Amir. Dia adalah
seorang yang mulanya hidupnya melarat. Putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak
ada pemuda-pemuda yang mau memperistrikan mereka. Kemudian dipuji-puji
oleh Al Asya seorang penyair ulung.Syair yang berisi pujian itu tersiar ke mana-
mana.Dengan demikian, menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, dan akhirnya
kehidupannya menjadi baik, dan berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-
putrinya.

Mereka mengadakan perlombaan bersyair dan syair-syair yang terbagus


biasanya mereka gantungkan di dinding Ka’bah tidak jauh dari patungpatung
pujaan mereka agar dinikmati banyak orang, jika syairnya itu telah digantungkan
di dinding Ka’bah, sudah pasti suku/kabilah tersebut naik pula martabat dan

7
kemuliaannya. Dengan demikian, potret seluruh kebudayaan bangsa Arab telah
tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair mereka.4

Adat Kebiasaan Masyrakat Arab Pra Islam / Sebelum Islam

Sejarah perkembangan masyarakat Arab tidak dapat dipisahkan dari


sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan
dibesarkan Islam. Sebaliknya Islam sebagai agama samawi, perkembangannya
dipengaruhi peradaban bangsa Arab.

Lingkungan alam di mana suatu bangsa hidup serta berkembang


mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan tabiat, adat istiadat, sosial,
ekonomi dan budaya suatu bangsa. Dalam kaitan dengan pengaruh lingkungan
bangsa Arab terhadap corak perkembangan Islam, para sejarawan merumuskan
sejumlah karakteristik tabiat bangsa Arab yang mungkin mempengaruhi
pertumbuhan Islam, antara lain:

Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada adat dan tradisi kabilahnya
masing-masing yang tercermin dalam kegemarannya menjamu tamu-tamunya atas
nama kabilah. Meskipun demikian, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa
pada masa jahiliyah masyarakat Arab adalah masyarakat yang sangat tidak
beradab. Gemar melakukan perampasan dan perusuhan, tidak memiliki skill dan
ilmu, tetapi pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan sanggup
berkorban untuk hal–hal yang dipandangnya baik.

Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan,
seperti :

1) Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit


dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk
memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu
bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka
kehendaki.

4
Badri Yatim dan H. D. Sirojuddin AR, Sejarah Kebudayaan Islam , Jakarta: Departemen Agama
RI.

8
2) Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan
bersujud dihadapannya.
3) Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.
4) Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-
berhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka
pada saat itu. Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya,
dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada
Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta memberikan
manfaat di sisi-Nya.
5) Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib
dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada
perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum.
6) Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial
dengan sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang
mati terbunuh, jiwanya tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan,
ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di padang seraya
berkata,”Berilah aku minum, berilah aku minum”!jika dendamnya sudah
dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.

Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari
agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti
pengagungan terhadap ka’bah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di
Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.

Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan
terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari, keyakinan terhadap hayalan dan
khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan
mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi,
Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu
hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan
aqidah terlalu berkembang pesat.

9
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan
islam. Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal
yang merusak. Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru
keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka
mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka
tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan perjalanan waktu, mereka berubah
menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang
menggambarakan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian
mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.

Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang


angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain
Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan
menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi
mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat
musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran-
ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang
dianjurkan untuk mensucikannya.

Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit


dipahami dan menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia.
Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh
yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka
jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan. Semua agama dan tradisi
Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan masyarakatnya sama
dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan
kebiasaan mereka hampir serupa.5

BAB III
5
Effat al-Sharqawi,Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung: Pustaka, 1986

10
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara sosiologis, bangsa Arab sebelum Islam merupakan bangsa yang hidup
secara kesukuan. Mereka hidup berpindah-pindah. Hal ini disebabkan kondisi
geografis yang tidak mendukung, seperti model tanah yang tandus, berbatu,
padang pasir luas serta beriklim panas dan jarang turun hujan. Dalam keadaan
semacam ini, wajar jika mereka memiliki watak keras, suka berperang,
merampok, berjudi, berzina, sehingga terkesan jauh dari nilai-nilai moral
kemanusiaan. Demikian ini seakan-akan menjadi tradisi masyarakat Arab sebelum
Islam. Keadaan semacam inilah yang menjadikan zaman tersebut disebut zaman
jahiliyyah.

Dunia politik Arab pra-Islam lebih didominasi oleh model kesukuan.


Pimpinan tertinggi dari suku dinamakan Shaikh. Fungsi pemerintahan Shaikh ini
lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) dari pada memberi komando. Shaikh
tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau
mengenakan hukuman-hukuman.

Sementara jika ditinjau dari sisi keagamaan, masyarakat Arab pra-Islam


memeluk berbagai macam agama, di antaranya Paganisme, Yahudi, Kristen dan
Hanifiyah. Agamaagama ini merupakan agama warisan dari pendahu-
pendahulunya. Keadaan tersebut masih terus berlangsung sampai datangnya Islam
sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari agama-agama sebelumnya.

Sebagian masyarakat Arab pra-Islam sudah mempercayai bahwa Allah adalah


Tuhan Sang Pencipta, lantaran dakwah yang samapai pada mereka sebelum Nabi
Muhammad Saw. yaitu oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Namun beberapa puluh
tahun kemudian kepercayaan mereka diputarbalikan, direka, diubah, ditambah dan
dikurangi oleh masyarakat pengikutnya

DAFTAR PUSTAKA

11
Hasan, Abul. 2008. Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.Yogyakarta:
Mardhiyah Press.

Badri Yatim dan H. D. Sirojuddin AR. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Departemen
Agama RI.

Badri, Yatim.2008.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


Hamka.1981.Sejarah Umat Islam.Jakarta: Bulan Bintang.

Effat al-Sharqawi, 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka.

A. Latif Osman, 2000. Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta: Widjaya

12

Anda mungkin juga menyukai