Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (Life Skills)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Luar Sekolah
Yang diampuh oleh,
Dosen Pengampu : Eni Listiati, M.Pd

Oleh kelompok 7 :

Tasya Ananda : 0307181030


Erika Syahfitri : 0307182049
Sariana Matondang : 0307181023
Khoiriah Syafitri : 0307181012
Ummu Hani : 0307182079
Khairul Umam : 0307182081

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM-2
T.A 2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan kepada kita semua, sehingga kita dapat menjalani rutinitas kita sehari-hari.
Shalawat beriringkan salam marilah kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW. Ucapan
terima kasih kepada Ibu dosen pembimbing dan kawan-kawan yang turut
berpastisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu, makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas kelompok
dari dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah.
Dalam pembuatan makalah ini, kami yakin dan percaya bahwasannya
terdapat kesalahan dan kekhilafan baik dalam penulisan maupun isi yang terkandung
di dalamnya. oleh karena itu,kami sebagai penulis sangat berharap partisipasi dari
teman selaku pendengar dan Ibu dosen pembimbing untuk memberikan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, supaya dalam penulisan makalah kedepannya kami
dapat menulisnya dengan lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

Medan, November 2021

Pemakalah,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kecakapan Hidup........................................................................3
B. Profil Kecakapan Vocational yang Berkembang di Masyarakat...................4
C. Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Implementasi Vocational Skills.............6
D. Keterampilan Hidup Sehat............................................................................8
E. Kurikulum Berbasis Kompetensi.................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................12
A. Simpulan......................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama


dilakukan. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, kalangan SLTP merasa bekal
lulusan SD kurang baik untuk memasuki SLTP, kalangan SLTA merasa lulusan
SLTP tidak siap mengikuti pembelajaran di Sekolah Menengah, dan kalangan
perguruan tinggi merasa bekal lulusan SLTA belum cukup untuk mengikuti
perkuliahan. Terkait dengan itu, studi Blazely dkk, mengatakan bahwa
pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoretik dan tidak terkait dengan
lingkungan di mana anak berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk maksud tersebut, pendidikan perlu dikembalikan kepada prinsip
dasarnya, yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (humanisasi).
Pendidikan juga harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik agar
berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu dan
senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan juga
diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri,
sambil meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat dan
lingkungannya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sangat diperlukan pola pendidikan yang
dengan sengaja dirancang untuk membekali peserta didik dengan kecakapan hidup,
yang secara integratif memadukan kecakapan generik dan spesifik guna memecahkan
dan mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas
manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan penumpukan
pengetahuan yang tidak bermakna. Bukankah dalam hidup ini, di manapun dan
kapanpun, orang selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan? Dengan
bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu
memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau
menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.
Maka dari itu, Pada bagian pembahasan, akan dijelaskan dan dideskripsikan

1
mengenai Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Dari Kecakapan Hidup?
2. Bagaimana Profil Kecakapan Vocational yang Berkembang di
Masyarakat?
3. Bagaimana Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Implementasi Vocational
Skills?
4. Bagaimana Keterampilan hidup Sehat?
5. Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat Menguraikan Pengertian Dari Kecakapan Hidup .
2. Agar mahasiswa dapat Menguraikan Profil Kecakapan Vocational yang
Berkembang di Masyarakat.
3. Agar mahasiswa dapat Menguraikan Pendidikan Sistem Ganda Sebagai
Implementasi Vocational Skills.
4. Agar mahasiswa dapat Menguraikan Keterampilan hidup Sehat (Healthy
Life Skills).
5. Agar mahasiswa dapat Menguraikan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecakapan Hidup

Setiap anak yang dilahirkan mempunyai potensi dalam dirinya.Potensi-


potensi yang ada dalam dirinya harus dikembangkan secara maksimal, sehingga anak
dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik.Perlunya stimulasi pendidikan
untuk mengembangkan potensi tersebut, salah satunya kecakapan hidup. Dengan
kecakapan hidup yang dimiliki, anak tidak akan merasa kesulitan dalam berinteraksi
dan beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang baru1. Pengertian life skill atau biasa
disebut sebagai kecakapan hidup jika di lihat dari segi bahasa berasal dari dua kata
yaitu Life dan skill. Life berarti hidup, sedangkan skill adalah kecakapan,
kepandaian, ketrampilan. Sehingga life skill secara bahasa dapat diartiakan sebagai
kecakapan, kepandaian, keterampilan hidup. Umumnya dalam penggunaan sehari-
hari orang menyebut life skill dengan istilah kecakapan hidup.
Kecakapan Hidup (LifeSkill) adalah kemampuan dan keberanian untuk
menghadapi problema kehidupan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya2. Dengan demikian pendidikan berorientasi
life skill bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan
problema hidup dan kehidupan, baik sebagai kehidupan pribadi yang mandiri, warga
masyarakat, maupun sebagai warga negara.dengan hasil yang dapat mencapai apa
yang menjadi tujuan hidupnya. Berikut terdapat beberapa pengertian dari kecakapan
hidup menurut beberapa para pakar :
1. Menurur Listyono, kecakapan hidup (life skill) yaitu kemampuan dan
keberanian untuk menghadapi problematika kehidupan, kemudian secara
proaktif dan kreatif, mencari serta menemukan solusi untuk mengatasi
permasalahan.
2. Menurut Anwar life skill adalah pendidikan yang dapat memberikan bekal
ketrampilan yang praktis terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja,
peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.
1
Sugihartono, dkk., Pendidikan murid pembelajaran disekolah, (Yogyakarta : UNY
PressJujun S, 2007), h,47.
2
Barrie Hopson, LifeSkills Teaching (England: McGraw-Hill. 1981), h. 43.

3
3. Kent Davis mengemukakan bahwa kecakapan hidup (life skill) “manual
pribadi” bagi tubuh seseorang. Kecakapan ini membantu peserta didik
belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya, bekerja
sama dengan secara baik dengan orang lain, membuat keputusan yang
logis, melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan didalam
kehidupannya.
4. Menurut Kemendiknas, Istilah life skill menurut Depdiknas tidak semata-
mata diartikan memiliki keterampilan tertentu (vocational job) saja, namun
ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional
seperti mambaca, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah,
mengelolah sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja
mempergunakan teknologi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup merupakan
kesanggupan seseorang menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya baik dari
lingkungan internal dan eksternal yang kemudian diselesaikan dengan kreatifitas dan
usaha-usaha yang produktif. Life skill memotivasi anak-anak dengan cara
membantunya untuk memahami diri dan potensinya sendiri dalam kehidupannya,
sehingga mereka mampu untuk menyusun tujuan-tujuan hidup dan melakukan proses
problem solving apabila dihadapkan persoalan-persoalan hidup.

B. Profil Kecakapan Vocational yang Berkembang di Masyarakat

Kecakapan Vocational merupakan kecakapan yang tertuju pada kemampuan


kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
terdapat dimasyarakat. Pengenalan Vocational skills terhadap peserta didik bukanlah
untuk mengganti kurikulum yang ada, akan tetapi untuk melakukan reorientasi
kurikulum yang ada sekarang agar benar – benar mereflesikan nilai – nilai kehidupan
nyata. Standar Kompetensi Lulusan merupakan seperangkat kompotensi yang
dibakukan dan harus dicapai peserta didik sebagai hasil belajarnya dalam setiap
satuan pendidikan. Adapun kompetensi lulusan sekolah menengah adalah sebagai
berikut:
a. Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama yang diyakini dalam
kehidupan

4
b. Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk berkarya dan
memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
c. Berfikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, serta
berkomunikasi melalui berbagai media
d. Menyenangi dan menghargai seni
e. Menjalankan pola hidup bersih, bugar dan sehat
f. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga
terhadap bangsa dan tanah air.
Tujuan utama pendidikan Vocational menurut Zarifis adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah peserta pelatihan yang telah menyelesaikan
pendidikan tingkat menengah tinggi
2. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan professional yang
diperlukan untuk praktik profesi
3. Mengevaluasi tingkat pendidikan3
Tujuan Pendidikan kecakapan Vocational adalah untuk memberikan
pengalaman belajar yang berarti bagi peserta didik dan masyarakat sekitar yang
disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan didalam kehidupan sehari – hari seperti
proses sosial, fungsi sosial serta masalah – masalah kehidupan.
Kecakapan Vocational yang berkembang dimasyarakat dapat dilihat dari segi
kecakapan personal dan kecakapan sosial.
a. Kecakapan personal (personal skiil) adalah kecakapan yang diperlukan
bagi seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini
mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self
awareness) dan kecakapan berfikir (thinking skiil)
b. Kecakapan sosial (social skiil) mencakup kecakapan berkomunikasi
dengan empati (communication skiil) dan kecakapan bekerja sama
(collaboration skiil).
Beberapa prinsip pelaksanaan life skills educational yaitu:
a. Etika sosioreligius bangsa yang berdasarkan nilai – nilai pancasila dapat
diintegrasikan
b. Pembelajaran menggunakan prinsi learning
3
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skiil), Yogyakarta : Pustaka Ifada, 2013),hlm
141.

5
c. Pengembangan potensi wilayah dapat direflesikan dalam penyelenggaraan
pendidikan
d. Penetapan manajemen berbasis masyarakat
e. Paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar
kegiatan pendidikan, sehingga memiliki pertautan dengan dunia kerja
Kecakapan Vocational (vocational skiils) seringkali disebut dengan
kecakapan kejujuran, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang terdapat dimasyarakat. Perlu disadari bahwa dialam kehidupan
nyata, antara general skiils dan spesific life skills yaitu antara kecakapan
mengenal diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan
akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah – pisah. Hal
yang terjadi adalah peleburan kecakapan – kecakapan tersebut, sehingga menyatu
menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental,
emosional dan intelektual. Derajat kualitas tindakan individu dalam banyak hal
dipengaruhi oleh kualitas kematangan berbagai aspek pendukung tersebut diatas.
Kecakapan Vocational meliputi sebagai contoh, kecakapan memperbaiki
mobil bagi yang menekuni bidang otomotif dan meracik bumbu bagi yang
menekuni bidang tata boga. Kecakapan dasar Vocational mencakup antara lain
melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana yang diperlukan bagi semua
orang yang menekuni pekerjaan manusia (misalnya palu, obeng dan cangkul) dan
kecakapan membaca gambar sederhana. Kecakapan vocational khusus hanya
diperlukan bagi mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai seperti
menservis mobil bagi yang menekuni pada bidang otomotif dan lain sebagainya.4

C. Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Implementasi Vocational Skills

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan


pendidikan di SMK dan pelatihan di Industri yang dilakukan secara sistematik untuk
mencapai profil kompetensi yang baku dan laku dipasar tenaga kerja. Secara teoritis,
PSG ini merupakan suatu proses pendidikan keahlian profesional yang memadukan
sistematik antara program pendidikan pada sekolah dengan program penguasaan
4
Suriswono, Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kecakapan
Hidup (Life Skiil) Dalam Pelajaran IPS, (Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), hlm
15.

6
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja secara langsung pada dunia kerja
dan terarah untuk tingkat keahlian profesional tertentu. Secara teoritis, PSG ini
merupakan suatu proses pendidikan keahlian profesional yang memadukan
sistematik antara program pendidikan pada sekolah dengan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja secara langsung pada dunia kerja
dan terarah untuk tingkat keahlian profesional tertentu.
Pendidikan kejuruan dikembangkan dari terjemahan konsep vocational
education (pendidikan kejuruan) dan occupational education (pendidikan
keduniakerjaan), keduanya termasuk dalam pendidikan untuk menghasilkan lulusan
untuk bekerja maupun teknisi industri. Hal inilah yang membentuk pendidikan
sistem ganda ini sebagai vocational skills yakni kecakapan vokasional merupakan
kecakapan yang tertuju pada kemampuan kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan
dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.. Dimana Vocational
education is “learning how to work”, vocational education has been an effort to
improve technical competence and to raise an individual’s position in society
through mastering his environment with technology. Additionally, vocational
education is geared to the needs of the job market and thus is often seen as
contribution to national economic strength.
Intisari dari pendapat Berg bahwa pendidikan kejuruan itu identik dengan belajar
bagaimana untuk bekerja, pendidikan kejuruan berupaya meningkatkan teknik dan
posisi seseorang dilingkungannya melalui penguasaan teknologi dan pendidikan
kejuruan berkaitan erat dengankebutuhan pasar kerja dan karena itu sering dipandang
sebagai sesuatu yang memberikan kontribusi yang kuat terhadap ekonomi nasional.
Sementara Gasskov (2000:5) mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai fungsi
pendidikan kejuruan untuk menyiapkan pondasi dan keterampilan khusus pada
seseorang. mengembangkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan, membantu
mereka bekerja produktif dan adaptif dalam kondisi dan tugas-tugas dengan
teknologi yang berbeda.5
Menurut Djoyonegoro, PSG pada dasarnya mengandung dua prinsip utama,
yaitu:

Gasskov, V. Managing Vocational Training System: HandBook for Senior


Administrators. Geneva: International Labour Office. 2000, hal. 78

7
1. Program pendidikan kejuruan pada SMK adalah program bersama
antara SMK dengan industri/perusahaan pasangannya. Prinsip ini
merupakan konkritisasi peralihan dari supply driven ke demand driven.
Peralihan dalam arti kewenangan dan tanggung jawab secara sepihak
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kearah kebersamaan dan
tanggung jawab bersama dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pendidikan kejuruan.
2. Program pendidikan kejuruan dilakukan di dua tempat, sebagian
program yaitu teori dan praktek dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah,
dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keahlian
produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja. Pola
penyelenggaraan di dua tempat ini memastikan SMK mendekatkan
dunianya (dunia sekolah) ke dunia kerja, menyesuaikan isi dengan
kebutuhan dunia kerja yang akan mempermudah transfer nilai-nilai dan
perilaku kerja sebagaimana yang berlaku di dunia kerja. Alhasil,
karakteristik PSG sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan kejuruan,harus didukung oleh beberapa faktor yang
menjadi komponenkomponennya, antara lain: institusi pasangan,
program pendidikan dan pelatihan bersama dengan standarnya,
kelembagaan kerjasama, nilai tambah dan jaminan keterlaksanaannya
secara terus menerus (sustainability) serta strategi pengembangannya.6

Oleh karenanya perencanaan harus melibatkan seluruh aspek yang


mempengaruhi secara langsung pelaksanaan PSG, baik orangtua melalui komite
sekolah, perwakilan dunia usaha dan industri, dinas pendidikan, dinas tenaga kerja,
kepala sekolah, kurikulum, kesiswaan, humas dan industri, ketua program keahlian
serta guru produktif didalamnya.

D. Keterampilan hidup Sehat (Healthy Life Skills)

Keterampilan hidup merupakan kemampuan atau kecakapan untuk dapat


berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan yang memungkinkan

6
Djoyonegoro, W. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui SMK. Jakarta:
Jayakarta Agung. 1998. Hal. 5

8
seseorang mampu menghadap berbagai tuntutaan dan tantangan dalam hidupnya
sehari-hari secara efektif. Keterampilan hidup tersebut meliputi keterampilan
personal, keterampilan sosial, keterampilan akademis dan keterampilan
vocasional/teknis. Dengan demikian, keterampilan hidup sehat merupakan
tindakan kemampuan/kecakapan yang dimiliki oleh seseorang baik langsung
maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatanya.
Membentuk pola hidup sehat jauh lebih mudah daripada mengubah
kebiasaan yang tidak sehat. Untuk membentuk pola hidup sehat pada anak, bukan
hanya menjadi tugas orangtua, melainkan juga sekolah. Bila anak tidak
memperoleh pendidikan tentang pola hidup sehat di sekolah dan di rumah, maka
pola hidup yang tidak sehat yang akan membentuk hidupnya dimasa yang akan
datang. Bisa dibayangkan bagaimana masa depan bangsa kita dengan generasi
penerus yang tidak sehat.
Berikut terdapat 10 (sepuluh) kompetensi/ keterampilan yang merupakan
keterampilan inti dalam PKHS yaitu7 :
1. Empati : kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri
sendiri, bahkan untuk situasi yang tidak terbiasa bagi kita sekalipun.
2. Kesadaran diri : Kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang karakter,
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, keinginan dan
ketidakinginan dapat membantu mengetahui sedang stress atau dalam
keadaan tertekan.
3. Pengambilan keputusan : Kemampuan yang membantu untuk mengambil
keputusan secara konstruktif, dengan membandingkan pilihan alternatif
dan efek samping yang akan terjadi.
4. Pemecahan masalah : Kemampuan yang memungkinkan kita dapat
menyelesaikan permasalahan secara konstruktif didalam kehidupan.
5. Berpikir kreatif : Kemampuan untuk menggali alternatif yang ada dan
berbagai konsekwensinya dari apa yang kita lakukan atau tidak, dalam
membuat keputusan atau penyelesaian masalah.
6. Berfikir kritis : Kemampuan untuk menganalisa informasi dan

7
Suriswono,2013, Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Kecakapan Hidup (Life Skiil) Dalam Pelajaran IPS, hal .34

9
pengalaman-pengalaman secara obyektif
7. Komunikasi efektif : Kemampuan untuk mengekspresikan diri secara
verbal maupun non verbal yang mengikuti budaya dan situasi.
8. Hubungan interpersonal : Kemampuan yang dapat menolong untuk
berinteraksi dengan sesama secara positif.
9. Mengatasi emosi : Kemampuan keterlibatan pengenalan emosi dalam diri
dan orang lain sadar bagaimana emosi mempengaruhi tingkah laku dan
dapat menjawab tantangan emosi secara tepat.
10. Mengatasi stress : Kemampuan pengenalan sumber-sumber yang
menyebabkan stress dalam kehidupan, bagaimana efeknya dan cara
mengontrol diri terhadap derajat/tingkat stress.

E. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Balitbang Depdiknas, mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi


merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini
berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta
didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman
yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya. Penerapan KBK berorientasi
pada pembelajaran tuntas (mastery learning).
Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi
dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai
dalam mempelajari suatu matapelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi
(content standard) dan standar penampilan (performance standard). Kompetensi
dasar, merupakan jabaran dari standar kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan
dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada
masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu
pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilam,
serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian
dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik yang dapat

10
dijadikan sebagai ukuran untuk menilai ketuntasan belajar.
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada mengeksplorasi
kemampuan/ potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang dipelajari
dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum
berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat kontekstual
dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma,
integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi
pada pendekatan konstruktivisme
Adapun Komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu
Kurikulum dan Basil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar
Mengajar, dan Pengelolaan. Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran dan
pelaksanaan penilaian berkclanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah
dicapai, pernyataan yang jelas tentang siandar yang harus dan telah dicapai serta
peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang


pembelajaran dan pengajaran yang untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta
gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar lidak
mekanistik.
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah memuat berbagai pola
pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu
hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembeniukan jaringan
kurikulum (cumculum council), pengembangan perangkat kurikulum (a.l. silabus),
pcmbinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi
kurikulum8.

8
Boediono, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Jakarta:Balitbang),2002,Hal 3-4

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, penulis dapat menarik simpulan dari makalah ini ialah Dalam
Kecakapan Hidup (LifeSkills) kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku
positif yang memungkinkan seorang mampu menghadapi berbagai tuntuttan dan
tantangan dalam kehidupannya. Pada dasarnya pendidikan kecakapan hidup dapat
membantu warga belajar dalam mengembangkan kemampuan belajar, menyadari dan
menggali potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan serta berani menghadapi
permasalahan kehidupan serta memecahkan permasalahan tersebut dengan kreatif.
Penguasaan ilmu kecakapan hidup sangat diperlukan pola pendidikan yang
dengan sengaja dirancang untuk membekali peserta didik dengan kecakapan hidup,
yang secara integratif memadukan kecakapan generik dan spesifik guna memecahkan
dan mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas
manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan penumpukan
pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus diarahkan untuk kehidupan
anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi pelajaran

B. Saran
Kami sebagai penulis dari makalah ini menyadari bahwa banyaknya kekurangan
dalam penulisan karya ilmiah ini.maka dari itu,atas dasar kekurangan itu diharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun terhadap kami agar ada perubahan yang
lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 2013, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skiil),Yogyakarta : Pustaka
Ifada.
Barrie Hopson, 1981, LifeSkills Teaching, England: McGraw-Hill.
Boediono, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Balitbang.
Djoyonegoro, W, 1998, Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui SMK.
Jakarta: Jayakarta Agung.
Gasskov, V., 2000, Managing Vocational Training System: HandBook for Senior
Administrators. Geneva: International Labour Office.
Sugihartono, dkk. 2007, Pendidikan murid pembelajaran disekolah, (Yogyakarta :
UNY PressJujun S).
Suriswono,2013, Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Kecakapan Hidup (Life Skiil) Dalam Pelajaran IPS,Universitas
Pendidikan Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai