Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kita sudah sering melihat manusia-manusia berkomunikasi dan


berchatting ria di sosial media, bukan hanya dengan sesama jenis namun juga kepada
lawan jenis yang bukan mahrom baginya .. bermula dari chatingan hingga berujung
pada pacaran bahkan dapat menghantarkan kepada perzinahan

Fenomena chatting, adalah fenomena yang umum sekali terjadi di tengah tengan
kehidupan manusia, dan juga di tengah tengah kehidupan kaum muslimin moderen
saat ini, mengingat islam adalah agam yang sempurna, maka dari itu pemakalah
tertarik untuk membahas tentang “Bagaimana hukum chatinggan dengan lawan jenis
yang bukan mahrom didalam islam”

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Chatting ?


2. Apa Adab Chattingan Dengan Lawan Jenis Yang Bukan Mahrom ?

3. Apa Hukum Chatingan Dengan Lawan Jenis Yang Bukan Mahrom Dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Chatting


2. Untuk Mengetahui Apa Adab Chattingan Dengan Lawan Jenis Yang Bukan
Mahrom

3. Untuk Mengetahui Apa Hukum Chatingan Dengan Lawan Jenis Yang Bukan
Mahrom Dalam Islam

1
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Masail Fiqhi yah al -haditsah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CHATTING
Secara bahasa pengertian chatting adalah suatu pesan instan dalam teknologi
jaringan komputer untuk mengirimkan informasi ke pengguna lain yang terhubung
melalui koneksi internet.
Chatting juga dapat diartikan sebagai aktivitas berkomunikasi yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan memanfaatkan aplikasi chatting dan jaringan
internet. Aplikasi chatting saat ini sudah sangat maju. Tidak hanya mengirim pesan
teks saja, aktivitas chatting sekarang ini juga bisa mengirimkan emoticon, pesan suara,
bahkan video.
“Chatting” merupakan salah fitur dari kecanggihan teknologi informasi saat ini.
Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa saat ini sudah familiar dengan istilah
chatting.
Singkatnya, pengertian chatting adalah suatu program yang melibatkan koneksi
internet untuk saling bertukar pesan antar satu orang dengan orang lain. Chatting
adalah bentuk komunikasi yang paling efektif dan efisien sata ini.
Dan Saat ini, istilah chatting tidak hanya ditemukan pada pengguna email
messenger saja, karena sudah banyak aplikasi chatting yang tersedia untuk pengguna
smartphone.
Beberapa contoh aplikasi chatting yang sering digunakan oleh masyarakat
diantaranya:
 Whatsapp (WA)

 Blackberry Messenger (BBM)

 Facebook Messenger

 Yahoo Messenger (YM)

 Line

 Google Hangout

 Google Allo

3
 Talk

 dan lain sebagainya

Dari semua aplikasi tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk saling
berkomunikasi melalui media internet.

B. ADAB CHATTINGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN


MAHROM

Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika chatting dengan lawan jenis
selain pasangan kita, karena Islam sangat menjaga ummatnya dari godaan syahwat
untuk berzina, adab yang perlu diperhatikan di antaranya:1

1] Hanya untuk Keperluan Penting

Jika chatting tidak untuk keperluan yang penting, maka segeralah dihentikan, karena
termasuk ke dalam perbuatan sia-sia.

2] Durasi tidak lama

Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah masalah waktu atau durasi, jangan sampai
melampaui batas. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk membicarakan hal
yag penting? Meski hanya melalui whats app, chatting sebentar saja sudah cukup jika
memang dilakukan hanya berdua, jika ingin lebih lama, lakukanlah chatting di forum.

3] Jangan Sengaja Menarik Hati Lawan Chatting

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya:

"Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara)


dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan
buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik". (QS. al-Ahzab: 32)

Imam Qurtubi menafsirkan kata 'Takhdha'na' (tunduk) dalam ayat di atas dengan
arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu
menarik hati orang yang mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam
agama kita.

1 https://www.ruangmuslimah.co/10592-chatting-dengan-selain-pasangan-bagaimana-hukum-fiqihnya

4
Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah
dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata yang diungkapkan
dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan
kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan istimewa, kemudian
menimbulkan keinginan yang tidak baik.

4] Larangan Khalwat (Berduaan)

"Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali
dengan mahramnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan
yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan ini dilarang karena
ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakunya untuk terjatuh
dalam perbuatan yang dilarang.

"Tiadalah seorang lelaki dan perempuan itu jika mereka berdua-duaan melainkan
syaitanlah yg ketiganya." (Hadis Sahih)

Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi berbicara melalui telepon atau
chatting di luar keperluan syar'i juga dapat dikatakan berkhalwat.

Hukum chatting chatting di luar keperluan yang syar'i termasuk khalwat. Begitu juga
dengan sms. Walaupun dengan niat berdakwah.

Namun bila ada tuntutan syar'i yang darurat, maka itu diperbolehkan sesuai
keperluan. Tentunya dengan syarat-syarat yang sudah dijelaskan. Di sinilah menuntut
kejujuran kita kepada Allah, apakah tetap mengatasnamakan dakwah demi menutupi
kedok nafsu untuk berkhalwat dengan lawan jenis, ataukah kita bersedia menahan
nafsu dan melakukan chatting di forum terbuka agar tidak terjadi hal-hal yang
dilarang Allah.

Semoga tulisan ini bisa menambah pengetahuan anda sehingga dapat mungkin
menghindari yang namanya zina. Wallaahu alam.

5
C. HUKUM CHATINGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN
MAHROM DALAM ISLAM
Berkirim sms, chatting dan telepon antara laki-laki dan perempuan secara umum
diperbolehkan untuk hal-hal yang tidak dilarang agama, seperti dalam hal pekerjaan,
pendidikan, perdagangan dan lain-lain. Hal itu dibolehkan karena masing-masing
orang membutuhkan informasi untuk menjalin hubungan bisnis atau menyampaikan
informasi kepada oang lain, hanya kebetulan orang yang dihubungi tersebut adalah
lawan jenis. Jadi, wanita dibolehkan mengirim sms atau menelepon temannya yang
bukan mahram untuk hal-hal yang tidak dilarang dan tidak bertentangan dengan
agama, demikian pula sebaliknya.
Tetapi pembolehan ini sebatas kebutuhan tersebut saja. Dengan kata lain, komunikasi
via sms, telepon, email dan sebagainya hukumnya bisa menjadi haram apabila:
1. dilakukan secara terus-menerus (berulang kali);
2. melibatkan hati dan perasaaan suka pada lawan jenis;
3. menggunakan suara yang mengandung unsur kemesraan;
4. mengarah kepada perbuatan zina; dan
5. (bagi wanita) tanpa sepengetahuan suami.
Mengapa suatu hal yang asalnya boleh bisa menjadi terlarang? Jawabannya: laki-laki
dan perempuan memiliki daya tarik syahwat antara satu dengan yang lain. Seseorang
yang mengirim sms atau menelpon lawan jenis untuk suatu keperluan pada awalnya
melakukannya dengan cara biasa-biasa saja, namun setelah hal itu dilakukan secara
terus-menerus setan pun mulai memainkan peran menjadi orang ketiga di antara
mereka. Setan dengan giat menggoda, memengaruhi, menghiasi dan mempoles
seolah-olah hubungan tersebut baik. Bila godaan ini dibiarkan, maka cepat atau
lambat setan akan menuai hasil dari usahanya.
Allah Swt. berfirman, yang terjemahannya:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
nampak dari padanya”. (QS. An-Nuur : 30-31)
Dakwah pada Lawan Jenis
Islam mengajak umatnya untuk berdakwah menuju iman dan peningkatan

6
ketakwaan kepada manusia tanpa membeda-bedakan suku dan jenis kelamin.
Berdakwa melalui sms, internet dan sebagainya diperbolehkan agama. Namun semua
itu harus sesuai dengan tata cara yang telah digariskan dalam agama. Adapun chating,
sms, email, dan lain-lain, bila bertentangan dengan agama sudah pasti dilarang. Maka
tidak ada alasan bagi seseorang untuk chatting dengan isteri atau suami orang lain,
karena setan lebih halus dari virus. Kalau memang isteri atau suami orang itu mau
didakwahkan, maka harus dilakukan di depan umum atau di depan mahram atau
muhrimnya.
Semoga niat baik kita untuk berdakwah diterima oleh Allah Swt, menjadikan diri
kita semakin bertakwa dan menjadi pintu hidayah bagi orang yang kita ajak kepada
Islam.
Sebagaimana yang kita maklumi bahwa, komunikasi dengan tulisan melalui jaringan
internet atau yang lebih dikenal dengan ‘chatting’ baru muncul dan popular beberapa
tahun terakhir. Yaitu, tepatnya setelah ditemui jaringan internet. Karena itu dalam
kitab-kitab ulama terdahulu khususnya buku fiqh, istilah ini tidak akan ditemui.
Namun asas bagi hukum ‘chatting’ ini sebenarnya sudah dibahas oleh ulama, jauh
sebelum jaringan internet ditemukan.
‘Chatting’ dengan lawan jenis yang bukan mahram sama halnya dengan berbicara
melalui telepon, SMS, dan berkirim surat. Semuanya ada persamaan. yaitu sama-sama
berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram. Persamaan ini juga mengandung
adanya persamaan hukum. Karena itu, ada dua perkara berkaitan yang perlu kita
bahas sebelum kita lebih jauh membicarakan hukum ‘chatting’ itu sendiri.
Pertama, adalah hukum bicara dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Kedua, adalah hukum khalwat.
Berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram pada dasarnya tidak
dilarang apabila pembicaraan itu memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh
syara’. Seperti pembicaraan yang mengandungi kebaikan, menjaga adab-adab
kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak khalwat. Begitu jika hal yang penting
atau berhajat umpamanya hal jual beli, kebakaran, sakit dan seumpamanya maka
tidaklah haram.
Dalam sejarah kita lihat bahwa isteri-isteri Rasulullah SAW berbicara dengan
para sahabat, ketika menjawab pertanyaan yang mereka ajukan tentang hukum agama.
Bahkan ada antara isteri Nabi SAW yang menjadi guru para sahabat selepas wafatnya
baginda yaitu Aisyah RA.

7
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya: “Karena itu janganlah kamu
(isteri-isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang
yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah
perkataan yang baik”. (QS. al-Ahzab: 32)2

{‫سا َء يَا‬ َ ِ‫اء ِمنَ َكأ َ َحد لَ ْست ُ َّن النَّ ِبي ِ ن‬
ِ ‫س‬ َ ‫ط َم َع ِب ْالقَ ْو ِل نَ ْْت َْخ‬
َ ِ‫ضع فَال اتَّقَ ْيت ُ َّن إِ ِن الن‬ ْ َ‫َوقُ ْلنَ َم َرض قَ ْل ِب ِه فِي الَّذِي فَي‬
‫( َم ْع ُرو ًفا َق ْوال‬
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,

Imam Qurtubi menafsirkan kata ‘Takhdha’na’ (tunduk) dalam ayat di atas dengan arti
lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu
menarik hati orang yg mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam agama
kita.
Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah
dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata yang diungkapkan
dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan
kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan istimewa, kemudian
menimbulkan keinginan yang tidak baik.
Termasuk juga dalam melembutkan suara adalah kata-kata atau isyarat yang
mengandung kebaikan, namun ia boleh menyebabkan fitnah. Yaitu dengan cara dan
bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau keinginan yang tidak baik
pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan suara ataupun melalui
tulisan.
Jika ada unsur-unsur demikian ia adalah dilarang meskipun pembicara itu
mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa-biasa saja.
Adapun khalwat, hukumnya dilarang dalam agama Islam. Sebagaimana dalam sabda
Rasulullah SAW yang artinya:
“Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali
dengan mahramnya,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan
yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan ini dilarang karena
2 Al-Quranul Karim

8
ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakunya untuk terjatuh
dalam perbuatan yang dilarang.
Kerana ada sabda Nabi SAW bermaksud: “Tiadalah seorang lelaki dan perempuan itu
jika mereka berdua-duaan melainkan syaitanlah yang ketiganya,” (Hadis Sahih).
Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi berbual-bual melalui telepon di
luar keperluan syar’i juga dianggap berkhalwat. Karena mereka sepi dari kehadiran
orang lain, meskipun secara fisik mereka tidak berada dalam satu tempat. Namun
melalui telepon mereka lebih bebas membicarakan apa saja selama berjam-jam tanpa
merasa dikawal oleh siapapun juga.
Dan haram juga ialah perkara-perkara syahwat yang membangkitkan hawa nafsu
contohnya yang berlaku pada kebanyakkan muda-mudi atau remaja-remaja sekarang
dimana sms atau email atau Facebook atau sejenisnya menjadi alat untuk memadu
kasih. Semuanya dijadikan alat memuaskan nafsu di antara pasangan dan
masing-masing melunaskan keinginan dan nafsu semata-mata. Membincangkan
perkara-perkara cabul lebih-lebih lagi hukumnya adalah haram.
Betapa banyak percakapan semacam ini telah menyeret pelakukan pada keburukan dan
bencana, kemudian lahirlah hubungan kasih mesra, dan sebagian menyebabkan perkara
yang lebih berat dari itu.

Maka tak heran kalau Syekh Ibn Jibrin rahimahullah menyatakan larangan keras
tentang chatting terhadap lawan jenis.[1]3

Apa hukum chatting antara para pemuda dan pemudi, perlu diketahui bahwa chatting
ini bebas dari kefasikan, bujuk dan rayu?

Syekh Ibn Jibrin rahimahullah menjawab: “Tidak dibolehkan seorang pun mengirim
surat kepada wanita yang bukan mahram. Karena hal itu dapat menimbulkan fitnah.
Mungkin pengirim tulisan tersebut menyangka tidak akan terjadi fitnah. Akan tetapi
setan senantiasa menggoda, baik laki-laki tertarik dengan sang wanita dan wanitanya
tertarik dengan sang lelaki. Sungguh Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan orang yang mendengar Dajjal agar menjauhinya. Beliau mengabarkan

3
Islam.qa :Tanya jawab soal no. 34841

9
bahwa seseorang datang dalam kondisi beriman, akan tetapi Dajjal senantiasa
menggodanya sampai dia terkena fitnah.

Perbincangan antara pemuda dan pemudi lewat surat (internet) mengandung fitnah dan
bahaya yang besar. Seharusnya dijauhinya, meskipun penanya mengatakan, bahwa
disitu tidak ada bujuk rayu.[2]4

Perlu kita ketahui, bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt salah satu tujuannya adalah
untuk saling kenal mengenal (Qs. Al Hujurat : 13). Kita juga punya tanggung jawab
dalam hubungan sosial. Bahwa sebagai makhlul sosial kita punya tugas-tugas dan
tanggung jawab.

4
Fatawa Al-Mar’ah, dikumpulkan oleh Muhammad Al-Musnid, hal. 96

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :
Hukum chatting sama dengan menelepon sebagai mana yang sudah kita
terangkan di atas. Artinya chatting di luar keperluan yang syar’i termasuk khalwat.
Begitu juga dengan sms. Walaupun dengan niat berdakwah. Karena berdakwah
kepada jenis lawan bukanlah suruhan agama kerana Allah telah menetapkan untuk
berdakwah kepada lelaki adalah lelaki juga, begitu juga sebaliknya.
Namun bila ada tuntutan syar’i yang darurat, maka itu diperbolehkan sesuai keperluan.
Tentunya dengan syarat-syarat yang sudah kita jelaskan di atas. Di sinilah menuntut
kejujuran kita kpd Allah dalam mengukur sejauhmana urusan kita itu satu keperluan
atau mengikut nafsu semata-mata. Dan kejujuran itu pula bergantung sejauhmana
iman kita kepada Allah. Jika muraqabatillah kita kuat (yakni merasa diri sentiasa
dalam pandangan Allah), maka itu yang akan menjadi pengawal kita. Jika tidak maka
kita akan hanyut bersama orang-orang yang terpedaya dengan teknologi moden ini.
Na’uzubillah.
Internet sangat baik untuk kita, dimana ia memudahkan banyak urusan kita tapi jika
kita menyalahgunakannya akan membawa akibat buruk kepada akhlak dan
masyarakat kita.

11

Anda mungkin juga menyukai