SKRIPSI
Riyan S wandy
NIM. TP.161579
i
KEMENTRIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl Halaman
Revisi Revisi
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 1 dari 2
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di – Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa Skripsi saudara:
Nama : Riyan S Wandy
NIM : Tp. 1615179
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Adat dan Budaya Masyarakat Melayu Jambi Jambi Kota
Seberang Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan
Kecamatan Danau Teluk Provinsi Jambi
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Pendidikan Agama Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagia salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/ tugas akhir Saudara tersebut di
atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
ii
iii
KEMENTRIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di – Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa Skripsi saudara:
Nama : Riyan S Wandy
NIM : Tp. 161579
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Adat dan Budaya Masyarakat Melayu Jambi Jambi Kota
Seberang Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan
Kecamatan Danau Teluk Provinsi Jambi
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TIM MUNAQOSYAH
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Pembimbing I Pembimbing II
v
NIP. NIP.196911141994011001
KEMENTRIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
AlamatFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi - Ma Km.16 Simp. Sei. Duren Kab. Muaro Jambi36363
vi
NIP. 197407141999031002
KEMENTRIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
AlamatFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi - Ma Km.16 Simp. Sei. Duren Kab. Muaro Jambi36363
vii
NIP. 197501102009012006
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya
merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebahagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Riyan S Wandy
TP161579
viii
PERSEMBAHAN
Dan terima kasih untuk seluruh sanak keluarga dan kerabat yang telah mendukung dan
membantu saya selama ini dan terima kasih untuk sahabat dn teman seperjuangan Jurusan
Pendidikan Agama Islam Angkatan 2016 dan teman class music Bahana Tanah Pilih Kota
Jambi dan Bahana Gita A-Huriyyah Ponpes As‟ad Kota Seberang Jambi dan Alumni
PDBI MJ. Saya ucapkan terima kasih.
ix
MOTTO
x
KATA PENGANTAR
ِِّٰ حم ِن
ٱَلل بِ ْس ِم ٰ ْ ٱلّرِحي ِم ٱلّر
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul :
“Adat dan Budaya Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang Dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Kecamatan Danau Teluk Provinsi
Jambi”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-
syarat guna mencapai gelar Sarjana di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan
tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Prof. Dr. H Su‟aidi, MA., Ph. D selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Dr. Hj. Fadhilla M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Dr. Risnita M.Pd sebagai Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Dr. Najmul Hayat S.Ag, M.Pd.I sebagai Wakil dekan II Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Dr. Yusria S.Ag, M.Pd.I sebagai Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
xi
6. Mukhlis S.Ag, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
7. Dr. Ahmad Ridwan, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Tuti
Indriani M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat demi terselesainya skripsi
ini.
8. Kepada teman-teman sejawat dan seperjuangan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terkhusus kepada PAI-E. Semoga kesuksesan
senantiasa mengiringi langkah kita semua, dan juga kakak angkatan
maupun adik angkatan yang turut serta memberikan semangat dan
dukungan.
Teristimewa kepada Ayah ( Meirison ) dan Mak ( Sarifah Fatimah ) yang
senantiasa mendidik, membimbing, memotivasi dan mencurahkan kasih
sayangnya yang begitu tulus demi tercapainya cita-cita penulis. Adik-adik dan
Abang dan segenap keluarga dan saudara yang telah memberikan semangat dan
dorongan kepada penulis. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi, penulis mengucapkan terima kasih, semoga bimbingan dan
bantuan yang telah diberikan menjadi amal di sisi Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan hikmah
dan manfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin ya
Rabbal ‘Alamin.
xii
Riyan S Wandy
TP.161579
ASBTRAK
Nama : Riyan S Wandy
Nim : TP 161579
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Adat dan Budaya Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang
Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Kecamatan Danau
Teluk Provinsi Jambi
Skripsi ini dilatar belakangi oleh pertama masyarakat danau teluk yang
melanggar adat budaya Melayu Jambi yang berdasarkan adat basendi syara, syara
basendi kitabullah seperti masyarakat mudah masih ada memakai celana pendek
di luar lingkungan atau membuka auarat tidak sesuai dengan adat Melayu Jambi
yang basendi syara, syara basendi kibaullah.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perilaku keagamaan masyarakat
melayu Jambi kota seberang, mengetahui dan memahami tentang Adat dan
budaya Melayu Jambi kota seberang dalam meningkatkan perilaku keagamaan,
dan mengetahui perkembangan Adat dan budaya masyarakat melayu Jambi kota
seberang dalam perilaku keagamaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field recearch). Sumber data
dari penelitian ini terdiri dari data primer yaitu: koko Adat, data sekunder yaitu: Ketua Rt.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara,
data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adat dan budaya melayu Jambi kota seberang
dalam meningkatkan perilaku keagamaan yaitu dengan adanya eco pake jangan keluar
dair pada Adat istiadat dan pertama mengadakan eluk antar dalam implementasi Adat itu
xiii
tersebut seperti mengatasin permaslahan itu memakai hukum Adat dan hukum Adat itu
tidak bisa di ubah-ubah karena Adat basendi syara‟ syara basendi kitabullah.
Kendala dalam meningkatkan keagamaan dan Adat budaya yaitu ahklak dan
kepribadian kurang tidak menghormatin atau melanggar hukum Adat.
Solusi dalam menerapkan perkembangan Adat dan budaya yaitu dengan adanya
pengajian, perceramahan, belajar ilmu tasawuf, dan fiqh.
xiv
ASBTRAK
Nama : Riyan S Wandy
Nim : TP 161579
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Adat dan Budaya Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang
Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Kecamatan Danau
Teluk Provinsi Jambi
This thesis is based on the background of the first people who violate the
Jambi Malay cultural customs which are based on the basendi syara custom, syara
basendi Kitabullah like the easy people who still wear shorts or open auarat is not
in accordance with Jambi Malay custom which is basendi syara, syara basendi
kibaullah.
The purpose of this research is to find out the religious behavior of the Jambi
Malay community in the opposite city, to know and to understand about the adat
and culture of Jambi Malay culture in the opposite city in increasing religious
behavior, and to know the development of the adat and culture of the Jambi Malay
community in the opposite city in religious behavior.
The method used in this research is descriptive qualitative method, and the
type of research used is field research (field recearch). Sources of data from this
study consisted of primary data, namely: traditional shops, secondary data,
namely: the Chairman of Rt. While the data collection techniques used were
observation and interviews, the data that had been collected were then processed
by data reduction, data presentation and drawing conclusions.
The results of the research show that the traditional and Malay culture of Jambi
city across the country in increasing religious behavior, namely the existence of
eco-use, do not come out of the Customs and firstly, making fun between the
implementation of Adat is like overcoming problems using customary law and
xv
customary law that cannot be avoided. change because of the custom of basendi
syara 'syara basendi Kitabullah.
Obstacles in increasing religious and cultural customs, namely the lack of
character and personality do not respect or violate Customary law.
Solutions in implementing Indigenous and cultural developments are the
presence of recitation, hospitality, learning Sufism, and fiqh.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i
NOTA DINAS…………………………………………………………………...ii
PENGESAHAN…………………………………………………………………iv
KARTU KONSULTASI………………………………………………………..v
PERSEMBAHAN………………………………………………………………vii
MOTTO…………………………………………………………………………ix
KATA PENGATAR…………………………………………………………….x
ABSTRAK………………………………………………………………………xii
ABSTRAK……………………………………………………………………...xiv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. I
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………… I
B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah………………………….. 3
C. Rumusan Masalah……………………………………………………. 3
D. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 4
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Adat dan Budaya Melayu Jambi……………………………… 5
B. Keadaan Melayu Jambi Purba ……………………………................... 5
C. Asal Orang Melayu Jambi …………………………………………… 7
D. Jenis Adat Nan 4 (Empat)…………………………………………….
11
E. Sumber Adat dan Syark Nan Empat…………………………………..
13
F. Asal Adat Basendi Syarak Nan 5……………………………………....
14
xvii
G. Ada Serba 9 (Sembilan)……………………………………………….
16
H. Adat dan Budaya Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang………....
17
I. Tentang Prilaku
Keagamaan………………………………………….......22
J. Peran Adat dan Budaya Melayu Jambi Kota seberang………………... 25
K. Penerapan Prilaku Keagamaan……………………………………….... 27
L. Menta‟ati Rambu Perjalanan Spiritual………………………………… 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian……………………………………. 30
B. Setting dan Subjek Penelitian………………………………………… 30
C. Jenis dan Sumber Data……………………………………………….
31
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………
33
E. Teknik Analisis Data………………………………………………….
35
F. Keabsahan Data………………………………………………………. 36
G. Jadwal Penelitian……………………………………………………….. 40
BAB IV TEMUAN DA PEMBAHASAN
A. Temuan umum
1. Sejarah Keagamaan, Pendidikan dan
Kebudayaan…..……………….43
2. Tempat-tempat Wisata
Religi………………………………………...45
3. Ciri Khas Budaya dan Kerajinan……………………………………..46
4. Profil Kecamatan Danu Teluk………………………………………..47
5. Kondisi Monografi…………………………………………………...48
6. Misi dan Visi Kecamatan Danu Teluk……………………………….49
7. Gambaran Umum…………………………………………………….49
xviii
8. Kondisi Demografi…………………………………………………...50
9. Tugas Pokok dan
Fungsi……………………………………………...50
10. Tujuan dan
Sasaran…………………………………………………...51
11. Struktur Organisasi Sumber Daya
Manusia…………………………..51
12. Tata Tertib dan Kode
Etik…………………………………………….56
13. Moto
Pelayan…………………………………………………………58
14. Inovasi Unit
Kerja…………………………………………………….58
15. Data Jumlah Kunjungan Perbulan……………………………………59
16. Maklum Pelayanan…………………………………………………..59
B. Temuan Khusus
1. Bagaimana Implementasi Adat dan Budaya Melayu Jambi Kota
Seberang Dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan………………..59
2. Kendala Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan dan Adat Budaya
Masyarakat Jambi Kota
Seberang…………………………………….63
3. Solusi Dalam Menerapkan Perkembangan Adat dan Budaya
Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang Dalam Perilaku
Keagamaan………….65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………70
B. Saran……………………………………………………………………...71
C. Kata Penutup……………………………………………………………..72
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
LAMPIRAN LAMPIRAN
xix
Lampiran 1: Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 2: Informan
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah etnis Melayu Jambi. Terjadinya asimilasi antara kebudayaan tua di
provinsi Jambi dengan hadirnya kebudayaan baru menjadikan pergeseran nilai-nilai
kebudayaan itu sendiri, yang mana setiap kebudayaan itu bersifat dinamis akan
perubahan, bahkan mungkin hilang sama sekali. Penyebabnya adalah perkembangan
kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lemahnya
jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus nilai-nilai kebudayaan yang
telah terjadi di Provinsi Jambi dari masa ke masa.
1
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
2
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujud dari
pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman perilaku keagamaan, serta pengalaman perilaku
tersebut dalam kehidupan individual atau pun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan
potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi
yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan.
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi
kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan
setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Begitu sampai di
Sekoja, tidak akan merasa di dalam kota, namun terasa berada di tengah
perkampungan tradisional. Sekoja memang seperti kampung di tengah Kota. Jika
anda ingin melihat masyarakat Melayu Jambi disinilah tempatnya, disini mereka
masih menjaga tradisi secara turun temurun.
Berdasarkan penelitian awal di lapanga yaitu dengan adanya (grand tour)
terdapat masyarakat yang melanggar adat budaya Melayu Jambi yang berdasarkan
basendi syara‟ syara basendi kitabullah seperti masyarakat muda yang masih ada
memakai celana pendek atau membuka auarat tidak sesuai dengan adat Melayu
Jambi yang basendi syara‟ syara basendi kibaullah. Dan begitu juga dengan
prempuan masih ada yang tidak memakai busana muslim yang menutup aurat, tidak
berjilbab, memakai celana pendek, berbaju ketat, memakai perhiasan yang
mencolok. Masyarakat dan pemuda ditemukan masih banyak berkeliaran pada saat
masuk waktu azan magrib berkumandangan bahkan di antara mereka ada yang tidak
melaksanakan sholat. Observasi yang dilaksanakan dalam penelian untuk
memperoleh data penelitan tentang adat dan budaya Masyarakat Melayu Jambi
dalam perelaku keagamaan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
lebih jauh bagaimana adat melayu jambi kota seberang terhadap meningkatkan
perilaku keagamaan yang penulis angkat dalam Skripsi yang berjudul : ”ADAT
DAN BUDAYA MASYARAKAT MELAYU JAMBI KOTA SEBERANG
DALAM MENINGKATKAN PERILAKU KEAGAMAAN”.
1. Bagaimana implementasi adat dan budaya Melayu Jambi kota seberang dalam
meningkatkan perilaku keagamaan?
2. Bagaimana kendala implementasi perkembangan adat dan budaya masyarakat
Melayu Jambi kota seberang dalam perilaku keagamaan?
3. Bagaimana solusi dalam menerapkan perkembangan adat dan budaya
masyarakat Melayu Jambi kota seberang dalam perilaku keagamaan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Mengetahui perilaku keagamaan masyarakat elayu jambi kota seberang
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang adat dan budaya Melayu Jambi
kota seberang dalam meningkatkan perilaku keagamaan
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
6
naik, bumi, matahari, bulan, bintang, dan planet lain atas izin Allah terletak di
tempatnya masing-masing. Izza aroda syaian aiyaqula lahu kunfayakun. Bila
Allah berhendak sesuatu, Allah perintahkan, jadilah. Maka terjadilah ia,
(QS.yasin 36.82)‟‟. Menurut ahli geolgi bumi ini baru berumur 5 milyar tahun
dan manusia ada dibumi sejak 100.000, yang lalu. Proses asal di Jambi mulai
dari Adam dan Hawa yang kisahnya sebagai berikut: bahwa huruf Alif di
sebut dalam 104 buah kitab, turun kepada Nabi dan Rasul. Huruf Alif itu
mempunyai nur yang menyatakan “Keesaan Allah”, dari nur Allah itu tercipta
“Nur Muhammad”, di dalam Nur Muhammad itu terkait segalo persoalan
orang muslim yang mendapat hidayah dari Allah.
Allah berfirman,‟‟Innijaa’ilum Filardhi khilofah ‘’sungguh Aku akan
menjadikan kholifah dimuka bumi (QS. Baqarah 2.30)‟‟. Malaikat Jibril
ditugaskan untuk bumi Surga, bumi ka‟bah, bumi arofah, bumi Baitul, bumi
Madinah dan bumi Hindi, Tanah itu diaduk dengan Air, Api, dan Angin, maka
terciptala limbago Adam ruh Adam ditiupkan Allah dan sanubari adam
disimpan Nur Muhammad yang mengandung agama, iman, islam meng
‟‟ESO‟‟ kan Allah Adapun ma‟rifat nur alip disebut Insyan Kamil, dari nur itu
terlukis segala alam semesta ini melalui panca indera yang lima. Penglihatan,
pendegaran, penciuman, perasa, dan pengacapan.
Allah ciptakan Siti Hawa sebagai isteri Adam dari tulang rusuknya,
tempat berbagai suka duka, berdomisili dalam surge selama 500 tahun, tetapi
Iblis pendengki dengan sombong berkala “Aku dari Api Adam dari tanah”,
Iblis membuat tipu daya bujuk rayu dan umbuk umbai, Adam dan Hawa
terjerumus memakan buah kholdi yang di larang, maka jadi manusia berdo‟a
tinggal dalam surga. Sedangkan surga bukan tempat orang berdosa, keduanya
di usir Allah kebumi, ratusan tahun Adam dan Hawa berpisah, akhirnya
bertemu di jabal rahmah „arofah, Siti Hawa berkubur di jedah.
Di bumi Adam dan Hawa beranak pinak, bacucu, bapiut sampai kiamat,
anaknya banyak, ada yang berkata 30, 41, 00. Orang, tiap lahir selalu
berpasangan, kecuali Sis setelah anak Adam dewasa du kawinkan secara
basilang, dan Sis tidak punya paangan, Sis bertanya siapa isterinya…? Adam
dan Hawa tidak menjawab, kecuali hanya berdo‟a kepada Allah, do‟anya
terkabul, Sis di beri Allah seorang isteri dari surge bernama “Inderajati”, dari
keturunan mereka orang yang akan jadi rajo di muka bumi ini sampai kiamat
nanti. Apo io….? Wallahu „alam,
Kisah Sis sangat istimewa, suatu hari Sis dibao Malaikat terbang di
angkasa, berputar-putar meliuk-liuk bagai Elang menyonsong angina, bertiup
angin kencang dari surga, di bumi babunyi gong, gendang, genderang,
seruling, serunai, kecapi, gegap gempito. Terkembang “payung ubur-ubur
serlindung bumi” di setiap penjuru, bersorak sorai anak bidadari di surga,
melihat Sis. Berhembus pula bao yng harum dari surga. Maka Malaikat turun
memapah Sis. Maka tiada henti pula Adan dan Hawa berzikir memuji Allah.
Di bukit qoof tampak tabentang “Panji Selindung Hawa” putih bersih bagai
buweih di lautan.
Maka tiba-tiba laut berombak kencang, Ikan Nun muncul di permukaan,
bumi di goncang gempa dasyat, saat itu Malaikat menyebarkan anak cucu
Adam keseluruh penjuru bumi, begitu lah asal mula orang ada di muka bumi
ini, wallahu‟alam.
C. Asal Orang Melayu Jambi.
Sejak Adam dan Siti Hawa ada di bumi, keturunannya menyebar secara evolusi
keseluruh muka bumi, sampai ke Tanah sabingkah payung sekaki, ayeik setitik
telago rahmat pucuk 9 (Sembilan) lurah, di huni manusia sejak 5000-10.000 SM. Di
buktikan ada tinggalan budaya manusia purba sepanjang bukit barisan, banyak
tinggalan budaya Neo Litchicum, Micro Litchicum seperti batu-batu kecil ujung
panah, pisau, tombok, pecahan periuk dan tembikar sekitar Danau Kerinci, batu-
batu selendrik, batu bilah, meja batu, kapak batu, alat berburu, banyak ditemui
sekitar Guo Tiongko Sungai Manau, Renah Kemumu Sekhampeih. Di Gunung
Adapun orang kubu “Ba-adat dewek pusako mencil” hidup di hutan secarasuko
mebangun berpindah tempat, mereka tidak tunduk kepada Adat basendi syarak, dan
tidak peduli baik buruk daerah Jambi, mereka hidup tergantung kepada alam,
“Orang Kubu bukan Orang Jambi, tetapi warga dan penduduk Jambi, begitu
menurut hukum Adat Melayu Jambi”. Orang kubu daerah Sarolangun Bangko
berasal dari Rejang Rupit pelarian dari perang Jambi dengan pengacau Rejang Rupit
dikenal dengan musuh Rejang musuh Rupit tahun 1520-1524M, didebut juga orang
Tumpang Balik Muko.
Orang kubu daerah Bungo Tebo adalah berasal dari Minangkabau Suku Paling
dan Caniago, mereka datang karno mencari Dt. Ketumanggungan atas perintah
Adityawarman Rajo Penagaruyung 1347-1377M. Karno dicari tidak dapat, tidak
betemu tukap khunutnya, tidak betemu rimbo dan kuburannyo maka mereka tidak
berani kembali ke Pengaruyung.
Akhirnya mereka masuk hutang rimbo ratusan tahun dan beranak cucu, bahasa, adat
istiadat sesuai tempat mereka tinggal, Dt.Batuah Sango-Tam, cet,ke5,hal-73-74.
Orang kubu daerah Btang hari berasal dari Palembang, tetapi ada pendapat yang
menyatakan bahwa Orang Kubu adalah masyarakat asli Jambi terkait Melayu kuno
dan Sriwijaya (Fachrudin Saudagar, profil MHAT Nusantara, hal 99). Jadi orang
Jambi berasal dari keturunan Ras Melayu tuo dan mudo melahirkan suku-suku yang
mendiami kawasan tanah termasuk sungai tenang, sekhampeih dan Wilayah Luak X
VI, batas wilayah tunduk kepada hukum Adat ditentukan mereka yang bebateih
langsung dan disetujui oleh Rajo Jambi, hal itu yang disebut Prof.H.Idris Dja‟far,SH
dengan kukuban hukum Adat mereka dari Melayu tuo (Proto Melayu) dan Melayu
muda (Deutro Melayu) asal Orang Melayu Jambi sebagai berikut:
1. Orang Kerinci.
Batin, Bajau, termasuk Orang sungai tenang Skhampeih, biasanya
mendiami daerah pegunungan diduga berasal dari Melayu tuo (Proto
malayres) mereka datang ke Sumatra secara bergolombangan antara tahun
5000-10.000 SM.
2. Orang Penghulu.
Suku pindah, suku Melayu Jambi yang biasanya mendiami daerah
pantai diduga berasal dari Melayu muda (Malayres Deotro) mereka datang
secara bergelombangan ke pulau Sumatra antara tahun 2500-5000 SM.
3. Suku Bangsa Dua Belas.
Ditambah para pendatang, menjadi penduduk Jambi, mereka datang
masa Melayu muda (Proto malayres) antara tahun 2500-5000 SM.
4. Orang jambi.
Orang Jambi adalah warga Jambi dan penduduk Jambi tinggal di Jambi
untuk waktu lama,” Tunduk kepada Adat basendi syarak, syarak basendi
kitabullah, dikurung petang dilepas pagi, tinggi dikadah rendah dikutung,
kelam disuluh terang disigi, diberi kaji baca oleh pemangku Adat dan syarak.
Adat di isi limbago, dimana bumi di pijak di situ langit di jujung, dimana
Warga Jambi adalah orang yang tinggal di Jambi tidak tunduk kepada
Adat basendi syarak, syarak basendi kitabullah, tidak dikurung petang di lepas
pagi, tinggi tidak di kadah rendah tidak dikutung, kalam tidak di suluh terang
tidak disigi, tidak di beri kaji baca oleh pemangku Adat dan syarak mereka
bawa cepak gantang Adat istiadat sendiri “Beadat dewek pusako mencil”
kurang peduli dengan kemajuan Jambi, karena yang penting kebutuhan
kelompoknya sendiri. Tanah jambi dihuni mudah tempuh sedega lalu secara
adat bukan orang Jambi. Kalau perintah kurang arif, bukan tidak mungkin jadi
bom waktu perpecahan tidak diharapkan. Maka saya numpang mengimbau
semua teman, sanak saudara nan tinggal di Jambi.
6. Penduduk Jambi.
Penduduk Jambi adalah orang tau warga, sekedar tinggal tercatat jadi
penduduk Jambi tidak tunduk kepada Adat basendi syarak, syarak basendi
kitabullah, tidak di kurung petang di lepas pagi, tinggi tidak di kadah rendah
tidak di kurug, kalam tidak di suluh terang tidak di sigi, tidak di beri kaji
baca oleh pemangku Adat dan syarak. Secara Adat memisahkan diri dengan
orang Jambi, jadi kalua orang Jambi pasti warga jambi dan pasti pnduduk
Jambi, kalua warga Jambi adalah penduduk Jambi tetapi belum tentu orang
Jambi, orang Jambi ikut pepaa dengan iyuo, punyo rumah sedepo setumbi,
walau berbeda status Adat dan Agama tidak ada masalah asal bisa
menyesuaikan diri dengan hukum Adat Melayu Jambi. Karna yang dilarang
dalam hukum adat adat Jambi, adalah beadat dewek pusako mencil
sendirian, ini musuh negeri baik seorang atau banyak tidak terdaftar jadi
tumbi (kk), tidak keno pepa dengan iyuo dalam satu kampung, tidak
dikurung petang dilepas pagi pemangku adat.
Tetapi bertani umo ladang ditanah wilayah kampung tanpa izin, atau didekat
kampung tanpa beri tahu keberadaan mereka, igkar kepada rajo tidak tunduk
kepada pemangku adat. Orang ini di anggap cangkang budi, menjadi rajo
dikampung, jadi orang timpang balik muko, kijang batunduk tigo, jadi
musuh kampung, ado wargo kehilangan barang dio diduga pencurinyo, ado
orang dirampok, ado orang terbunuh, dio diduga pembunuhnyo. Jadi itulah
sebab wajib punya tempat domisili, negara mewajibkan setiap orang punya
kartu tanda penduduk (KTP). (Muchtar Agus Cholif,SH 2019 hal. 33-39)
Jambi kota seberang merupakan salah satu kampung tertua di jambi yang terletak
di kecamatan pelayangan, dan kecemata danau teluk. Kampung ini terkenal sebagai
kampung santri. Kampung jambi kota seberang merupakan gambaran perpaduan
tiga budaya tiogghoa, arab, melayu yang menjadi cekal bakal berkembangannya
kebudayaan masyarakat jambi dengan adanya perpaduan dari arab melayu
menunjukkan adanya budaya yang memiliki kearifan lokal budaya.
Dan dulunya adat istiadat Jambi kota Seberang kalau memakai celana pendek
atau dasar dibilang kupas atau penggawai belanda tidak memakai kepiya dibilang
orang belanda dan jaman dulunya kalau perempuan pada siang hari tidak ada keluar
rumah dan prempuan keluar rumah ada jamnya seperti acara penganten itupun pada
malam hari dan ketika prempuan hendak mandi disunggai tu la jadwal prempuan
keluar rumah. Wawancara toko adat (Ibramhim Somech).
Adat istiadat merupakan kumpulan tata kelakuan atau kebiasaan yang kekal,
diwariskan turun temurun dari generasi kegenerasi. Adat istiadat menurut Soekanto
(2011:73) mempunyai ikatan dan pengaruh yang kuat dalam masyarakat, kekuatan
mengikatnya tergantung pada masyarakat yang mendukung adat istiadat tersebut
yang terutama perpangkat tolak pada perasan keadila. Adat istiadat ini merupakan
ekspresi dari kebudayaan melayu.
Para ahli seperti Maclver, J.L Gillin, dan J.P Gillin sepakat, bahwa adanya saling
bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara, dan
prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat
tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Untuk arti yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial,
mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Mirip jiwa manusia, yang dapat
diketahui, pertama melalui kelakuan dan perbuatannya sebagai penjelmaannya yang
lahir, kedua melalui pengalaman batin dan roh manusia perseorangan sendiri.
budaya dalam masyarakat adalah bagian dari sistem sosial masyarakat, karena
itu ia tidak bisa terlepas dari aspek sosial. Misalnya, aspek demografis seperti
pertumbuhan populasi, distribusi usia populasi, tingkat kelahiran, dan sebagainya.
Begitu pula dengan perubahab gaya hidup dan harapan karier, semuanya sangat
berpengaruh pada aspek kehidupn sehari-hari dan sebuah budaya berasal dari
sebuah sistem nilai yang diterima oleh orang-orang di wilayah tertentu.
Nilai-nilai, secara sederhana dapat kita artikan sebagai apa yang dianggap baik
atau tidak baiknya oleh seseorang. Masyarakat desa diartikan sebagai masyarakat
yang tinggal di daerah pedesaan yang dikategorikan sebagai masyarakat yang masih
hidup melalui pemikiran pedesaan. Biasanya masyarakat desa bekerja, berbicara dan
berpikir serta melakukan kegiatan berdasarkan pada apa-apa yang berlaku di daerah
pedesaan (Yuliati 2003:20).
Dan yang paling nenarik dari kearifan lokal Arab Melayu Jambi ini adalah tradisi
keagamaan yang masih dilakukan masyarakat setempat dan kental keislamannya.
Beberapa prayaan tradisi keagamaan tersebut diantaraanya: (Pantangan-pantangan
bagi suami-istri ketika istrinya hanil), dan (Peringatan tujuh bulan kehamilan), dan
tradisi jambi kota seberang ketika anaknya melahirkan itu biasanya yang di lakukan
masyarakat kota seberang jambi (mencukur rambut bayi), dan selain itu yang biasa
yang di lakukan masyarakat kota seberang jambi ziarah kubur massal (ziarah ke
makam bersama-sama), burdah, Nisfu Sya‟Ban, hadrah atau kompangan, dan musik
gambus.
Perkembangan sosio kultur kebudayaan melayu jambi sangan dominan
dipengaruhi oleh ajaran syari‟at islam kemudian tumbuh menjadi prilaku budaya
masyarakat sebagai identitas Melayu Jambi (Cultural concept), tercermin dalm
prilaku keseharian, bahasa dan kesusastraan dalam seloko adat, pakaian adat, dan
ritual pernikahan (Ijab Kabul), aqikah dan pemberian nama bayi, khitaman
(sunnatan), antaran belanjo (seserahan), dan sebagainya. Di bidang kesenian seperti
gambus, merawis, hadrah, berzanji, nazam, maulid diba, reban, rempak kompangan,
dan lain-lain. Di bidang perayaan hari besar islam seperti, maulid dan isra‟Miraj
Nabi Muhammad SAW, Nuzul Qur‟an, 1 Muharram, 10 A‟syurah, Idul fitri dan
Idul Adha, ritual kematian dan sebagainya (H. hasan basri agus 2013: 78)
kebudayaan Melayu Jambi adalah adalah dua hal yang tidak terpisah yaitu
dengan adanya. Sebuah seloko yang sering diulang adalah adat bersendi syara‟,
syara‟ bersendi kitabullah, kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah
etnis Melayu Jambi. Menurut Rokhman dan Wijayanti (2013), tersapat misalnya
adalah hal-hal berikut:
1. Bentuk-bentuk tradisi yang berkembang dalam suatu kebudayaan tidak
semata-semata diciptakan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang
didasarkan pada alasan religius, mitos, mata pencarian dan integrasi sosial.
2. Nilai budaya dan norma dalam kebudayaan tertentu tetap dianggap sebagai
pemandu perilaku yang menentukan keberadaban, seperti kebajikan,
kesantunan, kejujuran, tenggang rasa dan tepa selira.
3. Teknologi beserta teknik-tekniknya dalam praktik dianggap merupakan
keunggulan yang dapat dipersandingkan dan dipersaingkan dengan teknologi
yang terkenal dalam kebudayaan lain.
4. Suatu rangkaian tindakan upacara tradisi tetap dianggap mempunyai makna
simbolik yang dapat diterima meskipun sistem kepercayaan telah berubah.
Upacara tradisi juga berfungsi sebagai media integrasi sosial.
5. Permainan tradisional dan berbagai ekpresi factor lain mempunyai daya
kreasi yang sehat, nilai-nilai kebersamaan dan pesan-pesan simbolik
keutamaan kehidupan.
Dan masyarakat Melayu Jambi, adat mereka mengacu ke Islam. Islam dan adat
syara‟ mengato, adat memakai Seloko ini berarti bahwa adat atau kebiasaan
masyarakat Melayu Jambi didasarkan pada syariat yang berasal dari kitab suci
Islam. Apa yang dititahkan syariat, dipakai oleh adat. Kuatnya Islam dipegang oleh
masyarakat Melayu Jambi membawa implikasi, antara lain penolakan masyarakat
Jambi terhadap hal yang mereka anggap bukan Islam. Masyarakat Jambi misalnya
memotong sejarahnya dan mengambil kedatangan Islam sebagai tonggak bermula.
budaya tidak terlepas dari latar belakang sejarah budaya masyarakat setempat.
Seperti kesenian dadung pada masyarakat Melayu di kabupaten Batanghari sangat
dipengaruhi budaya animisme dan dinamisme pada masa dahulu dan budaya Islam
sekarang ini. Agama atau kepercayaan memegang peranan penting dalam
perkembangan kesenian daerah (kebudayaan). Begitu kuatnya peranan agama dalam
memperkuat unsur-unsur budaya masyarakat dapat kita simak pernyataan Christofer
Dowson, beliau mengatakan: “agama adalah kunci sejarah, kita tidak dapat
memahami bentuk dalam diri suatu masyarakat, jika kita tidak dapat memahami
agamanya, kita tidak dapat memahami hasil kebudayaan jikat kita tidak memahami
kepercayaan agama yang ada di sekitar kita. Dalam semua zaman hasil karya kreatif
bersama dan suatu kebudayaan muncul dari inspirasi Pernyataan Christofer Dowson
tersebut di atas tidak dapat disangkal.
Hal ini sesuai dengan perkembangan kesenian di daerah Jambi yang tidak
terlepas dari peranan agama atau kepercayaan yang berkembang di daerah tersebut.
Seperti telah diuraikan diatas bahwa masyarakat Jambi dan kebudayaannya
dipengaruhi oleh 4 masa yakni: animisme dan dinamisme, Hindu, Budha, dan
terakhir Islam. Pada setiap masa (fase) itu kesenian Jambi berkembang sesuai
dengan agama atau kepercayaan yang berkembang pada masa itu.
Dalam), Kerinci, dan juga di beberapa desa yang terpencil. Pada masyarakat
pedalaman di Jambi, kesenian yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan lama ini
(non islam) tidak menjadi permasalahan bagi kalangan ulama Islam, karena mereka
belum menganut agama Islam.
Guru dalam hal ini bertanggung jawab menjaga waktu sholat dan sekaligus
menjadi imam tetap. Di Jambi Seberang, masjid juga berfungsi sebagai tempat
pengajian. Pengajian ini diikuti oleh semua elemen masyarakat terutama bagi
mereka yang telah dewasa, baik laki-laki maupun wanita. Materi pengajian yang
disampaikan oleh Tuan Guru sebahagian besar adalah masalah dasar-dasar agama,
hukum, dan ibadah yang digali dari kitab Kuning.
Pengajian ini biasanya dilakukan pada malam hari mengingat pada siang hari
sebahagian besar masyarakat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Pengajian
tersebut biasanya dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu yaitu pada malam
minggu malam senin. Masyarakat juga mengadakan kegiatan pembacaan surat
Yaasin diikuti dengan Tahlil pada setiap malam Jumat. Kegiatan keagamaan
tersebut mempunyai banyak sekali manfaat.
Kegiatan tersebut di samping berfungsi sebagai media pengajian keagamaan
juga berfungsi dan bermanfaat sebagai media komunikasi dan silaturrahmi antara
Tuan Guru dengan masyarakat dan juga media silaturrahmi antara masyarakat
dengan masyarakat dalam menjalin Ukhuwah Islamiah di antara mereka dan
tentunya, secara keseluruhan, kegiatan tersebut berada di bawah kepemimpinan
Tuan Guru.
Oleh karenanya seloko adat sebagai sarana sosialisasi agar dapat menyesuiakan diri
dalam tata pergaulan masyarakat secara penuh (Atmadewita,2013).
Tentunya secara subtansi dari seloko adat tersebut sangatr erat dengan ajaran
islam. Pertama dalam persoalan hukum adat, di dalam al-Qur‟an sejak 1400 tahun
banyak mengakomodir praktik kehidupan masyarakat Arab sebelum kedatangan
islam, selama tidak bertentangan dengan ajaran islam itu sendiri. Kedua, adat
perkawinan, islam begitu menjunjung tinggi sebuah perkawinan. Baik secara
subtansi maupun adat yang mengikutinya. Ketiga, aturan hidup, islam tidak hanya
agama yang mengajarkan tentang ketuhanan dan ibadah semata, melainkan berisi
pula ajaran tentang hidup bermasyarakatan (muamalah) seperti pengaturan
kehidupan sosial.
Penyebaran Islam di daerah Jambi dimulai dari datangnya seorang ulama dari
Turki (menurut referensi lainnya dari Gujarrat) yang bergelar Datuk Paduko
Berhala. Nilai-nilai Islam sejak dahulu menjadi nilai terintegrasi dalam kehidupan
sosial masyarakat Jambi. Hal ini terlihat dari falsafah yang hidup di tengah
masyarakat yaitu, “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”.
Seloko merupakan tradisi lisan yang terwariskan dari kakek ke bapak, dari
bapak ke bisa ke aku atau yang lain atau bisa terhenti atau tersamar karena jarang
didengar, jarang diungkapkan diruang publik atau antar lingkungan keluarga.
Masyarakat awam hanya dapat mendengar seloko dalam upacara adat terutama
dalam prosesi adat perkawinan. Menurut Nurhasanah (2013:43), pengalaman
religius adalah perbuatan dengan mana menghubungkan diri dengan Tuhan. Lebih
lanjut ekspresi religiositas pada seloko adat Jambi terdapat pada seloko adat sebagai
pandangan hidup (weltanschauung/way of life) yang berasal dari agama Islam.
Seloko adat memuat sikap religius yaitu, dimensi kemanusia dalam kaitanya dengan
dimensi trasnsendental. Aspek religiositas seloko adat Jambi selalu membicarakan
persoalan kemanusian yang bersifat profan dengan ditopang nilai kerohanian, yang
berpuncak kepada Tuhan.
sebagai serana kontrol sosial kehidupan masyarakat. Semua hukum yang berlaku
ini untuk mengajaga masyarakat agar tetap berada dalam pola tingkah laku yang
diterima baik oleh hukum di dalam lingkungan masyarakat, termasuk oleh
hukum dan undang-undang yang berlaku.
Hukum yang berlaku mengontrol apakah suatu perbuatan atau tindakan itu
sudah sesuai atau tidak dengan kehenak masyarakat dan hukum. Hukum yang
berlaku tumbuh bukan dari perbuatan pemerintah, melainkan dari fakta-fakta
sosial didalam suatu komunitas termasuk nilai-nilai yang hidupnya dalam
masyarakat. Aturan hukum merupakan pencerminan kaidah-kaidah ekonomi dan
moral, yang didasarkan pada pengakuan masyarakat tentang bagi ikatan
kemasyarakata. (Achman Ali, 2012 :42)
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
31
lisan atau tulisan. Data sekunder ini digunakan sebagai data pelengkap atau data
pendukung dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar, 2010: 86) Yakni data yang
diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi)
terhadap perkembangan perilaku keagammaan di kota seberang jambi kecamatan
danau teluk
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (struktur organisasi kecamatan danau
teluk) atau publikasi lainnya. (Mukhtar, 2010: 90) Data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi profil kota seberang jambi
kecematan danau teluk
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
darimana data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002: 207) Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek darimana
data-data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002: 106) Sumber data yaitu
berbentuk perkataan maupun tindakan, yang didapat melalui wawancara. Sumber
data peristiwa (situasi) yang didapat melalui observasi.
Dan sumber data dari dokumen didapat dari instansi terkait. “menurut
Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif, dan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.(Jam‟an Satori, 2009: 105)
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh yaitu :
a. Sumber data berupa manusia, yakni Para ketua Adat dan ketua Rt
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi di Desa danau teluk
Analisis data adalah proses mencari dan menyusu secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
Bodgan dalam Sugiyono (2017, hal. 130).
Teknik ini menggunakan flow analysis dari Miles dan Huberman analisis data
dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2017, hal. 132-133).
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain
yang dipandang ahli. Melalui diskusi maka wawasan peneliti akan
berkembang sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan
dan pengembangan teori yang signifikan (Sugiyono, 2017, hal. 137).
Mereduksi data berarti merangkum, memili hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer
mini dengan memberikan kode pada aspek tertentu.
2. Penyajian Data
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data,
penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dengan
menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu bagian yang
sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data,
maka data yang diperoleh akan lebih konsisten sehingga menjadi suatu data yang
valid dan bisa dipertanggung jawabkan. Menurut Moleong (2008:326-332) agar
hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan pengecekan data
apakah data yang disajikan valid atau tidak, maka diperlukan teknik
keabsahan/kevalidan data.
1. Triangulasi Teknik
Observasi Parsifatif
Sumber
Wawancara Mendalam Data
Sama
Dokumentasi
2. Triangulasi Sumber
Wawancara
A
Mendalam
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini peneliti
melihat subjek yang ada pada latar penelitian untuk mengetahui data
yang harus dikumpulkan sehingga peneliti telah mempersiapkan diri
dalam menyediakan alat pengumpulan data.
2. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti mengawali dengan
membuat permohonan ijin untuk melakukan pengumpulan data yang
diperoleh pada awal observasi.
3. Berperan serta mengumpulkan data . Pada tahap ini peneliti melakukan
pengumpulan data, tahap ini merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
c. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti
dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif
sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, mulai dari Agustus
2019 sampai , dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan penelitian x
2 Menyusun atau x
menulis konsep
proposal
3 Mengajukan judul ke x
Fakultas untuk
persetujuan judul
4 Konsultasi dengan X x
dosen pembimbing
5 Seminar proposal x
8 Penulisan konsep x
skripsi
9 Konsultasi kepada x x
dosen pembimbing
10 Penggandaan skripsi x
11 Munaqasah dan x
perbaikan
12 Penggandaan skripsi X
dan penyampaian
skripsi kepada tim
Penguji dan Fakultas
Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah
TEMUAN UMUM
A. Temuan Umum
Danau Teluk adalah suatu kecamatan yang cukup tua, dahulunya masih
berbentuk kawedanan yang dipimpin oleh Datuk Anang Bahri sekitaran tahun
1948, dengan pusat kawedanan di kawasan pasar Olak Kemang. Seiring waktu
berlalu, daerah tersebut mulai berkembang, sehingga dibentuklah Kecamatan
Danau Teluk yang dahulunya menyatu dengan Kecamatan Pelayangan dan
Telanaipura. Padasekitartahun 1967 akhirnya terpisah dan menjadi kecamatan
induk dengan camat pertama yaitu Kms. Muhammad Saman.
Secara bahasa “danau”berarti genangan air yang amat luas, dikelilingi
daratan; dan “teluk” berarti bagian laut yang menjorok ke darat. Sehingga dapat
dipahami mengapa daerah ini dinamakan Danau Teluk karena daerah tersebut
merupakan genangan air yang luas dan juga merupakan bagian dari sungai
batang hari karena jika ditelusuri maka keduanya akan terhubung.
Inilah sebabnya mengapa daerah ini disebut Danau Teluk. Salah satu
keunikan Kecamatan Danau Teluk karena di wilayah Kota Jambi hanya terdapat
dua danau (tergolong luas) yang ada sampai sekarang, yaitu 1) Danau Teluk dan
2) Danau Sipin (Kecamatan Telanai Pura) dan bentuknya yang bila dilihat dari
atas atau menggunakan peta tampak seperti ikan mas.
Keunikan lainnya di tengah-tengah Danau Teluk terdapat suatu pulau yang
biasa disebut dengan Pulau Pabe (ada pula yang menyebutnya Pulau Babe).
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
42
Gelar kerajaan tersebut diberikan karena pada masa itu Ahmad Ilyas di
kerajaan Melayu Jambi menjadi patronase bagi penguasa lokal Puteri Selaras
Pinang Masak dalam menyebarkan ajaran agama Islam yang diawali dengan
tindakan pemusnahan atau penghancuran Patung Berhala yang terdapat di Tanah
Putus Ujung Jabung atau dikenal dengan Pulau Berhala sebagai tempat
pemujaan bagi penganut agama Hindu. Pulau berhala ini dapat dikatakan tenpat
awal bertapaknya kerajaan Melayu Islam di Jambi.
Pada tahun 1138 H (abad 15 M), Datuk Paduko Berhalo mendatangkan
ulama dari Hadhra Maut Yaman dari ahlul Bait Rasulullah yang bernama Sayid
Husin bin Ahmad Baraqbah. Beliau datang bersama anaknya yang bernama said
Qosim dan menyebarkan ajaran agama Islam selama 35 tahun dan bertempat
tinggal di Kampung Arab Melayu. Banyak masyarakat yang berguru dengannya
salah satunya yaitu Muhammad Yusuf bin Muhammad Chatib. Setelah Said
Husin wafat Muhammad Yusuf yang meneruskan penyebaran agama Islam di
Jambi. Salah satu muridnya adalah anaknya sendiri Abdul Madjid. Setelah
Muhammad Yusuf wafat maka Abdul Majid pula yang menyebarkan ajaran
Islam, diantara beberapa muridnya adalah:
1. Ibrahim (anak Abdul Majid Jambi)
2. Sulthan Thaha Saifuddin (sebelum menjadi sulthan)
3. Abdullah Affandi (Kampung Tengah)
4. Abdul Shomad (Tanjung Pasir)
5. Abdusshomad (Kampung Tengah)
6. Hasan Anang (Ulu Gedong)
7. Datuk Sin Thay (Olak Kemang)
8. Burhan Nurdin (Kampung Tengah)
Berawal dari sini pula pendidikan ke-Islaman di wilayah Kecamatan
Danau Teluk dan Pelayangan mulai meningkat dan lebih berkembang. Diantara
buktinya ialah berdirinya 4 Madrasah tertua (1915 M) di Provinsi Jambi, yaitu:
1. Madrasah Nurul Islam di Tanjung Pasir
2. Madrasah Nurul Iman di Ulu Gedong
Setelah berkembang pesat, maka didiirikan pula satu Madrasah lagi yang
terletak ditengah-tengah Madrasah Nurul Islam dan Nurul Iman yaitu Madrasah
As‟ad yang didirikan oleh KH. Abdul Qodir Ibrahim pada tahun 1951 M. Hal ini
menambah catatan sejarah bahwa Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan
(Seberang Kota Jambi/SEKOJA) memang kental dengan dunia ke-Islaman dan
kesantrian.
Dari uraian tentang sejarah ke-melayu-an dan ke-Islam-an di atas dapatlah
dipahami mengapa sampai saat ini di Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan
sangat identik dengan kebudayaan Melayu Islam. Sehingga masih berbekas dan
memegang erat tradisi melayu. Bisa dilihat dari sisi gaya masyarakat Kecamatan
Danau Teluk berbahasa, berpakaian, adat istiadat, dsb.
2. Tempat-tempat Wisata Religi
Ada beberapa tempat bersejarah sekaligus tempat wisata religi yang terdapat
di Kecamatan Danau Teluk, diantaranya:
a. Rumah Batu (Olak Kemang) yang dibangun atas inisiatif Said Idrus bin
Said Hasan Al-Jufri karena beliau sering dikunjungi oleh pihak mertua
yaitu Sultan Nazaruddin dan pihak besan yaitu Sulthan Thaha Saifuddin
sehingga rumahnya tidak memungkinkan menampung orang banyak.
b. Masjid Al-Ihsaniyah (Olak Kemang), lebih dikenal dengan nama Masjid
Batu yang juga dibangun pada era Said Idrus bin Said Hasan Al-Jufri.
c. Makam Said Idrus bin Said Hasan Al-Jufri dan anaknya Said Alwi, Said
Muhammad dan Syarifah Hazra (Olak Kemang) terletak pada samping
Masjid Batu.
d. Madrasah Nurul Islam (Tanjung Pasir), tetapi sekarang tidak lagi
melaksanakan program belajar mengajar (fakum) kepesantrenan, namun
gedungnya digunakan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
Taman Kanak-kanak (TK).
e. Madrasah Nurul Iman (Ulu Gedong) yang masih aktif dan memulai
membangkitkan lagi semangat kesantrian dengan menerima santri
perempuan yang disebut dengan istilah santriwati.
f. Pondok Pesantren As‟ad (Olak Kemang) yang pada masa saat ini masih
aktif dan muridnya yang semakin banyakserta bangunannya yang
semakin berkembang. Sehingga direncanakan oleh pihak terkait akan
mendirikan pula Perguruan Tinggi Agama Islam yang diberi nama
Ma‟had Ali Pondok Pesantren As‟ad Jambi yang terletak di RT. 10
Kelurahan Olak Kemang.
3. Ciri Khas Budaya dan Kerajinan
Ada beberapa ciri khas dari Kecamatan Danau Teluk umumnya wilayah
Seberang Kota Jambi yang masih terjaga dari zaman dahulu dan dapat kita
temukan saat ini, diantaranya:
a. Alat transportasi air yang biasa digunakan untuk menyeberang sungai
batang hari dari olak kemang, ulu gedong ke wilayah Pasar Jambi yang
disebut “Ketek”.
b. Perempuan yang menutup seluruh tubuhnya kecuali kedua mata
dengan menggunakan dua kain yang disebut “kain duo” atau “tudung
lingkup”.
c. Tradisi hantaran pernikahan yang masih menggunakan tradisi Adat dan
Budaya Melayu Jambi seperti “seloko-seloko adat” dan “pantun-
pantun melayu”.
sekitar Tahun 1967 terpisah dan menjadi Kecamatan induk dengan Camat
pertama Kms. Muhammad Saman.Yang sampai saat ini telah berganti camat
sebanyak 20 kali.
5. Kondisi Monografi
TK/ PAUD : 10
SD / IBTIDAIYAH : 16
SMP / TSANAWIYAH :4
SMA / ALIYAH :5
b. Sarana Ibadah
- Langgar : 14
- Masjid : 9
• Puskesmas 1 Buah
• RSUD.H. Abdul Rahman Sayoeti 1 buah
• Pustu2 Buah
8. Kondisi Demografi
Jumlah Pendudukan :
Laki – laki : 6.135 orang
Perempuan : 6.297 orang
Jumlah : 12.432 orang
Kepadatan Penduduk : 880 Jiwa Perkilo Meter
Nama Instansi : Kecamatan Danau Teluk
Alamat : Jl. KH. Hasan Anang Rt. 08 Kel. Olak Kemang Kec.
Danau Teluk Kota Jambi
Struktur
CAMAT
DRS. DARMAWANSYAH
SEKRETARIS KECAMATAN
AKHMAD SUHAILI, SH
DRS. DARMAWANSYAH
NIP. 19691027 198908 1 001
Sumber : Kantor Camat Danau Teluk
TK I
4 Ahmad L Pengelola III/d Penata S-1 Komunikasi
Mirikh.A.Md Data TK I
5 Ilyas. SH L Kasi III/d Penata S-1 Hk.Pidana
Pem,Masy TK I
6 M. Sukri L Kasi Kesos III/d Penata SMA
TK I
7 M. Saman L Kasubag III/c Penata SMA
Kepeg
8 R. L Kasi Trantib III/b Penata D- IV STPDN
Muchlis.S.STP Muda TK I
9 Amran. SE L Kasi Pelum III/b Penata S-1 EkoPem
muda TK I
10 Ubaidillah. L Kassubag III/a Penata S-1 Kebj Pem
S.kom perc Keu Muda
11 M. kholidi. L Pengelola II/d D-II PGKSD/MI
A,Ma Data Pengatur Tk
I
Sumber : Kantor Camat Danau Teluk
Source : District Office of Danau Teluk
TK I
3 Sahla. SE P Kasi III/d Penata S-1 manajemen
Pem,kesos TK I Pem
4 Maskinah P Kasi pem, III/c Penata SMA
Pelum
5 Tarmizi L Kasi Trantib III/c Penata SMEA
6 Ahmad Lutfi Pengelola Data II/d Pengatur SMA
TK I
Sumber : Kantor Camat Danau Teluk.
Source : District Office of Danau Teluk.
Jenis Pelayanan :
Tata tertib dan Kode Etik di Unit Pelayanan Umum Kecamatan danau Teluk
Tata Tertib
a. Mengambil Nomor Antrian Pemohon
b. Menyerahkan Persyaratan Pengajuan pelayanan sesuai dengan Persyaratan
Pelayanan yang telah ditentukan
c. Berprilaku tertib,sopan dan santun
d. Menjaga kebersihan di ruang Pelayanan
e. Tidak Merokok di area Kecamatan Danau Teluk
f. Tidak membawa senjata Tajam
g. Tidak Membuat keributan atau menganggu kenyamanan dalam ruangan
Kode Etik
h. Adil dan tidak diskriminatif
i. Cermat
j. Sapa,Sopan,senyum dan Ramah
k. Tegas,andal dan tidak memberikan keputusan yang berlarut
l. Profesional
m. Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar
n. Menjunjung tinggi nilai Akuntabilitas
o. Tidak membocorkan Informasi yang dilindungi oleh Undang-undang
p. Terbuka dan mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari konflik
q. Tidak menyalahkan sarana dan prasarana pelayanan publik
r. Tidak memberikan Informasi yang menyesatkan
s. Tidak menyalahgunakan Informasi
t. Sesuai dengan kepantasan dan
2 Non Perizinan 42 48 46 31 40 37 57 42 57 41
Dan selain itu kalau ada permasalahan melalui dulu dengan adanya
hukum Adat dan baru kepolisihan karena hukum Adat tidak boleh lagi di
proses oleh hak kewajiban karena hukum Adat dak boleh di bentah-bentah
oleh hak kewajiban kecuali hukum Adat telah diserahkan kepada hak
kewajiban itu baru bisa di proses oleh hak kewajiban karena Adat basendi
syara, syara basendi kitabullah dan dalam saksi hukum Adat ancaman
hukum bagi yang melanggar hukum Adat jika tidak mau mematuhi atau
tidak mau memenuhi di seruh pergi berkampung.
saya tuk dari mana datangnya asal kata Adat itu,
Asal dari kato Adat itu Adat basendi syara, syara basedi kitabullah itu
lah kato asalnyo Adat itu ibarat tali berpintal tiga bak emas dengan suaso
menurut kato seloko sadencing bak besi seciap bak ayam tandonyo alim
sekitab penghulu seantiko hambo seiyo sekato kok jalan sereju kok lembai
serilun kok Langkah serentak kok bekayuh sedegam yang dimaksud
dengan kato seloko turunan atau warisan yang dipegang pimpinan Adat.
Selain itu ada jugo Adat samo seko anjak-anjakan berbentuk benda
memenuhi ketentuan Adat dan hukumnya nan disebut seko anjak-anjakan.
saya seko anjak-anjakan itu apo itu tuk
Eco pakai yang beriman umpamanya tukaran sama isi berlainan seperti
gantang Jambi 16 canting gantang batang hari 12 canting gantang ma
bungo 10 canting hah itu lah yang di maksud dengan seko anaja-anjakan
yaitu tukaran isinyo berlainan.(wawancara: Ibrahim Somed 30 September
2020)
saya tuk kalau dalam meningkatkat perilaku keagamaan kota seberag tuk
kek mana tuk?
Dulu zaman kami dulu kito kembalikan itu sudah susah karna ada
kecangian Adat kini tu Adat Basendi Syara, Syara Basendi kitabullah
kalau dulu itu nengok guru itu takut dan nengok Orang tuo Berjalan kito
minggir kalau zaman sekarang orang tuo itu disamo kan be karna apa
didikan akhlak kurang kalau zaman kami dulu akhlak dulu di
terjadian kata datuk Ibrahim Somad Ketika Sidang Adat ada pemudo ikut
sidang Adat dan pemudo itu tidak sopan santun dak kata datuk Ibrahim
somad menegur si pemudo itu „‟ hey lup ni sidang Adat kau tau sopan
santun kau ado punyo orang tuo berapo umurnyo orang tuo kau lup orang
tuo kau nganten pun aku ngarakmyo dak perlu kau ikut sidang Adat ni
Keluar. Orang Adat itu Kasar apa yang ada itu yang dicerita dak peduli.
Saya tuk adakah tentang adat itu dilarang maksudnyo yang di larang
syarak di benci Adat…
Datuk Ibrahim Somed Menjawab ? Ada Syarak di larang di benci
Adat itu ado 20 yang dilarang syrak di benci Adat yang pertamo (hati
selalu bimbang) yang keduo (mato selalu rambang) yang ketigo (prange
selalu sumbang) yang keempat (orang maju lurus awak menyimpang)
yang kelimo (orang ndak nempuh awak nyelimpang) yang keenam
(bercakap dengan orang awak membelakang) yang ketujuh (di swak awak
membangkak) yang ke delapan (ketagih orang bebaju kutang) yang
kesembilan (orang ndak mask awak tegak di lawang) yang kesepuluh (idak
sembahyang) yang sebelas (banyak hutang) yang duo belas (hutang
gadang di bawak tiduk siang) yang tigo belas (di tageh musuh ke orang)
empat belas (awak kecik prange mecam orang gedang) yang limo belas
(awak gedang prange mecam kerbo jalang) yang enam belas (prange jahat
mecam jelatang) yang tujuh belas ( siang tiduk malam jadi musang) yang
delapan belas (awak la bebini masih ngaku bujang) yang sembilan belas
(awak tuo mato keranjang) yang duo puluh( bebini denagn nan kecik tapi
masih lanjang dengan ayuknyo nan gadang).
Na itu lah yang di larang syarak dibenci Adat itu semuonyo itu ado
makna tidak masing- masing seperti bebini dengan nan kecik tapi masih
lanjang dengan ayuknyo nan gadang yang di maksudnyo kau bebini
dengan adeknyo tetapi kau suko dengan ayuknyo itu la yang di sebut mato
lanjang atau gatalan
Saya dalam segi kendalanya tuk kek mano?
Adat itu dak ngerti kek ko kato diok kek ko kato kito kek mano kito
nak masukan tentang Adat sudah tu tangan main-main. Itu la kendalanya
orang-orang sok tau tentang Adat sampe-sampe perna datuk mengusir
pemudo Ketika rapat Adat pemudo itu congkak kan dalam Adat dak boleh
ibarat kato awak kecik prange mecam orang gedang dan kendala yang lain.
Pemuda banyak yang dak tau tentang larangan Adat contoh sering kita
melihat pemudo jarang sholat itu kan termasuk yang di benci Adat dan
Syarak. Dan zaman kini ada pulak HAM.Kalau zaman dulu daktek HAM.
Pas zaman dulu salah dikit pendimping toko Adat itu rotan mainnya.
(wawancara: Ibrahim Somed 17 Agustus 2020).
3. Solusi Dalam Menerapkan Perkembangan Adat dan Budaya
Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang Dalam Perilaku
Keagamaan
Solusi dan perkembangan melalui peran Adat itu tergantung kepado
toko-toko agama secara Rapat tentang peengembangan Adat dan Perilaku
solusinya itu seperti sekarang adanya pengajian, perceramah itu sudah
termasuk pengembangan itu dari zaman dahulu, dulu belajar tauhid,
belajar peqe, belajar ilmu tasawuf seperti mengenal sifat-sifat Allah Swt.
Habis itu solusinya tentang Akhlak tentang kelakuan manusia itu sudah
termasuk golongan zaman dulu sampai sekarang ini sebab Adat itu dak
rapuk di hujan di rakam di panas karno diok berdasarkan Adat basendi
syarak syara basendi Kitabullah sampai dunia kiamat la mengeluarkan
dari permasalahn itu, itu sudah melanggar syariat islam itu bukan orang
Adat mako orang dulu itu patuh pado Adat, takut karno bawak an salah
dan ajaran kau salah menyimpang dengan ajaran syariat islam jadi
solusinya itu tegur dan diterapkan Adat istiadat itu maka itu tidak rapuk di
hujan dirakam panas sampai sekarang patah tumbuh hilang berganti.
Yaitu melalui peran Adat itu cuman mengawasi dan untuk peran yang
menningkatkan keagamaan yaitu berado peran para ulama-ulama zaman
dulu dan zaman sekarang pengembangan yaitu melalui Pendidikan seperti
adanya sekolah pondok pesandren As‟ad, pondok nurul Iman, pondok
jauharen, pondok mubarok, itu la dalam segi pengembangan agama di
seberang ini bukan peran Adat peran Adat itu mengawas,
Saya tuk kalau misalnyo yasinan pada malam jum’at itu termasuk
perkembangan Adat atauPerilaku?
Saya tuk kalau tentang hukum Adat zaman dulu tuk kek mana?
Datuk Ibrahim Somed menjawab ? melalui eco pake, eco pake tu kau
tau, dak tau tuk, ecok pake itu hukum Adat misalnyo kalua kau maling
ayam keno dendo kampung naa itu eco pake la namo e, dan misalnyo lagi
kalua kau bunuh orang bunuh itu sama.
Dengan hukum ara tatapi ada meminta maaf seluruh family tapi kau
tanggung biayanyo lepas kau nengok dalam kesalahannyo apo unsur
dendam mako darah di balas dengan darah nyawo di balas nyawo dalam
hukum Adat itu ada kebaikannya efek jera dan misalnyo lagi nguci
kampung sedekah di kampung itu baco berdah, baco yasin pas zaman
dulunya.
Yang ketigo ialah Hukum Karnu. Keputusan dalam hukum ini adalah
disebebkan ada udang disebalik batu, ado padang disebalik rimbo, ado nasi
disebalik kerak, walaupun kawat dipilih, ikan dilaut yang di adang, tetapi
tetap kepengin menangguk di air keruh, menyembelih menampung darah,
baru kito masuk dengan hukuman seperti ini yang diputusakan semacam
ini sangat bertentangan dengan hukum adat karna apa hukumnya sangat
keras.
Yang ke empat hukum Bersama-sama. Hukum keputusan yang dibuat
secara bersamo-samo dalam suatu karapatan, dan hukum bersamo-samo
ini mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa seperti kato seloko alah
kalah pesko dek dibuwek, alah buwek buat dek samo-samo embuh samo
suka. Tapi dari 4 (empat) hukum itu masyarakat banyak memakai hukum
bersamo-samo.(Wawancara: Ibrahim Somed 18 Agustus 2020)
Saya bagaimana jika kampung kita melakukan berbuatan seperti maling,
berzina apa yang bapak lakukan sebagai ketua rt kampung ini melalui
hukum Adat atau melalui HAM?
Imron Rosadi selaku ketua RT menjawab? Kalau kini tu sesuai dengan
zaman masa seandainya terjadi dengan hal-hal semacam itu tetap
laporannyo melalui Rt selaku memangku Adat di tingkat Rt yang sekarang
disebut lit apabilo korban atau keluargo korban mengadukan hal itu
tersebut ke Rt tetap kito kumpulkan masyarakat kito Langkah pertamo kito
ialah mengadokan sebuah rapat ataupun rembuk dan kito hadirkan orang
tua korban kito tanyokan apa kendak diok apakah kita selesaikan dengan
dengan cara Adat apo nak menempuh jalur hukum.
Apabila di selesaikan dengan Adat itulah hukumanyo tetap kalau
melakukan berzinaan itu kalau menurut Adat itu kebanyak an hukum di
kampung yaitu cuci kampung tetap kito melakukan hal tersebut dan tetap
kita mengaku pada Adat kita selasaikan dengan Adat dulu apabila keluarga
korban tidak senang kita mempersilakan menempuh dengan jalur Hukum
tetapi Adat tetap kita tegakkan dan apabilo permaslahan yang dilakukan si
korban itu besar kita melalaui dalam Adat ialah tali tigo sepilin tungku tigo
sejarang pengawai nan tigo yang maksudnyo tigo sepilin tungku tigo
sejarang pengawai nan tigo kita kumpulkan nan tigo itu yang pertamo kito
manggil dulu Orang Adat dan kio manggil Pejabat Desa dan pengawai
syarak seperti Imam, Khotib, Bilal kalau sudah kumpul semuanyo baru
kito bahas tentang masalah si korban itu.(Wawancara: Imron Rosadi 18
Agustus 2020)
Saya bagaimana reaksi ketua Rt melihat masyarakat kampung kita
melanggar syariat Islam dalam segi pakaian yang membuka aurat?
Kalau pertanyaan yang kau sampaikan tadi membuka aurat itu
kebanyak an yang enak di pandang itu kaum perempuan yang membuka
aurat yang pertamo sayo lakukan menegur tetapi kita usahakan dengan
teguran kito melalui dengan sindiran seperti apa contoh kalau ada cewek
ataupun ibu-ibu memakai celana di atas lutut kito sebut be nak olah raga
bulu tangkis dimano ngajak-ngajak kami itu caronyo melalui sindiran
halus tetap dari segi pandangan tetap enak di tengok. (Wawancara: Imron
Rosadi 18 Agustus 2020)
70
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
71
Jambi,
Riyan S Wandy
TP.161579.
As‟ad, Moh, 2004. Psikologi Industri: Seri ilmu sumber daya manusia, penerbit
Liberty, Yongyakarta.
Aat Syafaat, Sohari Sahrani Muslih,2008. Peranan Pendidikan Agama Islam
Dalam Mencegah Kenakalan Remaja, Jakarta ; Rajawali Pers.
Arif, Zainuddin. (2012). Andragogi. Bandung: Angkasa Bandung
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta
DRS. H. HASAN BASRI AGUS, MM, Muhammad Hafiz H.I. DRS. H. Suparto.
P.A (2013) Pejuang Ulama dan Ulama Pejuang Negeri Melayu Jambi.
Pusat Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya Jambi.
Faisal, Sannafiah. 1990. Penelitian Kualitatif (dasar-dasar dan aplikasi). Malang:
Ya3 Malang
Harun, Hermanto dan Irma Sagala, Dinamika Model Pemerintahan dalam
Masyarakat Melayu Islam Jambi: Study Kasus Kabupaten Bungo, Jambi,
Jurnal Konttekstualita Vol. 28, No. 1, 2013.
Rokhman, Ali dan Putri Amal Wijayanti, 2013. Kearifan Lokal Sebagai Bagian Dari
Demokrasi dan Pembangunan Indonesia, Proceeding Semnas FISIP UT.
PROVINSI JAMBI
A. Observasi (Pengamatan)
1. Situasi dan kondisi di masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang
dalam Implementasi adat dan budaya Melayu Jambi
2. Proses meningkatkan perilaku keagamaan di kota seberang
kecematan danau teluk
3. Bagaimana kendala implementasi perkembangan Adat dan Budaya
masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang dalam perilaku
keagamaan
B. Dokumentasi
1. Arsip
a. Historis dan Geografis di desa kecamatan danau teluk
b. Struktur Organisasi masyarakat kecamatan danau teluk
c. Keadaan penduduk masyarakat kota seberang jaambi
kecamatan danau teluk
d. Jumlah penduduk masyarakat kota seberang jambi kecamatan
danau teluk
2. Rekaman Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak
yang terkait dalam penelitian tersebut.
C. Wawancara
Toko Adat.
Ketua Rt.
a. Bagaimana Implementasi Adat dan Budaya Melayu Jambi Kota Seberang
dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan ?
b. Bagaimana Kendala Implementasi Perkembangan Adat dan Budaya
Msyarakat Melayu Jambi Kota Seberang dalam Perilaku Keagamaan ?
c. Bagaimana Solusi dalam Menerapkan Perkembangan Adat dan Budaya
Masyarakat Melayu Jambi Kota Seberang dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan ?
Lampiran 2
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA KETERANGAN
1 Ibrahim Somed Orang tua
2 Imron Rosadi Orang tua
3 Hoiriyah Orang tua
4 Muhammad Ramdani Masyarakat
5 Racman Mukhlis Masyarakat
wawancara Datuk Ibrahim Somad wawancara bapak Imron Rosadi
Motto Hidup :
Tidak ada kesuksesan bagiku melainkan dengan pertolongan Allah SWT. Dan