Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MAULANA SUBHI

NIM : 1901014
MATA KULIAH : MANAJEMEN PESANTREN
DOSEN PENGAMPU : Dr. KH. M. Erlin Susri, S.Sos.I.,M.Pd.I

RESUME MAKALAH
“Manajemen Keterbukaan Informasi Pesantren”

1. Pengertian Keterbukaan
Kata Keterbukaan berasal dari kata dasar “buka” yang mengandung
arti jarak, antara dan lebar. Kemudian kata terbuka diberi awalan ter-
menjadi kata “terbuka” yang mempunyai arti : (1) tidak sengaja dibuka;
tidak tertutup; tersingkap; (2) tidak terbatas pada orang tertentu saja; tidak
dirahasiahkan. Selanjutnya dari kata terbuka dibubuhi imbuhan ke-an
menjadi kata “keterbukaan” yang mengandung arti hal terbuka; (perasaan
teloransi dan terbuka hati merupakan landasan utama untuk berkomunikasi)
Kaitannya dengan penyelenggaraan Pesantren, keterbukaan atau
transparansi berarti kesediaan pemimpin lembaga Pesantren dalam hal ini
Pimpinan Pondok Pesantren untuk senantiasa memberikan informasi faktual
mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan
Pesantren.

2. Pondok Pesantren Sebagai Sistem Terbuka


Pondok Pesantren dikatakan sebagai sistem terbuka sebab di dalamnya
berkumpul manusia yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan
demikian Pondok Pesantren terbuka untuk memperoleh inputs dan
selanjutnya mentransformasikan sebagai produksi. Sifat terbuka
mengandung dua hal, yaitu :
a. Melakukan berbagai perubahan secara internal dengan maksud untuk
menyesuaikan dengan lingkungannya.
b. Sistem terbuka ini tidak hanya bagi lingkangannya melainkan juga bagi
dirinya sendiri.
3. Kinerja Pondok Pesantren
Kinerja Pondok Pesantren berkaitan dengan tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program/ kegiatan/ kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi dan misi Pondok Pesantren. Kinerja Pondok Pesantren
menjadi tanda keberhasilan seluruh komponen yang ada di Pondok
Pesantren. Kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang ditempuh, usaha yang
dilakukan, dan pada gilirannya akan memunculkan hasil kerja yang dapat
dicapai Pondok Pesantren dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan
Pondok Pesantren.
Dalam wacana demokrasi Pesantren, transparansi pengelolaan Pondok
Pesantren merupakan karakteristik Pondok Pesantren yang harus
diwujudkan dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kePesantren.
Transparansi harus ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, penggunaan
uang, pelayanan, dan pertanggung jawaban, yang selalu melibatkan pihak-
pihak terkait sebagai alat kontrol.

4. Keterbukaan Manajerial Pimpinan Pondok Pesantren


Pimpinan Pondok Pesantren merupakan pemimipin dari organisasi
Pesantren. Pimpinan Pondok Pesantren yang baik adalah seseorang yang
peka terhadap kebutuhan kelompoknya.Salah satu hal yang penting yang
dibutuhkan oleh sumber daya Pesantren di Pondok Pesantren adalah
keterbukaan manajerial Pimpinan Pondok Pesantren. Dari gambaran
penjelasan tentang konsep keterbukaan dan konsep manajerial Pimpinan
Pondok Pesantren di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
keterbukaan manajerialan Pimpinan Pondok Pesantren dalam penelitian ini
adalah sifat yang dimiliki oleh perasaan teloransi dan keterbukaan hati
Pimpinan Pondok Pesantren yang diwujudkan dengan sikap jujur, rendah
hati, adil, serta mau menerima pendapat dan kritik dari orang lain dalam
melaksanakan kemanajerialan di Pondok Pesantren/madrasah dan tidak
menutupi apa yang dikerjakannya sehingga menjadi jelas, mudah dipahami
dan tidak di sangsikan lagi kebenarannya. Dalam rangka menjalankan tugas
manajerial Pimpinan Pondok Pesantren dituntut memiliki kompetensi
kepribadian, kompetensi ini menuntut kepala skolah memiliki:
a. integritas kpribadian yang kuat, yang dalam hal ini ditandai dengan
konsisten dalam berpikir, berkomitmen, tegas, disiplin dalam
melaksanakan tugas.
b. memiliki keinginan yang kuat dalam mengembangkan diri sebagai
Pimpinan Pondok Pesantren, dalam hal ini meliputi memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik baru, mampu
secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan rasa ingin
tahu.
c. bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas, meliputi berkecenderungan
selalu ingin menginformasikan secara transparan dan proporsional
kepada orang lain mengenai rencana, proses pelaksanaan dan efektifitas
program.

5. Pandangan Islam Terhadap Keterbukaan Informasi


Menyebarkaan informasi atau kabar baik adalah termasuk amal baik.
Berbagi kabar baik atau infomasi dapat melapangkan dada dan memberikan
kebahagiaan kepada sesama muslim dan akan mempererat tali persaudaraan
satu dengan yang lainnya. Alloh subhanahu Wata’ala berfirman:
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surge-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam
surge-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka didalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqoroh: 25)
Dalam ayat Al-Qur’an di atas dapat difahami bahwa kita harus
menyampaikan informasi atau kabar gembira kepada sesama. Seperti halnya
yang dilakukan pada lembaga-lembaga Pesantren yang harus memberikan
keterbukaan informasi kepada pihak-pihak yang berperan aktif. Bisa saja
terjadi informasi sangat berguna bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar, karna informasi sangat penting. seperti halnya sabda Rasulullah
sholallohu ‘alaihi wasallam:
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan dalam
kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna di hari kiamat.”
(HR. Abu Daud, no 56; Tirmidzi, no.223)
Dalam hadis di atas dapat kita fahami menurut penulis yakni orang yang
tidak memiliki/ tidak tahu informasi bagaikan dalam kegelapan, dan cahaya
untuk meneranginya adalah informasi yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai