Anda di halaman 1dari 15

POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DAN SANTRI PUTRI

DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN HAFALAN AL-QUR’AN DI

PONDOK PESANTREN WALISONGO LAMPUNG UTARA

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Indah Cahyani

NPM: 1741010036

Program Studi:Komunikasi dan Penyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengawali pembuatan proposal ini dengan segala

kelapangan hati dan keikhlasan “Alhamdulillah” atas berkat rahmat Allah

SWT, Tuhan semesta alam yang selalu memberikan limpahan karunia

kepada hambanya. Proposal yang berjudul “Peranan Dakwah Dalam

Membina Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Waisongo Kotabumi

Lampung Utara”. Guna melengkapi tugas akhir dan guna mendapatkan

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Raden Intan Lampung.

Shalawat serta salam tak lupa selalu penulis curahkan kepada

Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya

yang selalu setia pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis

haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan

proposal ini.

Dan Maka dari itu, saran, kritik dan masukan yang membangun

sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga Allah

SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Akhir kata penulis mohon

maaf bila ada kesalahan.

Bandar Lampung, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................1
A. Penegasan Judul ..............................................................................1
B. Alasan Memilih Judul .....................................................................5
C. Latar Belakang Masalah ..................................................................5
D. Rumusan Masalah ...........................................................................10
E. Tujuan Penelitian ............................................................................10
F. Manfaat Penelitian ..........................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebelum penulis menguraikan isi judul skripsi ini yang berjudul

“Pola komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Putri Dalam

Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur’an Di Pondok Pesantren

Walisongo Lampung Utara”

Dari beberapa istilah diatas, penulis merasa perlu untuk

menjelaskan terlebih dahulu agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap

pengertian judul yang dimaksud. Istilah-istilah tersebut antara lain:

Kata “Pola” dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), artinya

bentuk atau system, cara atau bentuk (struktur) yang tepat, yang mana pola

dapat dikatakan contoh atau cetakan.1

Pola juga dapat diartikan bentuk atau cara untuk menunjukkan

suatu objek yang mengandung kompleksitas proses didalamnya dan

hubungan antar unsur pendukungnya.2

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang

artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan atau lebih.

Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan pada sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta;
Balai Pustaka, 1996), h. 778
2
Wirianto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta; Gramedia, 2004), h. 9

1
untuk mengubah tingkah laku mereka.3 Sedangkan menurut Edward

Depari yang dikutip oleh H.A.W. Widjaja adalah proses penyampaian

gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambing tertentu,

mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada

penerima pesan.4

Jadi yang dimaksud dengan komunikasi adalah proses

penyampaian pesan antara komunikator (orang yang menyampaikan

pesan) dengan komunikan (orang yang menerima pesan) dengan tujuan

untuk mengubah tingkah laku komunikan.

Pengertian pengasuhyang dimaksud dalam judul skripsi ini yaitu

seorang ustadzah yang berperan sebagai pembimbing dan pemberi

motivasi serta yang menjadi penerima setoran hafalan bagi santrinya yang

sedang menghafalkan Al-Qur’an.

Santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang

mendalami agama islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh,

orang yang shalehah. Santri dapat diartikan sebagai orang alim dan banyak

melakukan ibadah serta orang yang pergi belajar dan mendalami ilmu

agama pada suatu lembaga pendidikan khusus (pesantren). Santri yang

dimaksud disini adalah santri yang berjenis kelamin perempuan, peserta

didik yang belajar menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Walisongo

Lampung Utara.

3
Hafied Cangra, pengantar ilmu komunikasi (PT. Rajagrafindo Persada Jakarta, 1998)
hal: 20
4
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000)
h. 13

2
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati

semua peraturan dan norma social yang berlaku. Disiplin merupakan sikap

mental yang tercermin dalam pembuatan tingkah laku perorangan

kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap

peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.5Kedisiplinan

dalam proses menghafal Al-Qur’an sangat diperlukan karena bukan hanya

untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar dengan lancar, tetapi

juga untuk menciptakan pribadi yang baik.

Pembinaan kedisiplinan santri putri dalam hafalan Al-Qur’an, di

pondok pesantren walisongo yaitu melakukan kegiatan tambahan agar

santri tidak merasa jenuh dengan keadaan yang mereka hadapi, melakukan

pendekatan terhadap santri, memberikan nasihat-nasihat yang kiranya

santri tidak bosan untuk menghafalnya, dan melakukan pemantauan lebih.

Menghafal Al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, dimana dalam

pembelajaran tahfidzul Qur’an lebih menitikberatkan pada belajar

(menghafal) saja dengan sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur tidak

langsung sekaligus. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-

Isra’ 17: 106:

‫ِإ َّن ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم ِمن قَ ۡب ِل ِ ٓۦه ِإذَا يُ ۡتلَ ٰى‬ ْ‫قُ ۡل َء ِامنُواْ ِب ِ ٓۦه أ َ ۡو ََل ت ُ ۡؤ ِمنُ ٓو ْۚا‬

١٠٧ ‫س َّج ٗد َۤا‬ ِ َۤ َ‫ونَ ِل ۡۡل َ ۡذق‬


ُ ‫ان‬ َۤ ‫علَ ۡي ِه ۡم َي ِخ ُّر‬
َ

5
Pengertian Kedisiplinan, https://wandhie.wordpress.co. Diakses pada tanggal 15
September 2020

3
Artinya: Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak

usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang

diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada

mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.6

Berbagai variasi dalam proses interaksi Al-Qur’an dijalankan,

sehingga Al-Qur’an menjadi sebuah identitas yang hidup di antara

komunitas Muslim, khususnya di kalangan pesantren.

Pondok Pesantren adalah “suatu lembaga pendidkan non formal

yang didalamnya terdapat seorang kiai dengan santri, dengan sarana

masjid atau gotak-an yang digunakan sebagai tempat tinggal santri”.

Pondok pesantren yang dimaksud dalam proposal ini adalah pondok

pesantren Walisongo Desa Bandar Kagungan Raya Kotabumi Lampung

Utara.

Berdasarkan penegasan judul diatas, maka yang dimaksud dalam

judul ini adalah suatu kajian, penyelidikan, dan penelitian lapangan

tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren

dalam rangka membina nilai-nilai Akhlak santri di pondok pesantren

Walisongo Kotabumi Lampung Utara.

6
Kementrian Agaa RI, Al-Qur’an Terjemahan dan Tajwid, (Bandung: SYGMA, 2014),
293.

4
B. Alasan Memilih Judul
Ada beberapa hal yang menjadikan yang menjadikan penulis
tertarik untuk mengangkat judul ini antara lain:
1. Pola komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran infoemasi atau pesan,
tetapi juga sebagai kegiatan tukar menukar data, fakta dan ide agar
komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang hendak
disampaikan oleh seseorang pendidik dapat diterima dengan baik oleh
murid. Dengan demikian diperlukan jalinan komunikasi yang baik
antara Ustadzah dengan santri putri dalam proses menghafal Al-Qur’an
agar tidak terjadi kesalahan ketika belajar menghafalnya.
2. Al-Qur’an adalah sumber utama dienul islam. Bacaan Al-Qur’an
merupakan ibadah bagi umat muslim yang membacanya sehingga,
suatu kelaziman bagi seorang muslim untuk dapat membacanya. Oleh
karena itu, pendidikan Al-Qur’an harus ditanamkan sejak dini dengan
menghafal, mempelajari, dan mengamalkan isi dari Al-Qur’annya.

C. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kebutuhan setiap umat manusia dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari, bahkan hamper tidak mungkin

seseorang tidak berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa berkomunikasi

manusia tidak akan bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah

dari Allah Swt di muka bumi (khalifah).

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia,

makin luas pergaulan maka makin besar fungsi, peranan dan tanggung

jawab social seseorang. Makin banyak ia terlibat dalam proses

komunikasi, maka akan berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah

lakunya, karena komunikasipada dasarnya adalah proses penyampaian

5
danpeneria pesan yang mengandung arti atau makna antara komunikator

dan komunikannya dengan tujuan mewujudkan kesamaan makna dan

kebersamaan.7

Al-Qur’an biasa didefinisikan sebagai firman Allah swt yang

disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai dengan redaksi-Nya kepada Nabi

Muhammad Saw, dan diterima oleh umat Islasecara metawattir dan

dijadikan sebagai pedoman hidup.8

Sejak Al-Qur’an diturunkan sampai sekarang, terjadi banyak

peristiwa besar, bencana yang mencemaskan, peperangan dan permusuhan

antar umat manusia. Al-Qur’an juga melewati suatu masa dimana umat

Islam sendiri seringkali terjadi bentrok.naun bagaianapun yang telah

terjadi, Al-Qur’an tetap utuh seperti saat awal diturunkan karena keaslian

dan kemurnian Al-Qur’an selalu dijaga oleh Allah Swt hingga pada hari

akhir kelak. Hal ini tercermin dalam firman-Nya:

ُ ‫ِإ َّنا ن َۡح ُن ن ََّز ۡلنَا ٱلذ ِۡك َر َو ِإ َّنا لَهۥُ لَ ٰ َح ِف‬
٩ َ‫ظون‬

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an,

dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr:9)9

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan selalu dan senantiasa

menjaga kemurnian Al-Qur’an baik dalam setiap kalimatnya, setiap

ayatnya ataupun setiap hurufnya serta segala ini yang terkandung

didalamnya. Karenanya, umat islam memiliki tanggung jawab serta

7
Rudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cetakan 1, 2013), h.
2.
8
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 45
9
Qs. Al-Hijr (15): 9

6
diwajibkan untuk menaruh perhatian terhadap Al-Qur’an dalam menjaga

kemurnian dan keasliannya dari tangan-tangan jahil musuh Islam yang

tidak pernah lelah dan berhenti untuk berusaha mengotori dan

memalsukan ayat-ayat Al-Qur’an. Usaha yang dilakukan bisa dengan cara

membacanya, menghafanya, mengamalkan maupun menafsirkannya.

Allah swtdan Rasul-Nya telah menjanjikan bagi para umat yang

melestarikan kitab-Nya yaitu berupa pahala dinaikkan derajatnya dan

diberi kemenangan diakhirat.

Menghafal Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang cenderung sulit

daripada membaca dan memahaminya. Hal ini terjadi karena selain

memiliki lebaran yang sangat banyak, Al-Qur’an memiliki nuansa Bahasa

yang relative sulit untuk dipahami dan memiliki banyak ayat-ayat yang

sama. Menghafakan Al-Qur’an prosesnya yang membutuhkan waktu lama,

ketekunan dan kesungguhan sangat diperlukan sekali usaha keras, ingatan

yang kuat serta minat dan motivasi yang besar yang disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing orang. Sehingga tidak jarang banyak sekali

para santri yang berhenti di tengah jalan sebelum menyelesaikan hafalan

sebanyak 30 juz. Hal tersebut dikarenakan emahnyatekad, kurangnya

motivasi dari dalam diri dan dari orang terdekat, dan yang paling pokok

menjadi problematika santri dalam menghafal Al-Qur’an biasanya yaitu

malas dalam melakukan Muraja’ah yaitu mengulang kembali ayat-ayat

yang telah dihafal sehingga beban dalam menjaga hafalan terasaberatsekali

7
karena terau banyak yangtelah lupa hingga akhirnya berhenti menjadi

pilihan bagi mereka yang merasa sudah tidak mampu lagi.

Oleh karena itu, dalam mencapai tujuan untuk menghafalkan Al-

Qur’an 30 juz dalam jangka waktu tertentu dalam prosesnya

membutuhkan motivator yang sekaligus menjadi pembimbing, serta

metode yang pas, dan untuk membantu calon hafidzoh dalam

menyelesaikan hafalannya sangat diperlukan adanya bimbingan dan

pembinaan secara terus menerus untuk mengontrol sejauh mana tingkat

hafalan yang telah dicapai oleh santri. Pembinaan terhadap calon hafidzoh

biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan agama yang

mengkhususkan diri dalam bidang Al-Qur’an dan juga pondok pesantren.

Salah satu pondok pesantren di Lampung yang telah berkembang dan

secara khusus menyelenggarakan program tahfidzul Qur’an diantaranya

yaitu Pondok Pesantren Walisongo yang terletak di Kotabumi Lampung

Utara.

Pondok pesantren Walisongo merupakan salah satu pondok yang

memberikansuatu perhatian yang lebih kepada para santrinya dalam

menghafakan Al-Qur’an. Santri yang belajar menghafal Al-Qur’an yang

ada di pondok pesantren walisongo ini masih relatif usia remaja bahkan

ada yang masih sd sudah mulai belajar menghafal Al-Qur’an. Dimana

ustadzah harus lebih aktif, sabar dan telaten dalam membimbing mereka

dalam menghafal Al-Qur’an sehingga santri dapat menghafal dengan

sempurna.

8
Dalam pembinaan santri untuk menghafal Al-Qur’an menurut

peneliti tidakah mudah, tetapi disini ustadzah dalam membimbing dan

mengkomunikasikan pembelajaran untuk menghafal Al-Qur’an sudah

cukup baik, akan tetapi masih banyak santri yang kurang cepat dalam

proses menghafal Al-Qur’an. Dikarenakan beberapa dari mereka

terpengaruh oleh santri lain yang tidak menghafal Al-Qur’an yang

membuat santri tahfidz kurang fokus dan konsentrasi dalam menghafal.

Dan dalam menambah jumlah hafalan dapat berjalan dengan lambat.

Karena dipondok pesantren walisongo ini tidak semua santri belajar

menghafal Al-Qur’an.

Dalam hal ini Ustadzah sangat berperan penting untuk telaten

membimbing santrinya untuk menghafal Al-Qur’an. Perbedaan karakter

pada masingmasing santri harus dipahami oeh ustadzah, serta keadaan

lingkungan yang sekiranya kurang mendukung membuat ustadzah harus

bisa mengarahkan kepada santri tahfidznya kearah yang baik, harus bisa

membuat para santri tahfidz dapat menghafal dengan baik dan dapat

meningkatkan jumlah hafalannya dengan sempurna. Setidaknya ustadzah

akan lebih mudah mengarahkan santri pada tujuan awal yaitu mencetak

generasi muda berwawasan Al-Qur’an yang berkualitas dengan

menggunakan komunikasi yang baik. Dan memberikan pengaruh kepada

orang lain untuk meningkatkan kecintaan mereka pada kitab suci Al-

Qur’an dan ketaqwaanmereka kepada Allah Swt.

9
Dengan melihat kenyataan yang ada maka penulis merasa tertarik

untuk mengambil judul: Pola Komunikasi Antara Ustadzah Dan Santri

Putri Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur’an Di Pondok

Pesantren Walisongo Lampung Utara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penegasan judul dan latar belakang masalah diatas,

sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pola

komunikasi antara Pengasuh dan santri putri dalam pembinaan

kedisiplinan hafalan Al-Qur’an di pondok pesantren Walisongo Lampung

Utara”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan

pola komunikasi antara ustadzah dan santri putri dalam pembinaan

kedisiplinan hafalan Al-Qur’an di pindok pesantren Walisongo Lampung

Utara.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman

santri yang belajar menghafal Al-Qur’an dan kontribusi bagi pembaca,

dan lembaga-lembaga dalam bidang dakwah dan komunikasi.

b. Manfaat akademis

Secara akademis, dengan adanya penelitian ini diharapkan

menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan memperkaya

10
pengalaman bagi peneliti pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

c. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan dan referensi bagi pengasuh pondok pesantren dalam

memberikan bimbingan untuk membentu para santriwati dalam

meningkatkan prestasi menghafal Al-Qur’an.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia(Jakarta; Balai Pustaka, 1996), h. 778.

Hafied Cangra, pengantar ilmu komunikasi (PT. Rajagrafindo Persada Jakarta,

1998) hal: 20

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2000) h. 13

Kementrian Agaa RI, Al-Qur’an Terjemahan dan Tajwid, (Bandung: SYGMA,

2014), 293.

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 45

Pengertian Kedisiplinan, https://wandhie.wordpress.co. Diakses pada tanggal 15

September 2020

Qs. Al-Hijr (15): 9

Rudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cetakan 1,

2013), h.2

Wirianto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta; Gramedia, 2004), h. 9

12

Anda mungkin juga menyukai