Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH KOMUNIKASI PENGASUH TERHADAP

KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI

DARUSSALAM LIRBOYO KEDIRI

A. Konteks Penelitian

Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia,

yang berarti tidak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proes ini baik

dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi itu

sendiri ada dimana-mana seperti dirumah, sekolah, kantor, dan semua tempat

termasuk pondok pesantren yang juga merupakan tempat melakukan sosialisasi.

Artinya hampir seluruh kegiatan manusia selalu tersentuh komunikasi. Banyak

pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat

fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Relasi antar manusia dibangun melalui komunikasi, dengan kata lain

komunikasi menjadi sarana yang ampuh untuk membangun sebuah relasi antara

kita dengan orang lain.1 Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang sangat

berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang

atau lebih, baik secara terorganisasi atau kerumunan orang.

Manusia memerlukan bantuan orang lain disekitarnya. Untuk itu manusia

memerlukan adanya komunikasi. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu

1
Agus M. Hardjana, komunikasi interpersonal dan interpersonal (Yogyakarta : kansius,
2003), h. 111.

1
2

berkeinginan untuk berbicara, tukar menukar gagasan, mengirim dan menerima

informasi, membagi pengalaman, bekerja sama dengan orang lain utnuk

memenuhi kebutuhan dan sebagaianya dapat dilihat dalam Al-Qur’an surat An-

Nisa ayat 9 :

‫َّللاَ َو ْليَقُولُوا‬
َّ ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬ َ ‫و ْليَ ْخ‬
ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت َ َر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِ ِّريَّة‬
َ ‫ضعَافًا خَافُوا‬

َ ‫قَ ْوال‬
‫سدِيدًا‬

Terjemahnya :2 “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya

mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang

mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu,

hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka

berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.

Di Indonesia, pendidikan berbasis Islam yaitu pondok pesantren. Pondok

pesantren putri Darussalam bertipe semi salaf atau modern salafi. Pesantren

terpadu ini bercirikan nilai-nilai tradisional yang masih kental sebab kiai masih

menjadi figur sentral. Norma dan kode etik pesantren klasik masih menjadi

standar pola relasi dan etika keseharian santri dalam pesantren. Namun, pesantren

ini telah mengadaptasi sistem pendidikan modern sebagai bentuk respon atau

penyesuaian terhadap perkembangan lembaga lembaga pendidikan non pesantren.

Pesantren dilihat dari fungsinya sebagai lembaga pendidikan tradisioanal,

tempat pembelajaran, pendalaman penghayatan dan pengalaman ajaran Agama

Islam yang menerapkan pentingnya moral keagamaan. Sebagai lembaga

2
Enang Sudrajat, AL-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Al-Qur’an, 2007), h.
78.
3

pendidikan tertua di Indonesia, pesantren akan tetap menarik untuk dikaji

kembali. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan

tersendiri serta berbeda dengan pendidikan lainnya, juga mengandung keaslian

kultur Indonesia.3

Pondok pesantren putri Darussalam Lirboyo, merupakan salah satu

pondok unit Lirboyo Kediri. Karena pondok pesantren putri Darussalam bertipe

semi salaf/modern, maka selain memperdalam ilmu Agama para santri

diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan formal. Cara komunikasi antara

pengasuh pondok pesantren putri Darussalam dan para santri yang membedakan

pondok pesantren Darussalam ini berbeda dengan pondok pesantren yang lainnya.

Cara komunikasi berjalan dengan begitu baik dan efektif sehingga komunikasi

tersebut berpengaruh terhadap kedisiplinan para santri. Maka dari itu hal inilah

yang membuat peniliti begitu tertarik meneliti cara komunikasi itu.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengetahui lebih jelas bagaimana

pengaruh komunikasi yang terjadi antara pengasuh dan para santri agar terjadinya

keselarasan dan keefektifan untuk meningkatkan kedisiplinan santri. Peneliti

bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dibahas dalam proposal yang

berjudul : “ Pengaruh Komunikasi Pengasuh Terhadap Kedisiplinan Santri di

Pondok Pesantren Putri Darussalam Lirboyo Kediri”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah pelaksanaan komunikasi antara pengasuh dengan santri di

pondok pesantren putri Darussalam Lirboyo?

3
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 3.
4

2. Bagaimanakah pengaruh komunikasi pengasuh terhadap kedisiplinan

santri di pondok pesantren putri Darussalam Lirboyo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu gambaran atas target yang ingin

dicapai oleh peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Dalam suatu penelitian,

tujuan penelitian sebagai bahan acuan agar sesuatu yang dibahas tidak

menyimpang dari rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti agar

pembahasan akan rumusan masalah tetap terbingkai jelas, terstruktur dan tepat

sasaran serta tidak melenceng dari permasalahan yang dikaji. Tujuan penelitian

kali ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan komunikasi antara pengasuh dengan

santri di pondok pesantren putri Darussalam Lirboyo Kediri.

2. Untuk mendeskripsikan pengaruh komunikasi pengasuh terhadap

kedisiplinan santri di pondok pesantren putri Darussalam Lirboyo Kediri.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Akademik

Secara akademik manfaat penelitian ini adalah menambah wawasan

keilmuan bagi santri pondok pesantren Darussalam putri Lirboyo Kediri sebagai

sarana menambah kualitas pedidikan disana. Selanjutnya, penelitian ini diharapan

mampu menambah khazanah keilmuan dalam ruang lingkup pengaruh komunikasi

pengasuh terhadap kedisiplinan santri di pondok pesantren putri Darussalam

Lirboyo Kediri.
5

2. Manfaat Sosial

Manfaat secara sosial adalah penelitian ini diharapkan mempunyai makna

bagi masyarakat luas dalam rangka membentuk manusia yang beriman, bertakwa,

dan berwawasan luas dan memahami bahwa kedisiplinan adalah bagian dari

kehidupan.

F. Definisi Operasional

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) komunikasi berarti

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga

pesan yang dimaksud dapat difahami. Dan dalam KBBI juga dipaparkan bahwa

arti dari pengasuh ialah seseorang yang memberikan bimbingan, pendidikan, dan

perlindungan pada anak dengan cara memberikan perhatian, waktu serta

dukungan. Berarti komunikasi pengasuh disini dapat di artikan sebagai pesan atau

berita yang disampaikan dari seorang yang memberikan bimbingan terhadap anak.

Dan yang dimaksud penulis disini adalah komunikasi pengasuh yang terjadi

terhadap santri putri di pondok pesantren putri Darussalam sehingga

menghasilkan komunikasi yang baik dan efektif.

Sedangkan disiplin menurut KBBI adalah tata tertib, ketaatan atau

keteraturan. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi

tanggungjawabnya.4 Dan pengertian santri menurut KBBI adalah orang yang

mendalami Agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh.

4
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
6

Dan kedisiplinan yang dimaksud penulis disini adalah kedisiplinan yang terjadi

pada santri di pondok pesantren putri Darussalam Lirboyo, akibat pengaruh

komunikasi yang dilakukan oleh pengasuh terhadap santri.

Kesimpulan berdasarkan pemaparan definisi operasional diatas ialah pesan

atau berita yang disampaikan dari seorang yang memberikan bimbingan terhadap

anak dalam menjalankan tata tertib, ketaatan atau keteraturan dalam suatu tempat

belajar.

F. Kajian Pustaka

1. Komunikasi

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai

tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya

komunikasi adalah sebagai konsekwensi hubungan sosial (social relations).

Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu

sama lain, karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial (social interaction).

Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi (intercommunication).

Pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi

dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik, sehingga

akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi.5

Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yakni

secara etimologis dan terminologis. Pertama secara etimologis atau menurut asal

katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan

5
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 3.
7

perkataan ini bersumber pada kata communis yang berarti sama. Sama di sini

adalah sama makna atau sama arti. Ini berarti bahwa jika seseorang mengatakan

sesuatu kepada orang lain disebut komunikasi. Demikian pula, bila seseorang

berpidato atau memberikan kuliah. Jika tidak dimengerti, komunikasi tidak

terjadi.6 Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat

terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya,

jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,

maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan antara mereka itu

bersifat komunikatif.

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.

Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi

manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals -

in relationships, group, organizations and societies - respond to and create

messages to adapt to the environment and one another.7 Karena itu, komunikasi

yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing

human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau

social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi

antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan

karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi.

6
Onong Uhcjana Effendy, Spektrum Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 25.
7
Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, Communication and Human Behaviour (USA: Alyn
and Bacon, 1998), h. 16.
8

Dan pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah komunikasi yang

mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka,

atau melalui media massa seperti surat kabar, radio televisi atau film, maupun

media nonmassa. Jadi, komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat

intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan

perencanaan. Sejauh mana perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan

dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran.

Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak defenisi

yang dikemukakan para ahli, tetapi dari sekian banyak defenisi itu dapat

disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu:

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain

untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung

secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

Menurut Wilbur Scramm yang dikutip oleh Fajar mengemukakan bahwa

tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, pertama

kepentingan sumber/komunikator, yaitu: (1) memberikan informasi; (2) mendidik;

(3) menyenangkan/menghibur dan (4) menganjurkan suatu tindakan/persuasi.

Kedua kepentingan penerima/komunikan, meliputi: (1) memperoleh dan

memahami informasi; (2) mempelajari; (3) menikmati/menghibur dan (4)

menerima atau menolak anjuran.8

Menurut Sinundhia tujuan komunikasi adalah (1) menyampaikan

informasi supaya dapat dimengerti; (2) memahami maksud orang lain; (3) supaya

8
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
60-61.
9

gagasan yang disampaikan diterima orang lain; (4) menggerakkan orang lain

untuk melakukan sesuatu.9

Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan

mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan, setiap kali kita

bermaksud mengadakan komunikasi maka perlu diteliti apa yang menjadi tujuan

yang dikomunikasikan.

2. Kedisiplinan

Kata disiplin mempunyai makna dan konotasi yang berbeda-beda ada yang

mengartikan disiplin sebagai hukuman, pengawasan, pemaksaan, kepatuhan,

latihan, dan kemampuan tingkah laku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

disiplin adalah tata tertib, ketaatan pada peraturan.10 Definisi lain juga

menjelaskan, disiplin berasal dari bahasa latin disciplina yang menunjuk pada

belajar mengajar. Kata lain berasosiasi sangat dekat dengan istilah disciple yang

berarti mengikuti orang belajar dibawah pengawasan seorang pemimpin.11 Dalam

bahasa Inggris disiplin adalah “discipline” yang berarti : (1) tertib, taat atau

mengendalikan tingakah laku atau penguasaan diri, (2) latihan membentuk dan

meluruskan sesuatu sebagai kemampuan mental, (3) hukuman yang diberikan

untuk melatih atau memperbaiki, dan (4) kumpulan peraturan-peraturan bagi

9
YW Sinundhia, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern ( Jakarta; Rineka Cipta,
2003), h. 48.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. ke-4, h. 333.
11
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Gramedia,
2004), h. 30.
10

tingkah laku.12 Kedisiplinan sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan

karakte

r anak secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol diri dan

berguna bagi masyarakat.13 Disiplin adalah kontrol, lebih penting lagi adalah

latihan untuk kontrol terhadap diri sendiri (self control)14

Menurut Keith Dvis disiplin diartikan sebagai pengawasan terhadap diri

pribadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima

sebagai tanggung jawab.15 Menurut Amier Daien Indrakusuma: Bahwa disiplin

berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan meninggalkan

larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-

tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran

tentang nilai dan pentinganya peraturan-peraturan dan larangan tersebut.16

Menurut Soegeng Prijodarminto, disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.17

Agar kedisiplinan dapat terbentuk sesuai dengan yang diharapkan, cara

mendidiknya harus mempunyai 3 unsur yaitu:

a. Peraturan

12
Tulus Tu’u, h. 44-45.
13
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 231.
14
Karl. S. Benhart, Dicipline and Child Guidance, (Toronto : McGraw Hill Inc, 1964), h.
306.
15
Santoso Sastropoetra, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
dalamPembangunan Nasional, (Bndung : Penerbit Alumni, tth), h 747.
16
Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1973), h. 142.
17
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses (Jakarta: Pradnya Paramita,
1994), h. 23.
11

Peraturan merupakan pola yang ditetapkan sebagai tingkah laku

yang bertujuan untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang

disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal ini perarturan sekolah misalnya,

peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak

boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, koridor sekolah, ruang

makan sekolah, kamar kecil atau lapangan bermain sekolah. Peraturan

mempunyai dua fungsi yaitu : Pertama nilai pendidikan, sebab peraturan

memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh kelompok

tertentu. Kedua, membantu perilaku yang tidak diinginkan.18

Peraturan atau tata tertib adalah pola yang mungkin ditetapkan oelh

orangtua, guru atau teman dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam

situasi tertentu. Tata tertib menunjukkan pada patokan atau standar untuk

aktivitas khusus, misalnya tentang penggunaan pakaian seragam,

mengikuti upacar bendera, mengerjakan tugas rumah dan mengikuti sholat

berjamaah.19

b. Hukuman atau Sanksi

Kata hukuman berasal dari kata kerja latin punire berarti

menjatuhkan hukuman pada seseoramg karena suatu kesalahan perlawanan

atau pelanggaran sewbagai ganjaran atau pembalasan, sebagaimana yang

di kemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock bahwa hukuman memiliki tiga

fungsi yaitu, pertama, fungsi menghalangi maksudnya hukuman dapat

18
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan anak, (Jakarta : Erlangga, 1993), h.85.
19
Suharsimi Arikunto,Manajemen Pengajaran secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), h. 123.
12

menghalangi dari perbuatan yang tidak diinginkan. Kedua, fungsi

mendidik maksudnya sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat

belajar bahwa tindakan tertentu itu benar dan yang lain salah, yaitu dengan

cara mereka akan menerima hukuman jika melakukan hukuman yang salah

dan tidak akan mendapatkan hukuman jika melakukan tindakan yang

diperbolehkan. Ketiga, fungsi motivasi tujuannya untuk menghindari

perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat, sehingga dengan

mengetahui dapat memotivasi agar tidak melakukan tindakan yang salah.20

Hukuman dapat berfungsi untuk menghidari pengulangan tindakan

yang tidak diinginkan, mendidik, memberi motivasi untuk menghindari

perilaku yang tidak diterima. Hukuman merupakan alat pendidikan yang

ragamnya bermacam-macam. Perlu diketahui ada alat pendidikan yang

sangat penting bagi pelaksanaan pendidikan, yaitu : pembiasaan, p;erintah,

larangan, hukuman, dan anjuran.21

c. Penghargaan (Reward)

Ahli filsafat Jeremy Benthan dalam Charles Schaefer mengatakan

bahwa dalam diri manusia ada dua tenaga mendorong kesenangan dan

kemaksiatan, kita cenderung untuk mengulangi tingkah laku kesenangan

dan hadiah serta menghindari tingkah laku atau perbuatan yang

menimbulkan ketidaksenangan.22 Penghargaan mempunyai arti sebagai

20
Elizabeth B. Hurlock, h. 86-87
21
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis ( Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1993), h. 224.
22
Charles Schaefer, Cara Mendidik dan Mendisiplinkan Anak ( Jakarta : Gunung Mulia,
1987), h. 19.
13

bentuk pemberian atau suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak harus

berupa materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau

tepukan.

G. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka penulis

melakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

Pertama, Penelitian yang ditulis Andi Rachmat Arifianto dengan judul

“Disiplin yang Produktif (Studi Etnografi Disiplin di Pesantren Gontor)”.

Penelitian ini focus penelitiannya pada disiplin yang produktif di Pesantren

Gontor dilihat dari studi etnografinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan menggunakan studi etnografi. Penelitian ini menghasilkan

temuan bahwa dinamika kegiatan santri yang interaktif, mentalitas saling

mengatur, pribadi yang refleksif dan kreatif, menjadi kunci utama diterimanya

disiplin.23 Namun, sebagaimana penelitian sebelumnya hanya terfokus pada

kedisiplinan saja, belum ada fokus penelitian tentang komunikasi pengasuh

terhadap kedisiplinan santri.

Kedua, penelitian yang ditulis Resvina dengan judul “Pengaruh Tingkat

Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap Tingkat Prestasi Belajar”. Fokus

penelitian ini adalah tentang tingkat prestasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh

tingkat kedisiplinan.24 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yakni,

23
Andi Rachmat Arifianto, Disiplin yang Produktif ( Studi Etnografi Disiplin di
Pesantren Gontor), Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok, Jawa
Barat, 2009.
24
Resvina, Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap Tingkat Prestasi
Belajar (Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2010).
14

penelitian sebelumnya mengkaji Pengaruh Tigkat Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Terhadap Tingkat Prestasi Belajar, sedangkan penulis melakukan penelitian

tentang pengaruh komunikasi pengasuh terhadap kedisiplinan santri.

Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Iktut Triana yang berjudul

“Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Sanksi Berjenjang

Pada Siswa Kelas 3 SDN 1 Sanur Tahun 2009/2010”. Jika penelitian ini terfokus

pada penerapan sanksi secara berjenjang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab

dan rasa disiplin,25 berbeda halnya dengan penulis yang akan melakukan

penelitiannya dengan fokus terhadap pengaruh komunikasi yang dilakukan

pengasuh terhadap kedisiplinan santri.

H. Metode Penelitian

Penelitian merupakan bagian dari kegiatan ilmiah, yang membutuhkan

metode dalam proses pelaksanaannya dilapangan sehingga menghasilkan jawaban

atas permasalahan penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan secara logis,

ilmiah dan absah.

Metodologi penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan ketentuan tertentu. Metode penelitian merupakan aspek yang

epistimologis yang penting dan harus dikemukakan dalam bab tersendiri secara

rinci dan jelas karena metode penelitian merupakan langkah-langkah operasional

yang harus dilakukan untuk menerangkan gejala-gejala atau fenomena yang satu

dengan fenomena lainnya.

25
Marjiyanti, Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Sanksi
Berjenjang Pada Siswa Kelas 3 SDN 1 Sanur Tahun 2009/2010 (Tesis IAIN Surakarta, 2014).
15

Yang dimaksud dengan cara ilmiah yang dijelaskan oleh pengertian tersebut

adalah cara-cara yang sifatnya rasional, empiris dan sistematis. Maka dari itu

proses penggalian data harus sesuai dengan metode yang tepat agar menjawab

penelitian tersebut. Menurut latar belakang penelitian ini, maka metode penelitian

yang sesuai adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini

berusaha mengidentifikasikan dan mendeskripsikan tentang pengaruh komunikasi

pengasuh terhadap kedisiplinan santri.

1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang memiliki karakteristik

deskriptif. Untuk menganalisis bagaimana dinamika interaksi antar budaya santri

di pondok Pesantren serta Bagaimana Face Negoitation yang Dilakukan Oleh

pengasuh Pondok Pesantren Putri Darusaalam dalam upaya menjaga kedisiplinan

santri. Instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara, pedoman

pengamatan, alat perekam, kamera, dan alat tulis. Metode kualitatif adalah

pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara mendalam dengan informan

dan studi dokumen.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Unit Darussalam Lirboyo Kediri

tepatnya di Kelurahan Lirboyo Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Alasan penulis

melakukan penelitian disini diawali karena penulis merasa bahwa komunikasi

pengasuh terhadap santrinya itu sangat berpengaruh, sehingga peniliti ingin lebih

mengetahui secara mendalam sejauh mana pengaruh komunikasi pengasuh yang

terjadi terhadap kedisiplinan santri.


16

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena peneliti

sebagai instrumen utama penelitian. Dimana tugas peneliti adalah merencanakan

dan melaksanakan pengumpulan data, menganalisis dan menafsirkan data, hingga

melaporkan hasil penelitian. Hal ini di karenakan agar peneliti lebih mudah dalam

memahami konteks penelitian.

4. Sumber Data

Yang di maksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat di peroleh.26 .

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung di kumpulkan oleh peneliti

atau petugasnya dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data

primer dalam penelitian ini adalah KH Mahin Toha yang merupakan

pengasuh pondok pesantren Lirboyo Kediri.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung di kumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga di katakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini,

dokumentasi merupakan sumber data skunder.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian, penulis mengunakan tiga metode yaitu:

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 129.
17

a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian.27 Dalam observasinya penulis

berperan sebagai partisipan, hal ini yang sangat mendukung keaslian peneliti

dalam batas kewajaran.

b. Metode Wawancara

Menurut Arikunto, wawancara adalah “dialog yang di lakukan oleh

pewawancara (interviewer) untu memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer)28. Moleong dalam metodologi penelitian kualitatif menjelaskan

pengertian wawancara dengan penjelasan sebagai berikut: wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu di lakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Wawancara sendiri mempunyai dua fungsi: deskriftif dan eksploratif. Fungsi

deskriftif ialah melukiskan kenyataan seperti yang di alami, sedang fungsi

eksploratif ialah pengambilan gambaran lebih jelas dari suatu masalah. Maka

dengan metode ini penulis mendapat gambaran lebih real lagi tentang kegiatan-

kegiatan yang terlaksana.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan pengasuh pondok

pesantren lirboyo kediri

Karakteristik informan yang dipilih adalah sebagai berikut :

1. Pengasuh Pondok pesantren Lirboyo Kediri

27
Yatim Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2010), h. 82.
28
Lexy j. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2002), h. 145.
18

2. Mengerti dan memahami secara detail situasi pondok pesantren lirboyo

Kediri

3. Mengerti dan memahami betul bagaimana kondisi sosial di pondok

pesantren lirboyo kediri.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mengumpulkan data yang di

dokumentasikan, baik yang berbentuk kitab, buku, majalah dan sebagainya.

Metode ini juga memuat literatur-literatur, data statisik, dan gambar.29

Dokumentasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan cara

peneliti mencatat dan memanfaatkan data-data yang telah diperoleh dan

mendukung untuk kesempurnaan penelitian. Dokumentasi adalah pencarian bahan

dan pengumpulan data melalui dokumen baik bahan tertulis maupun film. Teknik

Dokumentasi digunakan untuk menjaga data yang sudah didapat agar tidak hilang

dan mengumpulkan data yang diperlukan berupa foto kegiatan, demografi ,

jumlah santri, dan sebagainya.

Kemudian selain itu juga peneliti mengambil di internet sebagai penunjang

kelengkapan dokumentasi dan data yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti dalam

proses mendapatkan data penelitian melalui dokumen dokumen seperti profil

pondok pesantren Darussalam Lirboyo. Peneliti juga mendapatkan dokumentasi

berupa foto-foto yang digunakan sebagai tambahan data atau data pendukung

untuk melengkapi dan menegaskan penelitian ini berlangsung.

6. Teknik Analisis Data

29
Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Penyusunan Skripsi (Jakarta, Rineka
Cipta, 2006), h. 100.
19

Kegiatan analisis data di lakukan guna menafsirkan data yang di hasilkan.

analisis data sendiri merupakan suatu kegiatan menyusun kembali data dan

menggolongkan kedalam berbagai pola, tema dan, kategori. Sedangkan penafsiran

data berarti memberi makna data, menjelaskan kategori, dan mencari hubungan

antara berbagai konsep.

Proses analisis data ini dilakukan penulis dengan dua tahapan, yaitu:

a. Penyajian Data

Penyajian data dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

penyajian tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus

dilakukan, menganalisis ataukah tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat

dari penyajian-penyajian tersebut.

Data display (penyajian data) merupakan konstruk informasi padat terstruktur

yang memungkinkan pengambilan kesimpulan dan penerapan aksi. Penyajian data

merupakan bagian kedua dalam tahap analisis. Penyajian data, yang dimaknai

oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Seorang peneliti perlu mengkaji proses reduksi data sebagai dasar pemaknaan.

Dengan mencermati kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya peneliti

meneruskan analisanya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan

memperdalam temuan tersebut.


20

Penyajian data dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

penyajian tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus

dilakukan, menganalisis ataukah tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat

dari penyajian-penyajian tersebut.

b. Reduksi Data

Data yang diperoleh dalam bentuk uraian deruksi/dipilah, dirangkum, dan

difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian. Reduksi ini

berlangsung sampai laporan tersusun lengkap.

Reduksi data berarti bahwa kesemestaan potensi yang dimiliki oleh data

dilakukan penyederhanaan.Hal ini dilakukan ketika peneliti menentukan kerangka

kerja konseptual (conceptual framework), pertanyaan penelitian, kasus, dan

instrumen penelitian yang digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara,

rekaman, dan data lain telah tersedia, tahap seleksi data berikutnya adalah

perangkuman data, pengodean, merumuskan tema-tema, pengelompokan, dan

penyajian cerita secara tertulis. Dengan kata lain, proses reduksi data berjalan

selama pengumpulan data berlangsung dilakukan secara terus menerus sejalan

dengan penelitian berlangsung, bahkan proses ini terjadi setelah penelitian

lapangan berakhir dan laporan akhir tersususn dengan lengkap. Proses reduksi

data ini dapat dilakukan dengan memilahmilah data dan mencari pola yang

dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.

c. Kesimpulan
21

Setelah tahapan reduksi menghasilkan suatu data yang sudah berpola

kemudian di fokuskan dan disusun secara sistematis ini, barulah ditarik suatu

kesimpulan. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir

dalam proses analisis data model interaktif menurut (Miles dan Huberman,1992)

menyatakan bahwa dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola

penjelasan, alur sebab akibat, dan proposisi. Selanjutnya peneliti akan menarik

kesimpulan atau melakukan verifikasi data. Tahap pengambilan kesimpulan dan

verifikasi ini melibatkan peneliti dalam proses interpretasi penetapan makna dari

data yang tersaji. Cara yang dapat digunakan akan semakin banyak, seperti

metode komparasi, merumuskan pola dan tema, pengelompokan, metode

triangulasi, mencari kasus-kasus negatif, menindaklanjuti temun-temuan.

Dalam proses analisis data peneliti harus melihat kondisi santri apakah

yang disampaikan dari masing-masing informan sama dengan informan lain serta

menyesuaikan dengan fakta yang ada di pondok pesantren. Bila kondisi data

kurang maka peneliti dituntut untuk mencari data kembali yang lebih banyak lagi

kemudian bila sudah pada tahap akhirnya melakukan penyajian data dengan

mendeskripsikan hasil penelitian untuk tarik kesimpulan.

7. Pengecekan Pengabsahan Data

Pengambilan data melalui tiga tahapan, yaitu: pendahuluan, filterisasi, dan

melengkapi data yang kurang. Peegcekan keabsahan data terjadi pada tahapan
22

filterisasi, bila terdapat data yang kurang relevan maka dilakukan filter data

sehingga data yang dihasilkan benar-benar valid.

Keabsahan data sendiri sangat penting guna menjamin kepercayaan data

dalam menyelesaikan fokus penelitian. Adapun kriteria pengecekan keabsahan

data menurut maleong ada empat,yaitu : derajat kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).30

Untuk memenuhi kriteria-kriteria diatas peneliti melakukan hal-hal dibawah

ini :

a. Perpanjangan Observasi

Masa observasi yang lebih lama diharapkan penulis mampu menghasilkan

data yang benar-benar valid. Dengan waktu yang lebih lama penelitipun lebih

leluasa lagi melakukan pengamatan yang mendalam dan terus-menerus.

b. Triangulasi

Teknik trangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan

suatu yang lain dari luar data itu.31 Data dari wawancara dicocokan dengan data

hasil pengamatan atau membandingkan data hasil wawancara informan dengan

data dari informan lainya. Dengan teknik ini penulis berusaha mencari data yang

valid dengan memilih mana data yang lebih sesuai atau lebih apa adanya sesuai

kenyataan. Tak selamanya apa yang diamati itu sesuai dengan kenyataan dan apa

yang kita dengar itu selalu benar walau dari orang yang kita percaya.

8. Tahap-tahap penelitian

30
Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 19.
31
Moeloeng, h. 27.
23

Dalam tahapan ini ada beberapa tahap-tahap penelitian yang penulis lakukan

guna mempermudah proses penelitian. Di antaranya sebagai berikut :

a. Mengadakan pengamatan terhadap objek penelitian.

b. Mencari sumber dan mengumpulkan data yang terkait dengan objek

penelitian.

c. Menganalisis data yang telah terkumpul dari proses observasi,

wawancara, dan pendokumentasian data.

I. Sistematika Penulisan Skripsi

Bab I : pendahuluan, yang berisi konteks penelitian, fokus, tujuan dan

kegunaan penelitian yang berkaitan dengan judul peneliti yakni Pengaruh

Komunikasi Pengasuh Terhadap Kedisiplinan Santri.

Bab II : Kajian pustaka yang membahas tentang konsep, landasan, asumsi,

dan teori yang berkaitan dengan Pengaruh Komunikasi Pengasuh Terhadap

Kedisiplinan Santri.

Bab III : Metode penelitian yang membahas tentang jenis penelitian, lokasi

penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis

data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV : Berisi uraian hasil penelitian yaitu a) Objek penelitian, b)

Temuan penelitian, dan c) Pembahasan penelitian yang seluruhnya berkaitan

tentang Pengaruh Komunikasi Pengasuh Terhadap Kedisiplinan Santri.

Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


24

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi,Manajemen Pengajaran secara Manusiawi (Jakarta: Rineka


Cipta, 1990).

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Bandung:


Alfabeta, 2010).
25

Arifianto Andi Rachmat, Disiplin yang Produktif ( Studi Etnografi Disiplin di


Pesantren Gontor), Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat, 2009.

Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2008).

Benhart Karl, S. Dicipline and Child Guidance, (Toronto : McGraw Hill Inc,
1964).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama, 2008).

Effendy Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2004).

Fajar Marhaeni, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009).

Fathoni Abdurrahman, Metode Penelitian dan Penyusunan Skripsi (Jakarta,


Rineka Cipta, 2006).

Hardjana Agus M., komunikasi interpersonal dan interpersonal (Yogyakarta :


kansius, 2003).

Hurlock Elizabeth B, Perkembangan anak, (Jakarta : Erlangga, 1993).

Kusuma Amier Daien Indra, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha


Nasional, 1973).

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Marjiyanti, Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Sanksi


Berjenjang Pada Siswa Kelas 3 SDN 1 Sanur Tahun 2009/2010 (Tesis IAIN
Surakarta, 2014)

Moleong Lexy j., Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya,


2002).

Madjid Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina, 1997).

Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis ( Bandung : Remaja


Rosda Karya, 1993).
26

Prijodarminto Soegeng, Disiplin Kiat Menuju Sukses (Jakarta: Pradnya Paramita,


1994).

Riyanto Yatim, Metode Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2010).

Resvina, Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap Tingkat


Prestasi Belajar (Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2010).

Schaefer Charles, Cara Mendidik dan Mendisiplinkan Anak ( Jakarta : Gunung


Mulia, 1987).

Sudrajat Enang, AL-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Al-Qur’an,


2007)

Sastropoetra Santoso, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin


dalamPembangunan Nasional, (Bndung : Penerbit Alumni, tth).

Sinundhia YW, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern ( Jakarta; Rineka


Cipta, 2003).

Stewart Ruben, Brent D, , Lea P, Communication and Human Behaviour (USA:


Alyn and Bacon, 1998).

Sudrajat Enang, AL-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Al-Qur’an,


2007).

Tu’u Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2004).

Effendy Onong Uhcjana, Spektrum Komunikasi (Bandung: Mandar Maju,


1992).
27

Anda mungkin juga menyukai