Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA DALAM KOMUNIKASI DAKWAH


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi dan Dakwah Islam
Dosen Pengampu : Ust. M. Zaidi, M.Ag.

Disusun Oleh :
Haikal Fikri Muztaba
Zul Fitri

STIQ AL-MULTAZAM
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
Desa Maniskidul Kec. Jalaksana Kab. Kuningan 45554
Jawa Barat
KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan segala macam nikmat


dan yang terutama nikmat Iman dan Islam, yang tak ada seorang pun yang mampu
menghitung nikmat-nikmat yang telah Allah ‫ ﷻ‬berikan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda panutan
alam Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬yang mudah-mudahan sampai juga kepada
keluarga beliau, shahabat-shahabat beliau, para ulama pengikut beliau dan
umatnya hingga akhir zaman, dan mudah-mudahan kita mendapat syafa’at dari
beliau.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayahnya penulis bisa menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Etika Dalam Komunikasi Dakwah”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi dan Dakwah Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah sedikit wawasan pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ustadz M. Zaidi, M. Ag. sebagai
dosen mata kuliah Komunikasi dan Dakwah Islam yang telah banyak menransfer
ilmunya kepada penulis dan telah memberikan tugas pembuatan makalah ini
sehingga dapat menambah wawasan penulis di bidang ini. Terima kasih juga
kepada berbagai pihak yang telah membantu secara tidak langsung, sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran yang baik akan penulis nantikan untuk menjadi
bahan evaluasi untuk pembuatan makalah berikutnya.

Kuningan, 21 September 2021,

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian Etika dalam Komunikasi Dakwah.........................................5
B. Prinsip Etika dalam Komunikasi Dakwah...............................................6
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah sama-sama kita ketahui bahwa komunikasi dakwah itu
hampir sama dengan komunikasi pada umumnya, namun ada yang
membedakan dari keduanya yaitu pada cara dan tujuan yang akan
dicapainya.
Tujuan komunikasi pada umumnya yaitu mengharapkan partisipasi
dari komunikan atas pesan-pesan atau ide-ide yang disampaikan oleh
pihak komunikator sehingga dari pesan-pesan tersebut munculah
perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan, sedangkan tujuan
komunikasi dakwah yaitu mengharapkan terjadinya perubahan atau
pembentukan sikap atau tingkah laku sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan
Hadits sebagai sumber ajaran Islam.
Dalam proses komunikasi dakwah, agar pesan-pesan atau ide-ide
yang disampaikan oleh komunikator atau dalam hal ini disebut da’i kepada
komunikan yang kemudian disebut mad’u diterima dengan baik maka
harus adanya etika yang diterapkan, khususnya etika dalam komunikasi
dakwah.
Karena pentingnya etika komunikasi dalam dakwah, maka penulis
akan sedikit mengupas apa saja etika-etika yang harus diterapkan dalam
komunikasi dakwah yang tentunya sesuai yang ada pada Al-Qur’an dan
Sunnah sebagai sumber ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika dalam komunikasi dakwah?
2. Apa saja prinsip etika dalam komunikasi dakwah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami etika dalam komunikasi dakwah

4
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja prinsip etika dalam
komunikasi dakwah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dalam Komunikasi Dakwah

1. Pengertian Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos (dalam bentuk tunggal)
yang memiliki arti tempat tinggal, padang rumput, kendang, adat,
kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Sedangkan dalam bentuk jamak, ta etha, artinya adat kebiasaan.
Sehingga etika berarti bertindak atas dasar moralitas atau selaras
dengan ptokan moral yang berlaku dalam masyarakat tertentu, atau
menyelaraskan perbuatan dengan standar perilaku dari suatu profesi
tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika memiliki
arti; (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang
hak dan kewajiban moral, (2) kumpulan asa atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
Jadi, etika adalah nilai-nilai kebaikan yang tumbuh dalam
kehidupan manusia, nilai-nilai tersebut sengaja diciptakan sebagai
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, serta nilai-nilai tersebut dipelihara dan diwariskan
secara turun-temurun guna menjamin kebahagiaan serta kesejahteraan.
2. Pengertian Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau
pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau

5
sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits baik
secara verbal maupun non-verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku orang lain agar lebih baik sesuai ajaran Islam.

3. Etika dalam Komunikasi Dakwah


Ketika etika dikaitkan dengan komunikasi dakwah, maka etika itu
menjadi dasar pijakan dalam berkomunikasi antar individu dan kelompok.
Etika memberikan landasan moral dalam membngun tata susila terhadap
semua sikap dan perilaku individu atau kelompok dalam komunikasi.
Dengan demikian, tanpa etika komunikasi itu dinilai tidak etis. Maka dapat
disimpulkan bahwa etika komunikasi adalah tata cara berkomunikasi yang
sesuai dengan standar nilai moral atau akhlak dalam menilai benar atau
salah perilaku individu atau kelompok.
Etika komunikasi dibangun berdasarkan petunjuk Al-Qur’an, Islam
mengajarkan bahwa berkomunikasi itu harus dilakukan secara beradab,
penuh penghormatan, penghargaan terhadap orang yang diajak bicara, dan
sebagainya. Ketika berbicara dengan orang lain, Islam memberikan
landasan yang jelas tentang tata cara berbicara. Tata cara berbicara kepada
orang lain itu misalnya harus membicarakan hal-hal yang baik,
menghindari kebatilan, perdebatan, pembicaraan dan permasalahan yang
rumit, menyesuaikan diri dengan lawan bicara, jangan memuji diri sendiri
dan memuji orang lain dalam kebohongan.

B. Prinsip Etika dalam Komunikasi Dakwah


Setelah kita mengetahui pentingnya etika dalam komunikasi
dakwah maka Al-Qur’an telah mengajarkan kepada kita etika, kaidah atau
prinsip komunikasi dakwah agar tercapainya suatu tujuan dakwah yang
efektif.
Dalam Al-Qur’an prinsip komunikasi dakwah tersebut diwakili
dengan kata Qaulan (perkataan), yang mana ada enam jenis kata qaulan
yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut :

6
1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar)
Artinya perkataan yang benar, jujur, factual, tidak berbohong.
Dalam Al-Qur’an salahsatunya terdapat dalam QS. An-Nisa : 9

َ ‫ض ٰ َعفًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا ٱهَّلل‬


ِ ً‫ش ٱلَّ ِذينَ لَوْ ت ََر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫ قَوْ اًل َس ِديدًا‬h‫َو ْليَقُولُوا‬
“9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
Dalam tafsir Al-Qurthubi dijelaskan as-sadid yaitu perkataan yang
bijaksana dan perkataan yang benar. Dalam berkomunkasi
(berbicara) harus menyampaikan kebenaran, factual, hal yang
benar, dan juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Lawan
dari qaulan sadida adalah qaulan zura
2. Qaulan Baligha (perkataan berdampak efektif)
Terdapat salah satunya dalam QS. An-Nisa : 63
ْ ‫م فََأ ْع ِرضْ َع ْنهُ ْم َو ِع‬hْ ‫ُأو ٰلَِٓئكَ ٱلَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُم ٱهَّلل ُ َما فِى قُلُوبِ ِه‬
‫ظهُ ْم َوقُل لَّهُ ْم فِ ٓى َأنفُ ِس ِه ْم‬
‫قَوْ اًۢل بَلِي ًغا‬
“63. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada
mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”
Dalam tafsir Al-Maraghi diterangkan bahwa Qaulan Baligha itu
adalah perkataan yang bekasnya hendak kamu tanamkan di dalam
jiwa mereka. Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih dan jelas
maknanya. Qaulan Baligha berarti menggunakan kata-kata yang
efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke
pokok masalah, dan tidak berbelit-belit. Agar komunikasi tepat
sasaran, gaya Bahasa dan pesan yang disampaikan hendaklah

7
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan Bahasa yang dimengerti oleh mereka.
3. Qaulan Ma’rufa (kata-kata yang baik)
Terdapat salahsatunya dalam QS. An-Nisa : 5
‫م‬hُْ‫م فِيهَا َوٱ ْكسُوه‬hُْ‫م ٱلَّتِى َج َع َل ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم قِ ٰيَ ًما َوٱرْ ُزقُوه‬hُ ‫َواَل تُْؤ تُوا ٱل ُّسفَهَٓا َء َأ ْم ٰ َولَ ُك‬
h‫َوقُولُوا لَهُ ْم قَوْ اًل َّم ْعرُوفًا‬
“5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”
Artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun,
dan tidak menyakiti atau menyinggung perasaan.
Para da’I harus cermat dalam melihat bahkan membaca kondisi
mad’unya. Da’i yang cerdas apabila menyampaikan materinya
sesuai dengan apa yang dibutuhkan mad’u.
Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat
dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Dalam Tafsir Al-Qurthubi
dijelaskan, Qaulan Ma’rufa yaitu melembutkan kata-kata dan
menepati janji.
4. Qaulan Karima (ucapan yang mulia)
Terdapat dalam QS. Al-Isra : 23
‫ك َأاَّل تَ ْعبُد ُٓوا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن ِإحْ ٰ َسنًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعندَكَ ْٱل ِكبَ َر‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
‫َأ َح ُدهُ َمٓا َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬
“23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

8
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Adalah perkataan yang mulia dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagingkan, enak didengar, lemah lembut, dan bertatakrama.
Dalam ayat diatas perkataan yang mulia wajib dilakukan saat
berbicara dengan orang tua atau orang yang harus kita hormati
5. Qaulan Layina (lemah lembut)
Terdapat dalam QS. Thaha : 44
‫فَقُواَل لَهۥُ قَوْ اًل لَّيِّنًا لَّ َعلَّ ۥهُ يَتَ َذ َّك ُر َأوْ يَ ْخ َش ٰى‬
“44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Berarti pembicaraan yang lemah lembut, dengan suara yang enak
didengar, dan penuh keramahan sehingga dapat menyentuh hati.
Dengan Qaulan Layina, hati komunikan akan merasa ternentuh dan
jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi yang
disampiakan. Menurut Tafsir Al-Qurthubi, ayat ini
merekomendasikan untuk memberi peringatan dan melarang
sesuatu yang mungkar dengan cara yang simpatik melalui
ungkapan atau kata-kata yang baik dan hendaknya hal itu
dilakukan dengan menggunakan perkataan yang lemah lembut,
lebih baik jika hal itu dilakukan terhadap penguasa atau orang-
orang yang berpangkat.
6. Qaulan Maysura (mudah dipahami)
Terdapat dalam QS. Al-Isra : 28
‫ فَقُل لَّهُ ْم قَوْ اًل َّم ْيسُورًا‬h‫ك تَرْ جُوهَا‬
َ ِّ‫ض َّن َع ْنهُ ُم ٱ ْبتِغَٓا َء َرحْ َم ٍة ِّمن َّرب‬ ِ ‫َوِإ َّما تُع‬
َ ‫ْر‬
“28. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka ucapan yang pantas.”
Bermakna ucapan yang mudah dicerna, mudah dimengerti dan
mudah dipahami oleh komunikan. Qaulan Maysura merupakan
salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan

9
mengunakan Bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan
perasaan. Bila Qaulan Ma’rufa berisi petunjuk lewat perkataan
yang baik, maka qaulan maysura berisi hal-hal yang
menggembirakan lewat perkataan yang mudah atau pantas

BAB III
PENUTUP

10
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etika


komunikasi dakwah sangat penting dan efektif digunakan dalam dakwah
karena tanpa etika maka dakwah akan sulit untuk masuk kepada mad’u
atau orang yang didakwahi. Prinsip etika dakwah juga telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an dengan 6 prinsip Qaulan (perkataan) diantaranya yaitu
1. Qaulan Sadida
2. Qaulan Baligha
3. Qaulan Ma’rufa
4. Qaulan Karima
5. Qaulan Layina
6. Qaulan Maysura

DAFTAR PUSTAKA

11
Hajir Tajiri, Etika dan Estika Dakwah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015.
https://www.risalahislam.com
https://kbbi.web.id

12

Anda mungkin juga menyukai