Disusun Oleh :
Haikal Fikri Muztaba
Zul Fitri
STIQ AL-MULTAZAM
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
Desa Maniskidul Kec. Jalaksana Kab. Kuningan 45554
Jawa Barat
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian Etika dalam Komunikasi Dakwah.........................................5
B. Prinsip Etika dalam Komunikasi Dakwah...............................................6
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah sama-sama kita ketahui bahwa komunikasi dakwah itu
hampir sama dengan komunikasi pada umumnya, namun ada yang
membedakan dari keduanya yaitu pada cara dan tujuan yang akan
dicapainya.
Tujuan komunikasi pada umumnya yaitu mengharapkan partisipasi
dari komunikan atas pesan-pesan atau ide-ide yang disampaikan oleh
pihak komunikator sehingga dari pesan-pesan tersebut munculah
perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan, sedangkan tujuan
komunikasi dakwah yaitu mengharapkan terjadinya perubahan atau
pembentukan sikap atau tingkah laku sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan
Hadits sebagai sumber ajaran Islam.
Dalam proses komunikasi dakwah, agar pesan-pesan atau ide-ide
yang disampaikan oleh komunikator atau dalam hal ini disebut da’i kepada
komunikan yang kemudian disebut mad’u diterima dengan baik maka
harus adanya etika yang diterapkan, khususnya etika dalam komunikasi
dakwah.
Karena pentingnya etika komunikasi dalam dakwah, maka penulis
akan sedikit mengupas apa saja etika-etika yang harus diterapkan dalam
komunikasi dakwah yang tentunya sesuai yang ada pada Al-Qur’an dan
Sunnah sebagai sumber ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika dalam komunikasi dakwah?
2. Apa saja prinsip etika dalam komunikasi dakwah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami etika dalam komunikasi dakwah
4
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja prinsip etika dalam
komunikasi dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos (dalam bentuk tunggal)
yang memiliki arti tempat tinggal, padang rumput, kendang, adat,
kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Sedangkan dalam bentuk jamak, ta etha, artinya adat kebiasaan.
Sehingga etika berarti bertindak atas dasar moralitas atau selaras
dengan ptokan moral yang berlaku dalam masyarakat tertentu, atau
menyelaraskan perbuatan dengan standar perilaku dari suatu profesi
tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika memiliki
arti; (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang
hak dan kewajiban moral, (2) kumpulan asa atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
Jadi, etika adalah nilai-nilai kebaikan yang tumbuh dalam
kehidupan manusia, nilai-nilai tersebut sengaja diciptakan sebagai
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, serta nilai-nilai tersebut dipelihara dan diwariskan
secara turun-temurun guna menjamin kebahagiaan serta kesejahteraan.
2. Pengertian Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau
pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau
5
sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits baik
secara verbal maupun non-verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku orang lain agar lebih baik sesuai ajaran Islam.
6
1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar)
Artinya perkataan yang benar, jujur, factual, tidak berbohong.
Dalam Al-Qur’an salahsatunya terdapat dalam QS. An-Nisa : 9
7
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan Bahasa yang dimengerti oleh mereka.
3. Qaulan Ma’rufa (kata-kata yang baik)
Terdapat salahsatunya dalam QS. An-Nisa : 5
مhُْم فِيهَا َوٱ ْكسُوهhُْم ٱلَّتِى َج َع َل ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم قِ ٰيَ ًما َوٱرْ ُزقُوهhُ َواَل تُْؤ تُوا ٱل ُّسفَهَٓا َء َأ ْم ٰ َولَ ُك
hَوقُولُوا لَهُ ْم قَوْ اًل َّم ْعرُوفًا
“5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”
Artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun,
dan tidak menyakiti atau menyinggung perasaan.
Para da’I harus cermat dalam melihat bahkan membaca kondisi
mad’unya. Da’i yang cerdas apabila menyampaikan materinya
sesuai dengan apa yang dibutuhkan mad’u.
Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat
dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Dalam Tafsir Al-Qurthubi
dijelaskan, Qaulan Ma’rufa yaitu melembutkan kata-kata dan
menepati janji.
4. Qaulan Karima (ucapan yang mulia)
Terdapat dalam QS. Al-Isra : 23
ك َأاَّل تَ ْعبُد ُٓوا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن ِإحْ ٰ َسنًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعندَكَ ْٱل ِكبَ َر َ ََوق
َ ُّض ٰى َرب
َأ َح ُدهُ َمٓا َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما
“23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
8
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Adalah perkataan yang mulia dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagingkan, enak didengar, lemah lembut, dan bertatakrama.
Dalam ayat diatas perkataan yang mulia wajib dilakukan saat
berbicara dengan orang tua atau orang yang harus kita hormati
5. Qaulan Layina (lemah lembut)
Terdapat dalam QS. Thaha : 44
فَقُواَل لَهۥُ قَوْ اًل لَّيِّنًا لَّ َعلَّ ۥهُ يَتَ َذ َّك ُر َأوْ يَ ْخ َش ٰى
“44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Berarti pembicaraan yang lemah lembut, dengan suara yang enak
didengar, dan penuh keramahan sehingga dapat menyentuh hati.
Dengan Qaulan Layina, hati komunikan akan merasa ternentuh dan
jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi yang
disampiakan. Menurut Tafsir Al-Qurthubi, ayat ini
merekomendasikan untuk memberi peringatan dan melarang
sesuatu yang mungkar dengan cara yang simpatik melalui
ungkapan atau kata-kata yang baik dan hendaknya hal itu
dilakukan dengan menggunakan perkataan yang lemah lembut,
lebih baik jika hal itu dilakukan terhadap penguasa atau orang-
orang yang berpangkat.
6. Qaulan Maysura (mudah dipahami)
Terdapat dalam QS. Al-Isra : 28
فَقُل لَّهُ ْم قَوْ اًل َّم ْيسُورًاhك تَرْ جُوهَا
َ ِّض َّن َع ْنهُ ُم ٱ ْبتِغَٓا َء َرحْ َم ٍة ِّمن َّرب ِ َوِإ َّما تُع
َ ْر
“28. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka ucapan yang pantas.”
Bermakna ucapan yang mudah dicerna, mudah dimengerti dan
mudah dipahami oleh komunikan. Qaulan Maysura merupakan
salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan
9
mengunakan Bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan
perasaan. Bila Qaulan Ma’rufa berisi petunjuk lewat perkataan
yang baik, maka qaulan maysura berisi hal-hal yang
menggembirakan lewat perkataan yang mudah atau pantas
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11
Hajir Tajiri, Etika dan Estika Dakwah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015.
https://www.risalahislam.com
https://kbbi.web.id
12