Disusun Oleh :
Asnawi (12040414700)
Alhamdulillah. Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen
Wisata Keagamaan Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
bidang studi Etika Komunikasi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana eetika komunikasi dalam media sosial bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bpk Dr. Arwan, M.Ag selaku dosen Etika
Komunikasi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Etika Komunikasi dalam Islam.............................................................................6
B. Etika Komunikasi Islam di Internet......................................................................6
C. Etika Komunikasi Islam pada Facebook...............................................................10
D. Etika Komunikasi Netizen di Instagram dalam Perspektif Al-Qur’an..................12
A. Kesimpulan ...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan aktivitas azali manusia yang telah berlangsung sejak keberadaan
manusia. Komunikasi Allah swt., dengan makhluk-makhluknya telah berlangsung dan sebagian
terekam indah dalam media-media komunikasi (termasuk kitab suci). Tanpa komunikasi tidak
mungkin kehidupan dapat berlangsung dan tidak mungkin pula peradaban manusia dapat
berkembang.1 Untuk menggambarkan hal tersebut tidaklah berlebihan mengambil narasi dalam Al
Qur’an terkait penciptaan Adam as yang sejak penciptaannya langsung berdialog dengan Allah
swt., yang menciptakannya dan para malaikat yang saat itu meragukan keberadaannya. Sekaligus
ini menandakan bahwa komunikasi merupakan keadaan pasti seiring eksistensi manusia itu
sendiri.
Berbicara tentang konsep kekinian pola dan media komunikasi telah berkembang
sedemikian ragamnya seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan teknologi ini telah
memicu lahirnya ragam pola komunikasi baru yang sangat berbeda dengan sebelumnya yang
terkadang bertabrakan dengan keumuman di suatu masyarakat. 2 Misalnya hal tersebut dapat
diperhatikan dari pola komunikasi seorang yang masih muda dengan seorang yang sudah berumur,
yang dalam dialognya seorang yang lebih muda ini menggunakan kata “anda” saat menyebut
seseorang yang jauh lebih tua darinya. Dalam dialog tersebut kesan kesantunan dalam
berkomunikasi seolah pudar. Pola komunikasi seperti ini berkembang karena hamper semua
presenter televisi dalam berbagai acara dialog selalu menggunakan kata “anda” kepada siapapun
lawan bicaranya.
Konsep tentang komunikasi tidak hanya berkaitan dengan cara berbicara efektif saja
melainkan juga berkaitan dengan etika berbicara. Semenjak memasuki era reformasi masyarakat
Indonesia berada pada suasana euforia, bebas bicara tentang apa saja, terhadap siapapun, dengan
cara bagaimana pun. Hal ini terjadi setelah masyarakat Indonesia mengalami kehilangan
kebebasan bicara selama 32 tahun di masa orde baru. 3 Pada era reformasi orang menemukan
suasana kebebasan
1
Rachmat Kriyantono, Pengantar Lengkap Ilmu Komunikasi: Filsafat dan Etika Ilmunya
Serta Perspektif Islam (Cet 1; Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), h. 14.
2
Zainul Maarif, Logika komunikasi (Cet 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2015) h. 11.
3
Nasaruddin Umar, Islam fungsional ”Revitalisasi dan Rektualisasi Nilai-Nilai Keislaman”
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014), h. 129.
4
komunikasi sehingga tidak jarang cara maupun muatan pembicaraan tidak berlandaskan etika
komunikasi yang terdapat dalam Al Qur’an bahkan, etika berkomunikasi yang mereka gunakan
cenderung mengarah ke etika komunikasi ketimuran.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah etika berasal dari bahasa Latin, ethica dengan akar katanya ethos dan dari bahasa
Jerman ethike yang diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi ethic, yang berarti bertindak
atas dasar moralitas atau selaras dengan patokan moral yang berlaku dalam masyarakat
tertentu, atau menyelaraskan perbuatan dengan standar perilaku dari suatu profesi tertentu. 4
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai Ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sebagai masyarakat muslim yang memiliki pegangan utama dalam berkehidupan yakni
Al-Qur’an maka kita harus pandai dan bijak dalam menggunakan media sosial. Dalam Islam,
etika berkomunikasi harus sesuai dengan syariat yakni menekankan pada unsur yang islami
4
Kustadi suhandang and Engkus zkuswandi, “Ilmu Dakwah: Perspektif Komunikasi”(2013)
5
Joko Susanto, “Etika Komunikasi Islami”, Warakot Jurnal Ilmu-Ilmu keislaman 1, no. 1 (2016): 24-24
6
dan juga dengan bahasa yang menunjukkan keislamanan. Komunikasi secara islami ini
harapannya akan meliputi seluruh ajaran islam seperti akidah (iman), syariah (islam), dan
akhlak (ihsan), sehingga dengan begitu etika dalam berkomunikasi akan berjalan dengan
baik dan tidak akan menimbulkan permusuhan diantara sesama.
Etika Komunikasi Islami di Media Sosial merupakan tata cara sikap (akhlak) komunikasi
yang baik di dalam sebuah media online (dimana penggunanya bisa dengan mudah
berinteraksi, berpartisipasi, berbagi, membentuk ikatan sosial secara virtual) yang sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam (Al-Quran dan Sunnah). Etika komunikasi islami di media
sosial berdasarkan petunjuk di Al-Quran yakni :
7
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 6).
Dari terjemahhan ayat tersebut kita dapat mengambil makna bahwa apabila telah
datang kabar dari orang fasik dan juga bisa berlaku umum berita dari siapa saja, maka
kita diharuskan untuk memeriksa dan meneliti terlebih dahulu kabar berita tersebut
dan janganlah tergesa-gesa membenarkan dan menyebarkan berita tersebut.
Terkhusus di zaman kemajuan teknologi informasi masa kini, berita bohong (Hoax),
fitnah, dan ujaran kebencian (Hate Speech) sangat banyak menyebar luas di media
sosial, maka ada 3 hal yang harus dilakukan sebelum menerima dan menyampaikan
informasi, yakni: validasi (Chek kesahihannya), verifikasi (chek kebenarannya), dan
klarifikasi (chek kejelasan sumber informasinya).
Tabayyun merupakan ciri dan karakter yang sejatinya harus melekat pada diri kita
sebagai muslim dan mukmin. Jika kita belum tau secara pasti kebenaran sebuah berita
lebih baik berita itu berhenti sampai di kita. Kita tidak berdosa menahan berita yang
belum tentu benar tetapi kita bisa berdosa jika ikut menyebarkan informasi yang salah
keliru dan mengganggu keharmonisan masyarakat.
8
Islam juga mengajarkan agar dalam aktivitas komunikasi harus bersifat saling
menghargai dan menghormati atas perbedaan, baik perbedaan atas suku ras dan
budaya, maupun perbedaan pilihan, dan pendapat. Hal ini telah di tegaskan dalam
firman Allah SWT QS Al Hujurat ayat 13, yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).
Dari terjemahan ayat tersebut secara makna menunjukkan bahwa manusia memang
diciptakan Allah secara berbeda-beda untuk saling mengenal. Kita harus menanamkan
etika yang baik dalam komunikasi di media sosial dengan menghargai atas perbedaan
tersebut, serta selalu berhati-hati dalam memilih-memilah kata dan bahasa, sehingga
harapannya dapat mendatangkan manfaat terhadap sesama. Di hadapan Allah SWT
semua manusia sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya. Maka dari itu, kita
sebagai manusia harus selalu berlomba-lomba meningkatkan iman dan taqwa.
e. Berkomunikasi dengan cara dan bahasa yang baik serta tersirat nilai-nilai
kebaikan
Dalam berkomunikasi, kita harus pintar menggunakan cara dan bahasa yang baik agar
tersirat nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam QS An-nahl ayat
125, yang artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (an-Nahl [16]: 125).
9
f. Menjauhkan diri dari prasangka buruk dan mencari kesalahan orang lain
Dalam etika berkomunikasi kita selalu berprasangka baik namun juga tetap waspada,
tidak mudah terpancing emosi, dan larangan mencari kesalahan dan menghina orang
lain pada saat berkomunikasi di media sosial. Allah SWT berfirman dalam QS Al
hujurat ayat 12, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 12)
Sebagai muslim kita diperintahkan untuk menyebarkan pesan kebaikan (ma’ruf) dan
mencegah segala bentuk kemungkaran. Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap
insan, namun sering kali disalahgunakan untuk membuat fitnah, opini palsu, dan
menebar kebencian yang sering diutarakan melalui media sosial. Semoga dengan
menerapkan Etika Komunikasi Islami di Media Sosial berdasarkan petunjuk di Al-
Quran tersebut akan tercipta suasana komunikasi yang nyaman di antara sesama
pengguna media sosial, dapat mencegah tersebarnya informasi hoax yang semakin
banyak beredar di media sosial, dan dapat menjaga toleransi serta solidaritas sesama
manusia.6
Di zaman modern dan serba canggih ini, siapa yang tidak mengenal Facebook? Tentunya
hampir semua orang sudah familiar dengan Facebook. Dunia memang sudah terjangkiti virus
Facebook yang juga melanda Indonesia sejak tahun 2009. Website ini diluncurkan oleh Mark
Elliot Zuckerberg pada Februari 2004. Facebook merupakan penyempurnaan dari facemash.
Facebook adalah suatu alat sosial untuk membantu orang berkomunikasi lebih efisien dengan
teman lama, keluarga, maupun orang-orang yang baru dikenal. Facebook menawarkan
navigasi yang mudah bagi para penggunanya. Setiap pemilik account dapat menampilkan
6
Nazaruddin Muhammad, Alfiansyah. “Etika Komunikasi Islami Di Media Sosial Dalam Perspektif Alquran
Dan Pengaruhnya Terhadap Keutuhan Negara”. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam. Vol 4, No 1
(2021).
10
foto dan melakukan hal lainnya seperti bisa berkirim pesan dan lain sebagainya. Banyaknya
aplikasi yang bisa digunakan oleh anggotanya membuat Facebook digandrungi banyak orang.
Konon hingga saat ini sudah lebih dari 20.000 aplikasi dimasukkan ke dalam Facebook yang
bisa digunakan para anggotanya. Setidaknya ada 140 aplikasi baru ditambahkan ke Facebook
setiap harinya dan 95% pemilik account Facebook telah menggunakan minimal satu aplikasi.
Mulai dari permainan, simulasi saham, hewan peliharaan virtual.
Teori komunikasi menurut ajaran Islam selalu terikat kepada perintah dan larangan
Allah swt atau Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Pada dasarnya agama. sebagai
kaidah dan sebagai perilaku adalah pesan (informasi) kepada warga masyarakat agar
berperilaku sesuai dengan perintah dan larangan Tuhan. Dengan kata lain komunikasi
menurut ajaran agama sangat memuliakan etika yang dibarengi sanksi akhirat (Muis, 2001:5-
9). Dalam Alquran juga kita temui tuntunan yang cukup bagus dalam etika komunikasi ini.
Beberapa istilah yang ditemui adalah qawlan ma'rufan, qawlan sadidan, qawlan balighan,
gawlan kariman, qawlan maisuran, dan qawlan laynan (Amir, 1999:85-96). Jadi peran
komunikator Islami dalam memanfaatkan Facebook haruslah berpegang teguh pada prinsip
istilah-istilah tersebut.
Dalam Islam sendiri sebenarnya mempunyai konsep terbaik yang bersumber dari
Alquran yang dapat memandu kita untuk sukses dalam pergaulan sehari-hari, baik di
kehidupan nyata maupun di dunia maya. Pergaulan. dengan teman sangat banyak
mengandalkan akhlak mulia. Karena dengan akhlak mulia pergaulan akan langgeng, hati
saling bertaut dan segala ganjalan di dalam dada akan sirna (Syalhub, 2009:200). Beruntung
sekali orang yang dikaruniai akhlak mulia oleh Allah. Karena setiap orang yang memilikinya
pasti harum namanya dan tinggi martabatnya di mata manusia. Akhlak mulia ialah bermanis
muka, siap menanggung derita, menahan amarah, dan hal-hal terpuji lainnya (Syalhub,
2009:198).
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan
akan terjadi pergeseran nilai- nilai moral bangsa Indonesia. Keberadaan Facebook yang tidak
bisa kita tolak kehadirannya, mewajibkan kita untuk bisamemfilternya sendiri. Sudah menjadi
kewajiban kita semua untuk kritis memaknai. Facebook dan jangan malah terhanyut
dalamkita sebagai manusia atau acuh terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Karena
di tangan yang salah, Facebook dapat digunakan untuk kejahatan seperti pelecehan seksual,
traficking, prostitusi, transaksi narkoba, penipuan, dan tindakan kriminal lainnya.
11
Agar tidak semakin besar dampaknya maka perlu dicarikan solusinya dengan kembali kepada
Al-quran dan sunnah agar tidak semakin parah akibat yang terjadi dengan adanya Facebook
ini. Karena para user tentunya memberikan makna yang berbeda- beda ketika berinteraksi
dan berkomunikasi melalui media jejaring sosial ini. Sehingga penting untuk memberikan
pemahaman materi etika komunikasi Islami,misalnya pada mahasiswa UIN Kediri pada saat
mengikuti kuliah aplikasi komputer misalnya. Dengan maksud bisa menjadi rambu-rambu
mereka ketika mengakases Facebook. Jangan malah semakin meninabobokan, sehingga harus
tetap sadar, mempunyai kontrol diri dan tidak terlena.
Saat ini di Indonesia, instagram menjadi media populer dibandingkan dengan facebook
maupun twitter. Para pengguna instagram menggunakan layanan ini untuk hiburan, mencari
informasi online shop dan mengunggah foto maupun vidio. Selain bisa di simpan untuk
pribadi, foto dan vidio yang dihasilkan bisa dibagikan ke pengguna lainnya. Selain itu,
dengan instagram dapat mengetahui info berupa pendidikan, keagamaan, fashion dan masih
banyak lagi. Dalam hal ini tidak ada yang bisa mengelak bahwa instagram sebagai platform
media sosial yang akan semakin berpengaruh di masa mendatang.
Dalam materi ini akan membahas mengenai etika komunikasi netizen dengan
menggunakan enam jenis gaya bicara atau perkataan (qaulan) yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan dikategorikan sebagai prinsip-prinsip komunikasi Islam.
Prinsip yang pertama adalah Qaulan Sadidan, yang berarti perkataan yang benar, jujur
dan tidak bohong. Qaulan Sadidan terdapat dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”. (Q.S An-Nisa[4]:9)
Jika mengacu pada ayat diatas, saat ini pada kenyataannya di media sosial instgram
masiih banyak ditemukan informasi bohong (hoax) yang tidak sesuai dengan apa yang
terjadi. Netizen masih sering menerima dan menyebarkan informasi tanpa memeriksa dahulu
12
kebenarannya. Berikut adalah salah satu contoh netizen di media sosial instagram yang belum
menerapkan prinsip qaulan sadidan.
Prinsip kedua dalam komunikasi Islam adalah Qaulan Baligha. Kata Qaulan Baligha
artinya tepat sasaran, mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit. Agar pesan komunikasi tepat
sasaran maka pesan yang disampaikan harus sesuai dengan kadar intelektualitas komunikan
serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Prinsip yang ketiga adalah Qaulan Ma’rufa.Qaulan Ma’rufa berarti perkataan yang
baik, santun, ungkapan yang pantas dan tidak menyakiti perasaan. Dalam hal ini sebagai
seorang muslim, ketika menggunakan instagram, kita juga harus menuliskan kata-kata yang
baik. Jangan sampai mencari kejelekan orang lain, mengkritik, menghasut, menghujat dan
memfitnah. Untuk mewujudkan komunikasi yang baik seseorang harus berhati-hati dan
memikirkan apa yang akan diucapkan. Jika tidak hal ini akan menjadi malapetaka atau
bencana.
Pengguna instagram saat ini masih berbanding terbalik dengan prinsip Qaulan
Ma’rufa. Bahasa yang digunakan netizen tidak santun, mengkritik dan mencari kesalahan
orang lain. Netizen akan memberikan komentar berupa pujian yang berlebihan pada sesuatu
yang disukainya, tetapi sebaliknya mereka akan memberikan umpatan yang kasar dan
mengktritik jika mereka tidak menyukainya. Sebagai contoh seperti halnya sebelum muncul
isu mengenai Nissa sabyan yang dikabarkan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Ayus,
para netizen selalu memuji-muji keindahan suara yang dimiliki Nissa dan selalu memberi
semangat kepadanya untuk terus menyanyikan lagu-lagu religi, namun ketika terjadi satu
kesalahan netizen langsung membicarakan kejelekan, mengkritik dan mencemooh dengan
13
kata-kata yang kasar. Bahkan para netizen akan membully sesuatu yang tengah viral. Netizen
seakan-akan berlomba-lomba memberikan kritikan pada kolom komentar akun instagram
Nissa Sabyan. Tidak semua netizen memberikan komentar buruk pada semua unggahan,
biasanya masih ada netizen yang memberikan komentar bijak dan santun. Dalam hal ini tentu
pentingnya etika komunikasi dalam menyampaikan pesan.
Prinsip komunikasi Islam selanjutnya adalah Qaulan Karima.Qaulan Karima berarti
perkataan yang mulia, lemah lembut, enak didengar dan bertatakrama. Namun pada
kenyataannya, netizen dalam megonsumsi media sosial instagram masih banyak yang
menggunakan kata-kata yang tidak sopan, kasar dan vulgar. Jika ada hal yang tidak
disukainya, dalam berkomentar netizen tidak segan-segan menggunakan kata-kata kasar
seperti goblok, jijik, muak dan kata-kata yang tidak pantas lainnya, bahkan netizen ada yang
menyebut alat kelamin.
Komunikasi yang islami adalah komunikasi yang beretika dan berakhlakul karimah.
Dari pemaparan tersebut jika diterapkan dalam penelitian ini maka komentar netizen di
instagram belum mencerminkan etika komunikasi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Komunikasi yang baik untuk umat Islam adalah komunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam
yang tersumber dalam Al-Qur’an dan al-Hadits.
Prinsip yang kelima adalah Qaulan Layyina. Qaulan Layyina adalah pembicaraan
yang lemah lembut,penuh keramahan, enak didengar dan tidak bermaksud merendahkan
orang lain.
14
menyampaikan kemaslahatan serta kemuliaan antara komunikator dan komunikan. Jadi
komunikasi Islam lebih unggul dibandingkan dengan komunikasi lainnya. Komunikasi Islam
tidak terlepas dari fungsi mengingatkan dan membimbing manusia untuk berada di jalan
Allah SWT.
Prinsip komunikasi Islam yang keenam adalah Qaulan Maysura. Qaulan Maisura
berarti dalam menyampaikan pesan mudah dipahami, mudah dimengerti dan mudah dicerna
komunikan. Dalam berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan, tentu kita harus
menggunakan bahasa yang ringkas, mudah dan tepat sehingga mudah untuk dipahami.
Namun pada kenyataan di media instagram seringkali tidak membahas mengenai hal-hal
yang ringan tetapi membahas tentang politik yang dapat menimbulkan konflik serta
berdebatan sehingga berujung saling melontarkan kata-kata kasar.
Pelanggaran terhadap etika yang berlaku akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Dalam bidang komunikasi kita harus tunduk terhadap etika atau norma yang berlaku dalam
masyarakat. Sebagai umat Islam tentu harus mendasarkan kepada etika yang bersumber
dalam Al-Qur’an dan al-Hadits. Oleh karena itu, sebagai netizen diharapkan bijak dengan
memperhatikan dan memikirkan apa yang akan disebarkan dalam dunia maya. Hal ini
bertujuan untuk menghindari konflik dari komentar-komentar yang terkadang akan
menimbulkan masalah. Adapun etika komunikasi dalam menggunakan media sosial yang
sesuai dengan ajaran Islam yaitu tidak menggunakan kata kasar, tidak membicarakan
kejelekan orang lain, memberikan komentar dengan bahasa yang santun, jangan memposting
status yang dapat menimbulkan konflik dan tidak menyebarkan informasi yang belum
diketahui kebenarannya.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, Rachmat. Pengantar Lengkapr Ilmu Komunikasi: Filsafat dan Etika Ilmunya
Serta Perspektif Islam. Cet. 1; Jakarta: Prenadamedia Group, 2019.
Maarif, Zainul. Logika komunikasi. Cet 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Nazaruddin Muhammad, Alfiansyah. “Etika Komunikasi Islami Di Media Sosial Dalam
Perspektif Alquran Dan Pengaruhnya Terhadap Keutuhan Negara”. Jurnal Peurawi:
Media Kajian Komunikasi Islam. Vol 4, No 1 (2021).
Suhandang, Kustadi, and Engkus Kuswandi. “Ilmu Dakwah: Perspektif Komunikasi” (2013).
Susanto, Joko. “Etika Komunikasi Islami.” Waraqat: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman1, no. 1
(2016): 24–24.
Umar, Nasaruddin. Islam Fungsional “Revitalisasi dan Rektualisasi Nilai-Nilai Keislaman”.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014
17