Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH REFLEKSI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN SEORANG PUBLIC

RELATIONS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak

Dosen Pengampu : Drs. A. Bachrun Rifa’I, M. Ag.

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Reza Ainur Rahmaniar 1224060129


Riza Jatnika 1224060136
Sabila Khuzaimah Az-zahra 1224060138
Silvie Ainurrohmah 12240601
Tiara Nuramadani 1224060158
Tri Agum Gumelar 1224060159

HUMAS 2D

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI HUMAS


FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya,
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Refleksi Akhlak dalam
Kehidupan Seorang Public Relations. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara teknis
maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah Swt memberikan imbalan setimpal kepada mereka
yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai ibadah.

\
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Frank Jefkins (2004), Public Relations adalah semua bentuk komunikasi
yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua
khalayaknya, dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian.
Komunikasi bagi manusia merupakan kebutuhan paling mendasar dalam hidupnya,
Islam juga menempatkan komunikasi sebagai sesuatu yang penting dan bernilai ibadah
apabila komunikasi itu dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam alquran dan
sunnah Nabi Muhammad saw., keduanya merupakan pedoman yang berisi tuntunan hidup
bagi setiap muslim yang harus dijunjung tinggi dan menjadi ukuran-ukuran dalam
berkomunikasi.
Etika komunikasi islami dimaksudkan sebagai sebuah nilai-nilai yang baik yang
pantas dan memiliki manfaat ketika melakukan proses komunikasi, apakah komunikasi itu
berupa komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi atau
komunikasi massa kesemua bentuk komunikasi yang akan dilakukan tersebut harus
didasarkan pada nilai-nilai alquran dan sunnah Nabi Muhammad saw. Bagaimana kita
sebagai seorang Public Relations merefleksikan nilai-nilai akhlak yang ada di dalam
alquran dan sunnah Nabi Muhammad saw dalam Profesi Public Relations.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika Komunikasi Islam dan Public Relations?
2. Bagaimana Konsep Etika Komunikasi Islam?
3. Apa saja prinsip Kode Etik dalam Public Relations?
4. Apa hubungan Akhlak dengan Profesi Public Relations?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui etika berkomunikasi dalam kehidupan Public Relations.
2. Dapat mengamalkan nilai-nilai alquran dan sunnah Nabi Muhammad saw dalam
Profesi Public Relations.
3. Untuk mengetahui Kode Etik dalam Profesi Public Relations.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Public Relations dan Etika Komunikasi Islam


Menurut Lupiyoadi yang dikutip oleh Fidmatan Firdaus (2012) Public relations
merupakan kiat pemasaran penting lainnya, dimana perusahaan tidak harus berhubungan hanya
dengan pelanggan, pemasok, dan penyalur, tetapi ia juga harus berhubungan dengan kumpulan
publik yang lebih besar.
Dan menurut John E. Marston dalam buku yang ditulis oleh Kriyantono Rachmad
(2008: 4) menjelaskan “Public relations is planned, persuasive communication designed to
influence significant public” yang berarti Public relations adalah kegiatan komunikasi
persuasif dan terencana yang didesain untuk mempengaruhi publik yang signifikan.
Sedangkan menurut Simandjuntak John (2003: 23) Public Relations adalah fungsi
manajemen yang membentuk dan memelihara relasi yang saling menguntungkan antara
organisasi dengan publiknya, dimana publik inilah yang menentukan berhasil atau gagalnya
perusahaan.
Sehingga dari ketiga teori yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa public relations
merupakan dimana perusahaan berusaha membentuk dan memelihara hubungan baik dengan
relasi dengan menggunakan komunikasi yang terencana dan didesain untuk mempengaruhi
publik, dimana publiklah yang menentukkan berhasil atau gagalnya suatu perusahaan.
Sebagai praktisi public relations harus mengetahui dan dapat menerapkan tugasnya
dengan baik sehingga dapat menyeimbangkan fungsi yang dimiliki sebagai praktisi PR.
Menurut Kusumastuti Frida (2004) ada tiga tugas public relations dalam organisasi/lembaga
yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi public relations. Ketiga tugas tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menginterprestasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik,
kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan
organisasi/lembaga.
2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
3. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan dengan
public.

Menurut Sobur sebagai pedoman baik buruknya perilaku, etika adalah nilai-nilai, dan
asas-asas moral yang dipakai sebagai pegangan umum bagi penentuan baik buruknya perilaku
manusia atau benar salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Kemudian Kenneth E.
Andersen, mendefinisikan etika sebagai suatu studi tentang nilai-nilai dan landasan bagi
penerapannya. Ia bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai apa itu kebaikan atau
keburukan dan bagaimana seharusnya.

Secara terminologis (istilah para ahli), komunikasi dapat dipahami sebagaimana


pendapat Ruben dalam bukunya communication and human behavior, yang dikutip oleh
Susanto menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu proses bagaimana kita bisa memahami
dan dipahami oleh orang lain, dan komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara
konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku.

Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan


menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. maka komunikasi Islam menekankan
pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini
tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang
disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman),
syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-pesan keislaman keislaman yang disampaikan
tersebut disebut sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi
manusia mengikuti Islam.

Dapat disimpulkan bahwa etika komunikasi islam adalah tata cara berkomunikasi yang
sesuai dengan nilai moral dalam menilai benar atau salah perilaku seseorang disampaikan
dengan mengandung unsur islami mengarahkan manusia kepada kemaslahatan dunia dan
akhirat dalam bentuk hubungan manusia dengan tuhan (iman), sesama Manusia dan alam
semesta .

B. Konsep Etika Komunikasi Islam


Teori komunikasi menurut ajaran Islam selalu terikat kepada perintah dan larangan
Allah swt atau Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Pada dasarnya agama sebagai
kaidah dan sebagai perilaku adalah pesan (informasi) kepada warga masyarakat agar
berperilaku sesuai dengan perintah dan larangan Tuhan. Dengan kata lain komunikasi menurut
ajaran agama sangat memuliakan etika yang dibarengi sanksi akhirat.
Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi
sosial, dan mengembangkan kepribadiannya. Para pakar komunikasi sepakat dengan para
psikolog bahwa kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individual maupun sosial.
Secara sosial, kegagalan komunikasi menghambat saling pengertian, menghambat kerja sama,
menghambat toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-norma sosial Al-Qur’an menyebut
komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Dalam QS. Al-Rahman : ayat 1 – 4.
(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia.
Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Al-Rahman : 1 – 4).
Selanjutnya etika komunikasi Islam yang telah dipaparkan oleh Jalaluddin
Rakhmat dalam bukunya Islam Aktual: Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim
ialah ada enam bentuk atau jenis gaya bicara (qawlan) di dalam alQur‟an yang
dikategorikan sebagai kaidah, prinsip atau etika menjawab dengan bersabda; Menjaga
Lisan.” Sebagai berikut:
1. Qawlan Sadidan (perkataan yang benar)
Qaulan sadidan dapat diartikan sebagai “pembicaraan yang benar”, “jujur”,
“tidak bohong”, “lurus”, “tidak berbelit-belit”. Allah Swt memerintahkan manusia
untuk senantiasa bertakwa yang dibarengi dengan perkataan yang benar. Nanti
Allah akan membalikkan amal-amal kamu, mengampuni dosa kamu, siapa yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya ia akan mencapai keberuntungan yang besar.
Jadi, perkataan yang benar merupakan prinsip komunikasi yang terkandung dalam
Al- Qur'an dan mengandung beberapa makna dari pengertian benar.
2. Qawlan Baligha (efektif, tepat sasaran)
Dalam bahasa arab kata Baligha diartikan sebagai “sampai”,”mengenai
sasaran”, atau “sampai tujuan”. Jika dikaitkan dengan kata-kata qawl (ucapan atau
komunikasi) baligha berarti “fasih”,”jelas maknanya”,”tepat mengungkapkan apa
yang dikehendaki” dan “terang”.
Kata Qaulan Baligha menurut Jalaludim Rahmat (1996:) artinya
menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti,
langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau
bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
3. Qawlan Ma’rufan (perkataan yang baik, pantas)
Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa qaulan ma’rufan adalah perkataan
yang baik. Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-
orang kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. qaulan ma’rufan
berarti pembicaraan yang bermamfaat memberikan pengetahuan, mencerahkan
pemikiran, menunjukan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika
kita tidak dapat membantu secara material,kita harus dapat membantu psikologi.
4. Qawlan Karima (perkataan yang mulia)
Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau
pangkat seseorang, tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang. Cukup banyak orang
yang gagal berkomunikasi dengan baik kepada orang lain disebabkan
mempergunakan perkataan yang keliru dan berpotensi merendahkan orang lain.
Permasalahan perkataan tidak bisa dianggap ringan dalam komunikasi. Karena
salah perkataan berimplikasi terhadap kualitas komunikasi dan pada gilirannya
mempengaruhi kualitas hubungan sosial. Bahkan karena salah perkataan hubungan
sosial itu putus sama sekali.
5. Qawlan Layyina
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut
kepada siapa pun. Dalam lingkungan apapun, komunikator sebaiknya
berkomunikasi pada komunikan dengan cara lemah lembut, jauh dari pemaksaan
dan permusuhan. Dengan menggunakan komunikasi yang lemah lembut, selain ada
perasaan bersahabat yang menyusup ke dalam hati komunikan, ia juga berusaha
menjadi pendengar yang baik.
6. Qaulan Maysura
Qaulan Maysura bermakna perkataan yang mudah, Ungkapan qaulan
maiysura dalam al-Quran terdapat pada surat al-Isra ayat 28. Secara leksikal
ungkapan tersebut bermakna perkataan yang mudah. Al-Maraghi (1943: Jilid 2:
190) mengartikan ungkapan tersebut dengan makna ucapan yang lunak dan baik
atau ucapan janji yang tidak mengecewakan.

C. Kode Etik Public Relations


Berikut adalah beberpa prinsip kode etik dalam PR (Ruslan : 2011):
1. Tanggung jawab
Setiap profesi harus memiliki tanggung jawab terhadap profesinya. Baik tanggung
jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by function) maupun Tanggungjawab
terhadap dampak dari tindakan/pelaksanaan profesi (by profession). tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya adalah keputusan yg diambil dan hasil pekerjaan harus
baik dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dgn standar profesi, efisien dan efektif. Dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan profesi adalah tanggung jawab terhadap dirinya, rekan
kerja dan profesi, perusahaan dan masyarakat umum.

2. Kebebasan
Kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa rasa takut atau ragu- ragu, tetapi
memiliki komitmen dan tanggungjawab dalam batas-batas atauran main yang telah ditentukan
oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional.

3. Kejujuran
Jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yg disandangnya, mengakui
kelemahan dan tidak menyombongkan diri serta berusaha mengembangkan diri. Tidak
melacurkan profesinya demi materi. Hal ini juga sebenarnya ada dalam akhlak terhadap
sesame manusia, yaitu mengembangkan sikap kejujuran dalam berperilaku sehari-hari.

4. Keadilan
Memiliki kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak atau
menganggu milik orang lain, lembaga/organisasi hingga mencemarkan nama baik bangsa
dan negara. Saling menghormati, menghargai hak-hak dan menjaga kehormatan. Hal ini
juga menjadi salah satu penekanan dalam akidah manusia kepada sesamanya.

5. Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara otonom untuk
menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya. Kebebasan
otonom merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap profesional.

Kode etik yang dikenal dalam dunia PR di Indonesia, lazimnya dikeluarkan oleh
lembaga profesi yang menanungi profesi PR, diantaranya Persatuan Hubungan Masyarakat
(Perhumas) dan Asosiasi Perusahan Public Relation Indonesia (APPRI).Tujuan diadakannya
kode etik tersebut ialah agar para anggota organisasi bersangkutan mempunyai pedoman untuk
bersikap dan berperilaku dalam rangka menjaga citra organisasi.(Effendy, 1998:164).

D. Hubungan Akhlak dengan Profesi Public Relations


Secara lebih rinci, Bertens memberikan penjelasan mengenai etika dengan rincian
sebagai berikut: Pertama, etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan dalam kehidupan seseorang atau suatu kelompok yang digunakan untuk mengatur
tingkah lakunya. Kedua, Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral.Kumpulan asas atau nilai
moral yang dimiliki oleh suatu masyarakat biasanya diaplikasikan dalam bentuk kode
etik.Tujuannya untuk mempermudah masyarakat tersebut mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.Ketiga, Etika memiliki arti ilmu tentang yang baik dan buruk.Etika baru menjadi
ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik
dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat. (Bertens dalam Darmastuti,
2007).

Keterkaitan antara aqidah akhlak dengan profesi PR juga dapat terlihat dari prinsip
kode etik PR yang harus dijalankan seorang PR dalam profesinya seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
 Public Relations Profesional akan selalu menghindari:
 Menutup-nutupi kebenaran apa pun alasannya;
 Menyiarkan informasi dan berita yang tidak didasari fakta yang aktual, kenyataan, dan
kebenaran;
 Mengambil bagian dalam usaha yang tidak etis dan tidak jujur yang akan dapat
merusak martabat dan kehormatannya;
 Menggunakan segala macam cara dan teknik yang tidak disadari serta tidak dapat
dikontrol sehingga tindakan individu itu tidak lagi didasarkan pada keinginan pribadi
yang bebas dan bertangung jawab.

Sebagai profesi, PR tidak bisa lepas dari etika ketika menjalankan pekerjaannya.Etika
tersebut dicantumkan dalam sebuah kode etik yang merupakan standar moral bagi setiap
profesi yang dituangkan secara formal, tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main
dan perilaku. Meskipun dalam kenyataannya, masih banyak sekali praktisi ataupun
professional PR yang belum seutuhnya menerapkan aturan main tersebut Ketika
menjalankan tugasnya.

Sebagai seorang muslim, tentu saja penerapan kaidah etika PR juga tak terlepas dari
kaidah-kaidah akhlak dalam penerapan kehidupan berprofesi, khususnya dalam profesi PR.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia berkewajiban untuk memandu dunia menuju arah
yang lebih baik. Salah satunya adalah dengan menggunakan dan mendayagunakan ilmu
pengetahuan juga profesi yang dimiliki sesuai dengan akhlak al karimah yang diajarkan dalam
islam. Seorang PR muslim hendaknya tidak hanya concern pada apa yang menjadi bidang
kajiannya saja tapi juga peduli terhadap kehidupan lingkungannya. Tidak bisa hanya egois
memikirkan ‘perutnya’ sendiri namun juga harus memiliki moral dan etika yang patut sebagai
konsekuensi sebuah profesi.

Dalam terminology arab lain berkaitan dengan komitmen dalam pekerjaan ada juga
istilah Ilzam. lzam adalah dasar terpenting untuk membangun system akhlak dalam Islam.
Yang dimaksud dengan ilzam adalah iltizam yaitu komitmen seseorang dalam menghadapi
masalah kemanusiaan semuanya berdasarkan pada statusnya sebagai mukallaf (yang dibebani
ubudiyyah) dalam kehidupan ini.Dia memiliki amanah, misi dan kebebasan kehendak yang
mengontrol amalnya, yang itu semua menjadi gantungan bagi pembalasan di akhirat. Oleh
karena itu iltizamakhlaki (komitmen terhadap kewajiban moral) ini merupakanindikator
tanggung jawab individual yang paling menonjol. Pun begitu dalam berperilaku dalam profesi
PR. Akhlak yang terwujud dalam kode etik profesi menjadi salah satu indikator dari tanggung
jawab seorang PR pada profesinya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari apa yang telah disampaikan di atas, terlihat betapa besarnya urgensi akhlak al karimah
pada profesi terutama profesi PR sebagai salah satu cabang dari ilmu komunikasi. PR sebagai suatu
profesi yang menjadi jembatan antara perusahaan atau organisasi dengan masyarakat, akan sangat
bergesekan dengan publiknya baik itu publik internal yang berupa karyawan maupun publik eksternal
seperti media, pemerintah, pemangku kebijakan, investor dan sebagainya. Sebagai seorang PR yang
baik, perlu mengerjakan aktivitas profesinya sesuai dengan etika yang termaktub dalam kode etik
profesi PR. Dalam kode etik tersebut dapat dilihat korelasi yang sangat dekat dengan aqidah dan
akhlak terutama akhlak terhadap sesame manusia.

Percaya atau beriman kepada enam rukun iman akan membuat seorang PR lebih teguh dalam
menjalankan profesinya yang amat riskan dengan berbagai godaan suap atau perilaku menyembuyikan
fakta. Berkaitan dengan hal tersebut pula, akhlak menjadi salah satu yang urgen dimiliki oleh seorang
PR dalam berprofesi karena dengan akhlak yang baik maka hubungan kerja akan terbina dengan
baik dan islami.
DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Komunikasi Politik; Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009)

Muis dan Abdul Andi, Komunikasi Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)

Rahmat, Efektivitas Berkomunikasi dalam Islam, Cet. I. Bandung: Mizan, 1999)

https://fpscs.uii.ac.id/blog/2019/06/20/akhlak-al-karimah-dalam-etika-profesi-public-relations/

Anda mungkin juga menyukai