Anda di halaman 1dari 16

ETIKA KOMUNIKASI DALAM ISLAM

MAKALAH

DISUSUN OLEH:
 ALFAREJI FEBRIAN HANOM (20210110400063)
 ALIFAHTINAYAH ADYS PRADITYAWATI
(20210110400049)
 ALYCIA FEBYTHA MARUTI (20210110400082)
 ANNISA ALFANNAFIISAH (20210110400131)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita penjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Etika
dalam Komunikasi Islam" Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Mulkan Habibi, S.Kom.I., M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah
Komunikasi Islami yang telah memberikan tugas makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini memberikan
berbagai informasi dan pemahaman tentang etika dalam komunikasi islam,
bagi pembaca agar memahami pengetahuan tentang apa perbedaan hal
tersebut.
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis.
Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang etika komunikasi islami.
Jakarta, 20 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................3
1.1. Latar Belakang...........................................................................3
1.2. Rumusan Masalah......................................................................5
BAB II............................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1. Definisi Etika..............................................................................6
2.2. Definisi Komunikasi...................................................................7
2.3. Definisi Komunikasi Islami.......................................................7
2.4. Tata Cara Komunikasi Menurut Islam....................................8
BAB III........................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................14
3.1. Kesimpulan.................................................................................14
3.2. Saran............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam ajaran Agama Islam, etika merupakan hal yang penting untuk
dipahami. Etika dianggap penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Etika dapat dipelajari dengan berbagai keadaan. Bisa dipelajari saat di
lingkungan sekitar, seperti keluarga, sahabat, dan masyarakat. Etika tentu
saja dapat dipahami jika kita berada di lingkungan terdekat kita, yaitu
keluarga. Islam mengajarkan bahwa etika dapat mempengaruhi berbagai
komunikasi kita di muka bumi ini. Baik itu berkomunikasi dengan Allah
SWT, maupun komunikasi sesama Mahluk Allah.

Dalam berkomunikasi, etika sangatlah diutamakan. Dikarenakan


etika merupakan tiang pokok dalam berinteraksi sesama mahluk hidup. Oleh
sebab itu, dalam komunikasi islam, etika merupakan poin penting untuk
dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk contoh
penerapan etika dalam kehidupan sehari hari ialah saat sesama muslim
saling menghargai sopan santun, dengan mengucapkan serta menjawab
salam ketika bertemu satu sama lain.

Kemudian dalam ajaran filsafat, etika sering disebut sebagai filsafat


moral. Sehingga Etika diketahui sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu adat kebiasaan. Setelah itu etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan
utama hidupnya. Etika itu membahas baik-buruk atau benar-tidaknya
tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-
kewajiban manusia di dunia. Hingga akhirnya etika mempersoalkan
bagaimana harusnya manusia dalam berbuat dan bertindak (Mufid,
2018:174).

Tentu saja setiap tindakan manusia itu dibatasi oleh norma-norma


yang berlaku. Sehingga etika menyelidiki dasar semua norma moral. Dan
didalam etika terdapat dua jenis etika, yaitu etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif memberikan gambaran dari gejela kesadaran

3
moral, dari norma serta konsep-konsep etis. Dan Etika normatif tidak terkait
dengan gejala, melainkan tentang apa yang harus dilakukan manusia
(Mufid, 2018:175).

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan


berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di lingkungan pemukiman atau
tempat tinggal, ditempat kerja, sekolah, kampus, dalam masyarakat atau
dimana saja manusia berada. Komunikasi bersifat simbolis, artinya
komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan
dalam komunikasi antara manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata,
kalimat, angka atau tanda lainnya (Oktarina, 2017:3).

Hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT Q.S. An-Nisa ayat 9, yang
berbunyi dan berarti:

Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya


mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar."

Komunikasi Islam berfokus pada teori komunikasi yang


dikembangkan oleh para pakar Islami. Tujuannya adalah menjadikan
komunikasi Islami sebagai bentuk komunikasi alternatif, termasuk promosi
nilai-nilai kemanusiaan yang sejalan dengan fitrah manusia. Kesesuaian
nilai-nilai komunikasi dengan dimensi sifat fitrah manusia akan bermanfaat
bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, dari sudut pandang ini,
komunikasi Islami merupakan proses penyampaian atau pertukaran
informasi dengan menggunakan kaidah dan prinsip komunikasi Al-Quran.

4
Selain itu komunikasi Islami dapat dipahami sebagai proses transmisi nilai-
nilai Islami dari satu komunikator ke komunikator lainnya dengan
menggunakan prinsip-prinsip komunikasi menurut Alquran dan Hadits
(Islami, 2013:14).

Jadi, dapat dipahami bahwa etika dalam berkomunikasi sangatlah


penting dalam islam. Hal ini diteatpkan dengan adanya berbagai tata cara
berkomunikasi. Baik itu kepada Allah SWT, maupun sesama mahluk hidup.
Oleh sebab itu, seorang muslim dan Muslimah perlu memahami etika
berkomunikasi dalam ajaran komunikasi islami.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?
3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi islami?
4. Bagaimana tata cara komunikasi berdasarkan agama islam
menurut Al-Quran?

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Etika
Etika menurut etimologi, berasal dari kata Bahasa Yunani Kuno
yaitu Ethos Dalam bentuk tunggalnya, ethos berarti tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan serta cara
berfikir. Sedangkan dalam bentuk jamaknya, ta etha berarti adat kebiasaan
(Mufid, 2018:173). Kemudian dalam bahasa inggris, etika disebut ethic
yang berarti a system of moral principles or rules of behaviour (Suatu
sistem, prinsip moral, atau aturan berperilaku (Susanto, 2016:12).

Menurut pakar etika terkemuka di indonesia, Franz Magnis-Suseno


menyatakan etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang yang
mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang
buruk. Dan menurutnya bidang inilah yang disebut bidang moral. Maka
etika didefinisikan sebagai filsafat bidang moral. Dari semua cabang filsafat,
etika dibedakan oleh karena tidak mempersoalkan keadaan manusia
melainkan bagaimana ia harus bertindak. Oleh sebab itu, etika merupakan
tentang filsafat praksis manusia (Pieris: 2007:17)

Berdasarkan pengertian Franz Magnis-Suseno, mengapa manusia


merasakan keperluan untuk mengikuti norma-norma yang berlaku. Intinya
adalah dapat memperoleh pandangan maupun tolak ukuran mengenai apa
yang baik dan yang buruk. Termasuk juga tentang apa yang perlu ia pilih
dan perbuat sebagai akibat dari pandangan tersebut (Pieris: 2007:18).

Sedangkan berdasarkan Ki Hajar Dewantara, Etika yaitu ilmu yang


mempelajari soal kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia
terutama yang berkaitan dengan gerak-gerik, pikiran dan rasa yang
merupakan pertimbangan dan perasaan, sehingga dapat mencapai tujuannya
berupa perbuatan (Muslimah, 2016:116).

Dari penjelasan beberapa ahli sebelumnya, dapat diingat bahwa etika


adalah sebuah ilmu untuk mengetahui dan menilai sesuatu tindakan atau

6
perilaku manusia berdasarkan penilaian pemikiran manusia, apakah hal itu
baik atau buruk untuk menjelaskan perlakuan dan perbuatan manusia
(Susanto, 2016:13).

2.2. Definisi Komunikasi


Komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu communication.
Diantara arti komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.
Komunikasi merupakan cara mengkomunikasikan ide dengan pihak lain
baik dengan berbincang-bincang, berpidato, menulis, maupun melakukan
korespondensi (Hefni, 2017:2). Istilah komunikasi bermula dari kata latin
communis yang artinya membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang
artinya membagi. Secara umum komunikasi merupakan kegiatan manusia
untuk saling memahami atau mengerti suatu pesan yang disampaikan
seseorang (komunikator) kepada lawan bicaranya (komunikan) atau
komunikasi dapat dikatakan juga sebagai suatu proses pengoperan pesan
dari individu kepada individu lain, dari individu ke suatu kelompok kecil
(small group) maupun kelompok besar (large group) (Oktarina, 2017:1).
Secara terminologi, para ahli komunikasi memberikan definisi
komunikasi menurut sudut pandang dan pendapat mereka masing-masing
seperti berikut (Mulyana, 2017:68) :
1. Theodore M. Newcomb : “Setiap tindakan komunikasi dipandang
sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang
diskriminatif dari sumber kepada penerima.”
2. Carl I. Hovland : “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikate).”
3. Gerald R.Miller : “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber
menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima.”

2.3. Definisi Komunikasi Islami


Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan Islami dengan
menggunakan prinsip-prinsip komunikasi Islam. Komunikasi Islam menekankan
unsur-unsur pesan, yaitu risalah atau nilai-nilai Islam, dan tata cara (bagaimana),
dalam hal ini gaya bertutur dan penggunaan bahasa(retorika). Pesan Islam yang
disampaikan dalam media Islam mencakup semua ajaran Islam, termasuk akidah
(iman), syariah (Islam) dan akhlak (ihsan) ( Kairo, 1987:9).

7
Al-Qur'an menyebut komunikasi sebagai fitrah manusia. Untuk
mengetahui bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi, Al-Qur'an
memberikan beberapa konsep kunci yang berkaitan dengannya. Misalnya, Al-
Syaukani dalam tafsir Fath Al-Qadir tentang Al-Syaukāni, mendefinisikan kata
kunci al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Selanjutnya, kata kunci yang
digunakan Al-Qur'an untuk berkomunikasi adalah al-qaul. Al-Qur'an tidak
menyebutkan secara rinci prinsip-prinsip komunikasi, namun dalam Al-Qur'an,
Allah telah memberikan banyak perumpamaan yang secara tidak langsung
menasihati kita untuk dapat berkomunikasi dengan baik, terutama Nabi
Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi kita (Islami, 2013:5).

A. Muis Mengatakan bahwa komunikasi Islam adalah sistem komunikasi


umat Islam, dengan kata lain sistem komunikasi Islam dengan al-karimah atau
akhlak. Berkomunikasi dengan akhlak al-karimah berdasarkan Al-Quran dan hadits
Nabi Muhammad SAW. Mengenai konsep komunikasi Islam, secara singkat dapat
didefinisikan bahwa komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan antar
manusia berdasarkan ajaran Islam (Hendra, 2020:139).

2.4. Tata Cara Komunikasi Menurut Islam


Al-Quran menyebutkan komunikasi merupakan salah satu fitrah manusia.
Untuk mengetahui bagaimana orang berkomunikasi. Al-Quran memberikan kata
kunci (key concept) yang berkaitan dengan hal tersebut. Misalnya, Al-Syaukani
mengidentifikasi kata kunci al-bayan sebagaimana kemampuan berkomunikasi.
Selain itu, kata kunci dari Al-Quran untuk komunikasi adalah al-qaul. Dari al-qaul
ini, Jalaluddin Rakhmat berprinsip, qaulan sadidan yakni kemampuan untuk
berbicara kebenaran atau berkomunikasi dengan baik (Muslimah, 2016).

Al-Quran menuturkan komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Kita


bisa lihat dalam QS. Al-Rahman: ayat 1-4 sebagai berikut:

“(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia


menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara” (QS. Al-Rahman: 1-4)

Al syakuni dalam Tafsir Fath al-Qadir yang mengartikan al-bayan sebagai


kemampuan berkomunikasi. Untuk memahami bagaimana orang harus
berkomunikasi, kita perlu memahami konsep kunci yang digunakan Al-Quran

8
untuk komunikasi. Selain al-bayan kata kunci dari adanya pesan yang sering
disebut dalam Al-Quran yaitu al-qul, dalam konteks perintah (amr), dapat
disimpulkan bahwasannya ada enam (6) prinsip komunikasi dalam Al-Quran.

Pada etika komunikasi islam terdapat enam (6) prinsip gaya bicara atau
pembicaraan (qaulan) yakni:

1. Qaulan Sadidan (Perkataan Lurus, Jujur, dan Benar)

Kata “qaulan sadidan” disebutkan sebanyak dua kali dalam Al-Qur’an.


Pertama, Allah memerintahkan manusia untuk mengucapkan atau
menyampaikan qaulan sadidan (perkataan benar) dalam urusan anak yatim
dan keturunan, yaitu pada QS. An-Nisa: Ayat: 9 sebagai berikut:

Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya


mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar.

Yang kedua, Allah memerintahkan qaulan setelah taqwa, sebagaimana


firman Allah dalam QS. Al-Ahzab: Ayat :70 yaitu:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah


dan katakanlah perkataan yang benar.

Dalam surah Al-Ahzab ayat 70, ada dua perintah Allah terhadap dua
(dua) hal: Pertama, ada perintah untuk melaksankan ketaatan dan
ketaqwaan serta menjauhi larangan-nya. Kedua, Allah memerintahkan

9
orang-orang beriman untuk mengucapkan qaulan sadidan, yakni ucapan
yang santun, tidak kasar, ucapan yang benar, dan tidak dusta.
2. Qaulan Balighan

Yaitu perkataan yang membekas pada jiwa, tepat sasaran, komunikatif,


dan mudah mengerti. Hal tersebut di ungkapkan dalam QS. An-Nisa ayat 63
yang berbunyi:

Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di
dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas
pada jiwa mereka.

Jika kita memperhatikan arti dari qaulan baligha, yang di definisikan


oleh Jalaluddin Rahmat maka kita akan sampai pada kesimpulan bahwa kata
Qaulan Baligha berarti penggunaan kata efektif, terarah, komunikatif,
mudah dipahami (to the point), dan tidak rumit.
3. Qaulan Masyura (Perkataan yang ringan)

Saat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, gunakanlah


Bahasa yang sederhana, singkat dan padat agar mudah dicerna dan juga
dipahami. Terdapat ungkapan qaulan maisura yang terdapat dalam Al-
Qur’an yang merupakan salah satu pedoman komunikasi dengan Bahasa
yang mudah dipahami dan penenang emosi (Muslimah, 2016).

Artinya: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka
ucapan yang pantas.
Masyura pada ayat diatas aslinya berakar dari kata yasara. Secara
etimologi, berarti mudah dan pantas. Sementara itu, qaulan masyura
menurut Jalaluddin Rahmat lebih tepatnya “ucapan yang menyenankan”.

10
Komunikasi pada qaulan masyura yang mengartikan pesan yang
disampaikan sederhana, mudah dipahami, dan juga spontan tanpa berpikir
dua kali.
4. Qualan Layyina (Perkataan yang lemah lembut)

Perintah untuk menggunakan atau mengucapkan yang lemah lembut


terdapat pada Al-Qur’an yakni:

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang


lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut"

Pada ayat diatas diperintahkan Allah kepada Nabi Musa dan Harun
hendaknya bebricara dengan lembut dan tidak kasar kepada Fir’aun. Dengan
qaulan layyina, hati “komunikan” akan merasakan jiwa mereka tersentuh
dan menerima pesan kita. Dari ayat ini disimpulkan bahwasannya qaulan
layyina berarti berbicara dengan lembut dengan suara yang enak didengar
serta keramahan sampai hati. Yang juga dipahami jangan meninggikan
suara, dan berteriak. Tidak seorang pun suka berbicara dengan orang yang
kasar. Rasulullah S.A.W selalu mengucapkan kata yang lembut sehingga
setiap kata yang diucapkannya selalu menyentuh hati orang yang juga
mendengarnya.

5. Qaulan Karima (Perkataan yang mulia)

Islam mengajarkan kita untuk menggunakan kata-kata mulia untuk


berkomunikasi dengan seseorang. Ungkapan tersebut juga dapat dipahami
pada QS. Al-Isra ayat: 23:

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu

11
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.

Dari adanya pengertian dan penjelasan ayat tersebut dapat kita


simpulkan bahwasannya qaulan karima merupakan perkataan yang mulia.
Yang dimana dengan kata-kata yang menghormati, enak didengar, lembut
dan santun. Hal tersebut juga dapat dipahami dalam konteks jurnalistik,
bahwa qaulan karima menggunakan Bahasa yang santun, tidak kasar, tidak
vulgar, dan lain-lain.

6. Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang Baik)

Qaulan Ma’ruf dapat diartikan dengan pengucapan yang pantas. Kata


Ma’ruf berbentuk isim maf’ul yang berasal dari madhinya, ‘arafa. Mar’ufa
secara etimologis merupakan al-khair atau al-ihsan, yang mengartikan yang
baik-baik. Oleh itu, qaulan ma’rufa mengandung sebuah pengertian
ungkapan yang pantas.

Qaulan Ma’rufa juga disebutkan Allah dalam Al-Qur’an pada (QS. Al-
Ahzab ayat 32) yang berbunyi yakni:

Artinya: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik,

Berdasarkan dengan pembahasan komunikasi islam, kita dapat


simpulkan setidaknya ada enam prinsip gaya bicara atau perkataan (qaulan)
yang digolongkan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi islam. Hal

12
tersebut dapat dinyatakan dengan banyaknya ayat-ayat yang bersangkutan
dengan etika komunikasi, baik dalam Al-Qur’an dan juga Hadist.

Dalam komunikasi, Allah memerintahkan para hambanya untuk


menjalin komunikai yang baik dalam berkomunikasi. Komunikasi menurut
ajaran Al-Qur’an dengan segala prinsip yang terkandung di dalamnya dan
dengan akhlah tertentu memungkinkan komunikasi berjalan seperti apa
yang diinginkan dan diharapkan. Tujuan pada komunikasi akan terwujud,
yang sehingga komunikasi tersebut dapat dikatakan baik. Manusia
membutuhkan komunikasi dalam praktik kehidupannya agar proses
kehidupannya berlangsung. Tidak hanya orang yang dapat berkomunikasi
dengan satu sama lain, tetapi orang harus berkomunikasi dengan tuhannya
dan juga berkomunikasi dengan alam semesta. Komunikasi sesuai ajaran
Al-Qur’an dengan segala prinsip yang terkandung di dalamnya dengan
etika-etika tertentu. sehingga komunikasi mampu bekerja sesuai dengan
harapan (Marwah, 2021).

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat
dijelaskan bahwa etika adalah ilmu untuk mengetahui dan menilai sesuatu
tindakan atau perilaku manusia berdasarkan penilaian pemikiran manusia,
apakah hal itu baik atau buruk untuk menjelaskan perlakuan dan perbuatan
manusia. Kemudian Komunikasi merupakan proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Dan Komunikasi
Islami yaitu adalah proses penyampaian pesan-pesan Islami dengan
menggunakan prinsip-prinsip komunikasi Islam. Komunikasi Islam
menekankan unsur-unsur pesan, yaitu risalah atau nilai-nilai Islam, dan tata
cara (bagaimana), dalam hal ini gaya bertutur dan penggunaan bahasa
(retorika).
Dan tata cara komunikasi yang benar dalam islam berdasarkan Al-
Quran, terdapat 6 gaya bicara atau perkataan (Qaulan). Yang pertama
Qaulan Sadidan yaitu perkataan benar, lurus dan jujur. Kedua Qaulan
Balighan adalah perkataan yang membekas pada jiwa, tepat sasaran,
komunikatif, dan mudah dimengerti. Ketiga Qaulan Masyura merupakan
perkataan yang ringan. Keempat Qaulan Layyina adalah perkataan yang
lemah lembut. Kelima Qaulan Karima yaitu perkataan yang mulia. Dan
terakhir Qaulan Ma’rufa merupakan perkataan yang baik.

3.2. Saran
Dengan adanya pemahaman etika dalam berkomunikasi berdasarkan
ajaran islam, disarankan pembaca memahami dan menerapkan etika yang
baik dan benar dalam berkomunikasi sehari-hari. Sehingga bisa mudah
berkomunikasi satu sama lain.

14
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Pieris, John. Jim, Nizam. (2007). Etika Bisnis dan Good Corporate
Governace. Jakarta. Pelangi Cendekia.
Mufid, Muhammad. (2018). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta.
Prenadamedia Group.
Hefni, Harjani. (2017). Komunikasi islam. Prenada Media. Jakarta.
Mulyana, Deddy. (2017). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.

Jurnal
Muslimah. 2016. Etika Komunikasi dalam Perspektif Islam. Jurnal Sosial
Budaya.Vol 13 No 2. Hal. 115-125.
Susanto, Joko. 2016. Etika Komunikasi Islami. Jurnal Waraqat. Vol 1 No 1.
Hal. 1-24.
Oktarina, Yetty, and Yudi Abdullah. (2017). Komunikasi dalam perspektif
teori dan praktik. Deepublish.
Marwah, N. 2021. Etika Komunikasi Islam Dakwah dan Sosial Keagamaan.
Vol 7. Hal. 5-13.
Muslimah. 2016. Etika Komunikasi Dalam Perspektif Islam Sosial Budaya.
Vol 13 No 2. Hal. 115–126.
Islami, Ismi. 2013. Konsep Komunikasi Islam Dalam Sudut Pandang
Formula Komunikasi Efektif. Vol 12. No 1. Hal 5-14.
Hendra, Tomi. 2020. Komunikasi Islam Pada Masyarakat Multicultural. Vol
26 No 1. Hal. 139.

15

Anda mungkin juga menyukai