NIM: 0312519166
Kelas: AK19M
PRODI AKUNTANSI
JULI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Ujian Akhir Semester dari Prof.
Dr. Sukron kamil selaku dosen pengampu. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Sukron Kamil selaku
dosen pengampu mata kuliah Islam Lintas Disiplin Ilmu. Berkat tugas yang diberikan ini,
dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1. Perspektif Islam mengenai Komunikasi.................................................................3
2.2. Islam dan Paradigma Komunikasi..........................................................................4
2.3. Islam, Komunikasi Verbal dan Non Verbal...........................................................5
2.4. Islam dan komunikasi antar budaya.....................................................................10
BAB III....................................................................................................................................13
PENUNTUP............................................................................................................................13
3.1. Simpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok
lingkungan dan orang lain".Komunikasi dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Verbal
merupakan komunikasi yang dilakukan dengan bahasa lisan berupa kata-kata, sedangkan
bahu. Komunikasi menurut para ahli di antaranya seperti yang disebutkan oleh Anwar Arifin.
Menurutnya arti komunikasi adalah jenis proses sosial yang erat kaitannya dengan aktivitas
Skinner turut beropini tentang bagaimana komunikasi sebagai suatu perilaku lisan
maupun simbolik dimana pelaku berusaha memperoleh efek yang diinginkan. Forsdale
serta pengubahan sesuatu dengan tujuan agar sinyal yang telah dikirimkan berkesesuaian
dengan aturan.
1.2.Rumusan Masalah
Esensi (hakikat) komunikasi Islam adalah mengajak manusia kepada jalan dakwah yang
lebih menekankan kepada nilai-nilai agama dan sosial budaya, yakni dengan menggunakan
prinsip dan kaedah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Prinsip tersebut bukan hanya
sekedar penyampaian pesan dan terjadinya perubahan perilaku komunikan, namun terjalinnya
jaringan interaksi sosial yang harmoni dan berasas normatif. Prinsip inilah yang membedakan
1
konsep komunikasi perspektif Islam dengan komunikasi dalam perspektif Barat yang
terkesan lebih bersifat culture bound dan banyak terlepas dari unsur normatif.
1.3.Tujuan
Tujuan dari penulisan ini ialah untuk mengetahui perspektif islam mengenai komunikasi . Karena
komunikasi memilii peran utama dalam kehidupan manusia. Komunikasi memliki peran komunikasi
sebagai komunikasi social, seabagai pernyataan ekspresif , sebagai kepentingan ritualistik, dan terakhir
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Islam, komunikasi dalam pengertian umum, verbal dan non verbal sebanding
dengan istilah mu'amalah, hablum minannis, dan silaturrahmi (ketiganya sebanding dengan
komunikasi non verbal, meski dalam silaturrahmi ada sisi verbalnya), dan untuk komunikasi
verbal sebanding dengan istilah tabligh dan dakwah di atas. Mu'imalah artinya adalah
interaksi sosial sebagaimana terdapat dalam hadis, bahwa suatu kali Nabi ditanya: “apa itu
agama”, wahai Rasululullah? Jawab Nabi, “agama adalah interaksi sosial” (verbal maupun
non verbal). Artinya, baik tidaknya komunikasi verbal dan non verbal menjadi ukuran yang
memperlihatkan seseorang beragama dengan baik atau tidak. Istilah hablum minannis
(hubungan yang baik dengan sesama manusia) terdapat dalam OS. Ali Imran/3: 112: “Mereka
akan diliputi kehinaan kecuali berhubungan (berkomunikasi) baik dengan Allah dan juga
dengan sesama manusia”. Sedangkan silaturahmi berasal dari bahasa Arab shilah ar-rahmi,
dimana kata shilah diambil dari derivasi kata yang sama dengan it-tishal (komunikasi), yang
berasal dari (satu) peranakan/rahim, atau meghubungkan persaudaraan/ kasih sayang.# Istilah
ini ada dalam hadis riwayat Muslim, sabda Nabi: “Wahai manusia, sebarkanlah perdamaian,
berilah makan orang miskin, sambungkanlah kasih sayang (lakukan silaturahmi), dan salatlah
saat yang lain sedang tidur, maka kalian akan masuk surga, negeri penuh damai”. Dalam
hadis riwayat Bukhari dan Muslim bahkan disebut bahwa komunikasi dalam bentuk
3
Yang lebih terkait Islam sebagai agama tentu saja adalah prinsip-prinsip komunikasi yang
isinya adalah etika/moralitas komunikasi, yaitu: objektif (sebanding dengan shidig jujur/tidak
berdasarkan hoax) dan etis (berakhlak baik,). Misalnya menghindari fitnah (termasuk dalam
sebagai kritik sosial, penghinaan (QS. al-Hujurat/49: 11), disintegrasi (QS. Ali Imran/3: 103),
pencemaran nama baik (seperti ghibah Imembicarakan keburukan orang lain dimana
orangnya dibicarakan tidak hadir, (QS. al-Hujurat/49: 12)), dan pelanggaran hak cipta
Menurut John Fiske dalam bukunya: Introduction to Communication Studies, ada dua
paradigma dalam ilmu komunikasi: (1) komunikasi sebagai transmisi pesan yang fokus pada
pengirim, penerima, dan akurasi serta efisiensi pesan. Paradigma ini sering disebut mazhab
proses komunikasi. (2) Komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Paradigma ini
memandang komunikasi sebagai kajian teks dan budaya yang tidak menganggap
Paradigma kedua sering disebut sebagai mazhab semiotika yang mengaitkan dirinya dengan
Dalam paradigma kedua, agaknya, Fiske menunjuk pada konsep the death of author,
kematian sumber (komunikator) dalam teori semiotik, yang menyarankan agar beralih dari
penerima pesan boleh merayakan pluralisme makna dalam pesan (teks) komunikasi, sebagai
catatan, dalam semiotika Roland Barthes, agar objektif, menyaratkan harus berdasarkan
leksia (penggalan teks). Dengan begitu, tidak terjadi chaos dalam pemakanan.'82 Paradigma
4
komunikasi yang kedua juga menunjuk pada pluralisme makna dalam teori posmodernisme,
yang telah dijelaskan di bab sejarah sains di Barat dan bab epistemologi.
pada hermenutika objektif Wilhelm Diltey atau disebut juga teori hermeneutika
dalam komunikasi) akan objektif dengan metode transhistoris. Metode transhistoris adalah
metode yang mengandalkan kemampuan penerima atau pengkaji pesan untuk melepaskan diri
dari konteks historis dirinya sendiri dan masuk ke dalam konteks kehidupan pengarang
Dalam Islam, paradigma pertama diwakili al-Jahizh dan Ibnu Khaldun yang
mementingkan teks bahasa (pesan) dan pengirimnya, dan paradigma kedua diwakili Abdul
Oahir al-Jurjani yang mementingkan makna ketimbang kata/bahasa. Nilai bahasa (pesan
komunikasi) pun terletak bukan pada bahasa sebagai penanda, tetapi pada makna/pikiran/
Tasa sebagai petanda (ditandai). Artinya, makna tersurat (denotasi) dari Sebuah teks (pesan)
komunikasi dari komunikator tidak selamanya bisa dirujuk, karena juga dalam pesan ada
Dalam pengertian komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan (seperangkat simbol
yang mewakili perasaan, nilai, dan gagasan) dari sumber/komunikator, komunikasi bisa
5
dibagi kedalam dua bagian besar: komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Untuk
komunikasi verbal terutama, diakui Yuval Noah Harari yang menyebut manusia menjadi
makhluk yang unggul ketimbang makhluk lannya dengan revolusi kognitifnya diawali
dengan kemampuannya berbahasa, semacam bergosif. Ini juga diakui Safir yang menurutnya,
manusia tidak hidup di pusat keseluruhan dunia, tetapi hanya di bagian yang diberitahukan
oleh bahasa. Kedua hal ini telah diungkap di atas. Menurut Larry L. Barker, ada banyak
1. Untuk penamaan, dimana semua benda di dunia dinamai dengan bahasa tertentu.
2. Untuk interaksi, dimana interaksi sosial dimungkinkan terjadi karena lewat bahasa
3. Untuk transmisi informasi, dimana informasi bisa beralih dari satu orang ke orang lain,
atau kelompok sosial tertentu ke kelompok sosial lainnya lewat bahasa. Lihat misalnya
komunikasi dalam orasi, pengajaran, dan juga pemberitaan di media masa, baik cetak
maupun elekronik.
Meskipun punya fungsi yang vital dalam kehidupan dan kebudayaan, ada sejumlah
1). keterbatasan bahasa, yaitu keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili
objek. Problematika inilah yang membuat bahasa Melayu/Indonesia ter-Arab-kan pada masa
kontemporernya.
2). Kata yang bersifat ambigu dan kontekstual. Dalam bahasa, kata ambigu kadang tak
terelakkan. Misalnya: “Istri lurah yang baru itu kemarin datang ke kampung kita”. Yang
6
3). Kata yang mengandung bias budaya (dalam bahasa Arab terdapat 600 kata untuk unta
(warna, jenis kelamin, usia, struktur tubuh dan lain), dan ini menunjukkan bias budaya Arab
yang akrab dengan unta, dimana unta menjadi binatang yang bermakna.
4). Percampuran antara fakta dan penilaian, yang keduanya kadang susah dibedakan.
5). Kerumitan makna bahasa, baik karena problem leksem (kata atau gabungan kata),
struktur bahasa, atau karena bahasa sebagai problem kultural. Juga ragamnya seperti bahasa
gaul, bahasa resmi dan tidak resmi (“amiyah), ragam seperti bahasa Inggris dan AS (centre vs
Sejauh literatur yang bisa dibaca, Islam sangat mementingkan komunikasi verbal lewat
bahasa. Bahkan, komunikasi verbal lewat bahasa menjadi ciri dan kelebihan manusia yang
didefiniskan sebagai hayawain naithig, hewan yang bisa bicara (berbahasa), sebagaimana
telah diuraikan di atas. Karenanya, al-Qur'an merupakan pesan komunikasi dari Allah melalui
bahasa Arab (misalnya QS. as-Syura/42: 7). Juga hadis Nabi sebagai pesan komunikasi dari
Nabi melalui bahasa Arab, dimana hadis gauli (ucapan) dalam ilmu hadis sebagai hadis
mayoritas. Al-Qur'an pun kemukjizatannya terletak pada bahasa (sastra) dan juga isinya.
Keterbatasan bahasa dalam tradisi Islam pun diberi jalan keluarnya dengan pembahasan
bahasa Arab di tingkat kata seperti lahirnya kamuskamus, juga kajian bahasa dalam ushul
figh dan ilmu-ilmu al-Qur'an. Di antaranya melalui pembahasan kata umum dan khusus, kata
mutlak (absolut) dan mugayyad (terikat), kata musytarak (homonimi atau polisemi), makna
lahir dan makna batin, makna tersurat dan tersirat (manthilg dan mafhim), dan sebagainya.
Ringkasnya fenomena komunikasi melalui bahasa harus didekati dengan kajian yang bersifat
intralinguistik dan ekstra linguistik (lihat bab Islam, Ilmu Bahasa dan Sastra Modern).
Selain komunikasi verbal, bentuk komunikasi yang dilakukan manusia juga adalah
komunikasi non verbal Menurut Flora Davis, komunikasi antar manusia akan membosankan,
7
bila hanya dilakukan dengan kata-kata. Katakata hanyalah sebagian kecil saja dari
komunikasi. Bahkan, dalam pandangan Freud: “Bila bibir manusia diam, ia bicara dengan
komunikasi. Lihat komunikasi manusia saat ini di medsos, dimana mereka berkomunikasi
dengan bahasa, foto, dan video, baik di Wathsapp, Facebook dan Instagram, dengan kata
1. Bahasa tubuh. Bentuk komunikasi dalam bahasa tubuh juga ada banyak lagi variannya,
yaitu (a) isyarat tangan. Misalnya, orang Prancis, Italia, Spanyol, Mexico, dan Arab sangat
aktif menggunakan tangan mereka saat berkomunikasi. Seolah bila kedua lengannya
diamputasi, mereka tak dapat bicara sama sekali. Untuk menunjuk diri sendiri, orang
jempol di AS berarti mau ikut tumpangan kendaraan, di Italia isyarat cabul, di Indonesia dan
Malaysia isyarat bagus/oke. (b) Gerakan kepala, dimana anggukan kepala di Bulgaria berarti
tidak, dan di Indonesia dan Inggris berarti ya. (c) Postur tubuh. Ramping adalah postur tubuh
yang baik bagi wanita. (d) Posisi kaki (di beberapa negara, wanita yang duduk
merenggangkan kaki sebagai isyarat wanita tuna susila, dan dulu di Indonesai biasa jalan
dalam perspektif Barat itu adalah tindakan buruk (Novel Bumi Manusia karangan Pramudya
Ananta Toer)). (e) Ekspresi wajah dan tatapan mata yang merupakan prilaku non verbal yang
2. sentuhan. Seorang dapat merasa seperti terkena setrum saat disentuh lawan jenis yang
dicintainya, dan orang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh orang berstatus rendah
(sentuhan bagian dari kekuasaan). Termasuk kategori ini mencium atau memeluk.
8
3. Parabahasa/vokalika, yaitu aspek suara selain ucapan yang bisa dipahami. Misalnya
kecepatan bicara, nada tinggi dan rendah, volume suara, intonasi, dialek, suitan, tawa, tangis,
5. Bau-bauan. Ada banyak fenomena yang memperlihatkan hal itu. Seorang polisi di Bogor
dulu roboh ditembak istrinya, karena ia mencium aroma minyak wangi lain yang tak biasa
dipakai suaminya. Orang yang berkabung atau ihram dalam Islam tak boleh memakai wangi-
wangian.
6. Orientasi ruang, misalnya ruang pribadi versus publik, posisi duduk dan pengaturan
7. Konsep waktu, dimana orang Barat umumnya menganut waktu monokronik yang
8. Diam. Diam merupakan bagian dari bahasa tubuh yang berarti marah. Bisa juga diam
adalah emas, di saat berhadapan dengan orang bodoh yang banyak bicara.
9. Warna. Misalnya warna biru menunjukan suasana hati aman, nyaman, lembut, dan
menenangkan. Sementara warna hitam mengandung arti sedih/murung dan kuat/bagus sekali.
10. Artefak. Ada banyak artefak yang menjadi bagian dari komunikasi pemiliknya. Misalnya
Dalam Islam, sebagaimana fenomena sosial kemanusiaan, komunikasi non verbal tentu
juga diakui. Bahkan, dalam hadis yang telah disebutkan di atas, interaksi sosial yang baik
9
(mu'amalah) sebagai komunikasi dengan menggunkan bahasa tubuh merupakan sesuatu yang
dengan sesama manusia dengan baik, dan itu berarti sedang berkomunikasi non verbal yang
dianjurkan Islam, menurut Nurcholish Madjid, keberadaan seseorang ditentukan oleh apakah
Isu yang menjadi bahasan dalam ilmu komunikasi belakangan adalah komunikasi
antarindividu atau antarkelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda, baik dalam
bentuk perbedaan rasial, etnis, budaya (termasuk di dalamnya sekte keagamaan), maupun
kelas sosial (seperti gender, ekonomi, dan politik). Misalnya saat konferensi internasional/
Agaknya, termasuk juga kajian komunikasi antar budaya, komunkasi masa yang harus
Secara kategorik, unsur atau wujud-wujud kebudayaan dalarh pengertian luas itu bisa
1). Wujud ide-ide (gagasan (pandangan hidup) dan sistem nilai atau norma) yang sering
2). Wujud aktivitas (tindakan berpola) seperti cara makan yang sering disebut sistem sosial.
3). Wujud artefacts (benda-benda hasil karya manusia) seperti bangunan tempat ibadah dan
lain-lain. Ketiganya saling berkaitan, dimana wujud pertama sebagai blue print yang
10
Secara teoritis, kajian komunikasi antar budaya antara lain dibangun oleh Edward T.
Hall yang memandang antar komunikasi dan kebudayaan sulit dipisahkan ini, untuk culture is
adalah pewarisan sosial (budaya adalah sosialisasi dan institusionalisasi suatu pola pikir atau
pola rasa yang dilakukan orang tua/generasi tua kepada anaknya atau generasi muda, baik di
menentukan berkomunikasi dengan siapa. Misalnya kebudayaan zero sum game (mati siji
mati kabeh Imati satu mati semua, sehingga semua tidak mendapat bagian)) dalam sebagian
penggalan sejarah pra modern Jawa/ Sunda menunjukkan tidak adanya komunikasi, baik
verbal maupun non verbal kepada lawan dengan mengakui keunggulan lawan. Demikian juga
pola pikir dan pola rasa eksklusivisme, baik dalam bentuk nasionalisme ultra kanan di Barat
saat ini yang anti pendatang, terutama kepada pendatang Muslim. Juga dalam pola pikir
fundamentalsime agama di Timur. Keduanya menutup diri dari berkomunikasi dengan baik
kepada yang dianggap orang lain (the others) karena berkomunikasi denga mereka dilarang
lingkungan sosialnya. Yan dimaksud the others itu adalah kaum pendatang bagi kaum
nasionalis ultra kanan di Barat, dan pemeluk agama atau keyakinan lain bagi kaum
fundamentalis agama. Budaya juga menentukan berkomunikasi tentang apa, melalui apa
Secara praktis, kajian komunikasi antar budaya juga adalah kajian yang dibutuhkan
(yang urgent). Alasannya karena setiap komunikasi dalam derajat yang berbeda akan
tergolong komunikasi antar budaya, karena setiap orang (individu dan kelompok) dalam
komunikasi akan membawa simbolnya, makna, pilihan, dan pola budayanya. Dalam proses
11
komunikasi, dari awal, akan ada proses saling mengeksplorasi, negosiasi, dan akomodasi
budaya. Dalam komunikasi, para pelakunya akan memperhatikan apakah mereka pihak-pihak
yang teribat memiliki kesamaan tingkat pengetahuan, latar belakang, orientasi waktu, filsafat
politik, pola gerak isyarat, pola salam (penghormatan), orientasi kebahasaan, dan kemampuan
Bahasa.
Dalam Islam, komunikasi antar budaya dalam pengertian dan juga panduan seperti di
atas tentu saja dengan mudah bisa ditemukan. Komunikasi yang dilakukan kaum Muslimin
tidak menyobek kohesi sosial antar Muslim, baik sebagai individu maupun kelompok. QS. al-
komunikasi yang dilakukan tidak didasarkan pada sikap saling menghina (mengolok-olok),
mencela, buruk sangka, mencari-cari kesalahan orang, dan ghibah (membicarakan keburukan
orang lain di saat orangnya tak ada), karena di dalam ghibah akan tidak ada keadilan bagi
12
BAB III
PENUNTUP
3.1. Simpulan
Komunikasi sangat lah penting bagi kehidupan manusia terutama dalam berintraksi
dengan sesama untuk bertukar informasi, ada 2 bentuk komunikasi verbal dan non-verbal
dalam islam komunikasi sebanding dengan istilah mu'amalah, hablum minannis, dan
silaturrahmi ada sisi verbalnya), dan untuk komunikasi verbal sebanding dengan istilah
tabligh dan dakwah. Kajian komunikasi antar budaya juga adalah kajian yang dibutuhkan
(yang urgent). Alasannya karena setiap komunikasi dalam derajat yang berbeda akan
tergolong komunikasi antar budaya, karena setiap orang (individu dan kelompok) dalam
13
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, Sukron. 2021. Islam dan Sains Modern. Depok: PT Rajawali Buana Pusaka
pukul 11.53.
14