Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KONTEKS SOSIAL DAN BUDAYA

DOSEN PENGAMPU :
Ibu Ns. Fadliyana Eka Wati, M.Kep. Sp. Kep.An

DISUSUN OLEH :
NAMA : RINANTI AULIA RAHMAN
NIM : (G1B123079)
PRODI : ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia yang telah diberikan, saya dapat menyusun makalah mengenai “Komunikasi dalam
konteks sosial dan budaya"
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu. Saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun membacanya. Saya juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada saya untuk membuat tugas makalah ini.

Jambi, 26 September 2023

Rinanti Aulia Rahman


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Masalah .............................................................................................. 2

1. 3 Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Sosial ............................................................. 3


2.2 Jenis Komunikasi Sosial ......................................................................... 4
2.3 Fungsi Komunikasi Sosial ................................................................... 4
2.4 Pengertian Komunikasi antar Budaya .................................................. 6
2.5 Fungsi Komunikasi antar Budaya............................................................ 7
2.6 Hambatan Komunikasi antar Budaya dalam Memberikan
Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien .................................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 10


3.2 Saran ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dan merupakan aspek yang
paling kompleks dalam kehidupan manusia. Menurut sejumlah penelitian, 75 persen dari
seluruh waktu kita dipakai untuk berkomunikasi. Kehidupan kita sehari-hari memang
sangat kuat dipengaruhi oleh komunikasi dengan orang lain, baik melalui pesan-pesan
yang diterima dari orang lain yang bahkan tidak dikenal baik, dan juga komunikator yang
dekat maupun jauh jaraknya.
Manusia adalah makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain,
dengan cara komunikasi manusia bisa berhubungan dengan orang lain. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan dan tertulis, tanda-tanda, serta lambang- lambang. Komunikasi
dilakukan baik secara tradisional maupun modern dengan alat-alatnya pun mulai dari
yang paling sederhana sampai yang mutakhir dan canggih. Unsur -unsur komunikasi
terdiri dari sumber, komunikator, pesan, channel (saluran), komunikan dan efek (hasil).
Sumber berupa lembaga, personal dan non lembaga/non personal. Komunikator
(pengiriman pesan).
Dalam proses komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya.
Dijelaskan pula faktor-faktor yang harus diperhatikan komunikator. Pesan mempunyai
inti pesan (tema) yang menjadi pengarah dalam mempengaruhi orang lain dan mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikasi. Perkembangan komunikasi memberi dam-
pak sosial terhadap masyarakat. Komunikasi mempengaruhi perubahan perilaku, cara
hidup, hidup bermasyarakat, dan nilai-nilai yang ada perubahan ini tampaknya sejalan
dengan perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam perilaku manusia komunikasi merupakan proses khusus dan bermakna karena
dapat menyatukan pemahaman antar personal. Pada proses keperawatan komunikasi
menjadi sangat penting karena merupakan metode utama dalam memberikan asuhan
keperawatan. Dalam memberi- kan asuhan keperawatan seorang perawat harus
berkomunikasi dengan pasiennya agar pasien mengerti apa asuhan yang akan diberikan
perawat kepada pasien tersebut. Tidak hanya dalam konteks keperawatan saja komunikasi
itu pen- ting tetapi dalam konteks lain juga komunikasi sangat diperlukan untuk
menyampaikan berita atau pesan yang akan disampaikan.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Bagaimanakah komunikasi dalam konteks sosial?
2. Apa jenis komunikasi sosial?
3. Apa fungsi komunikasi sosial?
4. Bagaimanakah komunikasi dalam konteks budaya?
5. Apa fungsi komunikasi antar budaya?
6. Bagaimana hambatan komunikasi antar budaya dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi dalam konteks sosial
2. Mengetahui mengenai jenis komunikasi sosial
3. Mengetahui mengenai fungsi komunikasi dalam konteks sosia
4. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi dalam konteks budaya
5. Mengetahui mengenai fungsi komunikasi dalam konteks antar budaya
6. Mengetahui mengenai hambatan komunikasi antar budaya dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi dalam Konteks Sosial


Manusia sebagai makhluk biologis sekaligus sebagai makhluk sosial (monodualisme).
maka kebutuhan akan orang lain adalah sebuah keniscayaan. Dengan demikian interaksi
sosial juga merupakan keniscayaan bentuk-bentuk interaksi sosial diantara nya adalah Kontak
dan Komunikasi Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan serta nilai
budaya yang di jalankan. Komunikasi adalah salah satu bentuk interaksi sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya ada. Komunikasi adalah
pernyataan eksistensi diri dalam lingkungan sosialnya, dalam kelompoknya. Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidak-tidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari ketegangan, memupuk hubungan dengan orang lain.
Charles Herbert Mead mengatakan bahwa setiap manusia mengembangkan konsep dirinya
melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi.
Jadi kita mengenal diri kita melalui orang lain yang menjadi cermin yang memantulkan
bayangan kita. "Din" dipandang sebagai konsep spesifik budaya atau etnik. Dari uraian ini
maka komunikasi dalam konteks adalah membahas komunikasi dalam konteks sosiologis
(bisa dalam konteks hubungan/interaksi sosial, struktur sosial, atau tatanan sosial tertentu)
untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Faktor sosial tertentu mempengaruhi proses
komunikasi.
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Manusia
mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali sehingga ia
tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi
merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif
manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan, ia
tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan
sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan
dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa di dalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan yang utama
dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk
berkomunikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam
kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama, karena
manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah
hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur
di dalam masyarakat secara lebih mendalam dan terorganisir
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan
berinteraksi dengan manusia lainnya. Setiap perilaku manusia memiliki potensi komunikasi.
Oleh karena itu, kita tidak bisa tidak mesti berkomunikasi. Setiap perilaku yang dapat
diartikan atau dimaknai adalah pesan.
Konteks sosial menentukan hubungan sosial antara sumber dan penerima. Perbedaan
posisi, (atasan-bawahan, orang tua-anak, guru-murid, dokter-pasien. hakim-terdakwa) dan
atau perbedaan struktur sosial (kaya-miskin, ahli-awam)mempengaruhi proses sosial.
Bagaimanapun konteks sosial tersebut akan mempengaruhi komunikasi.
Bahasa yang digunakan, penghormatan seseorang, waktu, suasana hati, siapa berbicara
dengan siapa, derajat kegugupan atau kepercayaan diri semuanya itu merupakan bagian kecil
dari aspek- aspek komunikasi yang dipengaruhi oleh konteks sosial.

2.2 Jenis Komunikasi Sosial


Terdapat beberapa jenis komunikasi sosial seperti komunikasi langsung, tidak langsung,
satu arah, timbal balik, bebas, fungsional, individual, dan juga masal seperti pada berikut:
• Komunikasi sosial secara langsung adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dengan
cara bertatap muka tanpa adanya bantuan media atau perantara seperti orang lain untuk
menyampaikan pesan dan informasi.
• Komunikasi sosial secara tidak langsung adalah komunikasi yang berlangsung dengan
memerlukan bantuan media sebagai perantara untuk menjalankan komunikasi,
menyampaikan, dan menerima pesan maupun informasi.
• Komunikasi sosial secara satu arah adalah sebuah komunikasi yang dilakukan oleh
komunikator dalam menyampaikan atau memberikan sebuah pesan atau informasi ke pada
komunikan dengan tanpa ada sebuah umpan balik atau timbal balik. • Komunikasi sosial
timbal balik yang sering disebut juga dengan dua arah biasanya dilakukan oleh dua orang
atau lebih yang menggambarkan pihak komunikan atau penerima pesan memberikan umpan
balik kepada komunikator.
• Komunikasi bebas merupakan komunikasi yang dilakukan secara tidak formal dan tidak
adanya suatu aturan khusus yang harus ditaati, misalnya komunikasi yang terjadi di dalam
pergaulan.
• Komunikasi fungsional merupakan komunikasi yang dilakukan dengan sangat hati-hati
karena terfokus pada suatu proses maupun pekerjaan dengan adanya waktu perencanaan.

2.3 Fungsi Komunikasi Sosial


Secara garis besar, komunikasi sosial memiliki fungsi yakni memberikan informasi,
bimbingan, tuntunan, arahan, hingga hiburan. Adapun beberapa fungsi komunikasi sosial
lainnya antara lain. Komunikasi sosial juga memberikan sinyal atau tanda yang penting
dalam membangun konsep dan aktualisasi diri. Dalam kehidupan manusia yang
berkelanjutan, komunikasi sosial berfungsi untuk mencapai atau memperoleh kebahagiaan,
yang terhindar dari adanya tekanan maupun ketegangan dari suatu permasalahan. Dengan
adanya komunikasi sosial ini, diharapkan manusia dapat terhibur dan juga memupuk suatu
hubungan yang dilakukan dengan orang atau individu lain.
Melalui komunikasi sosial ini, setiap individu dapat bekerja sama dengan anggota
masyarakat lain misalnya keluarga itu sendiri, tingkat kelompok belajar, pendidikan seperti
sekolah maupun perguruan tinggi, bertetangga, hingga tingkat negara atau pemerintahan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya komunikasi merupakan sebuah instrumen yang dapat membantu antar
individu mencapai suatu tujuan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, pada
urusan pribadi maupun pekerjaan, yang berfungsi untuk memberikan kesan terbaik, mendapat
sebuah simpati, empati, keuntungan, serta menjadi sebuah taktik. Para ilmuan sosial
mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua
sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya.

Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam:
pembentukan konsep diri, pernyataan eksistensi diri dan untuk kelangsungan hidup,
memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan
• Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya
adalah manusia, kita sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang di sekeliling kita
menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia.
• Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi
diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frasa filosof Prancis Rene
Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo Sum ("saya berpikir, maka saya ada")
menjadi "Saya berbicara, maka saya ada". Bila kita berdiam diri, orang lain akan
memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita berbicara, kita menyatakan
bahwa sebenarnya kita ada. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat pada
uraian penanya seminar.
Meskipun penanya sudah di ingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke
pokok permasalahan, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebar, menguliahi
hadirin, dengan argumen-argumen yang tidak relevan eksistensi diri juga sering dinyatakan
oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang- sidang mereka yang bertele-
tele, karena mereka merasa dirinya paling benar dan paling penting, setiap orang ingin
berbicara dan didengarkan.
• Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan
harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti
makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan.
Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian
dalam kepribadian: "mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan
persepsi luar, ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya, ia adalah
tempat transisi bagi perkembangan aktivitas internasional, bagi munculnya kemauan dari
kepasifan.
Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan
meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman,
simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial,
kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan
yang satu dengan perasaan yang lainnya. Karena itu, kita tidak mungkin. kita dapat mengenal
cinta bila kita pun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna pelecehan bila kita
tidak mengenal makna penghormatan.

2.4 Pengertian Komunikasi dalam Konteks Budaya


Komunikasi dan Kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat
perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia ber-
komunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu
menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah
selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat perhatian studi komunikasi pola-pola
tindakan, dan bagaimana makna serta pola- pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok
sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi
yang melibatkan interaksi antar manusia.
Budaya dapat dipengaruhi dan dibentuk oleh praktik komunikasi. Hedlund Giger &
Davidhizar 2007 mengatakan praktik komunikasi dalam kelompok budaya yang berbeda
dapat mempengaruhi ekspresi, ide, perasaan, pengambilan keputusan dan pencerminan
individu. Meskipun proses komunikasi bersifat universal, perawat harus menyadari bahwa
gaya dan jenis umpan balik komunikasi pada kelompok budaya tertentu akan memiliki suatu
keunikan. Banks dalam Giger & Davidhizar 2007 menjelaskan bahwa pola komunikasi yang
unik sering ditemukan di antara orang-orang dari kelompok etnis dan budaya yang sama.
Perawat diharapkan mampu untuk memahami keunikan komunikasi pada etnis tersebut
dengan cara memperlakukan pasien sebagai individu yang berbudaya (Giger & Davidhizar
2007). Komunikasi lintas budaya antara perawat dan pasien dapat dimulai dengan melakukan
proses identifikasi terhadap tata cara pelaksanaan komunikasi pada masyarakat yang berbeda
budaya. Perawat perlu memahami bahwa komunikasi lintas budaya mengajarkan adanya
perbedaan makna positif dan negatif pada kelompok budaya tertentu. Pemahaman tersebut
bertujuan untuk menghindari terputusnya proses komunikasi antara perawat dan pasien
(Efendi & Makhfudli 2009). Komunikasi antarbudaya menjelaskan proses komunikasi dan
masalah dalam suatu organisasi atau konteks sosial yang diciptakan oleh individu dari latar
belakang budaya, agama, sosial, etnis, dan pendidikan yang berbeda (Lauring 2011). Ketika
perawat menghadapi keanekaragaman budaya, komunikasi antar budaya sangat diperlukan
dalam asuhan keperawatan untuk mencapai komunikasi dan intervensi yang efektif
(Valizadeh et al. 2017). Perawat mencoba untuk membangun komunikasi antar budaya
dengan menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal guna mencapai pemahaman bersama.
Komunikasi nonverbal sangat penting untuk mengembangkan kepercayaan antara perawat
dan pasien dari berbagai budaya (Lorie et al. 2016).
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat berpikir, dan merasakan Budaya
merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya melalui tingkah laku, Bahasa,
pembawaan nilai, dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. Dalam keperawatan, budaya
mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai
situasi Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi pengaruh
budaya menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.
Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang gejala atau perasaan menderita
pada orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan diri atau ketika keinginan
menunjukkan emosi dan informasi psikologis pada orang lain Misalnya orang Amerika dan
Eropa lebih terbuka dan ingin mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi, sedangkan
orang Amerika Latin, Afrika. Asia enggan untuk mengemukakan informasi pribadi atau
keluarga pada orang asing seperti perawat atau dokter. Perbedaan bahasa juga dapat
merintangi komunikasi dan hubungan. Ketika perawat melakukan perawatan pada klien yang
berbicara dalam bahasa yang berbeda, mungkin diperlukan seorang penerjemah Selain untuk
kegiatan sosial atau untuk aktivitas perawatan penerjemah rumah sakit diperuntukkan bagi
anggota keluarga. Penerjemah rumah sakit umumnya memahami terminologi medis dan
dapat menyampaikan kebijakan dan prosedur rumah sakit.

2.5 Fungsi Komunikasi antar Budaya


a. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku
komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
•Menyatakan Identitas Sosial
•Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang
digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan
berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui
identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun
tingkat pendidikan seseorang.
•Menyatakan Integrasi Sosial
•Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang
sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi
antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka
integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses
pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki.
Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas
relasi mereka.
•Menambah Pengetahuan.
Sering kali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan
bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
•Melepaskan Diri atau Jalan Keluar.
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari
jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita
namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan
hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perilaku yang
berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang
lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.
Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada
perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
b. Fungsi Sosial
• Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara
komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam
setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa
yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita
meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
• Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara
dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka.
Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan,
keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan
makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk
komunikasi massa.
• Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai
kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
• Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya
menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu
Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

2.6 Hambatan komunikasi antar budaya dalam memberikan pelayanan


kesehatan kepada pasien
ada beberapa hambatan antarbudaya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien, antara lain:
1. Bahasa
Semua informan menganggap hambatan antarbudaya yang paling sering muncul dalam
pelayanan kesehatan dokter kepada pasien adalah mengenai bahasa. Banyak pasien yang
mereka jumpai setiap harinya yang sulit berkomunikasi dengan bahasa Indonesia atau bahkan
tidak bisa sama sekali, ada juga yang sulit berkomunikasi karena penyakit yang dideritanya.
Namun para informan cukup mampu sejauh ini mengatasi kendala bahasa tersebut dengan
menggunakan keterampilan berbahasa yang mereka miliki, kalau memang ada bahasa pasien
yang mereka tidak pahami, para dokter ini akan menanyakan langsung ke keluarga yang
mendampingi atau ke perawat yang menguasai bahasa tersebut atau bahkan memanggil jasa
penerjemah.
2. Pengalaman
Para perawat yang menjadi informan utama menyebutkan cara berkomunikasi dengan
pasien yang berbeda budaya biasanya tergantung pasien yang dilayani, ada yang tidak bisa
menggunakan kalimat baku, tidak bisa menggunakan bahasa atau istilah medis, perawat tidak
bisa kaku dan suasana komunikasi nya pun sebisa mungkin tidak formal. Jenis hambatan ini
terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap
individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda- beda dalam melihat sesuatu.
3. Hambatan Fisik
Hambatan fisik lainnya adalah faktor kelelahan yang dialami oleh kedua belah pihak, baik
perawat maupun pasien. Jumlah pasien yang sangat banyak membuat perawat harus
menjalani aktivitas pelayanan kesehatan dengan intensitas yang tinggi setiap harinya.
Demikian juga dengan pasien, selain itu, hambatan fisik berupa situasi dan kondisi
lingkungan ketika berkomunikasi dengan dokter juga merupakan salah satu hambatan
antarbudaya. Ruangan yang berisik dan panas, ramainya orang yang lalu-lalang juga
merupakan hambatan yang sering mempengaruhi pelayanan kesehatan.
4. Kompetisi
Kompetisi juga merupakan hambatan antarbudaya yang ditemui dalam penelitian ini.
Hambatan ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil
mendengarkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien sebagai informan tambahan,
ketika berkonsultasi dengan pasien, perawat sering mendengarkan keluhan pasien sambil
melakukan aktivitas lainnya, seperti mengisi status pasien atau sambil memeriksa fisik
pasien.
5. Non Verbal
Selain kondisi fisik, semua informan juga mengatakan bahwa ketika mereka
berkomunikasi dengan pasien, faktor-faktor seperti gesture, ekspresi wajah dan kontak mata
turut menjadi perhatian. Mereka mengatakan bahwa pasien harus dilihat secara keseluruhan
dari atas sampai bawah. Semua data ini nantinya akan mereka gabungkan bersama dengan
hasil pemeriksaan penunjang lainnya untuk penegakan diagnosa penyakit pasien. Ada kondisi
di mana pasien mengaku paham dengan penjelasan dokter, namun ekspresi wajah dan gerak
tubuhnya menyatakan sebaliknya atau menyatakan sehat namun wajahnya terlihat pucat. Jadi
dalam hal ini dokter harus mampu menganalisis kondisi pasien baik secara verbal maupun
non verbal. Demikian pula sebaliknya, komunikasi non verbal dokter juga menjadi hambatan
dalam pelayanan kesehatan dokter kepada pasien
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya adalah penting dalam keperawatan karena
mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan komunikasi satu sama lain dalam berbagai
situasi. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar
komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
Komunikasi yang digunakan terdiri dari visual, audio, audiovisual, dan sebagainya.
Seorang perawat dituntut dapat melakukan komunikasi bukan hanya dengan kata-kata,
tetapi juga dengan bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Perawat harus memahami
keanekaragaman budaya dan keyakinan pasien untuk dapat memberikan perawatan yang
efektif dan terapeutik.
Komunikasi yang efektif dalam konteks sosial dan budaya keperawatan dapat membantu
membangun hubungan yang baik antara perawat dan pasien, meningkatkan kepercayaan, dan
memperbaiki hasil perawatan

3.2 Saran
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya keperawatan sangat penting untuk
memahami pasien dan memberikan perawatan yang efektif oleh karena itu perawat harus
memahami keanekaragaman budaya dan kepercayaan pasien, menggunakan bahasa yang
mudah dipahami, mendengarkan dengan aktif, menghormati kepercayaan dan nilai budaya
pasien, menggunakan teknologi, dan menghindari mengasumsikan. Dengan cara ini, perawat
dapat membangun hubungan yang baik dengan pasien dan memberikan perawatan yang
efektif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani, Tutu April. Komunikasi Keperawatan: Komunkasi. Vol. 1. UMMPress, 2018.


2. Karmilah, S. (2019). Konsep Dan Dinamika Komunikasi Antarbudaya di Indonesia. Jurnal
Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 41-56.
3. Rindiantika, E. (2019). Hubungan Kompetensi Keperawatan Lintas Budaya Dengan
Komunikasi Terapeutik Perawat DI Rumah Sakit Daerah Dr. Soebandi Kabupaten Jember
(Doctoral dissertation, Fakultas Keperawatan Universitas Jember).
4.https://www.academia.edu/43201086/KOMUNIKASI_DALAM_KONTEKS_SOSIAL_D
AN_KERAGAMAN_BUDAYA_DAN_KEYAKINAN
5. https://www.slideshare.net/theshizuka11/komunikasi-keperawatan
6. https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/forum/discuss.php?d=7269

Anda mungkin juga menyukai