DOSEN PENGAMPU :
Ibu Ns. Fadliyana Eka Wati, M.Kep. Sp. Kep.An
DISUSUN OLEH :
NAMA : RINANTI AULIA RAHMAN
NIM : (G1B123079)
PRODI : ILMU KEPERAWATAN
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia yang telah diberikan, saya dapat menyusun makalah mengenai “Komunikasi dalam
konteks sosial dan budaya"
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu. Saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun membacanya. Saya juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada saya untuk membuat tugas makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
1. 3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi dalam konteks sosial
2. Mengetahui mengenai jenis komunikasi sosial
3. Mengetahui mengenai fungsi komunikasi dalam konteks sosia
4. Mengetahui mengenai deskripsi komunikasi dalam konteks budaya
5. Mengetahui mengenai fungsi komunikasi dalam konteks antar budaya
6. Mengetahui mengenai hambatan komunikasi antar budaya dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien?
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada dasarnya komunikasi merupakan sebuah instrumen yang dapat membantu antar
individu mencapai suatu tujuan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, pada
urusan pribadi maupun pekerjaan, yang berfungsi untuk memberikan kesan terbaik, mendapat
sebuah simpati, empati, keuntungan, serta menjadi sebuah taktik. Para ilmuan sosial
mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua
sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam:
pembentukan konsep diri, pernyataan eksistensi diri dan untuk kelangsungan hidup,
memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan
• Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya
adalah manusia, kita sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang di sekeliling kita
menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia.
• Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi
diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frasa filosof Prancis Rene
Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo Sum ("saya berpikir, maka saya ada")
menjadi "Saya berbicara, maka saya ada". Bila kita berdiam diri, orang lain akan
memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita berbicara, kita menyatakan
bahwa sebenarnya kita ada. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat pada
uraian penanya seminar.
Meskipun penanya sudah di ingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke
pokok permasalahan, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebar, menguliahi
hadirin, dengan argumen-argumen yang tidak relevan eksistensi diri juga sering dinyatakan
oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang- sidang mereka yang bertele-
tele, karena mereka merasa dirinya paling benar dan paling penting, setiap orang ingin
berbicara dan didengarkan.
• Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan
harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti
makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan.
Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian
dalam kepribadian: "mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan
persepsi luar, ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya, ia adalah
tempat transisi bagi perkembangan aktivitas internasional, bagi munculnya kemauan dari
kepasifan.
Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan
meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman,
simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial,
kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan
yang satu dengan perasaan yang lainnya. Karena itu, kita tidak mungkin. kita dapat mengenal
cinta bila kita pun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna pelecehan bila kita
tidak mengenal makna penghormatan.
3.1 Kesimpulan
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya adalah penting dalam keperawatan karena
mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan komunikasi satu sama lain dalam berbagai
situasi. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar
komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
Komunikasi yang digunakan terdiri dari visual, audio, audiovisual, dan sebagainya.
Seorang perawat dituntut dapat melakukan komunikasi bukan hanya dengan kata-kata,
tetapi juga dengan bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Perawat harus memahami
keanekaragaman budaya dan keyakinan pasien untuk dapat memberikan perawatan yang
efektif dan terapeutik.
Komunikasi yang efektif dalam konteks sosial dan budaya keperawatan dapat membantu
membangun hubungan yang baik antara perawat dan pasien, meningkatkan kepercayaan, dan
memperbaiki hasil perawatan
3.2 Saran
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya keperawatan sangat penting untuk
memahami pasien dan memberikan perawatan yang efektif oleh karena itu perawat harus
memahami keanekaragaman budaya dan kepercayaan pasien, menggunakan bahasa yang
mudah dipahami, mendengarkan dengan aktif, menghormati kepercayaan dan nilai budaya
pasien, menggunakan teknologi, dan menghindari mengasumsikan. Dengan cara ini, perawat
dapat membangun hubungan yang baik dengan pasien dan memberikan perawatan yang
efektif.
DAFTAR PUSTAKA