Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DALAM LINGKUNGAN SOSIAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu: Dr. M. Husni Ritonga, MA

Oleh:
Kelompok 7

Febri Shaleh Siregar 0105192011

M. Iqbal Isro’I 0105192029

Vrisya Dwi Tirabusky 0105192031

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Psikologi Komunikasi ini dengan pembahasan “Pengaruh
Hubungan Komunikasi Interpersonal dalam Lingkungan Sosial”.

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. M. Husni Ritonga, MA selaku
dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata, kami
berharap makalah tentang Pengaruh Hubungan Komunikasi Interpersonal dalam
Lingkungan Sosial ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Medan, 25 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2

A. Latar Belakang..............................................................................................2

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Komunikasi Interpersonal.............................................................................4

B. Dinamika Komunikasi Interpersonal............................................................5

C. Hubungan Keahlian Komunikasi Interpersonal dalam Komunikasi.............6

D. Hambatan Komunikasi Interpesonal...........................................................10

E. Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Interaksi di Lingkungan


Sosial..................................................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mampu melakukan interaksi merupakan anugerah yang tidak ternilai


harganya yang dimiliki setiap manusia, meski dalam kenyataanya banyak kendala
yang akan dihadapi tiap-tiap individu dalam melakukan interaksi melalui
komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka, sehingga
memungkinkan pesertanya dapat menangkap reaksi yang ditimbulkan. Hal ini
yang sering menjadi permasalahan saat dua individu atau lebih yang memiliki
kepribadian dan karakter berbeda saling melakukan interaksi, terkadang ada hal –
hal yang ditimbulkan dan menjadikan situasi menjadi tidak nyaman.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi
manusia dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari – hari
dimanapun manusia itu berada. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat vital
dalam keberlangsungan dan keberhasilan sebuah interaksi, baik dalam lingkungan
formal semisal organisasi/lembaga pendidikan maupun pada tataran interaksi pada
organisasi yang bersifat umum.
Dalan hal ini komunikasi yang efektif akan sangat menentukan
keberhasilan sebuah interaksi, serta kelangsungan hidup. Pentingnya komunikasi
bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu, juga halnya bagi suatu organisasi
ataupun lingkungan sosial. Dengan adanya komunikasi yang baik, interaksi di
lingkungan sosial dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu juga
sebalikmya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi dapat macet atau
berantakan.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Bagaimana dinamika dalam komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana hubungan keahlian komunikasi interpersonal dalam
komunikasi?
4. Apa saja hambatan dalam komunikasi interpersonal?
5. Bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap interaksi di
lingkungan sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi interpersonal
2. Untuk mengetahui dinamika komunikasi interpersonal
3. Untuk mengetahui hubungan keahlian komunikasi interpersonal dalam
komunikasi
4. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi interpersonal
5. Untukt mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap interaksi
di lingkungan sosial

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi ulama


dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu
sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu
percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini
membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan
berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan
realitas sosial.
Komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi,
itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi. Komunikasi
interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua
atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti
mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi non – verbal, dan banyak
lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan
komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi
seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang
terlibat dalam tindak komunikatif. Deddy Mulyana (2005) menyatakan:
“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal.”
Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda
tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi tersebut. Sebagai contoh,
jika seseorang berkomunikasi dengan anggota keluarga, bahwa komunikasi akan
lebih dari mungkin berbeda dari jenis komunikasi yang digunakan ketika terlibat
dalam tindakan komunikatif dengan teman atau lainnya.

4
Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan
langsung dan tidak langsung, media komunikasi langsung seperti tatap muka
interaksi, serta komputer – mediated – komunikasi. Sukses mengasumsikan
bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan dan memahami
pesan – pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan implikasi. Tujuan
komunikasi bisa jadi memberikan keterangan tentang sesuatu kepada penerima,
mempengaruhi sikap penerima, memberikan dukungan psikologis kepada
penerima, atau mempengaruhi penerima.

B. Dinamika Komunikasi Interpersonal

Menurut Hovland dan Lasswell dalam Rakhmad, Komunikasi


interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang memiliki dinamika
psikologis tertentu. Keberadaan komunikasi interpersonal mampu melahirkan pola
hubungan interaksional yang harmonis dan simbiosis. Bagi sebagian orang
komunikasi interpersonal berubah menjadi pola hubungan kekerabatan,
pertemanan dan persaudaraan. Para pelaku komunikasi dapat menjadikan dirinya
sebagai subjek sekaligus objek komunikasi.
Dinamika komunikasi interpersonal meliputi adanya kesadaran konteks
(lingkungan), pengelolaan bahasa alami, perangkat dunia maya, dan pembelajaran
statistik. Komunikasi interpersonal menghasilkan dinamika psikologis yang
mempengaruhi kerangka kerja dan perilaku hubungan interpersonal individu,
adapun dinamika psikologis yang terbentuk dari proses komunikasi interpersonal
ini meliputi kesadaran konteks lingkungan, pengelolaan bahasa informasi,
perangkat lunak mempergunakan efek dunia maya, serta mencapai teori belajar
statistik, dan kemudian individu akan memiliki pemahaman dan penafsiran
terhadap bahasa statistik dari kode, pengalih sandian informasi dan berakhir pada
munculnya perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi. Untuk mengukur dinamika
psikologis dari komunikasi interpersonal dijabarkan dalam lima dimensi yaitu
keterbukaan, empati, sikap suportif, sikap positif dan kesetaraan, yang nantinya
akan dijabarkan dalam beberapa indikator.

5
C. Hubungan Keahlian Komunikasi Interpersonal dalam Komunikasi

Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang


tersebut akan berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam
komunikasi interpersonal melalui konsep diri. Konsep diri sangat penting
dilakukan agar kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai
dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder
terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi hubungan dengan komunikan menjadi
rusak.
DeVito (1992) memandang komunikasi interpersonal yang efektif
berdasarkan humanistic model dan pragmatic model. Humanistic model (soft
approach) menunjukkan bahwa kualitas komunikasi interpersonal yang efektif
ditentukan oleh lima faktor, yaitu:

1. Openness (Keterbukaan)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif
harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah
berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak
acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap
orang lain.

6
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung
jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti
orang pertama tunggal).

2. Empathy (Empati)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai
”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut   pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan
berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,
berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan
cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati
baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat
mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2)
konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.

3. Supportiveness (Sikap Mendukung)


Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang
perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang
terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)

7
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3)
provisional, bukan sangat yakin.

4. Positiveness (Sikap Positif)


Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi
interpersonal dengam sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif
dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika
seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua,
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Equality (Kesetaraan)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah
seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau
lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-
benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini,
komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan
interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan
konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu
saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti
kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan
meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.

8
Pragmatic model (behavioural) atau disebut juga sebagai pendekatan keras
(hard approach) atau (competence model) fokus pada perilaku tertentu yang harus
digunakan oleh pelaku komunikasi interpersonal baik sebagai pembicara maupun
sebagai pendengar apabila ingin efektif. Pendekatan ini pun menyatakan ada lima
kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:

1. Confidence (percaya diri), maksudnya adalah para pelaku komunikasi


interpersonal harus memilki rasa percaya diri secara sosial (social
confidence).
2. Immediacy, merujuk pada situasi adanya perasaan kebersamaan antara
pembicara dan pendengar (oneness). Immediacy ditunjukan dengan sikap
memperhatikan, menyenangi, dan tertarik pada lawan bicara
3. Interaction management, maksudnya adalah kemampuan untuk
mengontrol interaksi demi memuaskan kedua belah pihak pelaku
komunikasi.
4. Expressiveness, maksudnya adalah kemampuan untuk secara sungguh –
sungguh terlibat dalam proses komunikasi.
5. Other orientation, maksudnya adalah kemampuan untuk beradaptasi
dengan orang lain selama proses komunikasi interpersonal berlangsung.

Butir – butir di atas menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki agar


suatu proses komunikasi interpersonal berjalan efektif. Idealnya semua
kemampuan tersebut harus dimiliki oleh para pelaku komunikasi interpersonal.
Namun, DeVito (1992) memberikan peringatan bahwa dalam menerapkan
kemampuan tersebut, setiap situasi komunikasi dan aspek budaya yang berbeda
pada pelaku komunikasi. Jadi aturan – aturan komunikasi interpersonal yang
efektif tersebut harus diterapkan secara fleksibel.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan personal, tetapi dengan
mengikuti ikhtisar dari Coleman dan Hammen. Model – model tersebut antara
lain:

1. Model Pertukaran Sosial

9
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
2. Model Peranan Masyarakat
Model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah
dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap
individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan,
memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan
kerancunan peranan.
3. Model Permainan
Dalam model ini, orang – orang berhubungan dalam bermacam –
macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian
kepribadian manusia.
4. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat – sifat struktural, integratif, dan medan.
Semua sistem terdiri dari subsistem – subsisitem yang saling bergantung
dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.

Pola – pola komunikasi interpersonal mempuanyai efek yang berlainan


pada hubungan interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering
orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, semakin baik
hubungan mereka. Yang menjadi persoalan bukanlah berapa kali komunikasi
dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Faktor – faktor yang
menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah
percaya, kejujuran, sikap suportif.

D. Hambatan Komunikasi Interpesonal

Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah hambatan – hambatan


yang biasanya terjadi di dalam komunikasi antar pribadi, sebagai berikut:

10
1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar. Pengalaman –
pengalaman masa lampau mengarahkan seseorang untuk mendengarkan
sesuatu hal yang memang diharapkannya. Sebagai contoh, seorang pekerja
yang telah terbiasa dikritik akan tetap merasa dikritik meskipun atasannya
mengungkapkan kata – kata yang bersifat memuji.
2. Mengabaikan informasi – informasi yang bertentangan dengan yang
diketahui. Apabila kita mendengar pesan yang berbeda dengan pengertian
kita terdahulu, kita cenderung mengabaikan pesan itu daripada merubah
gagasan kita atau mencari penjelasan yang lain.
3. Mengevaluasi sumber, arti yang kita tegaskan pada suatu pesan sangat
dipengaruhi oleh penilaian kita terhadap sumber.
4. Pengamatan yang berbeda. Kata – kata, tindakan, dan kejadian –
kejadian akan diamati berdasarkan nilai – nilai individual dan pengalaman
dari penerima.
5. Tanda – tanda nonverbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah,
dan postur badan dapat membantu atau mengganggu komunikasi.
6. Pengaruh perasaan. Kehidupan perasaan yang mendominasi (misalnya 
marah, takut, gembira dsb) akan mempengaruhi interprestasi terhadap
pesan-pesan yang diterima

E. Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Interaksi di Lingkungan


Sosial

Komunikasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses


interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi pada saat interaksi sosial adalah
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi dari individu ke individu lain maupun lebih secara tatap muka dengan
tujuan antar individu memahami pesan yang disampaikan.
Individu dalam berkomunikasi interpersonal tidaklah selalu berjalan
efektif. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila mengandung ciri
– ciri seperti adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan
antar satu sama lain. Individu yang berhasil dalam komunikasi interpersonal maka

11
akan menjadikan hubungann yang menyenangkan, keakraban, kehangatan, dan
saling mengerti dan memahami antar satu sama lain. Namun begitu dengan
sebaliknya.
Sebagimana pendapat Vance Packard dalam Rakhmat mengemukakan
bahwa apabila seseorang gagal dalam berkomunikasi interpersonal maka yang
akan terjadi adalah ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, dan
menderita flight syndrome atau ingin melarikan diri dari lingkungannya.
Kegagalan dalam komunikasi interpersonal dapat menumbuhkan hubungan sosial
yang kurang baik. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan adanya perselisihan
dan pertentangan antar kedua belah pihak sehingga tidak terjalin interaksi diantara
pihak tersebut.
Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan individu dalam komunikasi
interpersonal akan berpengaruh pada interaksi sosial yang dijalinnya. Semakin
efektif komunikasi interpersonal maka akan semakin baik pula interaksi yang
terjalin di lingkungan sosial. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi interpersonal
yang baik dalam menjalin interaksi sosial dengan yang lainnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Deddy Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi antarpribadi


(interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang – orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.”
Dinamika komunikasi interpersonal meliputi adanya kesadaran konteks
(lingkungan), pengelolaan bahasa alami, perangkat dunia maya, dan pembelajaran
statistik. Komunikasi interpersonal menghasilkan dinamika psikologis yang
mempengaruhi kerangka kerja dan perilaku hubungan interpersonal individu,
adapun dinamika psikologis yang terbentuk dari proses komunikasi interpersonal
ini meliputi kesadaran konteks lingkungan, pengelolaan bahasa informasi,
perangkat lunak mempergunakan efek dunia maya, serta mencapai teori belajar
statistik, dan kemudian individu akan memiliki pemahaman dan penafsiran
terhadap bahasa statistik dari kode, pengalih sandian informasi dan berakhir pada
munculnya perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi.
Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah hambatan – hambatan
yang biasanya terjadi di dalam komunikasi antar pribadi, sebagai berikut:

1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar


2. Mengabaikan informasi – informasi yang bertentangan dengan yang
diketahui.
3. Pengamatan yang berbeda
4. Tanda – tanda nonverbal yang tidak sesuai
5. Pengaruh perasaan

Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang


tersebut akan berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam
komunikasi interpersonal melalui konsep diri. Konsep diri sangat penting
dilakukan agar kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai

13
dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder
terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi hubungan dengan komunikan menjadi
rusak
Keberhasilan individu dalam komunikasi interpersonal akan berpengaruh
pada interaksi sosial yang dijalinnya. Semakin efektif komunikasi interpersonal
maka akan semakin baik pula interaksi yang terjalin di lingkungan sosial. Oleh
karena itu dibutuhkan komunikasi interpersonal yang baik dalam menjalin
interaksi sosial dengan yang lainnya.

B. Saran

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang atau


sekelompok kecil yang saling memberikan ide, pengertian, wawasan, ataupun
pendapat yang mengharapkan adanya reaksi atau umpan balik positif dari
penerima pesan. Diharapkan dalam kehidupan sehari – hari kita melakukan
komunikasi, kejelasan, keterbukaan, dan bahasa yang sopan santun harus
ditingkatkan untuk menjalin komunikasi di lingkungan sosial.
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan
penulis yang masih minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai
kekurangan. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis berharap serta bersedia
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, guna untuk
menambah wawasan penulisan dan memperbaiki makalah ini kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogakarta: Graha Ilmu.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Jalaludin, Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Pearce, W.B. 1973. Consensual Rule in Interpersonal Communications and


Relationship. Journal of Communication, No. 23.

Rakhmat, Jallaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: UNNES Press.

15

Anda mungkin juga menyukai