Oleh:
Kelompok 7
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. M. Husni Ritonga, MA selaku
dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata, kami
berharap makalah tentang Pengaruh Hubungan Komunikasi Interpersonal dalam
Lingkungan Sosial ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Komunikasi Interpersonal.............................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Bagaimana dinamika dalam komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana hubungan keahlian komunikasi interpersonal dalam
komunikasi?
4. Apa saja hambatan dalam komunikasi interpersonal?
5. Bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap interaksi di
lingkungan sosial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi interpersonal
2. Untuk mengetahui dinamika komunikasi interpersonal
3. Untuk mengetahui hubungan keahlian komunikasi interpersonal dalam
komunikasi
4. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi interpersonal
5. Untukt mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap interaksi
di lingkungan sosial
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Interpersonal
4
Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan
langsung dan tidak langsung, media komunikasi langsung seperti tatap muka
interaksi, serta komputer – mediated – komunikasi. Sukses mengasumsikan
bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan dan memahami
pesan – pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan implikasi. Tujuan
komunikasi bisa jadi memberikan keterangan tentang sesuatu kepada penerima,
mempengaruhi sikap penerima, memberikan dukungan psikologis kepada
penerima, atau mempengaruhi penerima.
5
C. Hubungan Keahlian Komunikasi Interpersonal dalam Komunikasi
1. Openness (Keterbukaan)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif
harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah
berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak
acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap
orang lain.
6
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung
jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti
orang pertama tunggal).
2. Empathy (Empati)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai
”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan
berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,
berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan
cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati
baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat
mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2)
konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
7
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3)
provisional, bukan sangat yakin.
5. Equality (Kesetaraan)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah
seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau
lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-
benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini,
komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan
interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan
konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu
saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti
kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan
meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
8
Pragmatic model (behavioural) atau disebut juga sebagai pendekatan keras
(hard approach) atau (competence model) fokus pada perilaku tertentu yang harus
digunakan oleh pelaku komunikasi interpersonal baik sebagai pembicara maupun
sebagai pendengar apabila ingin efektif. Pendekatan ini pun menyatakan ada lima
kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
9
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
2. Model Peranan Masyarakat
Model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah
dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap
individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan,
memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan
kerancunan peranan.
3. Model Permainan
Dalam model ini, orang – orang berhubungan dalam bermacam –
macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian
kepribadian manusia.
4. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat – sifat struktural, integratif, dan medan.
Semua sistem terdiri dari subsistem – subsisitem yang saling bergantung
dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
10
1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar. Pengalaman –
pengalaman masa lampau mengarahkan seseorang untuk mendengarkan
sesuatu hal yang memang diharapkannya. Sebagai contoh, seorang pekerja
yang telah terbiasa dikritik akan tetap merasa dikritik meskipun atasannya
mengungkapkan kata – kata yang bersifat memuji.
2. Mengabaikan informasi – informasi yang bertentangan dengan yang
diketahui. Apabila kita mendengar pesan yang berbeda dengan pengertian
kita terdahulu, kita cenderung mengabaikan pesan itu daripada merubah
gagasan kita atau mencari penjelasan yang lain.
3. Mengevaluasi sumber, arti yang kita tegaskan pada suatu pesan sangat
dipengaruhi oleh penilaian kita terhadap sumber.
4. Pengamatan yang berbeda. Kata – kata, tindakan, dan kejadian –
kejadian akan diamati berdasarkan nilai – nilai individual dan pengalaman
dari penerima.
5. Tanda – tanda nonverbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah,
dan postur badan dapat membantu atau mengganggu komunikasi.
6. Pengaruh perasaan. Kehidupan perasaan yang mendominasi (misalnya
marah, takut, gembira dsb) akan mempengaruhi interprestasi terhadap
pesan-pesan yang diterima
11
akan menjadikan hubungann yang menyenangkan, keakraban, kehangatan, dan
saling mengerti dan memahami antar satu sama lain. Namun begitu dengan
sebaliknya.
Sebagimana pendapat Vance Packard dalam Rakhmat mengemukakan
bahwa apabila seseorang gagal dalam berkomunikasi interpersonal maka yang
akan terjadi adalah ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, dan
menderita flight syndrome atau ingin melarikan diri dari lingkungannya.
Kegagalan dalam komunikasi interpersonal dapat menumbuhkan hubungan sosial
yang kurang baik. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan adanya perselisihan
dan pertentangan antar kedua belah pihak sehingga tidak terjalin interaksi diantara
pihak tersebut.
Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan individu dalam komunikasi
interpersonal akan berpengaruh pada interaksi sosial yang dijalinnya. Semakin
efektif komunikasi interpersonal maka akan semakin baik pula interaksi yang
terjalin di lingkungan sosial. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi interpersonal
yang baik dalam menjalin interaksi sosial dengan yang lainnya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder
terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi hubungan dengan komunikan menjadi
rusak
Keberhasilan individu dalam komunikasi interpersonal akan berpengaruh
pada interaksi sosial yang dijalinnya. Semakin efektif komunikasi interpersonal
maka akan semakin baik pula interaksi yang terjalin di lingkungan sosial. Oleh
karena itu dibutuhkan komunikasi interpersonal yang baik dalam menjalin
interaksi sosial dengan yang lainnya.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15