Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI VERBAL, NON-VERBAL, SERTA HUBUNGAN


INTERPERSONAL YANG BAIK & BURUK DAN
PERMASALAHAN YANG ADA DI MASYARAKAT
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah sosiologi masyarakat
Dosen pengampuh : Walyono., M.Psi

Oleh:
Kelompok 5
Anggi Diah Wardani (228600283)
Aulia Nazwa (228600278)
Dinda Amanda (228600286)
Hosanna (228600290)
Safnah Sahara (228600289)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
T.A. 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Komunikasi
Verbal, non-Verbal, serta Hubungan Interpersonal yang Baik & Buruk dan
Permasalahan yang ada di Masyarakat“ dalam bentuk maupun isi yang sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Medan, 20 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Definisi Komunikasi...........................................................................................2
B. Komunikasi Verbal & non-Verbal.....................................................................2
C. Hubungan Interpersonal yang Baik dan Buruk dengan Komunikasi.................9
D Permasalahan Apa Saja yang ada di Masyarakat.............................................10
BAB III PENUTUPAN...............................................................................................12
A KESIMPULAN................................................................................................12
B SARAN.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi


kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang
dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak
dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat viral bagi kehidupan
manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap
komunikasi.
Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi
yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan.
Komunikasi verbal menepati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran
atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal.
Komunikasi non verbal (non verbal communication) menempati porsi
penting banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikator tidak
menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan.
Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai
suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang,
benci, cinta, kangen dan berbagai macam lainnya.
Hubungan Interpersonal dapat dibangun di mana saja bahkan di kegiatan
sehari – hari kita, namun tidak banyak orang mengerti, bagaimana membangun
hubungan yang memerlukan interaksi antara dua orang atau lebih ini, dan bisa
medatangkan berbagai manfaat bagi kita. Dimulai dari keputusan seseorang
terhadap sikap orang lain, di mana hal tersebut dapat menunjukkan rasa suka atau
benci seseorang, dan akan berpengaruh pada interaksi tersebut. Interaksi sosail ini
memerlukan relasi atau kesamaan kepentingan, agar bisa dibangun bersama.
Hubungan interpersonal adalah sebuah hubungan yang terjalin antara
pribadi satu dengan pribadi lainnya. Atau bisa di definisikan sebagai asosiasi
sosial, koneksi, atau afiliasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih. Contoh
hubungan interpersonal yang yang baik mungkin dapat menggambarkannya adalah
hubungan kerja secara profesional, di mana orang – orang bekerja di bawah
perusahaan tersebut memiliki kepentingan yang sama, sehingga menjaga
komunikasi antar dua arah yang baik. Sedangkan gambaran hubungan
interpersonal yang buruk adalah salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain. Maka hubungan interpersonal menjadi retak
karena masalah yang terjadi di antara kedua pihak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Komunikasi ?
2. Apa pengertian dari Komunikasi Verbal dan non verbal ?
3. Apa saja jenis – jenis komunikasi verbal dan non verbal ?
4. Apa hubungan Interpersonal yang baik dan buruk dengan komunikasi?
5. Dalam hubungan interpersonal, permasalahan apa saja yang ada di masyarakat ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi komunikasi.
2. Mengetahui pengertian komunikasi verbal dan non-verbal.
3. Mengetahui jenis – jenis komunikasi verbal dan non verbal.
4. Mengetahui hubungan interpersonal yang baik dan buruk dengan komunikasi.
5. Mengetahui permasalahan yang ada di dalam masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi
Komunikasi memiliki peran penting dalam dunia ini. Komunikasi bahkan
sanggup untuk menyentuh segala aspek kehidupan. Manusia sebagai makhluk
sosial, hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan
berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain dengan cara komunikasi.
Hampir sebagian besar kegiatan manusia selalu berkaitan dengan komunikasi.
Semuanya membutuhkan komunikasi.
Komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar sesama manusia.
Proses komunikasi memiliki beberapa unsur, yaitu: pengirim pesan (komunikator);
penerima pesan (komunikan); saluran/media; pesan itu sendiri; timbal balik
terhadap pesan yang diterima. Hal ini sesuai dengan apa yang dibuat oleh David
K. Berlo ditahun 1960-an yang membuat formula komunikasi yang dikenal dengan
“SMCR”, yaitu Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran media) dan
Receiver (penerima). (Fajar, 2009)

B. Komunikasi Verbal & non-Verbal


1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik
itu secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak dipakai dalam
hubungan antar manusia, untuk mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan
dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
 Unsur dalam Komunikasi Verbal
Unsur penting dalam komunikasi verbal, dapat berupa kata dan bahasa. (Hafied,
2007)
1. Kata
Kata merupakan lambang terkecil dari bahasa. Kata merupakan lambang yang
mewakili sesuatu hal, baik itu orang, barang, kejadian, atau keadaan. Makna
kata tidak ada pada pikiran orang.(Julia, 2009) Tidak ada hubungan langsung
antara kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran
orang. Komunikasi verbal merupakan sebuah bentuk komunikasi yang
diantarai (mediated form of communication). Seringkali kita mencoba
membuat kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan
kata. Kata - kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati
maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi'
(shared) di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.

2. Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah
bahasa lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik.(Agus, 2003) Bahasa
memiliki tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi
yang efektif. Fungsi itu digunakan untuk mempelajari dunia sekitarnya,
membina hubungan yang baik antar sesama dan menciptakan ikatan-ikatan
dalam kehidupan manusia. Terdapat teori yang membicarakan sehingga orang
bisa memiliki kemampuan berbahasa, diantarnya:
a. Operant Conditioning Theory yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini
menekankan adanya unsur rangsangan (stimulus) serta tanggapan
(response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. Teori ini menyatakan jika

2
satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan
memberi reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang
tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
b. Cognitive Theory yang dikembangkan oleh Noam Chomsky, yang
menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah
pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
c. Mediating Theory atau teori penengah, yang dikembangkan oleh Charles
Osgood. Teori ini menyatakan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan
(stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses
internal yang terjadi dalam dirinya.

 Jenis Komunikasi Verbal


Jenis komunikasi verbal ada beberapa macam, yaitu:
1. Berbicara dan menulis
Berbicara adalah komunikasi verbal vocal, sedangkan menulis adalah
komunikasi verbal non vocal. Presentasi dalam rapat adalah contoh dari
komunikasi verbal vocal. Surat menyurat adalah contoh dari komunikasi
verbal non vocal.
2. Mendengarkan dan membaca
Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar
mengandung arti hanya mengambil getaran bunyi, sedangkan
mendengarkan adalah mengambil makna dari apa yang didengar.
Mendengarkan melibatkan unsur mendengar, memperhatikan,
memahami dan mengingat. Membaca adalah satu cara untuk
mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
 Karakteristik Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Jelas dan Ringkas
Berlangsung sederhana, pendek dan langsung. Bila kata-kata yang
digunakan sedikit, maka terjadinya kerancuan juga masin sedikit.
Berbicara secara lambat dan pengucapan yang jelas akan membuat kata
tersebut makin mudah dipahami.
2. Perbendaharaan kata
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh seseorang akan
meningkatkan keberhasilan komunikasi. Komunikasi tidak akan berhasil
jika pengirim pesan tidak mampu menterjemahkan kata dan uacapan.
3. Arti konotatif dan denotative
Makna konotatif adalah pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam
suatu kata, sedangkan arti denotative adalah memberikan pengertian
yang sama terhadap kata yang digunakan.
4. Intonasi
Seorang komunikator mampu mempengaruhi arti pesan melalui nada
suara yang dikirimkan. Emosi sangat berperan dalam nada suara ini.
5. Kecepatan berbicara
Keberhasilan komunikasi dipengaruhi juga oleh kecepatan dan tempo
bicara yang tepat. Kesan menyembunyikan sesuatu dapat timbul bila
dalam pmbicaraan ada pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan.
6. Humor
Humor dapat meningkatkan keberhasilan dalam memberikan dukungan
emosi terhadap lawan bicara. Tertawa membantu mengurangi
ketegangan pendengar sehingga meningkatkan keberhasilan untuk
mendapat dukungan.

3
1) Komunikasi non-Verbal
Manusia berkomunikasi menggunakan kode verbal dan nonverbal. Kode
nonverbal disebut isyarat atau bahasa diam (silent language). Melalui
komunikasi nonverbal kita bisa mengetahui suasana emosional seseorang,
apakah ia sedang bahagia, marah, bingung, atau sedih. Kesan awal kita
mengenal seseorang sering didasarkan pada perilaku nonverbalnya, yang
mendorong kita untuk mengenal lebih jauh.
Komunikasi non-verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesan-
pesan non-verbal sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Pesan atau simbol-
simbol non-verbal sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal.
Bahasa verbal sealur dengan bahasa non-verbal, contoh ketika kita mengatakan
“ya” pasti kepala kita mengangguk. Komunikasi non-verbal lebih jujur
mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan. Komunikasi non-
verbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Komunikasi non-
verbal bersifat tetap dan selalu ada.

 Jenis Komunikasi Non-Verbal


Komunikasi non-verbal memiliki beberapa jenis yaitu:
1. Sentuhan (haptic)
Sentuhan atau tactile message, merupakan pesan non-verbal, nonvisual,
dan nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu
menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang
melalui sentuhan.
2. Komunikasi Objek
Penggunaan komunikasi objek yang paling sering adalah penggunaan
pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya,
walaupun ini termasuk bentuk penilaian terhadap seseorang hanya
berdasarkan persepsi. Contohnya dapat dilihat pada penggunaan seragam
oleh pegawai sebuah perusahaan, yang menyatakan identitas perusahaan
tersebut.
3. Kronemik
Kronemik merupakan bagaimana komunikasi non-verbal yang dilakukan
ketika menggunakan waktu, yang berkaitan dengan peranan budaya
dalam konteks tertentu. Contohnya Mahasiswa menghargai waktu. Ada
kalanya kita mampu menilai bagaimana mahasiswi/mahasiswa yang
memanfaatkan dan mengaplikasikan waktunya secara tepat dan efektif.
4. Gerakan Tubuh (Kinestetik)
Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau
frasa. Beberapa bentuk dari kinestetik yaitu:
a) Emblem, yaitu gerakan tubuh yang secara langsung dapat
diterjemahkan kedalam pesan verbal tertentu. Biasanya berfungsi untuk
menggantikan sesuatu. Misalnya, menggangguk sebagai tanda setuju;
telunjuk di depan mulut tanda jangan berisik.
b) Ilustrator, yaitu gerakan tubuh yang menyertai pesan verbal untuk
menggambarkan pesan sekaligus melengkapi serta memperkuat pesan.
Biasanya dilakukan secara sengaja. Misalnya, memberi tanda dengan
tangan ketika mengatakan seseorang gemuk/kurus.
c) Affect displays, yaitu gerakan tubuh khususnya wajah yang
memperlihatkan perasaan dan emosi. Seperti misalnya sedih dan gembira,
lemah dan kuat, semangat dan kelelahan, marah dan takut. Terkadang
diungkapkan dengan sadar atau tanpa sadar. Dapat mendukung atau
berlawanan dengan pesan verbal.
d) Regulator, yaitu gerakan non-verbal yang digunakan untuk mengatur,
memantau, memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain.
Regulator terikat dengan kultur dan tidak bersifat universal. Misalnya,

4
ketika kita mendengar orang berbicara,kita menganggukkan kepala,
mengkerutkan bibir, dan fokus mata.
e) Adaptor, yaitu gerakan tubuh yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan fisik dan mengendalikan emosi. Dilakukan bila seseorang
sedang sendirian dan tanpa disengaja. Misalnya, menggigit bibir,
memainkan pensil ditangan, garuk-garuk kepala saat sedang cemas dan
bingung.

 Fungsi Komunikasi Non-verbal


Mark Knapp (1978) menyebut bahwa kode nonverbal dalam berkomunikasi
memiliki fungsi untuk:
1. Repeating (Repetisi), yaitu mengulang kembali pesan yang disampaikan
secara verbal. Contohnya mengangguk kepala ketika mengatakan ‘Iya’
dan menggelengkan kepala ketika mengatakan ‘Tidak’.
2. Substituting (Substitusi), yaitu mengantikan lambang-lambang verbal.
Contohnya menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan
menghadap depan sebagai penganti kata ‘Tidak’ saat pedagang
menghampiri anda. kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata
"menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk
huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan. Menyatakan rasa haru
tidak dengan kata-kata, melainkan dengan mata yang berlinang-linang.
3. Contradicting (Kontradiksi), yaitu menolak pesan verbal atau
memberikan makna lain terhadap pesan verbal. Contohnya seorang suami
mengatakan ‘Bagus’ ketika dimintai komentar istrinya mengenai baju
yang baru dibelinya sambil matanya terus terpaku pada koran yang
sedang dibacanya.
4. Complementing (Komplemen), yaitu melengkapi dan memperkaya
pesan maupun makna nonverbal. Contohnya melambaikan tangan saat
mengatakan selamat jalan.
5. Accenting (Aksentuasi), yaitu menegaskan pesan verbal atau mengaris
bawahinya. Contohnya Mahasiswa membereskan buku-bukunya atau
melihat jam tangan ketika jam kuliah berakhir atau akan berakhir,
sehingga dosen sadar diri dan akhirnya menutup kuliahnya.
Dalam perkembangannya, fungsi komunikasi nonverbal dipandang
sebagai pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah fungsi
pemrosesan informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi holistik mencakup
identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan, muslihat, emosi dan
struktur percakapan. komunikasi nonverbal terutama berfungsi
mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha supaya orang lain
dapat melakukan apa yang kita perintahkan.
Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut
dapat diturunkan dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan,
kontrol terhadap perilaku orang lain, ketertarikan atau kesenangan,
penolakan atau ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif, peragaan
informasi afektif, penipuan diri (self-deception) dan muslihat terhadap orang
lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang
sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat
dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat
beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna
mencapai komunikasi yang efektif.
 Karakteristik Komunikasi Non-verbal
Komunikasi nonverbal memiliki karakteristik yang bersifat universal,
diantaranya:

5
1. Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja/tidak disengaja untuk
mengkomuniasikan sesuatu sehingga pesan yang ada bisa diterima
secara sadar. Contoh mahasiswa memandang keluar jendela saat kuliah
yang menunjukkan perasaan bosan.
2. Kesamaan perilaku, yaitu kesamaan perilaku nonverbal antara 1 orang
dengan orang lain. Secara umum bisa dilihat pada gerak tangan, cara
duduk, berdiri, suara , pola bicara, kekerasan suara, cara diam
3. Artifaktual, yaitu komunikasi nonverbal bisa juga dalam bentuk artefak
seperti cara berpakaian, tata rias wajah, alat tulis, mobil, rumah, perabot
rumah & cara menatanya, barang yang dipakai seperti jam tangan.
4. Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks.
membantu tentukan makna dari setiap perilaku non verbal. Misalnya,
memukul meja saat pidato akan berbeda makna dengan memukul meja
saat dengar berita kematian.
5. Paket, yaitu bahasa nonverbal merupakan sebuah paket dalam satu
kesatuan. Paket nonverbal jika semua bagian tubuh bekerjasama untuk
komunikasikan makna tertentu. Harus dilihat secara keseluruhan (paket)
dari perilaku tersebut Contoh : ada cewek lewat kemudian kedipkan
mata. Gabungan paket verbal dan nonverbal, misalnya marah secara
verbal disertai tubuh & wajah menegang, dahi berkerut. Hal yang wajar
jadi tidak diperhatikan. Dikatakan tidak satu paket bila menyatakan
“Saya senang berjumpa dengan anda” (verbal) tapi hindari kontak mata
atau melihat/ mencari orang lain (non verbal).
6. Dapat dipercaya, Pada umumnya kita cepat percaya perilaku non
verbal. Verbal & non verbal haruslah konsisten. Ketidak konsistenan
akan tampak pada bahasa nonverbal yang akan mudah diketahui orang
lain. Misalnya seorang pembohong akan banyak melakukan gerakan-
gerakan tidak disadari saat ia berbicara.
7. Dikendalikan oleh aturan, sejak kecil kita belajar kaidah-2 kepatutan
melalui pengamatan perilaku orang dewasa. Misalnya: Mempelajari
penyampaian simpati (kapan, dimana, alasan) atau menyentuh (kapan,
situasi apa yang boleh atau tidak boleh).
Dari komunikasi yang kita lakukan, komunikasi verbal hanya memiliki
porsi 35% , sisanya 65% adalah komunikasi nonverbal. Bahasa yang umum
digunakan dalam komunikasi verbal itu memiliki lebih banyak keterbatasan
dibandingkan dengan komunikasi nonverbal. Keterbatasan tersebut
dipengaruhi oleh faktor integritas, faktor, budaya, faktor pengetahuan, faktor
kepribadian, faktor biologis dan faktor pengalaman. Komunikasi verbal dan
nonverbal itu saling melengkapi satu sama lain. Meskipun beda cara maupun
bentuk tetap saja tujuan utama dari komunikasi verbal dan nonverbal itu sama
yaitu bertujuan untuk menyampaikan pesan untuk mendapatkan respon,
timbal balik maupun efek.
 PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL
Komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan yang mendasar.
Perbedaan pertama dapat kita lihat dari pernyataan Anderson (1990 yang
menyatakan bahwa “nonverbal communication is perceived as more honest. If
verbal and nonverbal behaviors are inconsistent, most people trust the
nonverbal behavior. There is little evidence that nonverbal behavior actually is
more trustworthy than verbal communication; after all, we often control it quite
consciously. Nonetheless, it is perceived as more trustworthy”. Pernyataan
diatas menyatakan bahwa ada perbedaan antara kedua sistem komunikasi.
Pertama, komunikasi nonverbal yang dianggap lebih jujur. Jika muncul perilaku
verbal dan nonverbal yang tidak konsisten, kebanyakan orang percaya perilaku
nonverbal. Ada beberapa bukti menyatakan bahwa perilaku nonverbal
sebenarnya lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal, walaupun kita

6
sering mengontrolnya cukup sadar. Namun, komunikasi nonverbal dianggap
lebih dapat dipercaya.
Perbedaan kedua komunikasi nonverbal memiliki saluran yang banyak.
komunikasi verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan
yang diterima melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis dapat
dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi. Kami sering menerima
komunikasi non-verbal secara bersamaan melalui dua atau lebih saluran, seperti
ketika kita merasa dan melihat pelukan sambil mendengar berbisik "I love you".
Perbedaan ketiga, komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi
nonverbal berlangsung terus menerus. Simbol verbal mulai dan berhenti secara
bergantian. Saat seseorang mulai berbicara pada satu saat dan berhenti
berbicara saat yang lain. Komunikasi nonverbal cenderung mengalir terus.
Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan perasaan
kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan mengkomunikasikan penampilan,
dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah, mungkin santai).(Faisal, 2010)
Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama
untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-
perbedaan. Menurut Don Stacks, ada tiga perbedaan utama diantara komunikasi
verbal dan non verbal, yaitu :
1. Kesengajaan (intentionality)
Perbedaan utama komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi
mengenai niat (intent). Niat menjadi lebih penting ketika kita membicarakan
lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner
menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan
tersebut dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan diterima oleh penerima
secara sengaja pula. Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat.
Komunikasi non-verbal cenderung dilakukan dengan tidak sengaja.
Komunikasi non-verbal juga mengarah pada norma-norma yang berlaku.
Sebagai contoh, norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua
berpakaian, namun berapa sering kita dengan sengaja berpakaian untuk
sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar
terhadap penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup
untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.
2. Perbedaan simbolik (symbolic differences)
Niat dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi.
Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin
akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya berpakaian
dengan warna merah akan diberi makna sebagai orang yang berani).
Komunikasi verbal merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai.
Pada komunikasi verbal kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap
makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita
gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga
komunikasi verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi' di antara orang-
orang yang terlibat di dalamnya. Sebaliknya, komunikasi non-verbal lebih
alami, sebagai perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian
menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding
bahasa non-verbal yang bersifat implisit. Isyarat-isyarat verbal dapat
didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan,
namun komunikasi non-verbal hanya memiliki penjelasan yang samar-samar
dan informal. Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat bahwa ada
ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda
merupakan representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. Tanda
adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Lambang merupakan sesuatu yang
ditempatkan pada sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan tanda
melalui abstraksi. Apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda

7
(sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk
menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol).
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa non-verbal, karena dapat
dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang
berubah-ubah. Bahasa non-verbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami
seperti perasaan atau emosi.
3. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak
kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan
perilaku-perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari
dan perilaku sosial). Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam
tipe informasi pada setiap belahan otak. Belahan otak kiri adalah tipe
informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sedangkan
belahan otak kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan alami.
Pesan-pesan verbal dan non-verbal juga berbeda dalam konteks struktur
pesannya. Komunikasi non-verbal kurang terstruktur. Aturan-aturan ketika
kita berkomunikasi secara non-verbal akan lebih sederhana dibanding
komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan
kalomat. Komunikasi non-verbal diekspresikan pada saat komunikasi
berlangsung. Bahasa non-verbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa
komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi non-
verbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana
interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan
konteks tersebut.
4. Struktur vs Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai aturan-aturan tata
bahasa. Komunikasi non-verbal tidak ada struktur formal yang mengarahkan
komunikasi karena terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian
yang dapat diramalkan sebelumnya. Perilaku non-verbal yang sama dapat
memberi arti yang berbeda pada saat yang berlainan atau pada tempat yang
berbeda.
5. Linguistik vs Nonlinguistik
Linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu
sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya. Pada
komunikasi non-verbal, sulit untuk memberi makna pada lambang karena
tidak memiliki struktur.
6. Continuous vs Discontinuous
Komunikasi non-verbal dianggap bersifat kontinyu, sementara komunikasi
verbal bersifat terputus-putus. Komunikasi non-verbal baru berhenti bila
orang yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama
tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain
atau diri kita sendiri, berarti komunikasi non-verbal dapat terjadi. Tidak
sama halnya dengan kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang
mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.
7. Dipelajari vs Didapat
secara Ilmiah Komunikasi non-verbal sangat jarang untuk dipelajari.
Manusia lahir dengan naluri-naluri dasar non-verbal. Sebaliknya komunikasi
verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.
8. Pemrosesan Bagian Otak Kiri vs Pemrosesan Bagian Otak Kanan
Kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak sebelah kanan,
sedangkan stimuli verbal yang memerlukan analisis dan penalaran, diproses
dalam bagian otak sebelah kiri.

8
C. Hubungan Interpersonal yang Baik dan Buruk dengan Komunikasi
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekadar menyampaikan isi pesan, tetapi kita
juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Jadi, kita bukan sekadar
menentukan content tetapi juga relationship. Kalimat-kalimat berikut ini memiliki
isi pesan yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam kadar hubungan
interpersonal di dalamnya. Misalnya, A berkata pada B: “Sebutkan nama kamu!’ A
berkata pada C: “Siapa nama Anda?” Dan A berkata pada D: “Bolehkah saya tahu
siapa nama Bapak?” Kalimat-kalimat tadi bukan hanya menyampaikan isi (yaitu
pertanyaan tentang nama), tetapi juga mendefinisikan hubungan interpersonal
(bagaimana hubungan A dengan B, A dengan C, dan A dengan D). Inilah yang
mejadi hakikat dari hubungan interpersonal.
Pandangan di atas melahirkan istilah baru untuk menunjukkan aspek
hubungan dari pesan komunikasi ini yaitu metakomunikasi. Jadi, studi komunikasi
interpersonal bergeser dari isi pesan kepada aspek relasional. Aspek relasional
inilah yang menjadi unit analisis dari komunikasi interpersonal.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya;
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.
Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan (baik
verbal maupun nonverbal) secara timbal-balik terjadi. Melalui proses pengolahan
pesan secara timbal-balik ini – yang dinamakan komunikasi interpersonal – maka
sebuah hubungan tumbuh, berkembang, dan melemah.
Ketika sebuah hubungan interpersonal tumbuh, muncul pula sebuah
kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara para partisipan (individu) yang
terlibat. Aturan ini disepakati bersama dan mewarnai bentuk hubungan yang
terjadi. Jika salah satu pihak tidak lagi mematuhi aturan bersama itu, sebuah
hubungan mungkin bisa putus.
1) PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Apa pun perkembangan hubungan yang terjadi, dinamika sebuah hubungan
interpersonal tumbuh, berkembang, dan berakhir akan sama pada semua
hubungan. Menurut Ruben, tahap-tahap suatu hubungan interpersonal, meliputi
berikut ini.
a Inisiasi Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dari suatu hubungan
interpersonal. Pada tahap ini kedua individu memperoleh data mengenai
keadaan masing-masing melalui petunjuk non-verbal seperti senyuman,
jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu. Dalam
hubungan yang lebih mapan, terjadi proses pertukaran yang resiprokal
(timbal-balik). Bahasa memainkan peranan penting ketika individu melewati
kesan pertamanya pada seorang individu.
b Eksplorasi Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan
terjadi tidak lama sesudah inisiasi. Di sini mulai dijajaki potensi yang ada
dari tiap individu serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari
suatu hubungan. Dalam tahap ini individu mengumpulkan informasi
mengenai norma berkomunikasi, citra, sistem nilai, serta minat dari mitra
komunikasinya. Hal-hal inilah yang mendasari kelangsungan hubungan yang
ada.
c Intensifikasi  Jika hubungan pada tahap kedua meningkat maka kita akan
sampai pada tahap ini. Pada tahap ini, individu harus memutuskan – baik
secara verbal ataupun nonverbal – apakah hubungan akan dilanjutkan atau
tidak. Dengan meningkatnya hubungan, individu menyepakati pola-pola

9
komunikasi dari masing-masing pihak. Hal-hal yang disepakati bersama ini,
antara lain norma kerja sama dan penggunaan lambang verbal (bahasa).
d Formalisasi Dalam perkembangannya, hubungan yang telah berjalan
(dalam konteks apa pun) itu perlu diformalkan. Pada tahap ini tiap-tiap
individu secara bersama-sama mengembangkan simbol-simbol, pola-pola
komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain-lain.
e Redefinisi  Sejalan dengan waktu, individu tidak dapat menghindarkan
diri dari perubahan. Perubahan ini mampu menciptakan tekanan terhadap
hubungan yang tengah berlangsung. Konsekuensinya adalah individu perlu
mendefinisikan kembali hubungan yang sedang dijalankan.
f Deteriorasi Pada awalnya, kemunduran atau melemahnya suatu hubungan
biasanya tidak disadari. Segala hal baik yang fisik ataupun simbolis – yang
ada dalam hubungan itu tidak lagi disepakati secara bersama. Hal-hal yang
menjadi tujuan dan orientasi dari hubungan yang ada menjadi tidak jelas dan
memudar. Norma-norma yang muncul ketika hubungan itu berjalan lebih
menjadi sebab beban bagi individu yang terlibat dalam hubungan itu. Pada
akhirnya, kemunduran mengikuti hubungan itu.
Jika proses kemunduran mencapai kondisi di atas maka hubungan
yang telah terbina ini dapat mendekati kehancuran. Satu hal yang perlu
dicatat adalah bahwa suatu hubungan itu tidak selalu berjalan dengan selaras
dengan tahap-tahap yang disebutkan di atas. Bisa saja suatu hubungan
dimulai tidak dari tahap inisiasi, tetapi langsung ke tahap eksplorasi. Selain
itu, mungkin saja hubungan yang terbina langsung memasuki tahap yang
lebih formal. Pada hubungan yang lain, bisa saja pada suatu tahap terjadi
kegagalan dan individu itu memulai lagi dari tahap awal atau tahap lain.
Mark Knapp menyebutkan bahwa hubungan interpersonal
berkembang dalam lima tahap:
a. Inisiasi: suatu tahap awal yang dicirikan oleh sedikit pembicaraan.
b. Eksperimen: suatu tahap di mana para individu mulai mencari informasi
lebih banyak tentang individu lain.
c. Intensifikasi: sama dengan tahap intensifikasi Ruben.
d. Integrasi: tahap yang menumbuhkan perasaan bersama; individu merasa
sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda.
e. Pertalian atau ikatan: suatu tahap di mana individu secara formal
meneguhkan hubungan mereka.
Sama seperti Ruben, Knapp juga menyebutkan bahwa tahap-tahap di
atas tidak harus terjadi pada setiap hubungan. Ia hanya melihat bahwa
hubungan umumnya cenderung berkembang seperti itu. Orang bisa langsung
ke tahap ke5, tanpa perlu melewati tahap-tahap sebelumnya.
D Permasalahan Apa Saja yang ada di Masyarakat
Menurut Dipodjojo (1982), komunikasi lisan merupakan kegiatan
individu dalam upaya menyampaikan sebuah pesan sercara lisan kepada
individu lain, sekelompok orang yang disebut audiens maupun majelis.
Tim yang solid merupakan tim yang senantiasa bekerja sama apapun
pekerjaan yang wajib dituntaskan dari pimpinan demi kepentingan
perusahaan. Membangun tim yang solid tersebut perlu pendekatan yang tepat.
Pendekatan dapat dicoba melalui komunikasi yang baik. Kemudian
kebalikannya komunikasi yang tidak sehat dalam perusahaan dapat
memunculkan konflik antar anggota. Baik itu konflik dalam urusan individu
ataupun urusan pembagian tugas dalam perusahaan. Bila telah demikian
tidak akan terdapat lagi sebutan yang namanya tim solid. Tim akan
terpecah jadi beberapa kubu sehingga memunculkan kelompok-kelompok
yang saling menghujat ataupun membenci. Permasalahan ini sangat
beresiko dalam urusan internal perusahaan sebab dapat merambat

10
pada hasil kinerja karyawan jadi menurun atau bahkan bener –bener
menjadi kurang baik.
Menurut Resberry (2004), Komunikasi Non –Verbal adalah suatu
tindakan serta sikap manusia yang memiliki makna.
Pada contoh kasus komunikasi non-verbal bisa terjadi pada
Saat operator jahit memproduksi pakaian lalu membutuhkan benang
jahit, maka operator mengangkat tangan untuk dibawakan benang jahit
tambahan. Agar kegiatan produksi berjalan baik. Kasus lainnya juga bisa
di mimik muka atau ekspresi, ketika kita memasang ekspresi tidak
senyum maka orang yang kita temui akan menganggap bahwa kita tidak
menyukai orang tersebut yang di temui. Memasang muka senyum
terhadap orang yang ditemui termasuk komunikasi Non-verbal yang baik
karena seseorang yang ditemui akan menganggap bahwa anda adalah
orang yang ramah atau murah senyum, dengan begitu pertemuaannya akan
terjalin baik.

11
BAB III
PENUTUPAN

A KESIMPULAN
Komunikasi memiliki peran penting dalam dunia ini. Komunikasi
bahkan sanggup untuk menyentuh segala aspek kehidupan. Manusia sebagai
makhluk sosial, hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia
dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain dengan cara
komunikasi. Hampir sebagian besar kegiatan manusia selalu berkaitan dengan
komunikasi. Semuanya membutuhkan komunikasi. Dalam komunikasi terbagi
lagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal (lisan) dan komunikasi non-verbal.
Komunikasi lisan sangat berpengaruh terhadap komunikasi dalam
pekerjaan. Agar tidak adanya kesalahpahaman antar tenaga kerja yang dapat
menyebabkan kerugian. Dan komunikasi Non-Verbal berpengaruh terhadap
komunikasi dalam berperilaku terhadap orang lain. Gestur tubuh karyawan akan
terlihat dan apabila karyawan duduk tegak saat menyampaikan ide kepada
atasan, maka karyawan tersebut orang yang optimis.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekadar menyampaikan isi pesan,
tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Jadi, kita bukan
sekadar menentukan content tetapi juga relationship.
B SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka pada saran ini yaitu harus
adanya komunikasi yang baik mau itu komunikasi lisan, non verbal dan
tertulis. Karena komunikasi yang baik sangat penting untuk kehidupan
manusia di lingkungan rumah, sekolah, bahkan dalam sebuah organisasi.
Seperti halnya komunikasi lisan jika kita menggunakan bahasa yang baku
dan sopan maka lawan bicara kita akan merespon kita dengan baik juga dan
dapat merasa nyaman dalam komunikasi secara langsung.

12
DAFTAR PUSTAKA

Marheni Fajar, Ilmu Komunikasi dan praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa, 2007
Julia T. Wood, Communication in Our Lives, USA: University of North Carolina at
Capital Hill, 2009
Widyo Nugroho, Modul Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal,
Yogyakarta: Kanisius, 2003
Faisal Wibowo . Komunikasi Verbal dan Nonverbal. 2010
Nina M. Armando, Psikologi Komunikasi (modul UT), Universitas Terbuka, Pondok
Cabe-Tangsel, 2019
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung,
2017
Puspitasari, Dita dkk. “PENTINGNYA PERANAN KOMUNIKASI DALAM
ORGANISASI: LISAN, NON VERBAL, DAN TERTULIS (LITERATURE REVIEW
MANAJEMEN)”. Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, Vol. 3, No. 3,
(2022): 2686-4916. (Publish Januari 1, 2022).

13

Anda mungkin juga menyukai