Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN


INTERPERSONAL DENGAN KELOMPOK DAN PROSES KOMUNIKASI
EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL DENGAN KELOMPOK

DOSEN PEMBIMBING
Lia Nurlianawati,M.Kep

DISUSUN OLEH:
Abi Raja Banggala(191FK03146)
Asep Sudrajat(191FK03148)
Rina Nurhayati(191FK03144)
Tedi Ridwansyah(191FK03135)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
SUBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Komunikasi Perkantoran.

Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Subang, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………
A. Konsep Dasar Komunikasi ………………………………………………………......
B. Pengertian komunikasi efektif………………………………………………………
C. Proses komunikasi efektif…………………………………………………………….
D. Pengertian Komunikasi Interpersonal………………………………………………...
E. Komponen Komunikasi Interpersonal …………………………………………….....
F. Jenis Komunikasi Interpesonal……………………………………………………….
G. Proses Komunikasi Interpersonal …………………………………………………....
H. Komunikasi Interpresonal Yang Efektif…………………………………………......
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………
Kesimpulan ………………………………………………………………………………

Saran ……………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya
sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia
tidak dapat menghindari dari suatu tindakan yang disebut komunikasi. Disadari atau tidak,
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Di sisi lain, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab, diperlukan saling pengertian
diantara sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini komunikasi memainkan peranan penting,
apalagi bagi manusia modern. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikirnya berdasarkan
logika dan rasional atau penalaran dalam menjalankan segala aktivitasnya. Keseluruhan aktivitas
itu akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi antar pribadi.
Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi
dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari
seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan
manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia
baik yang dilakukan secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi.
Manusia memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar interaksi
manusia berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi).
Komunikasi antar pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran
komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan meminimalisir rasa saling
tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja. Komunikasi yang baik merupakan mediator
dalam proses kerjasama dan transformasi informasi dalam mendukung kemajuan organisasi.
Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung
jawab, kebersamaan dan rasa memiliki organisasi.
Mampu melakukan interaksi merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya yang
dimiliki setiap manusia, meski dalam kenyataanya banyak kendala yang akan dihadapi tiap-tiap
individu dalam melakukan interaksi melalui komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka, sehingga memungkinkan pesertanya dapat menangkap reaksi yang
ditimbulkan. Hal ini yang sering menjadi permasalahan saat dua individu atau lebih yang memiliki
kepribadian dan karakter berbeda saling melakukan interaksi, terkadang ada hal-hal yang
ditimbulkan dan menjadikan situasi menjadi tidak nyaman.
Setiap individu memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti tidak memiliki masalah,
bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini di pengaruhi karena masing-masing
individu memiliki karakteristik yang berbeda, cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang
semua itu menjadi masalah dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sering menjadi penghambat dalam
menciptakan komunikasi yang efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masing-masing
individu saat menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi. Suatu ketika
terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa diselesaikan dengan baik.
Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal itu akan menjadi bumerang dan akan
memperkuat ego dari individu tersebut yang akan berdampak pada terhambatnya proses
komunikasi yang efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif ?
2. Apa yang dimaksud komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana jenis-jenis komunikasi interpersonal?
4. Bagaiman caranya melakukan komunikasi interpersonal yang efektif?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dari komunikasi efektif
2. Mengetahui pengertian dari komunikasi interpersonal
3. Menjelaskan jenis-jenis komunikasi interpersonal
4. Mengetahui cara melakukan komunikasi interpersonal yang efektif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Komunikasi


Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa
apabila tidak ada komunikasi, karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia secara
perorangan, kelompok ataupun organisasi, tidak mungkin dapat terjadi.
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin yaitu
yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya
proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan
ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan
disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung
oleh penyampai pesan. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik
langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Dalam komunikasi ini memerlukan
adanya hubungan timbal balik antara penyampain pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan
komunikan.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan
pengertian seseorang terhadap orang lain (Effendy, 2007, p. 9).
Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal
menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan di antara para pelaku komunikasi.
Seringkali pertemuan interpersonal diawali dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang
bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada
akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalah-masalah yang lebih spesifik, seperti:
kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi interpersonal (Sendjaja,
2004).
B. Pengertian komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan perubahan sikap
pada orang yang terlihat dalam komunikasi.Tujuan komunikasi efektif adalah memberi
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga
bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan
bahasa non verbal secara baik. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif,
antara lain :
 Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan,
komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada
akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
 Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif
dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan
didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi
pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif
untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses
komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan
mencapai hasil yang efektif.
 Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa komunikasi yang
efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi
derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang
lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam
pengertian, sikap dan bahasa.
C. Proses komunikasi efektif
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut ;
Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan. Semua fungsi manager melibatkan proses
komunikasi sebagai berikut ;
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan atau materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang
dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh
pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir
secara baik dan jelas.
1) Materi pesan dapat berupa:
2) Informasi
3) Ajakan
4) Rencana kerja
5) Pertanyaan dan sebagainya
2. Simbol atau isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga pesannya dapat dipahami
oleh orang lain. Biasanya seorang manager menyampaikan peasan dalam bentuk kata-kata,
gerakan anggota badan, (tangan , kepala, mata, dan bagian muka lainnya ). Tujuan
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, periklaku atau
menunjukkan arah tertentu.
3. Media atau penghubung
Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti : TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerimaan pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode atau isyarat
Setelah pesan diterima melalui indra ( telinga, mata dst)maka si penerima pesan harus
dapat mengartikan symbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimngerti /
dipahaminya.
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim meskipun
dalam bentuk code /isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak
pesannya terhadap sipenerima pesan hal ini penting bagi manager atau pengirim pesan untuk
mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan
dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Bailkan
yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang
mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak.
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena setiap situasi hampir selalu ada hal yang
mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
Dalam komunikasi, setidaknya harus ada komunikator, pesan, saluran komunikasi, metode
komunikasisi, bentuk komunikasi, dan teknik komunikasi, usecara keseluruhan akan membentuk
jaringan komunikasi.
Ø Komunikator adalah orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain, disebut juga
pembawaan berita/pengirim berita/sumber berita.
Ø Pesan adalah berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing dan gerak.
Ø Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambing yang kemudian diterjemahkan
dalam bentuk persepsi yang member makna terhadap suatu stimulus atau rangsangan.
Ø Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sarana dalam
kegiatan komunikasi
D. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang
– orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu
menunjukkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka
saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara simultan dan spontan.
R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi atau communication
interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara
tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan
dapat menerima dan menanggapi secara langsung (Cangara, 1998, p. 32).

Selaras dengan itu De Vito dalam Saudia (2013) menjelaskan komunikasi interpersonal
sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang atau sekelompok orang (komunikator) dan diterima
oleh orang yang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Dengan demikian, komunikasi interpersonal terjadi secara aktif bukan pasif. Komunikasi
ini merupakan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi
interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi
serangkaian proses saling menerima dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-
masing pihak.
Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan.
Dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk
memberi inspirasi, semangat, dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap
sesuai dengan topik yang dikaji bersama.
Di dalam suatu masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi
antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.
Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis), komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara karyawan yang satu dengan
karyawan yang lain dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang bersifat pribadi. Pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi interpersonal lebih
bersifat informal (Purwanto, 2011, p. 26).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
terjadi secara langsung baik itu secara verbal atau nonverbal sehingga komunikator dan komunikan
dapat menerima dan memberikan umpan balik secara langsung yang dilakukan sekurang-
kurangnya dua orang atau lebih, dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan media.

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang


efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap
mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai,
dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan
dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak. Komunikasi interpersonal
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan.
E. Komponen Komunikasi Interpersonal
Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam proses penyampaian
dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampak dan peluang untuk memberikan umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27)
mengemukakan komponen-komponen tersebut terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu
dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-penerima,
(3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6) Umpan balik, (7)
Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.

Gambar 1 Komponen Komunikasi Interpersonal


1. Konteks (lingkungan)
Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks. Antara dimensi fisik,
sosial-psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti
memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta hitungan
waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi. Komunikasi
sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu dinamis.
2. Komponen sumber-penerima
Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam berkomunikasi adalah
sumber yang juga penerima. Sebagai sumber dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa kita
mengirim pesan. Kita mengirim pesan berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat
tubuh atau tersenyum. Kita menerima pesan orang lain, berati kita mendengarkan, melihat
secara visual bahkan melalui merabanya atau menciumnya. Pada saat kita berbicara dengan
orang lain, kita berusaha memandangnya untuk memperoleh tanggapan: dukungan, pengertian,
simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap isyarat-isyarat non-verbal, kita
menjalankan fungsdi penerima dalam berkomunikasi.
3. Enkoding-Dekoding
Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang mengawali proses
komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau suatu ide) yang dituangkan ke dalam
gelombang suara (lembut, berapi-api, tegas, marah dan sebagainya) atau ke dalam selembar
kertas. Kode-kode yang dihasilkan ini berlangsung melalui proses pengkodean (enkoding).
Bagaimana suatu pesan terkodifikasi, amat tergantung pada keterampilan, sikap, pengetahuan
dan sistem sosial budaya yang mempengaruhi.
Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam berkomunikasi kita
berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut diterjemahkan lebih dahulu kedalam ragam
kode atau simbol tertentu oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca. Inilah
pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan lepas dari
adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh sipengirim,
pengkodean di pihak penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem
sosial budaya yang dianut.
4. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan dalam berkomunikasi secara
efektif. Kompetensi ini mencakup pengetahuan tentang peran lingkungan dalam
mempengaruhi isi dan bentuk pesan komunikasi. Suatu topik pembicaraan dapat dipahami
bahwa hal itu layak dikomunikasikan pada orang tertentu dalam lingkungan tertentu, tetapi hal
itu pula tidak layak untuk orang dan lingkungan yang lain. Kompetensi komunikasi juga
mencakup kemampuan tentang tatacara perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan fisik,
dan suara keras. Masalah kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan mengapa seseorang
begitu mudah menyelesaikan studi, begitu cepat membina karir, begitu menyenangkan dalam
berbicara, sedang yang lainnya tidak. Anda di sini dituntut dapat meningkatkan kompetensi
komunikasi, sehingga menjadi banyak pilihan untuk Anda berperilaku.
5. Pesan dan Saluran
Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi. Jika seseorang itu
berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika seseorang itu menulis, maka tulisan itu
adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan, maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu
dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol yang digunakan untuk mentransfer makna atau
isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi oleh keputusan memilih dan menata kode dan isi
tersebut.
Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa kendala utama dalam
berkomunikasi seringkali lambang atau simbol yang sama mempunyai makna yang berbeda.
Artinya, kekurangcermatan di dalam memilih kode atau mentransfer makna dan menata kode
dan isi pesan, dapat menjadi sumber distorsi komunikasi. Karena itu komunikasi menurut
mereka seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau
ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan yang
terlibat.
Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu berjalan. Saluran dipilih oleh
sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut
jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal dalam
organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk meneruskan
pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan yang disampaikan
secara formal.
6. Umpan Balik
Umpan balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses dicapai dalam
mentransfer makna pesan sebagaimana dimaksudkan. Setelah penerima pesan melaksanakan
pengkodean kembali, maka yang bersangkutan sesungguhnya telah berubah menjadi sumber.
Maksudnya bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan tertentu, yakni untuk memberikan
respon atas pesan yang diterima, dan ia harus melakukan pengkodean sebuah pesan dan
mengirimkannya melalui saluran tertentu kepada pihak yang semula bertindak sebagai
pengirim. Umpan balik menentukan apakah suatu pesan telah benar-benar dipahami atau
belum dan adakah suatu perbaikan patut dilakukan.
7. Gangguan
Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan membaurkan pesan.
Gangguan merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi penerima dalam
menerima pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis dan semantik.
8. Efek Komunikasi
Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi atau dampak atas
satu atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru atau
memperoleh cara-cara atau gerakan baru sebagai refleksi psiko-motorik.
F. Jenis Komunikasi Interpesonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu
yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d)
berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman (Andi Nuraedah Nur, 2009, p. 4).
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan diadik dan hubungan triad. Hubungan diadik merupakan hubungan atara dua
individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diadik, dimana setiap hubungan diadik memiliki
tujuan khusus, individu dalam hubungan diadik menampilkan wajah yang berbeda dengan
‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diadik yang lain, dan pada hubungan diadik
berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik atau khas yang akan
membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diadik yang lain.
Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau kedekatan anatar individu lebih rendah,
dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan
diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang
terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu
sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam
kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan hubungan sosial merupakan
hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini
terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat
dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan
hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling
menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa
emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang
ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih
terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau
keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan
hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan
akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu
hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang
sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh
pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak.
Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.
G. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan


komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi interpersonal adalah bagaimana
komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan
untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada
penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal
budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan
(masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut
encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak
menjadi konkret.
3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang
komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirimpesan.
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan
diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah
komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui
peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya
(decoding).
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam
bentuk pesan.
Gambar 2 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif:


1. Perspektif Psikologis
Perspektif ini merupakan tahapankomunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding
ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.
2. Perspektif Mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa
verbal/non verbal.
Komunikasi ini dibedakan menjadi:
1. Proses komunikasi primer.
2. Proses komunikasi sekunder.
3. Proses komunikasi linier.
4. Proses komunikasi sirkular.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada
komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi Sekunder merupakan
penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Proses Komunikasi linier adlah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai
titik terminal. Proses komunikasi sirkular yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari
komunikan ke komunikator.
Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:
1. Komunikasi bersifat dinamis.
2. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis.
3. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat.
4. Pesankomunikasi tidak harus diterima.
5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.
Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah, 2004) proses
komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsikan pesan.
6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah diagram
berikut:

Tahap 1 Tahapan 6
pengirim
Penerima mengirim
mempunyai
ide pesan
gagasan

Tahapan 2 Tahapan 5
Pengirim mengubah Penerima
ide menjadi pesan SALURAN dan
menafsirkan pesan
MEDIA

Tahapan 3 Tahapan 4

Pengirim mengirim Penerima menerima


pesan pesan
Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi
1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/ Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengiriman pesan harus
menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingn disampaikn kepada pihak lain atau audiens.ide
dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas di hadapan kita. Dunia ini penuh
dengn berbagai macam informasi baik yang dapat dilihat, didengar dibaui, dikecap, maupun
diraba.Ide-ide yang ada dalam benak kita disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang
ada alam jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kira terdahap kenyataan. Setia
orang akan memiliki peta mental yang berbea karena kita memandang dunia dan menyerap
berbagai pengalaman dengan suatu cara yang unik dan bersifat individual.
Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan seseorang mungkin
akan berbeda dengan pikiran orang lain. Bahkan dua orang yang memiliki suatu pengalaman
yang sama terhadap suatu hal atau kejaidian, akan memiliki kesan ang tidak serupa. Sebagai
contoh ada dua orang yang sama-sama mengikuti briefing dari pemimpin perusahaan.Apabla
mereka diminta untuk menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa
hal yang berbeda.Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap orang akan menyaring
informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan dan mengingat ha-ha yang mereka
anggap mnarik atau enting. Seseorang komunikator yang baik, harus perhatian pada hal-hal
yang memang penting dan relevan.Dalam dunia komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai
abstraksi (abstraction).
2. Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikas, tidak semua ide dapat diteruma atau imengerti dengan
sempurna. Poses komunikasi dimuai dengan adanya ide dalam pikiran, yang lalu diubah
kedalam bentuk pesan-pesan seperti dalam benutk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya,
untuk kemudian disampaikan kepada orang lain.
Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan) maksud (tujuan),
audiens, gaya personal, dan latar belakang buaya. Seagai contoh sederhana, pada umumna
orang timur cenderung menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa taklangsung dan
bahasa yang halus. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus
menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru kemudan menyatakan sikap
penolakan.
3. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya adalah memindahkan
atau menyampaikan pesan melalui berbagai sauran yang ada kepada si penerima pesan.Saluran
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relative endek, tetapi ada
juga yang cuku panjang.Panjang pendeknya komunikasi yang digunakan akan berpengaruh
terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyapaikan pesa-pesan yang panjang dan
kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut bias jadi terdistirsi atau bahkan bertentangan
dengan pesan aslinya, disamping itu, dalam menyampaian suatu pesan, berbagai media
komunikasi, media tertulis maupun lisan dapat digunakan. Leh karena itu, perlu diperhatikan
jenis atau sifat pesan yang akan disampaian.
4. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi anatara seseorang dengan oaring lain akan terjadi, bila pengirim
(komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut.
Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru isa terjalin ba penerima surat
membaca dan memahami isinya.jika seseorang menyampaikan pidatonya di hadapan umum,
para pndengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami
pesan-pesan yang disampaikan.
5. Tahapan Kelima: Penerima Menasirkan Pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya bagaimana ia dapat menafsirkan
pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di
dalam benak pikiran si penerima pesan.Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditasirkan secara
benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang disampaikan oleh
pengirim pesan.
6. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim
Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai komunikasi.Umpan
balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk
menilai efektivitas suatu pesan.
Setalah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan
memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka
macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikp murung, cemberut, memberi komentar
sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai contoh,
seorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat dari pimpinan ia tampak berseri-seri,
dapat diduga bahwa ia menerima beritaa yang menyenangkan dari piimpinanya tersebut.
Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh adanya umpan balik dalam berkomunikasi.
Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya factor-faktor
penghambat komunikas, misalnya perbedaan latar lbelakang, perbedaan penafsiran kata-kata,
dan perbedaan reaksi secara emosional.
H. Komunikasi Interpresonal Yang Efektif

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang


dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (Devito, 1997).
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpesonal.
Pertama, komunikator antarpesonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya. Sebaliknya harus ada kesedian untuk membuka diri untuk mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan. Kedua,mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Contoh, orang yang diam tidak kritis dan
tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjenuhkan. Kita ingin
orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Aspek ketiga menyangkut
“kepemilikan” perasaan dan pikiran terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung
jawab atasnya.
2. Empati
Henry Backrack (Cangara, 1998) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang
untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut
pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain. Orang yang empati mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Pengertian empati ini akan membuat seseorang lebih mampu
menyesuaikan komunikasinya, misalnya apa yang anda katakan atau bagaima anda
mengatakannya.
3. Sikap mendukung
Hubungan antarpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan
dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar, 2009, p. 84) menyebutkan
tiga perilaku menimbulkan sikap suportif, yakni Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3)
provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpersonal dengan sedikitnya
dua cara:
a. Menyatakan sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
b. Perasaan positif pada suatu situasi komunikasi pada umumnya sangat
Sikap positif dapat ditunjukan dengan berbagai macam perilaku dan sifat. Contohnya
menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara
berlebihan, memberikan pujian dan penghargaan, komitmen dalam kerjasama.
1. Kesetaraan
Konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan Dalam
setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih
kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua
orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
antarpersona akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing
pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan antar
persona yang ditandai dengan kesetaraan ketidak-sependapatan dan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk
memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Contoh perilaku yang menunjukan kesetaraan antara lain:
a. Menempatkan diri setara dengan orang lain
b. Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
c. Mengakui pentingnya kehadiran orang lain
d. Tidak memaksa kehendak
e. Komunikasi dua arah
f. Saling memerlukan
g. Suasana komunikasi akrab dan nyaman

Keefektifan komunikasi interpersonal dapat pula dijelaskan dari prespektif The 5 Inevitable
Laws of Effective Communication atau lima hukum komunikasi efektif
(ajimahendra.blogspot.com). Lima hukum itu meliputi: Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan
Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi
interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati,
maupun respom positif dari orang lain.
1. Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah
respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Rasa hormat dan saling merhargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain.
2. Empathy
Empathy (empati) dalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan
yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati
akan meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap
yang akan memudahkan penerimaan komunikan menerimanya. Sehingga nantinya pesan kita
akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengertikan atau dimengerti
dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat yang
terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan
transparansi. Dalam berkomunikasi interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka
(tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan.
5. Humble
Hukum ke lima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah sikap
rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun
rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Jika
komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini,
maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal, yang dapat menyampaikan pesan
dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi interpersonal yang tidak
mempertimbangkan keadaan komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu
arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya Jalaludin Rakhmat dalam bahwa komunikasi antarpribadi
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan
interpersonal (Cangara, 2007).

1. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi
inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan
dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang
peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan
komunikasi
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif
ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

b) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak
semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu,
ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
c) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul
dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka.
Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang
lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi

Dalam komunikasi interpersonal terdapat ancaman pragmatis untuk efektivitas


antarpersonal yaitu:

1. Kepercayaan Diri
Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri terhadap sosial.
Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain.
2. Kebersatuan
Hal ini mengacu pada penggabungan aantara pembicara dan pendengar untuk terciptanya rasa
kebersamaan dan kesatuan. Secara nonverbal kita mengkomunikasikan kebersatuan dengan
memelihara kontak mata yg patut, kedekatan fisik yg menggemakan kedekatan psikologis,
serta sosok tubuh yg langsung dan terbuka.
3. Manajemen interaksi
Komunikator yg efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam
manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun dapat diabaikan atau merasa menjadi
tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam seluruh komunikasi.
4. Daya ekspresi

Mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi antar


pribadi. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanan nya pada keterlibatan,
dan ini mencakup, misalnya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, mendorong
daya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan.

5. Orientasi kepada orang lain


Orientasi ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara
selama perjumpaan antar pribadi. Ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat
terhadap apa yang dikatakan lawan bicara.
BAB III
PENUTUP
Simpulan

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang – orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal
maupun nonverbal. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan,
membujuk, menegaskan, bercerita dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi
interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan, begitupula sebaliknya,
melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi
interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi
serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah
oleh masing-masing pihak.
Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita
dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa memperoleh
hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya.

Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Komunikasi interpersonal yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi dipengaruhi karena turunnya kadar
hubungan interpersonal yang disebabkan karena adanya perbedaan atau konflik sehingga
terjadinya pemutusan hubungan.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara interpersonal,
dimana kita harus memahami etika dalam berkomunikasi. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak
terjadi kesalahan penafsiran dan menghindari ketidaknyamanan selama berkomunikasi, sehingga
hubungan antarpribadi dapat dijaga dan berlangsung harmonis.

SARAN
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang atau sekelompok kecil yang
saling memberikan ide, pengertian, wawasan, ataupun pendapat yang mengharapkan adanya
reaksi atau umpan balik positif dari penerima pesan. Diharapkan dengan kehidupan sehari-hari
melakukan komunikasi, kejelasan, keterbukaan, dan bahasa yang sopan santun harus
ditingkatkan untuk menjalin komunikasi baik antar teman, sahabat, orang tua, rekan kerja, dan
lain halnya.
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan kami yang masih
minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai kekurangan-kekurangan. Oleh karena
itu dengan lapang dada penyusun berharap serta bersedia menerima kritik dan saran dari teman-
teman, yang membangun guna untuk menambah wawasan kita semua.
.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Nuraedah Nur, d. (2009). Hubungan Interpersonal: Pengertian, Teori, Tahap, dan Faktor
yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal. Malang: Tidak Diterbitkan.

Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Devito, J. A. (1997). Human Communication. Jakarta: Professional Books.

Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saudia, A. (2013). Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja


Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai