Anda di halaman 1dari 21

TREND DAN ISSU KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Komunikasi Keperawatan

Dosen :Lia Nurlianawati, M.Kep

Disusun oleh :

Belinda NoviaPutri

Putri Rahmawati

Kamaliyah

Prodi : S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANASUBANG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayat-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sertaberbagai upaya, tugas makalah mata

kuliah Komunikasi Keperawatan yang berjudul“TREND DAN ISU KOMUNIKASI DALAM

PELAYANAN KESEHATAN ”dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulisan

makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu

mata kuliah Komunikasi Keperawatan Lia Nurlianawati , M.Kep.

Makalah ini ditulis berdasarkan buku panduan yang berkaitan dengan Komunikasi

Keperawatan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Komunikasi

Keperawatan.

Di sadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna.Untuk itu diharapkan berbagai

masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.Semoga makalah ini bermanfat.

Subang, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………..………………………………………..……..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………………………….…..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………………….....

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………………..………………………

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………..……………………………………………

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………………..……………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………….………………………….…..

A. Pengertian Trend dan issu dalam pelayanan kesehatan


……………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………….

B. Komunikasi dalam pelayanan kesehatan………………………………………………..…………………………………….

C. Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan……………………….………………………………………………..

D. Faktor Yang Mempengaruhi


Kesehatan………………………………………………………………………………….…………………………………………………………..

E. Trend Dan Issu Dalam Pelayanan


Kesehatan……………………..…………………………………………………………………………………..…………………………………

F. Pemahaman Kolaborasi…………………………………………………………………………………………………………………..…

G. Anggota Tim Interdisplin………………………………………………………………………………………………………………..….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………...

A. Simpulan …………………………………………………………………………………..……………………………………………..…..…

B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………………………………….……

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud

kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik

maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk

peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry,

2005).

Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang

bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.

Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah

satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter)

dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan

secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui

komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses

penyembuhan (Muharamiatul, 2012).

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi

terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang

lain ( Mundakir, 2006 ).

Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat

penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus

akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan

klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial

mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah

sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan

ditawarkan kepada konsumennya. Keperawatan sangat berhubungan dengan komunikasi.

komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu

untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Maka komunikasi sangat penting

bagi perawat (Mundakir, 2006).

Pelayanan kesehatan merupakan produk yang bersifat jasa. Saat ini, jasa kesehatan

sebagai pelayanan sosial telah berubah menjadi komoditi jasa yang di perdagangkan . Di kota-

kota besar, jasa kesehatan telah menjadi produk industri yang hampir tidak berbeda dengan

produk barang maupun jasa non kesehatan. Pada sektor non kesehatan, mekanisme pasar dapat

menjadi sempurna karena kedua belah pihak yang bertransaksi ( produsen dan konsumen )

mempunyai pengetahuan yang relatif sama terhadap produk dan jasa yang di tawarkan. posisi

konsumen relative kuat ketika membeli jasa non kesehatan karena objek yang di tawarkan telah

di ketahui, baik mutu maupun harganya. Sebagai contoh, bila kita ingin membeli kemeja dengan

tingkat kompetensi yang tinggi di antara produsen, kita dapat memilih barang dengan merk

tertentu dengan tingkat harga yang kita inginkan. Artinya, konsumen mempunyai pengetahuan

yang baik terhadap barang dan jasa yang akan mereka beli atau butuhkan.Namun, kondisi di atas
tidak dapat pada pasar jasa kesehatan. Kita mengenal yang di sebut market failure. Pasien berada

pada posisi lemah, tidak mempunyai cukup informasi dan pengetahuan tentang jasa kesehatan itu

sendiri (Potter dan Perry, 2005).

Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktek dimana

perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus meningkatkan

otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat

dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi

perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikakan keperawatan sebagai

profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi

professional keperawatan menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dan praktik

keperawatan. Akhirnya seluruh hal yang mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend

dalam keperawatan kontemporer (Potter dan Perry, 2005).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian trend dan issu dalam pelayanan kesehatan?

2. Bagaimana komunikasi dalam pelayanan kesehatan?

3. Pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan?

4. Apa faktor yang mempengaruhi komunikasi?

5. Trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan?


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manajemen keperawatan yaitu tentang

Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan”.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam

pelayanan kesehatan.

b. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi dalam pelayanan

kesehatan.

c. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang pentingnya komunikasi dalam

pelayanan kesehatan.

d. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi

komunikasi.

e. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam

pelayanan kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trend dan Issu Dalam Pelayanan Kesehatan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga

dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang

biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang sedang di

bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta (Muharamiatul, 2012).

Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau

tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,

pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Atau

sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya

(Muharamiatul, 2012).

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi

terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi

terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang

lain ( Mundakir, 2006 ).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Potter

dan Perry, 2005).

B. Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu

hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian yang

dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sam yaitu mengenai

kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.

Namun demikian kolaborasi sulit didenifisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang

menjadi esensi dari kegiatan ini.

Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian pelayanan

kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk berkolaborasi dengan dokter.

Pada kenyataannya profesi keperawatan masih kurang berkembang dibandingkan dengan profesi

yang berdampingan erat dan sejalan yaitu profesi kedokteran. Kerjasam dan kolaborasi dengan

dokter perlu pengetahuan, kemauan dan keterampilan, maupun sikap yang professional mulai

dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, maupun dengan mitra kerjanya, sampai pada

keterampilan dalam mengambil keputusan (Mundakir, 2006).

Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang

bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.

Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah
satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter)

dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan

secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui

komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses

penyembuhan (Muharamiatul, 2012).

C. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam

menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila

setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa

aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil

dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan

integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem social (Muharamiatul, 2012).

Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat

penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus

akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan

klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial

mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah

sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan

ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu

konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar

individu yang bekerja. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama

untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen
dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal.

Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik

hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim

multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai

provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih

mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok,

keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi

pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar

individu yang terlibat dalam sistem tersebut (Mundakir, 2006).

Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :

1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi

dengan klien.

2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara

terapeutik.

3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak terhadap

lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal

yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim

keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah

melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam
melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan

menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal (Mundakir, 2006).

D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Muharamiatul (2012), faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain :

1. Situasi atau suasana

Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya

pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi

berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum

proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang

dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat

mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan

kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu

saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak

berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.

2. Kejelasan pesan

Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang

jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator

dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi

pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami

pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan

menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.


E. Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah

cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam

memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik

dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial,

serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi

yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika

hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing

Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter

dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang

dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter perawat

dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.

Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan

institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang

membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat

ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan

kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik perawat dan

dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi

diantara keduanya.

Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter.
Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga

didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses

keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah

Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa

perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit

yang kurang mendukung.

Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat

menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa

pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi

(Muharamiatul, 2012)

F. Pemahaman Kolaborasi

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya

dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru menjadi

point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi memandang arti kolaborasi

harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang sama.

Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa diagnosa pasien

ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak

awal proses pendidikannya. Sudah dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir

seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang. Mereka juga diperkenalkan dengan

lingkungan klinis dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat medis, pemeriksaan fisik serta

hubungan dokter dan pasien. Mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat langsung dalam
aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan bimbingan-

pasien. Selama periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para perawat, pekerja

sosial atau profesional kesehatan lain. Sebagai praktisi memang mereka berbagi linkungan kerja

dengan para perawat tetapi mereka tidak di didik untuk menanggapinya sebagai rekanan atau

sejawat atau kolega.

Dilain pihak seorang perawat akan berfikir,apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien

menanganinya? bantuan apa yang dibutuhkannya? dan apa yang dapat diberikan kepada pasien

Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan interfensi,

melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Para pendidik

menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar argumentasi bahwa

profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu sakit atau sehat dalam

menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan sehingga pasien bisa mandiri.

Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi dengan pasien. Praktek

keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam praktek rumah sakit dan

praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja di unit perawatan pasien bersama

staf perawatan untuk belajar merawat,menjalankan prosedur dan menginternalisasi peran.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sering pengetahuan yang

direncanakan yang disengaja dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.

Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja

dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional

keperawatan dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan


kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh perturan suatu negara dimana pelayanan

diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling

ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan

serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan

masyarakat (Muharamiatul, 2012).

G. Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang

mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika

terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.

Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi,

manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang

efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat

menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi

kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi

pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan

mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti

pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya

sebagai membuat refelan pembarian pengobatan.

Kerja sama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa

alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim

mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya
benar-benar didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan

yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya

bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan

pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian

anggot tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan

dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi

dalammenyelesaikan permaslahan.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional,

kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas menekankan

pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada

menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan

ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan yang menfalitasi

suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju mencapai tujuan dan

kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi.

Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindari dari

tanggung jawab, terganggunya komunikasi. Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan

terjadi.

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk

mencapai tujuan kolaborasi team:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik

professional

2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya


3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas

4. Meningkatnya kohensifitas antar professional

5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional

6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,

perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional.

Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter

yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing

kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada

kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari

perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan

memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu

ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara

komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan

keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang

memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu

terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan professional dengan dokter melalui

pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui

pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang

dapat meningkatkan keahlian perawat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga

dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang

biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi

pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,

pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi

terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi

terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang

lain.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang

diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk Universitas Bhakti

Kencana Subang pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.

2. Bagi Mahasiswa

Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran

umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan mahasiswa

mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Awalia Muharamiatul. 20012. Trend dan Issu Pelayanan Kesehatan.

http://awalia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Rabu, 24 september 2014, pukul 20.00 WIB

Mundakir. 2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta : Graha Ilmu

Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai