Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN 1

ISU KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Anggota:

Murni Kurnia Ningsih [04021281924105]


Chairunisyah [04021381924074]
Risnawati [04021381924084]

Dosen Pengampu :

Ns. Herliawati, S.Kp., M. Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan kepada kita semua.
Sehingga mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurah bagi
nabi Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya. Kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa
yang akan datang. Semoga Allah SWT memberi balasan yang terbaik bagi orang
yang mencari dan berbagi ilmu dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Indralaya, 21 Januari 2019

Kelompok 22 Komkep

II i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................II
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................2
1.4. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Definisi Isu dan Pelayanan Kesehatan..............................................................3
2.2. Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan.........................................................3
2.3. Konsep Isu dalam Keperawatan........................................................................3
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Isu.............................................................5
2.5. Isu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan...................................................7
2.6. Peran Perawat dalam Menghadapi Isu..............................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................9
3.2. Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

III i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya.
Oleh karena itu, manusia akan saling berhubungan satu sama lain melalui
komunikasi. Di rumah sakit, komunikasi adalah bentuk kepentingan yang tinggi
oleh tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan kesehatan. Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai model utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada pasien.
Salah satu syarat penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan dapat diukur dari kelancaran komunikasi antara tenaga
kesehatan dengan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan tidak
hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja tetapi juga komunikasi
langsung atau yang disebut juga dengan komunikasi terapeutik, yaitu komunikasi
yang membantu dalam proses penyembuhan pasien.
Zaman moderen sekarang ini, banyak isu-isu teknologi yang beredar di
kalangan manusia. Salah satunya adalah teknologi komunikasi. Di rumah sakit
telah banyak teknologi komunikasi yang digunakan sebagai pendukung pelayanan
kesehatan. Karena teknologi tersebut mampu mempermudah tenaga kesehatan
dalam membantu proses penyembuhan pasien. Banyak isu-isu tentang teknologi
komunikasi yang telah beredar di dunia kesehatan salah satunya adalah
telenursing.
Berdasarkan hal tersebut, kami sebagai penyusun makalah ingin mengetahui
lebih lanjut tentang isu-isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan dan
pengaruhnya kepada penyembuhan pasien.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari isu dan pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana konsep isu dalam keperawatan?

1
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi isu?
5. Apa saja isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
6. Apa saja peran perawat dalam menghadapi isu?

1.3. Tujuan
1. Mampu memahami definisi isu dan pelayanan kesehatan
2. Mampu memahami komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3. Mampu memahami konsep isu dalam keperawatan
4. Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi isu
5. Mampu menganalisa isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
6. Mampu memahami peran perawat dalam menghadapi isu

1.4. Manfaat
1. Mengetahui definisi isu dan pelayanan kesehatan
2. Mengetahui komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3. Mengetahui konsep isu dalam keperawatan
4. Mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi isu
5. Mengetahui isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
6. Mengetahui peran perawat dalam menghadapi isu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Isu dan Pelayanan Kesehatan


Isu merupakan suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi maupun tidak
terjadi pada masa yang akan datang yang menyangkut ekonomi, moneter, politik,
sosial, hukum, pembangunan rasional, bencana alam, kematian.
Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang
kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

2.2. Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Komunikasi merupakan bahan dasar utama dalam pelayanan kesehatan yang
digunakan perawat dalam mendukung hubungan perawat dan pasien dengan
tujuan terapi. Dari sudut pandang ini, hubungan interpersonal yang baik dapat
dianggap sebagai prasyarat untuk perawatan medis yang optimal. Tujuan utama
lainnya juga adalah pertukaran komunikasi antara pasien dan perawat yang berupa
informasi tersebut, yang di maksud dengan pertukaran komunikasi tersebut seperti
mendapatnya informasi dari pasien untuk mengenal atau mengerti yang sedang
dialami atau terjadi dengan pasien tersebut. Komunikasi yang baik antara perawat
dan pasien memiliki potensi yang besar dalam membantu pasien untuk mengatur
emosi, meningkatkan pemahaman informasi medis, persepsi dan harapan,
membangun rasa percaya penuh kepada perawat yang menanganinya sehingga
pasien akan patuh terhadap semua saran dan nasehat.

2.3. Konsep Isu dalam Keperawatan


1. Jumlah perawat ahli dan spesialis masih relative rendah, masih banyak
perawat vokasional.

3
Berdasarkan data AIPDiKI (2011) institusi keperawatan Diploma 3 di
Indonesia mencapai 498, sedangkan jenjang sarjana/ners pada tahun 2011
bertambah menjadi 318 institusi dari 309 institusi pada tahun sebelumnya
dan jenjang magister/spesialis menjadi 15 institusi, sedangkan pendidikan
Doktoral 1 institusi (AIPNI, 2011). Berdasarkan data tersebut, mayoritas
pendidikan keperawatan di Indonesia adalah bersifat vokasional, yang
merupakan pendidikan keterampilan, idealnya keperawatan harus bersifat
professional, yang mensinergikan antara ilmu dan praktik. Seperti pada
jurnal yang ditulis oleh Simunovic, et all. (2010) menjelaskan bahwa
kurikulum pendidikan keperawatan yang seharusnya diterapkan dimulai
dari pendidikan basic (Bachelor). Penambahan jumlah institusi pendidikan
keperawatan tersebut belum disertai oleh peningkatan mutu manajemen
dan sumber daya pendidikan sehingga lulusan yang dihasilkan pun kurang
berkualitas (Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia/SPKI, 2012).

2. Program pendidikan kesehatan belum mewadai.


Pendidikan keperawatan di Indonesia bisa dikatakan tertinggal jika
dibandingkan negara-negara maju. Seperti keterlambatan pengakuan body
of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1
keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat sudah
ada pada tahun 1869. Keterlambatan dalam pengembangan pendidikan
perawat professional guna menjamin kepuasan konsumen. Dan
keterlambatan sistem pelayanan keperawatan. Dalam hal ini meliputi
standar pelayanan keperawatan, bentuk praktik pelayanan keperawatan
juga lisensi keperawatan.

Dalam jurnal Aarabi, et all (2015) menjelaskan bahwa pendidikan


keperawatan di Iran meningkatkan partisipasi perawat dalam professional
decision, dibutuhkan perawat yang terdidik dengan baik dan terlatih untuk
berhubungan dengan komunitas dan berhadapan langsung dengan pasien.
Dalam pengembangannya, Iran membuat keputusan untuk melatih
mahasiswa sarjana, menghadapi tantangan auntuk perawat PhD dan
menghadapi deficit pendidikan keperawatan secara umum. Kemudian

4
membuat kurikulum yang komprehensif pada program PhD,
mengmbangankan attitude perawat PhD, dan performa perawat PhD.

3. Kolaborasi secara professional dengan dokter


Hambatan kolaborasi dengan dokter sering dijumpai pada tingkat
profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap
menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian
professional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat
ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibandingkan tenaga
kesehatan lain, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendukung
dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik tenaga kesehatan lainnya
dengan dokter terletak pada perbedaan sikap professional mereka terhadap
pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya. Komunikasi dibutuhkan
untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu ditunjang
oleh sarana komunikasi yang dapat menyatukan kesehatan pasien secara
komprehensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim
dalam pengambilan keputusan.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Isu


1. Faktor Agama dan Istiadat
Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun
kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses.
Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya. Indonesia merupakan
negara kepulauan yang di huni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Agama serta latar belakang adat-istiadat
itulah merupakan faktor utama dalam membuat sebuah keputusan etis.
2. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis.
Faktor ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial dan
budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

5
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang
kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia
manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur
baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal
dapat di perpanjang usiannya dengan berkat adanya mesin hemodialisa ibu-ibu
yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai iseminasi.
Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan etika.
4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakkan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legilasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik
saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
keehatan sedang menjadi topik yang banyak di bicarakan. Hukum kesehatan telah
menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisiapasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan
Dana atau keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawat dapat
menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan banyak program yang di
biayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat

6
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.
7. Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan
bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah
yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.
8. Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi
dan kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-
hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang
secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak
untuk dilibatkan dalam pembuat keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga
kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini),
hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk
privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk
mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan
bangga.

2.5. Isu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Contoh : Telenursing sebagai trend dan isu pelayanan keperawatan indonesia
ditahun 2020

Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh


menggunakan teknologi telekomunikasi. Model pelayanan ini memberikan
keuntungan antara lain:

7
1) Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2) Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4) Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5) Berguna dalam kasus-kasus kronis yang perlu perawatan di rumah dengan jarak
yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6) Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk
mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan
internet.
Sedangkan kekurangan telenursing, antara lain : tidak adanya interaksi
langsung perawat dengan pasien yang akan mengurangi kualitas pelayanan
kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung
dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan
terapeutik. Selain itu, kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau
terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan dan meningkatkan
risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.

2.6. Peran Perawat dan menghadapi isu


1. Perawat mampu menggunakan teknologi informasi di rumah sakit dalam
pelayanan kesehatan. Sehingga mampu mencari informasi sekaligus
menjawab pertanyaan yang dilontarkan pasien kepada perawat.
2. Perawat tetap melakukan tindakan caring meskipun telah ada teknologi
yang menangani secara tidak langsung kepada pasien.
3. Teknologi tersebut merupakan layanan komunikasi dapat membantu
pasien dalam pemahaman penyakitnya sehingga tahu akan tindakan lanjutan
yang perlu dilakukan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Isu merupakan suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi maupun tidak
terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan, pelayanan kesehatan menurut
(Depkes RI) ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Isu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan yang terjadi adalah adanya teknologi komunikasi yang
memudahkan perawat dalam membantu proses penyembuhan pasien. Di zaman
moderen ini, isu-isu tersebut terus beredar bahkan telah terdapat beberapa
teknologi yang telah diciptakan. Meskipun demikian, Perawat tetap harus
melakukan tindakan caring dan menggunakan komunikasi terapeutik dalam proses
penyembuhan pasien dan meningkatkan bina hubungan saling percaya perawat
pasien.

3.2. Saran
Diharapkan makalah ini menjadi salah satu bahan referensi dalam
penyelesaian tugas maupun hanya sekadar membaca. Selain itu, juga sebagai
pendukung masyarkat, salah satunya tenaga kesehatan seperti perawat
dalammenyikapi isu-isu komunikasi yang beredar dalam pelayanan kesehatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aarabi, A., Kordi, E., Farahmand, H., Gholami, F., Bakhtiari, S. 2015. Health
Care Personnel Compliance with Standards of Eye and Face Protection and Mask
Usage in Operating Room. Diakses dari
http://ijnmr.mui.ac.ir/index.php/ijnmr/article/viewFile/45/45

AIPNI. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Ners Indonesia.


Jakarta ; Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI).

Maulana, Irfan. 2011. Telenursing sebagai trend dan isu pelayanan keperawatan
indonesia ditahun 2020. Program pasca sarjana. Fakultas Ilmu Keperawatan.
Universitas Indonesia. Jakarta

Amarenco P., Goldstein L., Szarek M., Sillesen H., Rudolph A., Callahan A.,
Hennerici M., Simunovic L., Zivin J., Welch M., 2007. Effects of Intense
Low-Density Lipoprotein Cholesterol Reduction in Patients With Stroke or
Transient Ischemic Attack. American Heart Association. 38: 3198-3204. Available
from: http://stroke.ahajournals.org/content/38/12/3198.full
Priharjo, Robert.1995. Pengantar Etika Keperawatan .yogyakarta: PENERBIT
KANISIUS.

Metta Rahmadiana. 2012. Jurnal Psikogenesis. Vol. 1, No. 1/ Desember

Mutiara, Aisy Rachmawati, dkk. 2013. Komunikasi. Makalah. Universitas


Indonesia. Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai