Anggota:
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan kepada kita semua.
Sehingga mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurah bagi
nabi Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya. Kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa
yang akan datang. Semoga Allah SWT memberi balasan yang terbaik bagi orang
yang mencari dan berbagi ilmu dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Kelompok 22 Komkep
II i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................II
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................2
1.4. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Definisi Isu dan Pelayanan Kesehatan..............................................................3
2.2. Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan.........................................................3
2.3. Konsep Isu dalam Keperawatan........................................................................3
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Isu.............................................................5
2.5. Isu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan...................................................7
2.6. Peran Perawat dalam Menghadapi Isu..............................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................9
3.2. Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
III i
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi isu?
5. Apa saja isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
6. Apa saja peran perawat dalam menghadapi isu?
1.3. Tujuan
1. Mampu memahami definisi isu dan pelayanan kesehatan
2. Mampu memahami komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3. Mampu memahami konsep isu dalam keperawatan
4. Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi isu
5. Mampu menganalisa isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
6. Mampu memahami peran perawat dalam menghadapi isu
1.4. Manfaat
1. Mengetahui definisi isu dan pelayanan kesehatan
2. Mengetahui komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3. Mengetahui konsep isu dalam keperawatan
4. Mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi isu
5. Mengetahui isu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
6. Mengetahui peran perawat dalam menghadapi isu
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan data AIPDiKI (2011) institusi keperawatan Diploma 3 di
Indonesia mencapai 498, sedangkan jenjang sarjana/ners pada tahun 2011
bertambah menjadi 318 institusi dari 309 institusi pada tahun sebelumnya
dan jenjang magister/spesialis menjadi 15 institusi, sedangkan pendidikan
Doktoral 1 institusi (AIPNI, 2011). Berdasarkan data tersebut, mayoritas
pendidikan keperawatan di Indonesia adalah bersifat vokasional, yang
merupakan pendidikan keterampilan, idealnya keperawatan harus bersifat
professional, yang mensinergikan antara ilmu dan praktik. Seperti pada
jurnal yang ditulis oleh Simunovic, et all. (2010) menjelaskan bahwa
kurikulum pendidikan keperawatan yang seharusnya diterapkan dimulai
dari pendidikan basic (Bachelor). Penambahan jumlah institusi pendidikan
keperawatan tersebut belum disertai oleh peningkatan mutu manajemen
dan sumber daya pendidikan sehingga lulusan yang dihasilkan pun kurang
berkualitas (Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia/SPKI, 2012).
4
membuat kurikulum yang komprehensif pada program PhD,
mengmbangankan attitude perawat PhD, dan performa perawat PhD.
5
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang
kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia
manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur
baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal
dapat di perpanjang usiannya dengan berkat adanya mesin hemodialisa ibu-ibu
yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai iseminasi.
Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan etika.
4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakkan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legilasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik
saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
keehatan sedang menjadi topik yang banyak di bicarakan. Hukum kesehatan telah
menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisiapasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan
Dana atau keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawat dapat
menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan banyak program yang di
biayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
6
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.
7. Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan
bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah
yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.
8. Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi
dan kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-
hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang
secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak
untuk dilibatkan dalam pembuat keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga
kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini),
hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk
privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk
mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan
bangga.
7
1) Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2) Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4) Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5) Berguna dalam kasus-kasus kronis yang perlu perawatan di rumah dengan jarak
yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6) Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk
mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan
internet.
Sedangkan kekurangan telenursing, antara lain : tidak adanya interaksi
langsung perawat dengan pasien yang akan mengurangi kualitas pelayanan
kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung
dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan
terapeutik. Selain itu, kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau
terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan dan meningkatkan
risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Isu merupakan suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi maupun tidak
terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan, pelayanan kesehatan menurut
(Depkes RI) ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Isu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan yang terjadi adalah adanya teknologi komunikasi yang
memudahkan perawat dalam membantu proses penyembuhan pasien. Di zaman
moderen ini, isu-isu tersebut terus beredar bahkan telah terdapat beberapa
teknologi yang telah diciptakan. Meskipun demikian, Perawat tetap harus
melakukan tindakan caring dan menggunakan komunikasi terapeutik dalam proses
penyembuhan pasien dan meningkatkan bina hubungan saling percaya perawat
pasien.
3.2. Saran
Diharapkan makalah ini menjadi salah satu bahan referensi dalam
penyelesaian tugas maupun hanya sekadar membaca. Selain itu, juga sebagai
pendukung masyarkat, salah satunya tenaga kesehatan seperti perawat
dalammenyikapi isu-isu komunikasi yang beredar dalam pelayanan kesehatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aarabi, A., Kordi, E., Farahmand, H., Gholami, F., Bakhtiari, S. 2015. Health
Care Personnel Compliance with Standards of Eye and Face Protection and Mask
Usage in Operating Room. Diakses dari
http://ijnmr.mui.ac.ir/index.php/ijnmr/article/viewFile/45/45
Maulana, Irfan. 2011. Telenursing sebagai trend dan isu pelayanan keperawatan
indonesia ditahun 2020. Program pasca sarjana. Fakultas Ilmu Keperawatan.
Universitas Indonesia. Jakarta
Amarenco P., Goldstein L., Szarek M., Sillesen H., Rudolph A., Callahan A.,
Hennerici M., Simunovic L., Zivin J., Welch M., 2007. Effects of Intense
Low-Density Lipoprotein Cholesterol Reduction in Patients With Stroke or
Transient Ischemic Attack. American Heart Association. 38: 3198-3204. Available
from: http://stroke.ahajournals.org/content/38/12/3198.full
Priharjo, Robert.1995. Pengantar Etika Keperawatan .yogyakarta: PENERBIT
KANISIUS.
10