Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN KOMUNIKASI II

TREND & ISSUE KOMUNIKASI TEURAPETIK


KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :
1. Shania Maulidya Anam
2. Pipit Aryani
3. Maria Dyah Putri Utami
4. Ririn Virginia Kharisma
5. S. Ferayanti
6. Zezi Baniah
7. Dwi Ayu Lestari
8. Achmad Rhomay Setyawan

PROGRAM STUDI SARJANAKEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
TAHUN AJARAN 2022- 2023
Daftar Isi
Kata PENGANTAR………………………………………………… iii
Daftar Isi ............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………….. 4
Latar Belakang
1.1 Tujuan Umum ................................................................... 5
1.2 Tujuan khusus ................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ............................................................. 5

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………. 6

2.1 Definisi Trend dan Issue ................................................... 6

2.2 Definisi Keperawatan Komunikasi Terurapetik .............. 8

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi trend dan issue .......... 9

2.4 Proses Komunikasi Teurapetik ......................................

4.5 Trend dan Issue komunikasi Teurapetik dalam Telenursing

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………… 18

3.1 Kesimpulan ....................................................................... 18

3.2 Saran .................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 20

KATA PRNGANTAR

2
Puji syukur kami panjatkan kehatirat Allah SWT atas limpah, rahmat, taufik
dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ trend
dan issue komunikasi teurapetik keperawatan’’. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik waktu maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi
Kami sadar bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 10 Maret 2023

Penulis

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-


menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan
dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat
berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut.

Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena fokus asuhan
keperawatan bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah
berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang menerima pendidikan
keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau
kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2. Tren paraktik
keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.

Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai


anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya
focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan
keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan
kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan
trend dan praktik keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai


wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan
keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.

1.2 Tujuan

4
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membaca makalh ini, diharapkan pembaca mengetahui dan
memahami tentang trend dan issue komunikasi teurapetik keperawatan

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issue.
2. Mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi trend dan issue
komunikasi teurapetik keperawatan.
3. Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issue komunikasi
teurapetik keperawatan.
4. Mampu memahami dan mengetahui tentang factor yang mempengaruhi
komunikasi.
5. Mampu memahami dan mengetahui komunikasi teurapetik dalam
telenursing.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara
perawat dengan pasien “

BAB 2

5
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Trend dan Issue

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta (Muharamiatul, 2012).

Sedangkan issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak namun belum jelas faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012).

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan


memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,
mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain ( Mundakir, 2006)

Komunikasi terapetik dibidang keperawatan mememang peran penting untuk


menciptakan hubungan harmonis antara perawat, pasien, dan tenaga Kesehatan
lainnya, guna mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana Tindakan serta
kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Keefektifan komunikasi terapeutik antara perawat dan
pasien akan mengoptimalkan Tindakan keperawatan yang akan mempercepat
proses penyembuhan fisik dan psikologis pasien (Anas Tamsuri, 2002)

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga

6
professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu
masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi
penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang
meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan


untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat
lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana
masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga
kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek sosial
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :

1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun


1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di
negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia


kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi

7
tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2020 “, maka
solusi yang harus ditempuh adalah :

1. Pengembangan pendidikan keperawatan. Sistem pendidikan tinggi


keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang
keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM
pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional. Depertemen
Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus
segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaanorganisasi keperawatan. Organisasi profesi keperawatan
memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi
dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat
guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan
akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
4. Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu
baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional.

2.2 Definisi Keperawatan Komunikasi Terurapetik

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan


hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien
dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan
tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting
memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik

8
merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi terapeuitk
termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien. Menurut Purwanto komunikasi
terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara dan
penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan
melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi trend dan issue

1. Faktor Agama dan Istiadat Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan
faktor utama dalam membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk
memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang
dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan
semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan semakin mengenal siapa
dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya
2. Faktor Sosial, berpengaruh terhadap keputusan pembuatan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial
dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pada abad 20 ini, manusia telah
berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai
meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu
meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan
ditemukannya berbagai mesin kesehatan mekanik, cara prosedur baru dan
bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat
memperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang
mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai

9
inseminasi. Kemajuankemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.
4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis Perubahan sosial dan legislasi secara
konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau legislasi yang
menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan
tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini
aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis terhadap permasalahan etika
kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan
telah menjadi suatu bidang ilmu, dan peraturan perundang-undangan baru
banyak disusun untuk menyempurnakan peraturan perundang-undangan lama
atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan. Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan
perawatan dapat menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat, pemerintah telah banyak mengupayakan dengan mengadakan
berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan. Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaan dalam
pembuatan suatu keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat
dilaksanakan, namun harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia
bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat
sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia menerima
sanksi sanksi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
7. Faktor Kode Etik, dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting
dalam pertahanan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah
diterima oleh profesi. Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang
tepat terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih
mencoba permasalahan menganalisis-permasalahan etis.
8. Faktor hak- hak pasien, Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari
konsep hak-hak manusia. Hak merupakan tuntutan rasional yang berasal dari
konsekuensi konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak

10
cenderung mencakup hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak
moral. Hak-hak pasien yang secara luas hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk
dicantumkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
hak untuk diberi informed consent, hak untuk mengetahui nama dan status
tenaga kesehatan yang membantu, hak untuk mempunyai pendapat kedua
(pendapat kedua), hak untuk diperlakukan dengan rasa hormat, hak untuk
konfidensialitas (termasuk privasi), hak untuk mengganti luka yang tidak sah
dan hak untuk mempertahankan martabat (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.

2.4 Proses Komunikasi Teurapetik

Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari: Sumber komunikasi yaitu pengirim
pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau
menyiapkan pesan. Komunikator dalam makalah ini adalah para perawat yang
tugas utamanya ialah membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut,
sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan
gawat darurat. Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan
keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam
makalah ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau
kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi.
Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah
satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran
pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan
yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan.
Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat
sebagai berikut:

1. Pesan harus direncanakan

2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak

11
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami

5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.

Prinsip komunikasi terapeutik Komunikasi interpersonal yang terapeutik


mempunyai beberapa prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal De
Vito yaitu keterbukaan,empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik yang belum dilaksanakan dengan baik dan


benar dapat menjadi hambatan yang cukup berarti dalam penerapan asuhan
keperawatan yang bermutu sesuai standar praktek keperawatan yang
profesional. Permasalah di atas perlu mendapat perhatian serius dan dikaji lebih
jauh agar penyebab dari tidak terlaksananya komunikasi terapeutik secara
efektif dalam setiap tahapan dapat diidentifikasi secara jelas, dengan demikian
perawat sebagai pelaksana komunikasi terapeutik dapat mengetahui dan
memahami ha-hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan diri
sebagai tenaga profesional di bidang kesehatan. Fungsi komunikasi terapeutik
adalah untuk mendorong atau menganjurkan kerja sama antara perawat dan
pasien dalam proses keperawatan, membantu pasien dalam rangka mengatasi
persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada tahap preventif
kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap
pertahanan diri pasien

Tujuan komunikasi terapeutik adalah:

a. Membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatannya sehingga


dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan

b. Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang efektif


dan mempertahankan kekuatan egonya;

c. Fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.

12
Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik adalah ;

a. Empati,yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau


perasaan orang lain.

b. Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang terhadap kebutuhan orang lain
dan berhasrat akan membuat sesuatu yang akan dipertanggung jawabkan.

c. Validasi yaitu penegasan kembali tentang pesan yang disampaikan. Hal ini
terjadi jika komunikator merasa bahwa orang yang diajak bicara menerima
dan memberi respek terhadap apa yang dikatakannya.

d. Perhatian, merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam komunikasi yang


diekspresikan secara non verbal pada apa yang dikatakan orang lain dengan
cara memandang, mengangguk, atau dengan perabaan jika dianggap tepat.

Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik, yaitu ;

Menurut Heri Purwanto ada 4 tahap komunikasi terapeutik yaitu:

a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan atau pra interaksi adalah masa persiapan sebelum
berhubungan dengan pasien, tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk
memahami dirinya, mengatasi kecemasannya dan meyakinkan dirinya
bahwa dia betul-betul siap untuk berinteraksi dengan pasien. Tugas perawat
pada tahap ini antara lain: mengeplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan
sebelum berinteraksi dengan klien, menganalisis kekuatan dan kelemahan
diri, mengumpulkan data tentang klien, dan merencanakan pertemuan
pertama dengan klien Hal ini diakibatkan oleh berbagai faktor di antaranya
bahwa kemampuan komunikasi tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku
seseorang yang melibatkan aktivitas fisik, mental, latar belakang sosial,
pengalaman, usia, dan pendidikan
b. Tahap Perkenalan/orientasi

13
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali
bertemu atau kontak dengan pasien. Pada saat berkenalan, perawat harus
memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan
memperkenalkan dirinya berarti perawat telah terbuka pada pasien dan ini
hal ini diharapkan akan mendorong pasien untuk membuka dirinya. Tugas
perawat pada tahap ini antara lain: membina rasa saling percaya,
menunjukan penerimaan dan komunikasi terbuka, merumuskan kontrak
bersama klien, menggali pikiran dan perasaan, mengidentifikasi masalah
klien, serta merumuskan tujuan dengan klien.
c. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien berkerja sama untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Perawat juga dituntut mempunyai kepekaan
dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam proses
verbal maupun non verbal klien. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa masih terdapat 24,3% penerapan tahapan kerja dalam komunikasi
terapeutik yang belum optimal. Hal ini karena dalam menjalani tahapan
kerja, perawat belum mampu mengeksplorasikan perasaan yang tepat dan
mendorong kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi pikiran,
perasaan, dan perbuatan pasien. Hal ini didukung oleh teori Heri Purwanto,
yang mengatakan bahwa tugas dalam fase kerja ini adalah meningkatkan
interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, menggunakan tehnik komunikasi terapeutik
sebagai cara pemecahan, dan dalam mengembangkan hubungan kerja sama,
serta meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik melalui
pengkajian dan evaluasi masalah yang ada untuk meningkatkan komunikasi
pasien dan mengurangi ketergantungan pasien pada perawat. Tahap kerja
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Harapan klien pada
tahap ini, perawat memahami apa yang disampaikan oleh pasien, akan
tetapi perawat terkadang tidak menyimpulkan permasalahan yang dihadapi
dan diinginkan oleh pasien, akibatnya dapat terjadi ketidaksamaan persepsi

14
antara perawat dan pasien, sehingga penyelesaian masalah tidak terarah dan
tidak relevan dengan hasil yang diharapkan dan masalah pasien tidak
terselesaikan.
d. Tahap terminasi
Tugas perawat pada tahap ini antara lain: Mengevaluasi pencapaian tujuan
dari interaksi yang telah dilaksakan, melakukan evaluasi subjektif,
menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang elah dilakukan, dan
membuat kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan bahwa masih terdapat 33,3% penerapan tahapan
terminasi yang belum maksimal dilakukan. Kegagalan pada tahap ini karena
terminasi yang dilakukan dengan tiba-tiba dan sepihak tanpa penjelasan,
situasi ini dapat menimbulkan perilaku negative pada pasien karena danya
perasaan penolakan, kehilangan dan mengingkari manfaat interaksi yang
telah dilakukan. proses terminasi perawat-pasien merupakan aspek penting
dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal itu tidak dilaksanakan dengan
baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada
pasien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan
perawat untuk terbuka, empati, dan responsif terhadap kebutuhan klien pada
pelaksanaan tahap sebelumnya. Secara umum, komunikasi terapeutik pada
penelitian dari Media Purnama menyimpulkan bagaimanapun masalah itu,
sebenarnya semua masalah yang dihadapi manusia bisa ditanggulangi
dengan berkomunikasi yang baik . Keefektifan komunikasi terapeutik
antara perawat dan pasien akan mempercepat proses penyembuhan fisik dan
psikologis. Komunikasi terapeutik yang diterapkan dengan baik dan benar
akan menciptakan hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien, dan
pasien merasa nyaman menjalani perawatan dan kooperatif dalam
menerima setiap tindakan keperawatan. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa komunikasi terapeutik adalah sarana efektif bagi terlaksananya
tindakan keperawatan yang optimal.

2.5 Trend dan Issue komunikasi Teurapetik dalam Telenursing

15
Telenursing didefenisikan sebagai perpaduan layanan telekomunikasi dan
keperawatan setiap kali ada jarak fisik yang substansial antara perawat atau
antara pasien dan perawat (Amudha, Nalini, Alamelu, Badrinath, & Sharma,
2017). Seorang perawat yang melakukan telenursing tetap menggunakan
proses keperawatan untuk mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan,
mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan (Sanderson,
2018). Telenursing juga melibatkan proses pemberian pendidikan kesehatan
kepada klien, serta adanya sistem rujukan. Selain itu telenursing juga tetap
mengharuskan adanya hubungan terapeutik antara perawat dan klien, dalam
telenursing hubungan tersebut dapat terbina melalui penggunaan telepon,
internet atau alat komunikasi yang lainnya (Scotia, 2017) Padila at all (2018)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dengan adanya perangkat
telenursing maka, masalah- masalah terkait penyediaan SDM perawat yang
kurang memadai dibeberapa RS dapat teratasi, termaksud didalamanya jika
terjadi hal-hal yang tidak dingginginkan seperti terjadinya kejadian luar biasa
(KLB), yang tidak bisa meninggalkan ruangan karena pasien membludak,
tetap bisa terkoordinir dengan baik dengan adanya sistem telenursing ini
sebagai saran komunikasi dan monitoring tindakan keperawatan. Dengan
digunakan SIM telenursing, tidak menutup kemungkinan income RS
meningkat tajam, lalu akan menambah peningkatan gaji perawat dan tim
medis lainnya sehingga akan meningkat pula produktivitas dalam bekerja.
Dalam hasil penelitian Yang, Jiang, & Li tahun 2019 mengenai ‘Peran
Telenursing Dalam Manajemen Pasien Dengan Diabetes’ dihasilkan bahwa
telenursing, sebagai alat yang berguna untuk pendidikan pasien dan intervensi
perilaku, dapat membantu pasien diabetes untuk meningkatkan kontrol
glikemik mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aplisi telenursing
di lapangan membutuhkan beragam kompetensi yang dapat disusun menjadi
empat kategori: kompetensi profesional, metodologis, personal, dan sosial (
Thomas, 2016).

Perawat yang melakukan telenursing harus perawat yang memiliki lisensi


yang valid dan terkini. Kategori pelayanan kesehatan yang bisa diberikan
melalui telenursing yaitu preventif misalnya pencegahan efek berbahaya dari

16
penyalahgunaan obatobatan, alkohol, layanan gizi, dan survey kesehatan;
promotif meliputi pendidikan kesehatan terkait latihan fisik dan kebiasaan diet
sehat; kuratif meliputi layanan yang berhubungan dengan pengobatan
penyakit misalnya pemeriksaan dan pemberian resep obat, rehabilitatif
meliputi layanan tindak lanjut setelah dirawat di rumah sakit dengan penyakit
kronis, operasi dll; dan pelayanan khusus meliputi fisioterapi, tes
laboratorium, layanan okupasional, layanan kecanduan dan layanan rujukan
baik untuk pribadi atau instansi kesehatan atau sesuai dengan keinginan
pasien (Sharma, 2014). Telenursing dianggap mampu untuk memperbaiki
keadaan. Dimana masyarakat bisa mengakses perawatan kesehatan dengan
cara yang mudah dan biaya yang efektif sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan telenursing perawat bisa
memperluas jangkauan, dapat memberikan perawatan kesehatan kapan dan
dimana pasien membutuhkannya bahkan dirumah mereka. Penerapan
telenursing memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan akses
keperawatan, menekan biaya dan meningkatkan hasil akhir dari perawatan
kesehatan. Namun peningkatan penggunaan teknologi akan mempengaruhi
hubungan perawat dan klien dengan kualitas perawatan. Hubungan perawat
dan klien tidak dapat digantikan dengan teknologi. Tetapi pemberian asuhan
keperawatan tanpa sentuhan langsung dari tangan perawat atau menggunakan
telenursing dapat dikatakan sebagai asuhan keperawatan yang legal, karena
dalam sistem telenursing perawat menggunakan pengetahuan, keterampilan,
pertimbangan dan pemikiran kritis yang tidak bisa dipisahkan dari ilmu
keperawatan, yang meliputi penggunaan ilmu keperawatan, pemikiran kritis,
dan pengambilan keputusan.

17
BAB 3

PENUTUP

a. Kesimpulan
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk
mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu
komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan
pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen penting yaitu
proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Dalam Penerapan
telenursing memberikan dampak positif terhadap berbagai pihak seperti
pasien, perawat dan pemerintah. Namun hal ini harus didukung oleh
keterampilan dan pengetahuan perawat itu sendiri. Perawat harus
memiliki pengetahuan tentang komunikasi yang cukup dalam penerapan
telenursing yaiutu dengan cara komunikasi teurapetik. Komunikasi dalam
bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi
kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang
peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang

18
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi
terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan
efek komunikasinya. Telenursing didefenisikan sebagai perpaduan
layanan telekomunikasi dan keperawatan setiap kali ada jarak fisik yang
substansial antara perawat atau antara pasien dan perawat (Sharma,
2017). Seorang perawat yang melakukan telenursing tetap menggunakan
proses keperawatan untuk mengkaji, merencanakan,
mengimplementasikan, mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan (Sanderson, 2018).

b. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa
saran yang ingin disampaikan untuk koreksi dalam hal meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan Kesehatan, sebagain berikut :
a. Bagi Penulis
Penulis lebih banyak membaca tentang trend dan issue komunikasi
teurapetik yang terbaru dan bagaimana cara mengatasi masalah yang
terjadi dan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat
b. Bagi Perawat
Bagi perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik yang baik agar
dapat memberikan pelayanan yang prima dan melakukan Tindakan
menjadi efektif dan efisien serta dapat menerapkan di tempat kerja
masing-masing dengan baik
c. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi Pendidikan agar menyediakan fasilitas perpustakaan
yang memandai secara online agar dapat di akses oleh setiap
mahasiswa supaya memudahkan mencari materi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muharamiatul . (2012). Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan.


Mundakir.( 2006). Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:
Thomas (2016). Human Communication in Society. United State of America: Pearson

20

Anda mungkin juga menyukai