MAKALAH
Disusun Oleh
Kelompok 5 :
Febiola Salsabila
Marsya Fauziah
Mila Pranata
PADANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
“Trend dan Issue dan Aspek Legal Etik HIV/AIDS”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 5
2i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .............................................................................................................7
ii 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan
masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
2
2. Definisi Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya.
Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan perannya
sebagai pembari asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih baik. Pemberian asuhan
keperawatan akan lebih baik dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis
teknologi. Dengan adanya telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat melakukan
tindakan keperawatan dengan lebih efisien dan tepat. Dengan demikian Perawat sebagai
pemberi layanan keperawatan dengan asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional
dan mengedepankan perkembangan teknologi kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan.
Dengan memanfaatkan kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan
hasil yang lebih baik. Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator dengan
tim kesehatan lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan
kepada pasien lebih meningkat.
Tren penularan HIV/AIDS beralih yaitu dari pecandu narkoba menjadi perilaku
heteroseksual. Dari perilaku heteroseksual tersebut, jumlah laki-laki positif HIV/AIDS lebih
tinggi ketimbang wanita, dengan usia dominan yaitu 20-29 tahun. Koordinator Bidang
Ilmiah Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS IV, Yanri Subrongto mengatakan tren penularan
berubah karena berbagai faktor, dari faktor heterokseksual sendiri, yaitu tentang Pekerja Seks
Komersial (PSK). Ini disebabkan karena “PSK bisa pergi ke mana-mana tanpa dibatasi
aturan, dan bisa saja membawa virus. Hal inilah yang memicu peningkatan kasus
HIV/AIDS," paparnya dalam Konferensi Pers Pertemuan Nasional AIDS IV di Yogyakarta,
Rabu(21/9).
3
Data yang ada juga memberi informasi bahwa kelompok heteroseksual menjadi
kelompok paling rentan atas kasus AIDS di Indonesia. Selama periode 1987-2016, tercatat
ada 58.846 kasus dari kelompok heteroseksual. Kelompok kedua yang berisiko tinggi adalah
IDU (injecting drug user) yang mencapai 9.080 kasus. Sayangnya, ada lebih dari 11 ribu
kasus yang belum diketahui risiko penyebab kasusnya. Kelompok heteroseks masih menjadi
kelompok utama sebagai kelompok yang paling riskan dari kasus AIDS. Sekalipun telah
menunjukkan tren yang menurun setelah 2013, angkanya masih cukup tinggi. Pada 2010,
tercatat jumlah kasus AIDS yang dilaporkan karena hubungan heteroseksual sebanyak 4.715.
Jumlah ini meningkat menjadi 5.545 pada 2016.
Perilaku seksual sebagai faktor risiko terbesar dalam paparan HIV-AIDS menegaskan
kembali soal problema promikuitas, atau hubungan seksual antara sejumlah pria dan wanita
tanpa ada aturan yang mengikat. Seks dengan lebih dari satu pasangan, tanpa pelindung,
meningkatkan risiko HIV-AIDS. Sampai saat ini masih banyak informasi hoax yang beredar
mengenai penularan HIV-AIDS. Hal ini berimbas pada sikap masyarakat terhadap orang
dengan HIV-AIDS (ODHA). Ya, stigma terhadap ODHA pun menjadi negatif. Nyatanya,
penularan HIV-AIDS tidak semudah dari memakai pakaian yang sama atau berbagi makanan
dengan ODHA, seperti yang ramai beredar dalam pesan berantai. Menurut dr Teguh Karyadi,
SpPD, KAI, dari RS Cipto Mangunkusumo, perlu kedekatan yang luar biasa antara seorang
pengidap dengan orang lain agar bisa terinfeksi karena hanya paparan cairan tubuh seperti
darah dan cairan kelamin saja yang bisa menularkan virus.“Penularan HIV itu tidak mudah.
Harus betul-betul yang terpercik cairan tubuh atau karena sesuatu invasif karena perilaku kita
sendiri,” papar dr Teguh kepada detikHealth beberapa waktu lalu.
4
Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV-AIDS di dalam kemasan makanan
kalengan impor. Pesan yang dikirim melalui broadcast message blackberry messenger
tersebut mengatakan bahwa para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat
memasukkan darah mereka ke dalam kemasan makanan tersebut. Akan tetapi hal ini di tepis
oleh dr Roy Sparringa yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM). dr Roy mengatakan bahwa BPOM tidak pernah menemukan hal-hal
seperti yang disebutkan dalam pesan berantai tersebut, termasuk kandungan darah dan virus
HIV. Selain itu menurut dr Roy, virus HIV tidak akan mampu bertahan hidup jika sudah
keluar dari tubuh manusia.
4. Pembalut
Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa menular melalui produk pembalut
yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut yang dibelinya kotor, terdapat bercak darah
seperti pembalut yang sudah pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau
menggunakannya.
5. Bangku bioskop
Jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus HIV juga pernah dipasang di bangku
bioskop. Jika ada orang yang duduk di bangku tersebut, maka ia otomatis akan tertular oleh
virus tersebut. dr Sarsanto Wibisono Sarwono, SpOG menyebutkan bahwa rasanya sulit
menularkan virus HIV-AIDS. Ini karena darah yang terinfeksi harus benar-benar masuk ke
dalam pembuluh darah seseorang. “Kalau beneran ada jarum di kursi bioskop, misal ada yang
menduduki, jarumnya kan tertahan sama kain bajunya. Kalau celana juga kan biasanya tebal,
itu juga udah susah kena ke kulit,” imbuh dr Sarsanto.
5
dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut
mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan
keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat
harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik
dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana
yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn.
A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada
Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang
penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap
dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu
yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
7
DAFTAR PUSTAKA
Storch, J.L. (2009). “Ethics in Nursing Practice”. In Kuhse H & Singer P. (ed.). A
Companion to Bioethics. Chichester UK: Blackwells. pp. 551–562. ISBN
9781405163316.
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by
Lippicot Philadelpia, New York.
McHale, J; Gallagher, A (2003). Nursing and Human Rights. Butterworth Heinemann. ISBN
978-0-7506-5292-6.
Breier-Mackie, Sarah (March–April 2006). “Medical Ethics and Nursing Ethics: Is There
Really Any Difference?”. Gastroenterology Nursing. 29 (2): 182–3.
doi:10.1097/00001610-200603000-00099. Retrieved 25 June 2019.