Anda di halaman 1dari 11

TRENS DAN ISSUE DAN ASPEK LEGAL ETIK PASIEN HIV/AIDS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah mata kuliah HIV/AIDS

Disusun Oleh

Kelompok 5 :

Febiola Salsabila

Eka Putri Mardha Tillah

Mahkota Yoga Riza

Marsya Fauziah

Mila Pranata

Monika Aulia Yasandi

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 16’A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH

PADANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
“Trend dan Issue dan Aspek Legal Etik HIV/AIDS”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 04 April 2020

Kelompok 5

2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORITIS ..............................................................................2

A. Definisi Trend dan Issue........................................................................................2

B. Peran Perawat Terhadap Trend Issue ...............................................................3

C. Trend dan Issue HIV.............................................................................................3

D. Aspek Legal Etik Pasien HIV/AIDS.....................................................................4


BAB III PENUTUP ...................................................................................................7

A. Kesimpulan .............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................8

ii 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus


dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri
juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut. Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social
bidang lain karena focus asuhan keperawatan bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan
keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang menerima pendidikan
keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau kesehatan
masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2.

Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik


dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan
sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan
trend dan praktik keperawatan. Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan
keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia
baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.

B. Rumusan masalah

1. Apa konsep trend dan issue HIV/AIDS ?

2. Apa konsep legal etik pasien HIV/AIDS ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Trend dan Issue

1. Definisi Trend

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan
masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan


untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan
ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi
standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.

2
2. Definisi Issue

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya.

B. Peran Perawat Terhadap Trend Issue

Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan perannya
sebagai pembari asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih baik. Pemberian asuhan
keperawatan akan lebih baik dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis
teknologi. Dengan adanya telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat melakukan
tindakan keperawatan dengan lebih efisien dan tepat. Dengan demikian Perawat sebagai
pemberi layanan keperawatan dengan asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional
dan mengedepankan perkembangan teknologi kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan.
Dengan memanfaatkan kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan
hasil yang lebih baik. Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator dengan
tim kesehatan lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan
kepada pasien lebih meningkat.

C. Trend dan Issue HIV

Tren penularan HIV/AIDS beralih yaitu dari pecandu narkoba menjadi perilaku
heteroseksual. Dari perilaku heteroseksual tersebut, jumlah laki-laki positif HIV/AIDS lebih
tinggi ketimbang wanita, dengan usia dominan yaitu 20-29 tahun. Koordinator Bidang
Ilmiah Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS IV, Yanri Subrongto mengatakan tren penularan
berubah karena berbagai faktor, dari faktor heterokseksual sendiri, yaitu tentang Pekerja Seks
Komersial (PSK). Ini disebabkan karena “PSK bisa pergi ke mana-mana tanpa dibatasi
aturan, dan bisa saja membawa virus. Hal inilah yang memicu peningkatan kasus
HIV/AIDS," paparnya dalam Konferensi Pers Pertemuan Nasional AIDS IV di Yogyakarta,
Rabu(21/9).

3
Data yang ada juga memberi informasi bahwa kelompok heteroseksual menjadi
kelompok paling rentan atas kasus AIDS di Indonesia. Selama periode 1987-2016, tercatat
ada 58.846 kasus dari kelompok heteroseksual. Kelompok kedua yang berisiko tinggi adalah
IDU (injecting drug user) yang mencapai 9.080 kasus. Sayangnya, ada lebih dari 11 ribu
kasus yang belum diketahui risiko penyebab kasusnya. Kelompok heteroseks masih menjadi
kelompok utama sebagai kelompok yang paling riskan dari kasus AIDS. Sekalipun telah
menunjukkan tren yang menurun setelah 2013, angkanya masih cukup tinggi. Pada 2010,
tercatat jumlah kasus AIDS yang dilaporkan karena hubungan heteroseksual sebanyak 4.715.
Jumlah ini meningkat menjadi 5.545 pada 2016.

Perilaku seksual sebagai faktor risiko terbesar dalam paparan HIV-AIDS menegaskan
kembali soal problema promikuitas, atau hubungan seksual antara sejumlah pria dan wanita
tanpa ada aturan yang mengikat. Seks dengan lebih dari satu pasangan, tanpa pelindung,
meningkatkan risiko HIV-AIDS. Sampai saat ini masih banyak informasi hoax yang beredar
mengenai penularan HIV-AIDS. Hal ini berimbas pada sikap masyarakat terhadap orang
dengan HIV-AIDS (ODHA). Ya, stigma terhadap ODHA pun menjadi negatif. Nyatanya,
penularan HIV-AIDS tidak semudah dari memakai pakaian yang sama atau berbagi makanan
dengan ODHA, seperti yang ramai beredar dalam pesan berantai. Menurut dr Teguh Karyadi,
SpPD, KAI, dari RS Cipto Mangunkusumo, perlu kedekatan yang luar biasa antara seorang
pengidap dengan orang lain agar bisa terinfeksi karena hanya paparan cairan tubuh seperti
darah dan cairan kelamin saja yang bisa menularkan virus.“Penularan HIV itu tidak mudah.
Harus betul-betul yang terpercik cairan tubuh atau karena sesuatu invasif karena perilaku kita
sendiri,” papar dr Teguh kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Beberapa issue HIV/AIDS diantaranya adalah:


1.  Terompet tahun baru
Pergantian tahun identik dengan pesta kembang api dan tiup-tiup terompet. Beberapa
waktu lalu pun ramai beredar pesan berantai yang menyebutkan bahwa virus HIV bisa
menyebar lewat terompet.
2.   Baju bekas
Pada sekitar tahun 2015, Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat Gobel, sempat
mendapat kecaman dari aktivis Indonesia AIDS Coalition (IAC). Gobel menyebut pakaian
bekas impor berbahaya karena bisa menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus).
3.   Makanan kalengan.

4
Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV-AIDS di dalam kemasan makanan
kalengan impor. Pesan yang dikirim melalui broadcast message blackberry messenger
tersebut mengatakan bahwa para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat
memasukkan darah mereka ke dalam kemasan makanan tersebut. Akan tetapi hal ini di tepis
oleh dr Roy Sparringa yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM). dr Roy mengatakan bahwa BPOM tidak pernah menemukan hal-hal
seperti yang disebutkan dalam pesan berantai tersebut, termasuk kandungan darah dan virus
HIV. Selain itu menurut dr Roy, virus HIV tidak akan mampu bertahan hidup jika sudah
keluar dari tubuh manusia.
4.   Pembalut
Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa menular melalui produk pembalut
yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut yang dibelinya kotor, terdapat bercak darah
seperti pembalut yang sudah pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau
menggunakannya.
   5.  Bangku bioskop
Jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus HIV juga pernah dipasang di bangku
bioskop. Jika ada orang yang duduk di bangku tersebut, maka ia otomatis akan tertular oleh
virus tersebut. dr Sarsanto Wibisono Sarwono, SpOG menyebutkan bahwa rasanya sulit
menularkan virus HIV-AIDS. Ini karena darah yang terinfeksi harus benar-benar masuk ke
dalam pembuluh darah seseorang. “Kalau beneran ada jarum di kursi bioskop, misal ada yang
menduduki, jarumnya kan tertahan sama kain bajunya. Kalau celana juga kan biasanya tebal,
itu juga udah susah kena ke kulit,” imbuh dr Sarsanto.

D. Aspek Legal Etik Pasien HIV/AIDS


Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral

5
dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut
mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
a.     Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan
keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat
harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b.     Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik
dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana
yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c.       Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn.
A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya.
d.      Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada
Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
e.      Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang
penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f.       Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap
dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.
g.      Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu
yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

Storch, J.L. (2009). “Ethics in Nursing Practice”. In Kuhse H & Singer P. (ed.). A
Companion to Bioethics. Chichester UK: Blackwells. pp. 551–562. ISBN
9781405163316.

Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.  Philadelphia.


Addison Wesley.

Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by
Lippicot Philadelpia, New York.

McHale, J; Gallagher, A (2003). Nursing and Human Rights. Butterworth Heinemann. ISBN
978-0-7506-5292-6.

 Breier-Mackie, Sarah (March–April 2006). “Medical Ethics and Nursing Ethics: Is There
Really Any Difference?”. Gastroenterology Nursing. 29 (2): 182–3.
doi:10.1097/00001610-200603000-00099. Retrieved 25 June 2019.

Armstrong, Alan (2007). Nursing Ethics: A Virtue-Based Approach. Palgrave Macmillan.


ISBN 978-0-230-50688-6.

Anda mungkin juga menyukai