Di
Susun oleh:
Kelompok 4
1.Apriyani Nahrawi (1801025)
2.Fiska Maida (1801009)
3. Dita Nita Sari Mantang (1801058)
4. Wahyu Ade Pratama (1801055)
T.A 2020/2020
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHSAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
C. Daftar pustaka ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut.
Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan
keperawatan adalah teori Leininger tentang “transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik
adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu.
Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan
hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan
kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber
informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur adalah pola
kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur care
adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan
manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural,
ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan dan untuk memberi informasi tentang apa
yang dimaksud dengan transkultural nursing melalui definisi yang dijabarkan, konsep-konsep
yang ada serta menguraikan model aplikasi transkultural nursing hal yang terjadi yang
berhubungan dengan transkultural nursing.
BAB II
PEMBAHSAN
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
1.Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
3. Lingkungan
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
D. Teori transcultural nursing
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada "Sunrise Model" yaitu :
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
di cegah, du ubah atau di kurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Dvidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering di tegakkan dalam asuhan
keperawatan transcultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang di yakini.
Perawat dan klien harus mebcoba memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka. Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
4. Evaluasi
Klien Tn. D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di Tegal
Jawa Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien bekerja di pabrik. Istri
klien bernama Ny. E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien seorang
buruh cuci. Setiap bulan penghasilan klien sekitar 800.000. dan penghasilan istrinya
15.000 per hari. Klien dan keluarganya beragama Islam. Setiap harinya klien selalu
melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga kecilnya. Sehari-hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.
Sehari-hari klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya
merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati. Klien telah
merokok selama 10 tahun. Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien
karena jika tidak merokok klien merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih
untuk menahan lapar dari pada harus menahan untuk tidak merokok. Dan karena
sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga
Dalam seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca
dingin. Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai
dengan penurunan berat badan. Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal
yang biasa dan efek dari kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya,
klien mendapatkan wejangan dari mertuanya untuk banyak memberikan buah dan
sayur seperti kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel dan manggis. Karena
menurut kepercayaan buah dan sayur yang berwana hijau dapat menambah tenaga dan
kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya menambah tenaga
dan kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh).
Namun dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih
dahulu baru kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.
Karena dirasa kondisi klien tidak membaik maka istrinya, membawa klien ke RS
Cepat Sembuh untuk periksa. Oleh dokter yang memeriksa klien dicurigai mengidap
kanker paru, untuk memastikan hal tersebut klien harus melakukan pemeriksaan MRI.
Setelah hasilnya keluar ternyata dugaan dokter tersebut benar. Klien menderita kanker
paru-paru. Dan saat ini didiagnosa kanker paru stadium IIB. Dimana kanker tersebut
telah menyebar ke kelenjar getah bening, dinding dada, diafragma, lapisan yang
mengelilingi jantung.
Setelah dianamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai kebiasaan merokok dan
jarang berolahraga. Akhirnya klien disarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun
klien menolak untuk melakukan kemoterapi.
Karena klien dan istrinya merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih kental
menganut tradisi dan budaya Jawa. Klien percaya bahwa dengan melakukan
pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan
segala macam penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya. Dan menuru t klien
dengan pernafasan segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.
Pemecahan kasus
A. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
a. Klien dibawa ke palayanan kesehatan yaitu ke RS Cepat Sembuh, klien di
periksa oleh dokter
b. Klien melakukan pemeriksaan MRI, dan diketahui bahwa klien menderita
kanker paru-paru stadium IIB
Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 35 tahun
5. Faktor politik
a. Kebijakan dan peraturan pelayanan kesehatan, yaitu:
Alasan datang ke RS Cepat Sembuh
Klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin. Merasakan
sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan
penurunan berat badan.
b. Kebijakan yang didapat di RS Cepat Sembuh
Klien melakukan pemeriksaan MRI dan disarankan untuk melakukan
kemoterapi
6. Faktor ekonomi
a. Sumber biaya pengobatan
Biaya dari penghasilan klien dan istrinya. Karena klien tidak mengikuti asuransi
kesehatan
b. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Biaya hidup sehari-hari dari penghasilan klien (800.000) dan istrinya (15.000
per hari)
7. Faktor pendidikan
a. Klien merupakan lulusan SMA
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (leininger, 2002)
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukanuntuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat
begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan
dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
B. Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam
keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai
dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah
ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan
Agama dan Kepercayaan dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan
kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan,
semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman
kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/7087243/ASUHAN_KEPERAWATAN_TRANSKULTURAL_
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006