Anda di halaman 1dari 20

Teori keperawatan Model Transcultural Nursing

Di
Susun oleh:
Kelompok 4
1.Apriyani Nahrawi (1801025)
2.Fiska Maida (1801009)
3. Dita Nita Sari Mantang (1801058)
4. Wahyu Ade Pratama (1801055)

Kelas : V-B Keperawatan


Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I
Dosen pengampauh : Ns. Bayu Dwisetyo S.kep, M.kep

PROGRAM STUDI:ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2020/2020
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHSAN

A. Defenisi transkultural nursig..........................................................................


B. Konsep transkultural nursing.........................................................................
C. Paradigma transkultural nursing........................;...........................................
D. Teori transcultural nursing.............................................................................
E. Pemecahan kasus berdasarkan teori..............................................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
C. Daftar pustaka ...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut.
Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan
keperawatan adalah teori Leininger tentang “transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik
adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu.
Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan
hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan
kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber
informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur adalah pola
kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur care
adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan
manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural,
ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan transcultural nursing?

2. Bagaimana model transcultural nursing?

3. bagaimana penyelesaian kasus berdasarkan teori?

C. Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan dan untuk memberi informasi tentang apa
yang dimaksud dengan transkultural nursing melalui definisi yang dijabarkan, konsep-konsep
yang ada serta menguraikan model aplikasi transkultural nursing hal yang terjadi yang
berhubungan dengan transkultural nursing.
BAB II

PEMBAHSAN

A. Defenisi transcultural nursing


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk
meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.

B. Konsep transkultural nursing


1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang


optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap


bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada


mendiskreditkan asal muasal manusia

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi


pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,


dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,


mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan


untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

C. Paradigma transcultural nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995).

1.Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
D. Teori transcultural nursing
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada "Sunrise Model" yaitu :

a. faktor teknologi (teknological factors)

teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat


penawaran untuk menyelesaiakan masalah dalam pelayanan kesehatan.perawat perlu
mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alsan klien memilih pengobatan alternatif, dan
persepsi klien tentang pengunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.

b. faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosopical factors)


agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realisitis
bagi para pemeluknya. Agama memberuikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus di kaji oleh perawat adalah: agama yang di anut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampsk positif terhadsp kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterkaiatan keluarga (kinship and social factors)
Perawatan pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang di rumuskan dan di tetapkan oleh
penganut budaya yang di anggab baik tau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu
kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang
perluh di kaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang di pegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang di gunakan, kebiasan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (andrew
and boyle, 1995). Yang perluh di kaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang di rawat.
f. Faktor ekonomi ( economical factors)
Klien yang di rawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang di
miliki untuk membiyai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus di
kaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang di miliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor, atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakianan klien biasanya di dukung oleh bukti-bukti ilmuah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu di kaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
di cegah, du ubah atau di kurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Dvidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering di tegakkan dalam asuhan
keperawatan transcultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang di yakini.

3. Perencanaan Dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawaatn transkultural adalah suatu proses


keperawatan yang tidak dapat di pisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latarbelakang
budaya klien (Giger And Dvidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang di tawaekan dalam
keperawatan transcultural (andrwe and boyle, 1995 ). Yaitu mempertahankan budaya yang
di miliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi
budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan meruba budaya klien
bila budaya yang di miliki klien yang bertantangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance


1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

Perawat dan klien harus mebcoba memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka. Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.

4. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural di lakukan terhadap keberhasilan klien


tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatn, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertantangan dengan budaya yang di miliki klien. Melalui evaluasi asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

E. Pemecahan kasus berdasarkan teori

Contoh Kasus Transkultural pada pasien dengan Gangguan Pernafasan

Klien Tn. D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di Tegal
Jawa Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien bekerja di pabrik. Istri
klien bernama Ny. E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien seorang
buruh cuci. Setiap bulan penghasilan klien sekitar 800.000. dan penghasilan istrinya
15.000 per hari. Klien dan keluarganya beragama Islam. Setiap harinya klien selalu
melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga kecilnya. Sehari-hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.
Sehari-hari klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya
merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati. Klien telah
merokok selama 10 tahun. Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien
karena jika tidak merokok klien merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih
untuk menahan lapar dari pada harus menahan untuk tidak merokok. Dan karena
sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga
Dalam seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca
dingin. Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai
dengan penurunan berat badan. Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal
yang biasa dan efek dari kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya,
klien mendapatkan wejangan dari mertuanya untuk banyak memberikan buah dan
sayur seperti kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel dan manggis. Karena
menurut kepercayaan buah dan sayur yang berwana hijau dapat menambah tenaga dan
kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya menambah tenaga
dan kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh).
Namun dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih
dahulu baru kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.
Karena dirasa kondisi klien tidak membaik maka istrinya, membawa klien ke RS
Cepat Sembuh untuk periksa. Oleh dokter yang memeriksa klien dicurigai mengidap
kanker paru, untuk memastikan hal tersebut klien harus melakukan pemeriksaan MRI.
Setelah hasilnya keluar ternyata dugaan dokter tersebut benar. Klien menderita kanker
paru-paru. Dan saat ini didiagnosa kanker paru stadium IIB. Dimana kanker tersebut
telah menyebar  ke kelenjar getah bening, dinding dada, diafragma, lapisan yang
mengelilingi jantung.
Setelah dianamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai kebiasaan merokok dan
jarang berolahraga. Akhirnya klien disarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun
klien menolak untuk melakukan kemoterapi.
Karena klien dan istrinya merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih kental
menganut tradisi dan budaya Jawa. Klien percaya bahwa dengan melakukan
pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan
segala macam penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya. Dan menuru t klien
dengan pernafasan segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.
Pemecahan kasus

A. Pengkajian

1. Faktor Teknologi
a. Klien dibawa ke palayanan kesehatan yaitu ke RS Cepat Sembuh, klien di
periksa oleh dokter
b. Klien melakukan pemeriksaan MRI, dan diketahui bahwa klien menderita
kanker paru-paru stadium IIB

2. Faktor agama dan falsafah hidup


a. Agama yang dianut yaitu Islam
b. Setiap harinya klien selalu melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga
kecilnya.

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan

Identitas klien

Nama : Tn. D

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Sudah menikah

Pendidikan : Lulusan SMA

Pekerjaan : Bekerja di Pabrik

Penghasilan : Rp. 800.000

Mempunyai tanggungan 2 orang anak


4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
a. Sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.
b. Bagi klien merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki
sejati.
c. Menurut kepercayaan di keluarga klien buah dan sayur yang berwana hijau
dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna
merah dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan. (yang dimaksud
kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh)
d. Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari
nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam penyakit termasuk
kanker paru yang dideritanya.

5. Faktor politik
a. Kebijakan dan peraturan pelayanan kesehatan, yaitu:
Alasan datang ke RS Cepat Sembuh
Klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin. Merasakan
sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan
penurunan berat badan.
b. Kebijakan yang didapat di RS Cepat Sembuh
Klien melakukan pemeriksaan MRI dan disarankan untuk melakukan
kemoterapi

6. Faktor ekonomi
a. Sumber biaya pengobatan
Biaya dari penghasilan klien dan istrinya. Karena klien tidak mengikuti asuransi
kesehatan
b. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Biaya hidup sehari-hari dari penghasilan klien (800.000) dan istrinya (15.000
per hari)

7. Faktor pendidikan
a. Klien merupakan lulusan SMA
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (leininger, 2002)
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukanuntuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat
begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan
dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
B. Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam
keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai
dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah
ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan
Agama dan Kepercayaan dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan
kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan,
semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman
kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/7087243/ASUHAN_KEPERAWATAN_TRANSKULTURAL_
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006

Anda mungkin juga menyukai