Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT LEININGER ( SUNRISE MODEL )

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Transkultural

Dosen pengampu Agus Hendra, S.Kp., M.Kep.

Oleh Kelompok 1 :

1. Aditya Rizky Nurfadillah (219049)


2. Arviansyah Wiguna (219054)
3. Eva Artiawati (219060)
4. Ginti Nur Sapitri (219064)
5. Maulani Nur Latifah (219064)
6. Shinta Nurjanah (219083)
7. Tia Sopianti (219087)
8. Wulan Puspita Anggia (219091)
9. Yumelia Rahayu (219093)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT

2020 -2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpah kan
rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga berkat NYA lah kami dapat menyelesaikan
Tugas Makalah Mata Kuliah Keperawatan Trankultural ini dengan semaksimal mungkin.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Tanskultural yang diajukan kepeada bapak Agus Hendra,S.Kp.,M.Kep dalam
rangka untuk mencapai target belajar. Makalah ini dapat terselesaikan berkat kerja sama
kelompok.

Dalam kesempatan ini pula, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi membantu kami dalam penyusunan makalah. Akhirnya dengan
segala kerendahan hati, kami dari tim penyusun menyampaikan permohonan maaf, apabila
dalam makalah ini terdapat kekeliruan,karena sebagai manusia biasa kami pun tak pernah
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 15 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1.Latar Belakang..............................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3.Tujuan...........................................................................................................2
1.4.Manfaat.........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................3
2.1 Pengertian......................................................................................................3
2.2 Konsep Utama Keperawatan Leininger........................................................4
2.3 Paradigma Transcultural Nursing.................................................................5
2.4 Proses Keperawatan Transkultural................................................................7
2.5 Konsep Sehat Sakit ......................................................................................10
BAB 3 PENGAPLIKASIAN TEORI .......................................................................11
3.1. Kasus Keperawatan......................................................................................11
BAB 4 PENUTUP .....................................................................................................16
4.1.Kesimpulan...................................................................................................16
4.2.Saran ............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan
yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya
yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-
nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi
tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-
Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran
keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture
shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat)
mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya
tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga,
atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih
tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga
sebagai sunrise modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan
asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas,
lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai
pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang,
bersyarat dalam lingkungan yang sempit. Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut
menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan

3
prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut
digambarkan oleh leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan
dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di
sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan
tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1.     Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi,
atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2.      Culture care accommodation/negotiation ,yaitu prisip membantu, memfasilitasi,
atau memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.
3.   Culture care repatterning/restructuring, yaitu :prinsip merekonstruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien kearah lebih baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian konsep utama Transkultural Leininger?
2. Apa itu konsep sehat sakit?
3. Bagaimana proses keperawatan Transkultural?
4. Bagaimana pengaplikasian teori Transkultural Leininger?
5. Bagaimana Paradigma Transkultural Nursing?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan menurut Sunrise Model

1.4 MANFAAT
1. Menetahui Asuhan Keperawatan menurut Sunrise Model

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN

Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
      Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat
pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
      Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan

5
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.2. KONSEP UTAMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER

Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari
hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.

1. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur


dan polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikandukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan padamanusia sejak
lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanansampai dikala
meninggal.
3. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi
sertamempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah
fenomenatranskultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok
lain.
4. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring
profesional,kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology
danontology sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi
nilai,kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang
dapatterjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung
ataumemberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk

6
mempertahankankesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta
keterbatasan.
7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalanyang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya
bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8. Perbedaan kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai
atausimbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia,
jalankehidupan atau untuk kematian.
9. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk
dari pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kilturmem
pengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaandan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan
untukmemaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena
mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain

2.3. PARADIGMA TRANSCULTURAL NURSING

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara


pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral
keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle,
1995).
1.   Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2.   Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi

7
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu
ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew
and Boyle, 1995).
3.   Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandangsebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4.   Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

1. Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan


dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.

2. Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk


membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

8
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

3. Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki


merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.\

2.4. PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasimasalah kesehatan


klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada"Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat pe
rlumengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalahkesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untukmengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri.Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dankebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

9
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, dan hubungan kliendengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu
kaidahyang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepal
a keluarga, bahasa yang digunakan,kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yangmempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
peraturandan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluargayang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
 Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yangdimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yangharus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikanklien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yangrasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yangsesuai dengan kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajarsecara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulangkembali.

2. Diagnosa keperawatan

10
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatanyang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguankomunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksisosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu prosesmemilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yangsesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurangmenguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
1) Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan
dan perawatan bayi.
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-bIuru saat berinterkasi dengan klien.
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat 
2) Cultural careaccomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimanakesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik
3) Cultual care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan
melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budayakelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang
dapatdipahami oleh klien dan orang tua

11
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budayamasingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaandan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.
 
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapkeberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatanyang sesuai
dengan latar belakang budaya klien.

2.5. KONSEP SEHAT SAKIT

Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun


kesejahteraan social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit,selain
itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya
bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalamtubuh. Masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitukarena pengaruh gejala alam
seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia,makanan yang diklasifikasikan ke
dalam makanan panas dan dingin, supranaturalseperti roh, guna-guna, setan.Berikut
adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah,contohnya konsep
sakit menurut budaya NTT, dikatakan sakit apabila masyarakatsekitar merasakan
pusing dan tidak mampu menjalankan aktifitas. Begitu pula didaerah jawa, dikatakan
sakit apabila masyarakat sekitar tidak mampu melakukanaktifitas seperti biasanya,
sedangkan dikatakan sehat apabila masyarakat sekitarmampu berjalan, berfikir, dan
dapat menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa adahambatan atau kendala.

12
13
BAB III

PENGAPLIKASIAN TEORI

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN


A. KASUS

Tn. Ali Anyang berusia 21 tahun tinggal di Barito Raya-kalimantan keturunan


suku Bakumpai merupakan Sub suku dayak. Saat ini berada di ruang perawatan
interna dengan diagnosa medis ulkus peptikum. Klien masuk dirumah sakit dengan
keluhan nyeri di ulu hati, demam, hematemesis-melena, mual, dan kurang nafsu
makan. Saat ini Tn. A di jaga oleh ibunya. Keluarga Tn. A menggunakan daun
sawang untuk diusapkan dan di urutkan ke sekujur tubuh Tn. A, mereka percaya daun
sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh jahat yang bersemayam dalam
tubuh Tn. A. Klien dan keluarga percaya bahwa sakit yang didapat dan tidak bisa
sembuh merupakan hukuman para dewa. Keluarga Tn. A juga membaca mantra tiap
pagi kepada Tn. A dan meletakkan beberapa sesajen di dekat tempat tidur Tn. A
seperti kemenyam, minyak ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, kelapa
muda, banyu gula, serta piduduk (beras, gula merah, telur ayam, dan kelapa). Mereka
percaya sesajen ini di sukai oleh dewa kemudian mempercepat penyembuhan
penyakit.

Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital maka di dapat hasil TD : 90/50


mmHg, N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan S : 380C.

Dari penampilan klien Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik), Rambut:
ikal, Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah: bulat

B. PENGKAJIAN
a. Data Demografi
 Nama Lengkap : Tn. Ali Anyang
 Nama Panggilan : Tn. A
 Nama Keluarga : Tn. AA
 Alamat : Barito Raya
 Jenis Kelamin : Laki-laki

14
 Tempat Lahir : Barito Raya
 Diagnosis Medis : Ulkus Peptikum
b. Data Biologis (variasi biokultural)
 Warna Kulit : Sawo Matang (Turgor Kulit Baik)
 Rambut : Ikal
 Struktur Tubuh : Kurus
 Bentuk Wajah : Bulat
 TTV : TD 90/50 mmHg, N 72x/menit, P 20x/menit, S 38°C

Beberapa komponen yang spesfik pada pengkajian transkultural

Faktor Teknologi

 Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas perahu kayu untuk


menyeberangi desa kemudian menggunakan transportasi darat untuk
sampai ke RS.
 Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat dan kadang
juga menggunakan bahasa Indonesia
 Keluarga klien kurang meyakini tindakan kesehatan yang diberikan
kepada klien yang tidak sesuai dengan keyakinannya

Faktor Agama dan Filosofi

 Keluarga tn. A mempercayai tentang adanya Tuhan yang maha kuasa


yang dianggap sebagai para dewa
 Pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita karena
merupakan hukuman dari para dewa
 Yang dilakukan klien dan keluarganya untuk berusaha menyembuhkan
klien adalah membaca mantra, menyajikan sesajen, dan menggunakan
daun sawang

Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan (Kindship)

 Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya : Buruk


 Status perkawinan : Belum pernah menikah
 Klien dirumah tinggal dengan : Orang tua.

15
 Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit :
mengusapkan daun sawang pada tubuh yang sakit

Nilai-nilai Budaya, Kepercayaan, dan Pandangan Hidup

Masyarakat suku bakumpai-dayak dibariton apabila ada keluarga yang sakit


dan tidak dapat disembuhkan menurut keluarga klien mangatakan bahwa sakit
tersebut merupakan hukuman dari dewa. Sehingga biasanya dilakukan upacara
badewa yang dilakukan secara alternative pengobatan sebagaimana lazimnya
para penganut animism dalam melakukan pemujaan para dewa dengan
membuat sesajen untuk dipersembahkan kepada dewa yang dimaksud. Untuk
mempercepat datangnya roh gaib, diperlukan sarana penunjang berupa
seperangkat gamelan. Upacara ini biasanya dilakukan oleh seorang dalang atau
pembaca mantra.

Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku (Political and Legal


Factor)

Tn.A biasanya di tunggu dengan kedua orang tua atau keluarga yang lain.

Faktor Ekonomi (Economical Factors)

Tn.A berkerja serabutan (tidak tentu), biaya pengobatan dari tabungan


keluarga dan bantuan dar pemerintahan atau bantuan dari tempat Tn.A tinggal,
Tn.A tidak memeliki asuransi kesehatan.

Faktor Pendidikan

 Klien hanya sampai pada tingkat sekolah menengah, sementara orang


tua klien tidak sekolah
 Sehat menurut klien dan keluarga jika seseorang mampu bekerja dan
beraktivitas seperti biasa tanpa hambatan
 Sakit menurut klien dan keluarga jika mendapat hukuman dari yang
maha kuasa sehingga tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa
 Jenis penyakit yang sering diderita oleh keluarga klien adalah nyeri
pada ulu hati

16
 Pemahaman sakit menurut klien dan keluarga adalah klien sedang
mendapat hukuman dari dewa sehingga klien perlu memberikan
sesajen dan didalam tubuh klien terdapat roh jahat yang hanya mampu
diusir dengan mengusap daun sawang pada tubuh klien.
 Klien dan keluarga berharap agar petugas kesehatan mampu
memberikan pertolongan dalam membantu penyembuhan klien
C. ANALISA DATA

Data subjektif Data objektif


 Keluarga mengatakan bahwa  Keluarga pasien membawa
daun tersebut dapat mengusir daun sawang untuk diusapkan
roh-roh jahat ketubuh klien
 Keluarga mengatakan bahwa  Keluarga klien membawa
sesajen tersebut mempercepat sesajen dan kemenyam di
kesembuhan kamar pasien
 Tn. A dan keluarga  Pada saat klien dan keluarga
mengatakan dengan mengusap diberikan pendidikan
tubuh klien dengan daun kesehatan masih terlihat
sawang kemudian membaca bingung.
mantra dapat mengusir roh  Ekspresi wajah tampak
jahat meringis.
 Klien mengeluh sakit ulu hati,  Nyeri tekan pada abdomen
mual, demam, mual, kurang kuadran kiri atas, daerah di
nafsu makan. bawah processus xifoideus.
 Tanda-tanda vital :
T : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
P : 20 x/menit
S : 380C

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan rasa nyaman nyeri ber-hubungan dengan adanya perada-ngan pada
lambung
 Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
 Distres spiritual/gangguan spiritual berhubungan dengan batasan atau
pencegahan praktik ritual keagamaan atau budaya di RS

17
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas
perilaku promosi kesehatan

E. INTERVENSI
Salah satu dari diagnosa keperawatan yang paling memberi pengaruh kepada petugas
kesehatan, klien, dan keluarga, serta kebudayaan suku:
 Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS
 Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS, ditandai dengan :
 DO Keluarga klien membawa sesajen dan kemenyam di kamar pasien
 DS Keluarga mengatakan bahwa sesajen tersebut mempercepat
kesembuhan
Tujuan :
 Klien dan keluarga menerima clan memahami penjelasan dari perawat tentang
dampak dari sesajen.
 Klien menerima tindakan dengan prinsip Culture Care Repatterning on
Restructuring
Kriteria Hasil :
Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima perubahan yang akan diterapkan perawat.
Mengidentifikasi alternatif untuk membentuk pola koping.

F. IMPLEMENTASI
 Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan keluarga
 Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di rumah dan mendoakan dari
rumah
 Kaji individu terhadap perubahan-perubahan yang baru dialami klien.
 Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan pengharapannya pada
pengobatan dan hasil-hasil diharapkan.
 Tetapkan apakah keyakinan realistis atau tepat.
 Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan
pengobatan yang dianjurkan

18
19
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model”
yaitu :
1.      Faktor teknologi (technological factors)
2.      Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3.      Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4.      Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and life ways)
5.      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
6.      Faktor ekonomi (economical factors)
7.      Faktor pendidikan (educational factors)

4.2 SARAN
Kita sebagai perawat harus bisa saling menghargai kebudayaan dan kepercayaan
pasiennya, terutama pada saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Jika
tidak itu akan menimbulkan konflik antara perawat dan pasien. Perawat juga harus
mampu melakukan penatalaksanaan dan asuhan keperawatan transkultural dengan
benar, walaupun dalam kenyatannya mungkin konsep keperawatan transkultural ini
efektif digunakan pada pasien namun pengkajian lebih lanjut juga sangat diperlukan
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyembuhan pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://indikesma.blogspot.com/2013/08/makalah-teori-dan-model-konsep.html

21

Anda mungkin juga menyukai