Oleh Kelompok 1 :
2020 -2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpah kan
rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga berkat NYA lah kami dapat menyelesaikan
Tugas Makalah Mata Kuliah Keperawatan Trankultural ini dengan semaksimal mungkin.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Tanskultural yang diajukan kepeada bapak Agus Hendra,S.Kp.,M.Kep dalam
rangka untuk mencapai target belajar. Makalah ini dapat terselesaikan berkat kerja sama
kelompok.
Dalam kesempatan ini pula, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi membantu kami dalam penyusunan makalah. Akhirnya dengan
segala kerendahan hati, kami dari tim penyusun menyampaikan permohonan maaf, apabila
dalam makalah ini terdapat kekeliruan,karena sebagai manusia biasa kami pun tak pernah
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut
digambarkan oleh leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan
dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di
sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan
tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi,
atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negotiation ,yaitu prisip membantu, memfasilitasi,
atau memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.
3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu :prinsip merekonstruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien kearah lebih baik.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan menurut Sunrise Model
1.4 MANFAAT
1. Menetahui Asuhan Keperawatan menurut Sunrise Model
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat
pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
5
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari
hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.
6
mempertahankankesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta
keterbatasan.
7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalanyang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya
bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8. Perbedaan kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai
atausimbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia,
jalankehidupan atau untuk kematian.
9. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk
dari pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kilturmem
pengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaandan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan
untukmemaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena
mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain
7
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu
ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew
and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandangsebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
8
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
1. Pengkajian
9
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, dan hubungan kliendengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu
kaidahyang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepal
a keluarga, bahasa yang digunakan,kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yangmempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
peraturandan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluargayang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yangdimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yangharus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
2. Diagnosa keperawatan
10
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatanyang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguankomunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksisosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
11
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budayamasingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaandan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapkeberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatanyang sesuai
dengan latar belakang budaya klien.
12
13
BAB III
PENGAPLIKASIAN TEORI
Dari penampilan klien Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik), Rambut:
ikal, Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah: bulat
B. PENGKAJIAN
a. Data Demografi
Nama Lengkap : Tn. Ali Anyang
Nama Panggilan : Tn. A
Nama Keluarga : Tn. AA
Alamat : Barito Raya
Jenis Kelamin : Laki-laki
14
Tempat Lahir : Barito Raya
Diagnosis Medis : Ulkus Peptikum
b. Data Biologis (variasi biokultural)
Warna Kulit : Sawo Matang (Turgor Kulit Baik)
Rambut : Ikal
Struktur Tubuh : Kurus
Bentuk Wajah : Bulat
TTV : TD 90/50 mmHg, N 72x/menit, P 20x/menit, S 38°C
Faktor Teknologi
15
Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit :
mengusapkan daun sawang pada tubuh yang sakit
Tn.A biasanya di tunggu dengan kedua orang tua atau keluarga yang lain.
Faktor Pendidikan
16
Pemahaman sakit menurut klien dan keluarga adalah klien sedang
mendapat hukuman dari dewa sehingga klien perlu memberikan
sesajen dan didalam tubuh klien terdapat roh jahat yang hanya mampu
diusir dengan mengusap daun sawang pada tubuh klien.
Klien dan keluarga berharap agar petugas kesehatan mampu
memberikan pertolongan dalam membantu penyembuhan klien
C. ANALISA DATA
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman nyeri ber-hubungan dengan adanya perada-ngan pada
lambung
Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Distres spiritual/gangguan spiritual berhubungan dengan batasan atau
pencegahan praktik ritual keagamaan atau budaya di RS
17
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas
perilaku promosi kesehatan
E. INTERVENSI
Salah satu dari diagnosa keperawatan yang paling memberi pengaruh kepada petugas
kesehatan, klien, dan keluarga, serta kebudayaan suku:
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS, ditandai dengan :
DO Keluarga klien membawa sesajen dan kemenyam di kamar pasien
DS Keluarga mengatakan bahwa sesajen tersebut mempercepat
kesembuhan
Tujuan :
Klien dan keluarga menerima clan memahami penjelasan dari perawat tentang
dampak dari sesajen.
Klien menerima tindakan dengan prinsip Culture Care Repatterning on
Restructuring
Kriteria Hasil :
Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima perubahan yang akan diterapkan perawat.
Mengidentifikasi alternatif untuk membentuk pola koping.
F. IMPLEMENTASI
Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan keluarga
Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di rumah dan mendoakan dari
rumah
Kaji individu terhadap perubahan-perubahan yang baru dialami klien.
Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan pengharapannya pada
pengobatan dan hasil-hasil diharapkan.
Tetapkan apakah keyakinan realistis atau tepat.
Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan
pengobatan yang dianjurkan
18
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model”
yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and life ways)
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
6. Faktor ekonomi (economical factors)
7. Faktor pendidikan (educational factors)
4.2 SARAN
Kita sebagai perawat harus bisa saling menghargai kebudayaan dan kepercayaan
pasiennya, terutama pada saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Jika
tidak itu akan menimbulkan konflik antara perawat dan pasien. Perawat juga harus
mampu melakukan penatalaksanaan dan asuhan keperawatan transkultural dengan
benar, walaupun dalam kenyatannya mungkin konsep keperawatan transkultural ini
efektif digunakan pada pasien namun pengkajian lebih lanjut juga sangat diperlukan
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyembuhan pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://indikesma.blogspot.com/2013/08/makalah-teori-dan-model-konsep.html
21