Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGKAJIAN DAN PROMOSI KESEHATAN WANITA

( KEGEL EXERCISE)

Dosen Pembimbing: Anita Rahmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

Anita Rahmabangun (203210006)

Rina Retnoningrum (203210025)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala limpahan
Rahmat kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”PENGKAJIAN DAN
PROMOSI KESEHATAN WANITA ( KEGEL EXERCISE )” Dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas 1. Kami menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari
semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak akan berjalan sesuai yang diharap. Oleh karena
itu pada kesempatan ini, izinkanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur STIKES ICME Jombang Drs.M,Zainul.Arifin,M.Kes


2. Dosen pembimbing akademik STIKES ICME JOMBANG
3. Anita Rahmawati.,S.Kep.Ns.,M.Kep. Selaku Dosen Keperawatan Maternitas 1

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu kami mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan
datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan bagi para
pembaca yang berminat pada umumnya.

Jombang, 12 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehata
Kegel exercise dikembangkan oleh Dr. Arnold Kegel pada tahun 1940 untuk
mengatasi masalah pada kekuatan otot dasar panggul (Rahajeng, 2010 : 121), dengan
kata lain kegel exercise merupakan suatu bentuk terapi latihan yang ditujukan untuk
meningkatkan kekuatan otot - otot dasar panggul, dimana latihan ini akan berdampak
pada otot dasar panggul. Hasil yang maksimal dari latihan kegel akan diperoleh jika
frekuensi latihan berkisar antara 3-5 kali perminggu, selain itu latihan kegel juga bisa
memberikan manfaat jika dilakukan 1 kali dalam seminggu (Ichsani, 2010 dalam
Lestari, 2011 : 3 ) Keistimewaan dari latihan ini yaitu sangat mudah untuk
melakukannya, karena dapat dilakukan dengan berbagai posisi, saat berjalan, bekerja,
ataupun istirahat (Rahajeng, 2010 : 121).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi promosi kesehatan ?
b. Bagaimana pengkajian pengenai promosi kesehatan ?
c. Apa perawatan kesehatan reproduksi ?
d. Bagaimana kondisi yang mempengaruhi rendahnya status kesehatan ?
e. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita ?
f. Bagaimana kesehatan remaja dan kesehatan reproduksi ?
g. Apa pembekalan pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi ?
h. Apa pengertian kegel exercise ?
i. Apa manfaat kegel exercise ?
j. Apa persyaratan senam kegel ?
k. Bagaimana program senam kegel ?
l. Apa saja pencegahan senam kegel ?
m. Bagaimana kontra indikasi dan indikasi senam kegel ?
n. Bagaimana tahap pelatihan dan tahap kerja senam kegel ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengkajian dan promosi kesehatan
wanita ( Kegel Exercise)
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi promosi kesehatan
2. Mengetahui pengkajian pengenai promosi kesehatan
3. Mengetahui perawatan kesehatan reproduksi
4. Mengetahui kondisi yang mempengaruhi rendahnya status kesehatan
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita
6. Mengetahui kesehatan remaja dan kesehatan reproduksi
7. Mengetahui pembekalan pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi
Mengetahui pengertian kegel exercise
8. Mengetahui manfaat kegel exercise
9. Mengetahui persyaratan senam kegel
10. Mengetahui program senam kegel
11. Mengetahui saja pencegahan senam kegel
12. Mengetahui kontra indikasi dan indikasi senam kegel
13. Mengetahui tahap pelatihan dan tahap kerja senam kegel.
1.4 Manfaat
a. Mendapatkan pengetahuan tentang pengkajian dan promosi kesehatan pada
wanita
b. Mendapatkan pengetahuan mengenai Kegel Exercis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan


2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan
Menurut Green ( cit, Natoatmodjo,2005), promosi kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatandan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. WHO merumuskan promosi kesehatan
sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya,
kebituhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat
disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik didalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara
garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yaitu :
 Pelayan preventif dan promotif,
Adalah pelayan bagi kelompok masyarakat yang sehat , agar
kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkatkan status kesehatannya.
 Pelayan kuratif dan rehabilitative
Adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar
kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya.
Berdasarka jenis aspek pelayan kesehatan ini, promosi kesehatan mencakup 4
pelayanan, yaitu:
1. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah
kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya. Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan
bagaimana memelihara kesehatan, maka kelompok ini akan menurun
jumlahnya, dan kelompok orang yang sakitnya meningkat.
2. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan pada
tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan utama promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok
tersebut agar tidak jatuh atau menjadi terkena sakit (primary prevention).
3. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit
(pasien). Tujuannya agar mencegah penyakit agar tidak menjadi lebih parah
(secondary prevention).
4. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Para penderita penyakit yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit.
Tujuannya agar segera pulih kembali kesehatannya atau mengurangi
kecacatan seminimal mungkin (tertiary prevention)
2.1.2 Pengkajian
Alat kelamin atau sistem reproduksi merupakan bagian yang penting dikaji
pada wanita. Berbagai masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita
dapat terjadi misalnya masalah yang berkaitan dengan konstrasepsi, infertilitas,
kehamilan, gangguan menstruasi maupun menopause. Sistem reproduksi wanita
terdiri dari dua bagian utama yaitu alat kelamin luar dan alat kelamin dalam yang
berkembang dan berfungsi sesuai dengan pengaruh hormonhormon yang juga
mempengaruhi fertilitas, kehamilan, dan kemampuannya mencapai kepuasan
seksual.
Alat kelamin luar terdiri dari mons pubis, klitoris, labia mayora, labia minora
dan beberapa struktur yang barkaitan (kelenjar Bartholini, skene’s dan meatus
uretra). Alat kelamin dalam terdiri dari vagina, uterus, ovarium dan tuba fallopian.
Pada tahun-tahun sebelum menstruasi dan pada saat hamil. Uterus wanita
mengalami perubahan ukuran. Menstruasi pertama kali pada wanita terjadi pada
saat seseorang wanita memasuki usia remaja dan menstruasi ini akan berakhir
(menopause) pada saat wanita berusia sekitar 40 sampai dengan 55 tahun
1. Riwayat Kesehatan
Kecukupan dan keakuratan data merupakan kunci keberhasilan dalam
wawancara kesehatan. Pembicara tentang alat kelamin wanita merupakan hal
yang bersifat pribadi. Masyrakat sering menganggap tabu hal-hal yang
berkaitan dengan alat kelamin. Agar wawancara berjalan lancar, jaga privasi
pasien, gunakan pertanyaan/bahasa yang mudah dipahami pasien dan
selesaikan semua wawancara sebelum passion di atur dalam posisi litotomi.
Data riwayat kesehatan yang dikumpul meliputi pola sehat-sakit (riwayat
kesehatan sekarang, dahulu, keluarga, dan pertimbangan perkembangan), pola
memelihara kesehatan, serta pola peranan-kekerabatan (Morton, 1991).
Data pola kesehatan yang dikumpulkan pertama kali adalah riwayat
kesehatan sekarang. Ajukan pertanyaan tentang keluhan pasien (menggunakan
pola PQRST). Kapan pasien mengalami menstruasi, periode menstruasi,
apakah pasien menggunakan kontrasepsi, apakah pasien merokok atau
menggunakan alcohol, apakah partnernya menderita enfeksi alat kelamin, dan
bagaimana keaktifan hubungan seksnya.
Dari riwayat kesehatan dahulu apakah pernah mengalami gangguan pada
kelaminnya, pendarahan, penyait kelamin, pembedahan dan kehamilan.
Kemudian ajukan pertanyaan adakah anggota keluarga yang menderita
gangguan sistem reproduksi, pembedahan pada sistem reproduksi, atau yang
menderita gangguan siskemik seperti diabetes mellitus, obesitas atau penyait
jantung. Pertanyaan-pertanyaan tentang juga di ajukan yang berkaitan dengan
pertimbangan perkembangan, terutama bila pengkajian dilakukan pada anak-
anak, remaja, dewasa atau usia lanjut dimana masing-masing tahap ini
mempunyai perkembangan cirri yang berbeda.
Pengkajian pada wanita hamil atau usia lanjut memerlukan ketrampilan
khusus yang lebih mendalam. Setelah data pola kesehatan terkumpul maka
perawat melanjutkan pengumpulan data tentang pola mempertahankan
kesehatan. Ajukan pertanyaan tentang kebiasaan makan, apakah sering buang
air kecil yang mengganggu tidurnya da bagaimana keteraturan pasien dalam
melakukan check-up kesehatan. Ada dua macam pengkajian pada alat kelamin
wanita, yaitu pengkajian alat kelamin pada bagian luar dan pengakajian
bagian dalam
2. Pengkajian Bagian Luar
a. Beri kesempatan pada pasien untuk mengosongkan kandungan kemih
sebelum pengkajian dimulai. Bila diperlukan urine untuk spesemen lab.
b. Anjurkan pasien membuka celana, bantu mengatur posisi litotomi dan
selimut bagian yang tidak diamati.
c. Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan
jumlahnya dibandingkan sesuai usia perkembangan pasien.
d. Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura,
leukoplakia, dan eksoriasi
e. Buka labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora,
klitoris, dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada pembengkakan, ulkus,
keluaran, pembengkakan atau nodula.
3. Pengkajian Tingkat Mahir atau Pengkajian Dalam
Keterlibatan perawat dalam melakukan pengkajian tingkat mahir,
tergantung pada kebijaksanaan atau peraturan dimana perawat bekerja. Akan
tetapi secara klinis perawat harus mengetahui teknis pengkajian ini.
a. Atur posisi pasien
b. Lumasi jari penunjuk anda dengan air steril dan masukan kedalam vagina
dan identifiksi serviks mengeni kelunakannya, serta permukaannya.
Tindakan ini berguna untuk mempergunakan dan memilih speculum yang
tepat, cabut jari bila udah selesai.
c. Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan dan
lumasi denagn air hangat terutama bila akan diambil specimen
d. Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kearah prianal
e. Yakinkan tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan dengan tangan
satunya masukan speculum dengan sudut 45 dan hati-hatilah sehingga
tidak menjepit rambut pubis atau labia.
f. Bila speculum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari anda, dan putar
speculum kea rah posisi horizontal dan pertahankan pertekanan tetap pada
sisi bawah atau posterior.
g. Buka paruh speculum, lokasikan pada serviks dan kunci paruh sehingga
dapat membuka. 8) Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk
memperjelas penglihatan dan amati serviks mengenai ukuran, leserasi,
erosi, nedula, masa, keluaran dan warnanya. Normalnya pada nulivara
bentuk serviks melikar atau oval, sedang pada para membentuk celah
h. Bila diperlukan specimen stologi makaambilah dengan cara usapan
dengan menggunakan aplikator dari kapas.
i. Bila sudah selesai, kondorkan screw speculum, tutup speculum dan tarik
keluar secara perlahan-lahan.
j. Lakukan palpasi secara bimanual bila dilakukan dengan cara kenakan
sarung tangan steril, lumasi jari penunjuk dan jari tengah kemudian
masukan kelubang vagina dengan penekanan ke arah posterior dan raba
dinding vagina untuk mengetahi adanya nyeri tekan dan nodula.
k. Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran,
konsisten, regulasitas, mobilitas, dan nyeri tekan. Normalnya serviks dapat
digerakan tanpa terasa nyeri.
l. Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan menghadap ke atas. Tangan
yang diluar tarus diperut dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus mengenai
ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.
m. Palpasi ovarium dengan cara geser dua jari yang ada dalam vagina pada
fornik lateral kanan. Tangan yang diperut tekankan kebawah kearah
kuadran kanan bawah. Palpasi ovarium kanan mengenai ukuran mobilitas,
bentuk, ukuran, konsistensi dan nyeri tekan. Ulangi untuk ovaruim
sebelahnya
2.1.3 Perawatan Kesehatan Reproduksi
Perawatan kesehatan reproduksi adalah suatu kumpulan metode, teknik, dan
pelayanan yang mendukung kesehatan reproduksi dan kesejahteraan melalui
pencegahan dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi mencakup
perawatan kesehatan seksual yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan
hubungan antara-pribadi. Bukan hanya prihal konseling dan perawatan
yangberhubungan dengan proses reproduksi dan penyakit menular secara seksual.
Perawatan kesehatn reproduksi perlu dilaksanakan pada jenjang perawatan
kesehatan primer yang mencakup berbagai pelayanan yang terkait satu sama lain
yaitu sebagai berikut :
- Bimbingan dalam pelaksanaan keluarga berencana, termasuk didalamnya
ialah pemberian pendidikan, komunikasi, informasi, konseling, dan pelayanan
kontrasepsi.
- Pendidikan dan pelayanan perawatan prenatal.
- Penanganan proses kelahiran yang aman.
- Perawatan pascanatal khususnya pemberian ASI, perawatan kesehatan bayi,
anak, dan ibu.
- Pencegahan dan pengobatan yang menandai terhadap kemandulan
(inferlitilitas).
- Penangan masalah aborsi.
- Pengobatan infeksi saluran reproduksi.
- Penyakit yang di tularkan secara seksual termasuk penyakit HIV/AIDS dan
kangker alat reproduksi.
- Informasi pendidikan dan konseling tentang seksualitas sesuai umur, termasuk
pengetahuan reproduksi bagi remaja agar menjadi orang tua yang bertanggung
jawab.
2.1.4 Kondisi yang Mempengaruhi Rendahnya Status Kesehatan Wanita
1. Masyarakat atau budaya
-Wanita yang subur (fertil) akan meningkatkan status suami
-Keturunan yang banyak dapat meningkatkan sumber daya keluarga.
-Status wanita di pandang rendah.
-Wanita yang tidak subur ( infertile) akan dicerai.
2. Ekonomi
-Tidak dapat menyediakan sarana yang cepat kepelayanan keperawatan.
-Tidak mudah untuk memperoleh tranfusi darah atau obat-obatan untuk
pencegahan infeksi.
3. Persalinan
-Kerja berat selama usia reproduksi dan kehamilan.
-Keluhan sakit sering diabaikan sampai benar-benar merasa tidak sanggup
untuk bekerja, barumencapai pengobatan.
4. Pendidikan
-Remaja wanita kurang tertarik untuk kesekolah.
-Meninggalkan sekolah lebih awal untuk membantu keluarga.
-Sukar untuk mengejar ketertinggalan oleh karena status dan beban kerja yang
tinggi.
5. Mobilitas
-Tidak dapat bepergian tanpa izin dari suami dan keluarga.
-Kurang pengetahuan tentang cara memperoleh karcis atau cara bila
bepergian.
6. Keluarga dan pernikahan
-Pernikahan dini berhubungan dengan kehamilan remaja.
-Perawatan antenatal tergantung dari mertua.
-Hanya suami yang diizinkan untuk bepergian.
-Rendahnya status wanita berhubungan dengan pelayanan kesehatan wanita.
7. Fertilitas
-Fertilitas tinggi meningkatkan status dan resiko kematian.
-Kehamilan terlalu sering, terlalu tua, jarak terlalu dekat, atau terlalu muda.
-Keluarga berencana meingkan kehamilan yang tidak di inginkan dan aborsi
8. Kesehatan
-Anak perempuan kurang mendapat pelayanan kesehatan dibandingkan
dengan anak laki-laki
-Keterlambatan atau tidak melakukan perawatan antenatal menyebabkan
keterlambatan identifikasi dari komplikasi.
9. Nutrisi
-Anak perempuan kurang mendapat makanan di bandingkan anak laki-laki.
-Status nutrisi yang buruk menyebabkan kontraksi pelviks dan persalian lama.
-Anemia dapat menyebabkan perdarahan d. kehilangan cadangan lemak tubuh
oleh karena terlalu seringnya khamilan dan laktasi.
2.1.5 Faktor – Faktor yang Mmepengaruhi Kesehatan Wanita Secara Umum
 Faktor genetik merupakan modal utama atau dasar factor bawaan yang
normal, contoh jenis kelamin, suku, dan bangsa.
 Faktor lingkungan Komponen biologis, misalnya organ tubuh, gizi,
perawatan, kebersihan lingkungan, pendidikan, sosial budaya, tradisi,
agama, adat, ekonomi, dan politik.
 Faktor lingkungan Keadaan perilaku akan memengaruhi tumbuh kembang
anak. Perilaku yang tertanam pada masa anak akan terbawa dalam
kehidupan selanjutnya.
2.1.6 Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara
keseluruhan, karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan
pula pada sistem reproduksi.
a. Masalah gizi buruk
 Anemia dan kurang energi kronis (KEK).
 Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga
mengakibatkan panggul sempit dan resiko untuk melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) dikemudian hari.
b. Masalah pendidikan
 Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses
informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya
 Pendidikan rendah dapat mengabitkan remaja kurang mampu
memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan
berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan.
 Ligkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan
remaja.
 Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan
merusak kesehatan fisik, mental, dan emosional remaja.
d. Masalah seks dan seksualitas
 Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
 Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan kesehatan seksualitas.
 Penyalah gunaan dan ketergantungan napza yang mengarah pada
penularan HIV atau AIDS melalui jarum suntik dan hubungan sex
bebas yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan.
 Penyalah gunaan seksual.
 Kehamilan remaja
 Kehamilan pranikah atau diluar ikatan pernikahan.
e. Masalah perkawinan dan kehamilan dini.
 Ketidak nikmatan secara fisik dan mental.
 Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar.
 Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri.
 Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.
2.1.7 Pembekalan Pengetahuan Remaja Terkait Kesehatan Reproduksi Wanita
 Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja.
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik,
kejiwaan, dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk
memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi
tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi
dalam hubungan seks
 Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Manusia secara biologis
mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri
seksual dan menyalurkannya menjadi kegiatan positif, seperti olahraga
dan mengembangkan hobi yang positif.
 Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan wanita serta
kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja
memerlukan informasi tersebut agar waspada dan berprilaku seksual sehat
dan bergaul dengan lawan jenisnya. Disamping itu remaja memerlukan
pembekalan tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri maupun psikis
serta mental menghadapi godaan, seperti ajakan untuk melakukan
hubungan seksual dan pengguma napza.
 Persiapan pranikah Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon
pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki
kehidupan berkeluarga.
 Kehamilan dan persalina serta pencegahannya. Remaja perlu mendapatkan
informasi tentang hal ini sebagai persiapan bagi remaja lakilaki dan wanita
dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
2.2 Kegel Exercise
2.2.1 Pengertian Kegel Exercise ( Latihan Senam Kegel )
Kegel Exerciseatau merupakan terapi non operatif yang paling sering
dilakukan untuk mengatasi stres inkontinensia karena membantu meningkatkan
tonus dan kekuatan otot pada uretra dan periuretra.
Latihan otot dasar panggul (ODP) dikembangkan pertama kali oleh Dr.
Arnold kegel pada tahun 1940 dengan tujuan menguatkan otot dasar panggul dan
mengatasi stres inkontinensia urin. Hal ini sesuai dengan konsep latihan kegel dan
pendapat seorang dokter kandungan bernama kegel pada tahun 1940, bahwa
latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar
panggul, sehingga memperkuat fungsi sfingter eksternal pada kandung kemih
(Septiastri & Siregar, 2012).
Latihan otot dasar panggul ini awalnya diperkenalkan oleh Kegel untuk
pasien pasca melahirkan. Latihan ini terus dikembangkan dan dapat dilakukan
pada lansia yang mengalami masalah inkotinensia stress yaitu pengeluaran urine
tidak terkontrol akibat bersin, batuk, tertawa atau melakukan latihan jasmani dan
inkontinensia urgensi dimana terjadi gangguan kontrol pengeluaran urin, dengan
dilakukan latihan Kegel bisa memperbaiki fungsi otot dasar panggul yaitu
rangkaian otot dari tulang panggul sampai tulang ekor. Menurut Nursalam (2007),
latihan kegel merupakan aktivitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang
dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan
kegel merupakan latihan dalam bentuk seri untuk membangun kembali kekuatan
otot dasar panggul, memberikan bantuan yang signifikan dari rasa sakit
vestibulitis vulva, dan, dalam banyak kasus, 5 6 memungkinkan pasien untuk
terlibat dalam aktivitas seksual yang normal (Widiastuti, 2011).
Latihan ini berupa latihan ODP secara progresif pada otot Levator ani
yang dapat dikontraksikan secara sadar yang selanjutnya dikenal dengan Kegel
Exercise (Rahajeng, 2010). Kegel Exerciseatau merupakan terapi non operatif
yang paling sering dilakukan untuk mengatasi stres inkontinensia karena
membantu meningkatkan tonus dan kekuatan otot pada uretra dan periuretra
(Bobak, 2004 dalam Yanthi, 2011).
2.2.2 Manfaat Senam Kegel
Senam Kegel memiliki manfaat terkait dengan fungsi otot PC. Senam Kegel tidak
hanya memiliki banyak manfaat untuk wanita, tetapi juga pada pria.
 Bagi Pria
Latihan ini akan meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatasi
ejakulasi dini, ereksi yang lebih kuat dan meningkatkan kepuasan seksual saat
orgasme. Selain itu multiple orgasme juga bisa dialami oleh pria sebagai hasil
dari latihan senam kegel yang dilakukan secara teratur. Pada pria, senam ini
juga akan mengangkat testis dan mengencangkan otot kremaster sama seperti
mengencangkan sfingterani. Hal ini disebabkan karena otot PC dimulai dari
arah anus (Herdiana, 2009 dalam Yanthi, 2011).
 Bagi Wanita
Keuntungan melakukan senam kegel adalah lebih mudah mencapai
orgasme dan orgasme yang dicapai lebih baik karena otot yang dilatih adalah
otot yang digunakan selama orgasme. Manfaat lain adalah vagina akan
semakin sensitif dan peka rangsang sehingga memudahkan peningkatan
kepuasan seksual, dan suami 7 akan merasakan perubahan yang sangat besar
karena vagina mampu mencengkram penis lebih kuat.
Memudahkan kelahiran bayi tanpa banyak merobek jalan lahir dan bagi
wanita yang baru melahirkan, senam Kegel dapat mempercepat pemulihan
kondisi vagina setelah melahirkan dan tentu saja dapat menguatkan otot
rangka pada dasar panggul sehingga pemperkuat fungsi sfingter eksternal
kandung kemih, mencegah prolaps uteri (Salma, 2008; Maryam, 2008 dalam
Yanthi, 2011). Beberapa manfaat senam kegel yaitu menguatkan otot panggul,
membantu mengendalikan keluarnya urin saat berhubungan intim, dapat
meningkatkan kepuasan saat berhubungan intim karena meningkatkan daya
cengkram vagina, meningkatkan kepekaan terhadap rangsangan seksual,
mencegah “ngompol kecil” yang timbul saat batuk atau tertawa, dan
melancarkan proses kelahiran tanpa harus merobek jalan lahir serta
mempercepat penyembuhan pasca persalinan (Mulyani, 2013).
2.2.3 Persyaratan Senam Kegel
Latihan kegel ini bila di lakukan secara teratur di lakukan dalam waktu 8-
12 minggu, latihan senam kegel juga dapat dirasakan perubahanya dalam waktu 3
atau 4 minggu dengan berlatih beberapa menit setiap hari latihan kegel memilki
variasi gerakan beulang (pengetatan) dan merelaksasi (melepaskan) otot dasar
panggul (widiyanti & proverawati,2010)
2.2.4 Program Senam Kegel
Senam kegel hasilnya tidak akan didapat dalam waktu sehari. senam kegel
dilakukan sebanyak 10 kali dalam 4 minggu dapat memberikan hasil yang
bermanfaat untuk memperkuat otot-otot panggul yang dibuktikan dari hasil
penelititannya yaitu adanya pengaruh signifikan senam kegel terhadap tingkat 8
inkontinensia (Wahyu W, 2009). Pelatihan senam kegel dengan frekuensi tiga kali
perminggu selama empat minggu lebih efektif dibandingkan dengan senam kegel
dengan frekuensi satu kali seminggu selama empat bulan dalam menurunkan
frekuensi buang air kecil wanita usia 50-60 tahun yang mengalami stress urinary
incontinence di Sanggar Senam Citra Denpasar (Lestari, 2011).
2.2.5 Pencegahan Senam Kegel
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer terjadi sebelum system bereaksi terhadap stressor,
meliputi promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan, penceghan
primer mengutamakan pada penguatan fleksibel limes of deferense dengan
cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko intervensi
dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidetifikasi tapi sebelum reaksi
terjadi. Strateginya mencakup, imunisasi, pendidikan kesehatan, olahraga dan
perubahan gaya hidup
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada
gejala dari stressor, Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan
pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan
meningkatkan faktor – faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar
melalui tindakan – tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk
memperoleh kestabilan system secara optimal dan memelihara energy. Jika
pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka
struktur dasar dapat mendukung system dan intervensi – intervensinya
sehingga bisa mengakibatkan kematian.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan setelah system ditangani dengan strategi-
strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan
kembali kearah stabilitas system klien secara optimal. Tujuan utamanya
adalah untuk memperkuat resistensi terhadap stressor untuk mencegah reaksi
timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energy.
Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
2.2.6 Kontra Indikasi
Latihan senam kegel membatu memulihkan dan meperkuat otot-otot yang
mengelilingi dan mendukung kantung kemih , rahim ,rectum, dan uretra (otot
panggul otot-otot ini di kenal sebagai otot pubococcygeal. Latihan senam kegel
membatu untuk meperlambat atau mehentikan alirah air seni , serta otot-otot yang
mencegah keluarnya gas (damayanti, 2010).
2.2.7 Indikasi
Senam kegel dianjurkan bagi wanita dan pria yang umumnya memiliki keluhan
terkait lemahnya otot PC. Berikut adalah beberapa indikasi senam kegel:
 Pria dan wanita yang memiliki masalah inkontinensia (tidak mampu
menahan buang air kecil).
 Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan
kekuatan otot panggul dari penurunan kadar estrogen.
 Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim) karena
melemahnya otot dasar panggul, juga untuk wanita yang mengalami
masalah seksual.
 Pria yang mengalami masalah ejakulasi dini serta ereksi lebih lama.
(Ardani, 2010).
2.2.8 Tahap Pelatihan Senam Kegel
Tahap pelatihan senam kegel dibagi menjadi tiga bagian latihan sesuai dengan
kemampuan klien dalam melakukan latihan.Pelatihan senam kegel dibedakan
menjadi tiga yaitu
 Pelatihan Gerak Cepat Pelatihan pertama adalah pelatihan gerak cepat,
dilakukan dalam posisi duduk, berdiri, berbaring, jongkok, atau posisi apa
saja yang terbaik.
 Pelatihan mengencangkan setelah pelatihan gerak cepat, dilanjutkan
dengan pelatihan senam kegel berikutnya. Saat mengencangkan ODP,
tetap kencangkan kuat-kuat selama satu hingga dua detik kemudian
lepaskan dan ulangi masing-masing dengan sepuluh hitungan. Tegangkan,
tahan dan lepaskan otot tersebut.
 Pelatihan super kegel tahap selanjutnya adalah super kegel yang diberikan
untuk orang-orang yang telah menguasai senam kegel. Super kegel
dilakukan dengan mengencangkan ODP sekencang-kencangnya sampai
hitungan sepuluh kemudian lepaskan. Lakukan berulang-ulang dengan
sepuluh hitungan setidaknya sekali sehari (Di Fiori, 2005 dalam Ardani,
2010).
2.2.9 Tahap Kerja
1. Kenali terlebih dahulu otot-otot yang berhubungan dengan senam kegel dan
fungsi kerjanya. Caranya, saat buang air kecil, cobalah untuk menghentikan
pancaran air seni dengan melakukan kontraksi atau menguncupkan otot-otot
ini, kemudian, kendurkan lagi sehingga pancaran air seni kembali lancar,
bagian otot itulah yang akan kita latih (Nurdiansyah, 2011)
2. Tahap berikutnya adalah dengan melakukan kontraksi atau mencupkan
otototot dasar panggul mulailah dengan berbaring telentang dengan lutut
ditekut, jaga agar jarak jari kaki anda terpisah. Kemudian tekuk otot perut
bagian bawah dan angkat pnggul sedikit dari lantai. Jika bisa bokong tidak
menempel dengan lantai dan haruss menjaga agar otot inti tetap lentur.
Lakukan latihan ini dengan menahan otot selama 3 detik dan perlahan
mengembalikan otot ke lantai kembali ulangi sebanyak 3 kali. Lakukan
latihan ini sebanyak 3 set dari 10 set yang seharusnya, selain itu harus
diperhatikan posisi otot panggul agar tidak memalingkan atau memutar otot
saat panggul diangkat karena akan membuat otaot tegang (Nurdiansyah,
2011).
3. Tahap selanjutnya yakni membuka kaki dan letakan kedua jari diantara uretra
dan anus, tekan punggung bawah ke lantai sekali lagi dan cobalah untuk
merasakan sensasi pengencangan di area ini. Jika dengan cara ini masih belum
merasakannya, maka bisa dicoba ketika ingin menghentikan aliran urin pada
saat buang air kecil. Rasakan sensasi yang masuk ke dalam tindakan itu,
mengangkat otot di dekat kandung kemih, dan cobalah meniru gerakan ini
ketika Anda melakukan latihan di atas. Namun cara Ini hanya disarankan
untuk dicoba sekali saat mempelajari tentang otot. Jangan ulangi ini sebagai
latihan, atau justru dapat menyebabkan masalah kemih.
4. Jika, latihan tersebutsudah cukup lancar, lanjutkan dengan menguncupkan dan
mengendurkanya dengan lebih keras dan menahanya lebih lama (sekitar 10
detik). Lakukan senam kegel sebanyak 2-3 kali sehari, selama sekitar 8-12
minggu sebelum akhirnya dilakukan penilaian ulang untuk pengelolaan lebih
lanjut jika klien belum mengalami perbaikan (Price et.al, 2010). Latihan untuk
mengatasi masalah pada eliminasi urin ini perlu dilakukan secara konstan
setiap hari, hasilnya tidak akan didapat dalam waktu satu hari, kebanyakan
orang akan dapat merasakan perubahan setelah 3-4 minggu dengan berlatih
beberapa menit setiap hari (Widianti et.al 2010).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatandan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. WHO merumuskan
promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Kegel Exerciseatau merupakan terapi non operatif yang paling sering dilakukan
untuk mengatasi stres inkontinensia karena membantu meningkatkan tonus dan kekuatan
otot pada uretra dan periuretra.
3.2 Saran
Memperbanyak lagi wawasan tentang pengkajian dan promosi kesehatan wanita
mengenai kegel exercise
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, Diyan & Asmuji. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Manuaba, I. A. C, 2009, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, edisi 2, EGC,
Jakarta
Park, H. Seong., Kang. B. Chang. (2014, Desember 30). Effect of Kegel Exercise On
The Management of Female Stress Urinary Incontinence. Advanced in Nursing, hal. 4-6
Martiningsih dan Dahlan. 2014. Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Inkontinensia
Urin Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Wredha Meci Angi Bima. Jurnal
Kesehatan Pima Vol.8 No.2, 1
Ananingsih, et all. 2013. Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Perubahan Inkontinensia
Urin Pada Lansia Di Panti Wredha Teratai Palembang. Skripsi tidak
diterbitkan. Poltekkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai