Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GAGAL TUMBUH


Mata kuliah: Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut
Dosen Pengajar: Ns. Indah Permatasari, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas B
Reza Mutiara Novianti 2110711046
Siti Yaasinta Dwi Pangestu 2110711060
Adinda Zahra Nabila 2110711069

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah kami yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak Gagal Tumbuh” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Anak Gagal
Tumbuh. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Indah Permatasari, M.Kep
selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut karena telah
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 19 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Anak Gagal Tumbuh Kembang
2.2 Etiologi Anak Gagal Tumbuh Kembang
2.3 Patofisiologi
2.4 Tanda dan Gejala Anak Gagal Tumbuh Kembang
2.5 Farmakologi
2.6 Dampak Gagal Tumbuh

BAB III

PEMBAHASAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosis Keperawatan
3.3 Intervensi Keperawatan

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

2
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya merupakan hasil dari
pengelolaan gizi yang baik. Sehingga tingkat gizi seseorang sangat penting untuk
terus dijaga dan di tingkatkan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
kekurangan gizi sangat berbahaya untuk kelangsungan hidup manusia terutama pada
usia dini karena akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak
yang kekurangan gizi cenderung akan memiliki postur yang tidak proporsional dan
tidak ideal seperti bertubuh kurus, kecil dan pendek. Selain itu, kekurangan gizi juga
bisa berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan intelektual pada anak, serta
berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas anak. Balita yang mengalami
stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal, menjadikan anak
lebih rentan terhadap penyakit, dan mempengaruhi produktivitasnya di masa depan.
Pada akhirnya, secara luas stunting dapat menghambat pertumbuhan perekonomian,
meningkatkan kemiskian, dan memperbesar ketimpangan di Indonesia.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, sebanyak
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting dan lebih dari
setengah balita stunting tersebut berasal dari Asia (55%). Indonesia merupakan
negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia. Rata-rata prevalensi
balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% (WHO, 2018 dalam
Hardani & Zuraida, 2019). Menurut Riskesdas tahun 2013, gambaran kasus balita
stunting di Provinsi Lampung masih berada di atas rerata nasional yaitu 42,64%
(Riskesdas, 2018 dalam Hardani & Zuraida, 2019). Sehingga prevalensi tersebut
harus terus dipantau dan perlu implementasi lebih lanjut untuk menurunkan tingkat
kejadian gizi kurang yang dapat menyebabkan gagal tumbuh (stunting). Dalam
makalah ini, akan dibahas seputar gagal tumbuh atau stunting mulai dari pengertian,
faktor yang mempengaruhinya, dampaknya dan lain sebagainya melalui kasus asuhan
keperawatan pada anak gagal tumbuh.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dari Anak Gagal Tumbuh Kembang?
2. Bagaimana Etiologi yang Menjadikan Anak Gagal Tumbuh Kembang?
3. Bagaimana Patofisiologi Anak Gagal Tumbuh Kembang?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Anak Gagal Tumbuh Kembang?
5. Terapi Farmakologi Apa yang Bisa Diberikan pada Anak Gagal Tumbuh
Kembang?.
6. Apa Saja Dampak Gagal Tumbuh Kembang pada Anak?
7. Bagaimana Cara Pencegahan Timbulnya Gagal Tumbuh Kembang pada
Anak?
8. Bagaimana Cara Menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Gagal
Tumbuh Kembang?

1.3 Tujuan
9. Untuk Mengetahui Definisi Anak Gagal Tumbuh Kembang.
10. Untuk Mengetahui Etiologi Anak Gagal Tumbuh Kembang.
11. Untuk Mengetahui Patofisiologi Anak Gagal Tumbuh Kembang.
12. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Anak Gagal Tumbuh Kembang.
13. Untuk Mengetahui Farmakologi Anak Gagal Tumbuh Kembang.
14. Untuk Mengetahui Dampak Gagal Tumbuh Kembang Terhadap Kebutuhan
Dasar.
15. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak Gagal Tumbuh
Kembang.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah Asuhan Anak Gagal Tumbuh diharapkan dapat
bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan memberikan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai Konsep Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Anak Gagal Tumbuh Kembang


Seorang anak dikatakan gagal tumbuh apabila pertumbuhan anak secara
bermakna lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya. Sebagai batasan adalah
dibawah – 3 SD (standar deviasi) atau pertumbuhan menurun melewati 2 pita utama,
misalnya dari +1 SD ke – 1 SD dalam waktu yang singkat. Secara umum penyebab
gagal tumbuh dibagi menjadi organic yaitu akibat kondisi medis dan non organic
akibat gangguan psikososial (Kemenkes RI, 2010).
Balita pendek atau stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh pada
balita (bayi di bawah lima tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi pada stunting dapat terjadi sejak bayi masih
di dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir. Saat ini, penurunan
prevalensi balita stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang
tercantum di dalam sasaran pokok rencana pembangunan jangka menengah tahun
2015–2019 (Kemenkes RI, 2016).

2.2 Etiologi Anak Gagal Tumbuh Kembang


1. Masalah dengan gen seperti down syndrome
2. Masalah hormon
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan kesulitan
makan pada bayi
4. Kerusakan organ seperti jantung, hati, paru - paru yang bermasalah yang dapat
mempengaruhi bagaimana nutrisi bergerak melalui tubuh.
5. Anemia atau kelainan darah lainnya.
6. Masalah pencernaan yang membuat sulit untuk menyerap nutrisi atau
menyebabkan kurangnya enzim pencernaan.
7. Penyakit kronis seputar masalah hati, diare, auto imun, maupun yang
berhubungan dengan pankreas dan lambung.
8. Masalah metabolism
9. Masalah selama kehamilan atau berat badan lahir rendah

6
10. Adanya Food intolerance, yaitu kondisi dimana tubuh tidak dapat menyerap
zat makanan tertentu seperti protein maupun vitamin. Hal ini sangat berbeda
dengan alergi makanan yang menyebabkan reaksi penolakan pada tubuh.
11. Infeksi kandung kemih, tuberculosis, dan infeksi lainnya.

Faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi anak gagal tumbuh:

1. Hilangnya ikatan emosional antara orangtua dan anak


2. Kemiskinan
3. Masalah dengan hubungan anak- orang tua.
4. Orang tua tidak memahami kebutuhan gizi yang sesuai untuk anak mereka.
5. Paparan infeksi, parasite, atau racun.
6. Kebiasaan makan yang buruk, seperti makan di depan televisi dan tidak
memiliki jadwal tetap makan.

2.3 Patofisiologi
Perawakan pendek patologis dibedakan menjadi proporsional dan tidak
proporsional. Perawakan pendek proporsional meliputi malnutrisi, penyakit
infeksi/kronik dan kelainan endokrin seperti defisiensi hormon pertumbuhan,
hipotiroid, sindrom cushing, resistensi hormon pertumbuhan dan defisiensi IGF-1.
Perawakan pendek tidak proporsional disebabkan oleh kelainan tulang seperti
kondrodistrofi, displasia tulang, Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom Down,
sindrom Kallman, sindrom Marfan dan sindrom Klinefelter (Nair M, 2009).

2.4 Tanda dan Gejala Anak Gagal Tumbuh Kembang


Berat badan menurun.
Gagal tumbuh ditandai dengan berat badan yang tidak naik atau cenderung
turun dari pengukuran sebelumnya selama dua kali berturut-turut (2 bulan).
Penurunan berat badan ini bisa disertai atau tidak dengan penambahan tinggi
badan atau lingkar kepala. Karena gagal tumbuh tidak berdiri sendiri sebagai
penyakit.

Tanda Anak Gagal Tumbuh Kembang


1. Nafsu makan yang berkurang
2. Mual
3. Muntah
4. Perut kembung
5. Buang air besar cair atau keras

7
6. Batuk dalam jangka waktu yang lama
7. Sesak nafas
8. Mudah lelah

2.5 Farmakologi
Bentuk terapi farmakologi yang dapat diberikan pada anak dengan diagnosa
gagal tumbuh diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pemberian asupan Vitamin dan mineral


Pada anak dengan gagal tumbuh, kemungkinan malnutrisi sangat tinggi
sehingga pemberian mikronutrien yaitu vitamin B komplek, vitamin A, dan
vitamin C sangat penting untuk dilakukan. Pemberian suplemen mikronutrien
yang penting diberikan pada balita diantaranya adalah vitamin A, zat besi,
zink, dan iodium yang berperan dalam pertumbuhan dan imunitas anak.
Namun di Indonesia program suplementasi yang sudah ada untuk semua balita
hanya suplementasi vitamin A. Suplementasi vitamin A diberikan karena
kadar vitamin A dalam ASI cukup rendah, sehingga terkadang tidak bisa
mencukupi kebutuhan anak. Vitamin B kompleks sendiri merupakan suatu
grup dari beberapa vitamin B, yang berperan sebagai kofaktor enzim atau
prekursor pada berbagai proses metabolisme asam amino dan karbohidrat.
Vitamin B kompleks terdiri dari gabungan dua atau lebih vitamin B yang
dapat meliputi B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niacin), B5 (Asam
pantotenat), B6 (Piridoksin), B9 (Asam folat), dan B12 (Kobalamin).
Selanjutnya terkait Vitamin C, menurut AKG anak di atas satu tahun
membutuhkan asupan vitamin C sebanyak 40-45 mg per hari.

b. Pemberian PMT
PMT Balita merupakan pemberian suplementasi gizi untuk melengkapi
kebutuhan gizi agar mencapai berat badan sesuai usia. Tiap 100 gram PMT
mengandung 450 kalori, 14 gram lemak, 9 gram protein, dan 71 gram
karbohidrat. PMT Balita mengandung 10 vitamin (vitamin A, B1, B2, B3, B6,
B12, D, E, K, dan Asam Folat) dan 7 mineral (besi, zink, fosfor, selenium,
dan kalsium). Setiap bungkus PMT Balita terdiri dari 12 keping biskuit atau
540 kalori (45 kalori per biskuit). Anak berusia 12-59 bulan diberikan 12
keping per hari selama 1 bulan atau setara dengan 30 bungkus PMT Balita.
Bila berat badan telah sesuai, pemberian PMT Balita dihentikan dan untuk
selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.

8
c. Pemberian Obat Cacing
Obat anti cacing pada pasien diberikan untuk pencegahan infeksi dan
termasuk program pemerintah dalam rangka penanganan kecacingan yang
diatur dalam PMK No. 15 Tahun 2017. Obat yang digunakan dalam
pemberian obat pencegahan massal kecacingan adalah albendazole dalam
bentuk sediaan tablet kunyah dan sirup. Albendazol merupakan obat cacing
berspektrum luas yang bekerja menghambat pembentukan energi cacing.
Dosis albendazole yang direkomendasikan WHO untuk anak usia 1-2 tahun
adalah 200mg atau setengah tablet kunyah dosis tunggal setiap 6 bulan.

2.6 Dampak Gagal Tumbuh


Kejadian gagal tumbuh menimbulkan beberapa dampak yang signifikan pada
penderita, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
2. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke,
dan disabilitas pada usia tua.

2.7 Upaya Pencegahan Gagal Tumbuh

Pemerintah telah menetapkan kebijakan pencegahan gagal tumbuh atau


stunting, melalui Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Peningkatan Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia pertama
1000 hari kehidupan, yaitu sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013).
1. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama
kehamilan
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil
3. Pemenuhan gizi
4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
5. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan

9
7. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6 bulan
hingga 2 tahun
8. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
9. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat
10. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

10
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan


utama sudah 1 bulan terakhir anak susah makan. Ibu mengatakan berat badan anak
sudah 2 bulan tidak naik malah turun. Pada saat pemeriksaan didapatkan data BB: 8
kg, Tinggi badan: 76 cm. Ibu mengatakan anaknya sering demam dan diare, dan saat
ini sedang menjalani terapi pengobatan radang paru-paru. Hasil pemeriksaan fisik:
rambut tampak tipis kemerahan, kulit tampak kering, otot paha dan lengan atas teraba
lembek. Anak dicurigai mengalami Gagal tumbuh (failure to thrive atau faltering
growth) sehingga anak dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan lanjutan.

3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : An. X
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 3 tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama :-
Pendidikan :-
Suku Bangsa :-
Bahasa yang digunakan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-

b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. X
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia :-
Hubungan dengan pasien : Ibu Pasien
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-

c. Riwayat Kesehatan

11
Riwayat kesehatan sekarang : Sedang terapi radang paru-paru
Riwayat kesehatan masa lalu : -
Riwayat kesehatan keluarga : -

3.2 Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

1. Ibu mengeluh sudah 1 bulan terakhir anak susah 1. Pasien berusia 2 tahun
makan 2. BB : 8 kg
2. Ibu mengatakan berat badan anak sudah 2 bulan 3. TB : 76 cm
tidak naik malah turun. 4. IMT : 13,8 (underweight)
3. Ibu mengatakan anaknya sering demam dan 5. Rambut tampak tipis
diare kemerahan
4. Ibu mengatakan anaknya saat ini sedang 6. Kulit tampak kering
menjalani terapi pengobatan radang paru-paru 7. Otot paha dan lengan atas
teraba lembek

3.3 Analisa Data

Data Fokus Masalah Etiologi

DS : Defisit Nutrisi (D. 0019) Ketidakmampuan


1. Ibu mengeluh sudah 1 SDKI Edisi 1 Cetakan III Hal. mengabsorpsi nutrient
bulan terakhir anak 56
susah makan
2. Ibu mengatakan berat
badan anak sudah 2
bulan tidak naik malah
turun.
DO :
1. BB : 8 kg
2. TB : 76 cm
3. IMT: 13, 8 (berat
badan kurang)
4. Rambut tampak tipis

12
kemerahan
5. Kulit tampak kering
6. Otot paha dan lengan
atas teraba lembek

DS : Gangguan Integritas Kulit (D. Perubahan status nutrisi


1. Ibu mengeluh sudah 1 0129) SDKI Edisi 1 Cetakan
bulan terakhir anak III Hal. 282
susah makan
2. Ibu mengatakan berat
badan anak sudah 2
bulan tidak naik malah
turun.
3. Ibu mengatakan
anaknya sering
demam dan diare
DO :
1. BB : 8 kg
2. TB : 76 cm
3. Rambut tampak tipis
kemerahan
4. Kulit tampak kering
5. Otot paha dan lengan
atas teraba lembek

DS : Resiko Infeksi (D. 0142) Malnutrisi


1. Ibu mengeluh sudah 1 SDKI Edisi 1 Cetakan III Hal.
bulan terakhir anak 304
susah makan
2. Ibu mengatakan berat
badan anak sudah 2
bulan tidak naik malah
turun.
3. Ibu mengatakan
anaknya sering
demam dan diare

13
4. Ibu mengatakan
anaknya saat ini
sedang menjalani
terapi pengobatan
radang paru-paru
DO :
1. BB : 8 kg
2. TB : 76 cm
3. IMT: 13, 8 (berat
badan kurang)

3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Defisit Nutrisi (SDKI, D. 0019, Hal. 56) Berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan
Ds:
1. Ibu mengeluh sudah 1 bulan terakhir anak susah makan
2. Ibu mengatakan berat badan anak sudah 2 bulan tidak naik malah
turun.
Do:
1. BB : 8 kg
2. TB : 76 cm
3. IMT: 13, 85 (berat badan kurang)
4. Rambut tampak tipis kemerahan
5. Kulit tampak kering
6. Otot paha dan lengan atas teraba lembek

Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme.

2. Gangguan Integritas Kulit (SDKI, D. 0129, Hal. 282) Berhubungan dengan


Perubahan Status nutrisi ditandai dengan
Ds:
1. Ibu mengeluh sudah 1 bulan terakhir anak susah makan
2. Ibu mengatakan berat badan anak sudah 2 bulan tidak naik malah
turun.
3. Ibu mengatakan anaknya sering demam dan diare
Do:

14
1. BB : 8 kg
2. TB : 76 cm
3. Rambut tampak tipis kemerahan
4. Kulit tampak kering
5. Otot paha dan lengan atas teraba lembek

Definisi: Beresiko kerusakan kulit atau jaringan.

3. Resiko Infeksi (SDKI, D. 0142, Hal. 304) Berhubungan dengan malnutrisi


ditandai dengan
Ds:
1. Ibu mengeluh sudah 1 bulan terakhir anak susah makan
2. Ibu mengatakan berat badan anak sudah 2 bulan tidak naik malah
turun.
3. Ibu mengatakan anaknya sering demam dan diare
4. Ibu mengatakan anaknya saat ini sedang menjalani terapi pengobatan
radang paru-paru
Do:
1. BB : 8 kg
2. TB : 76 cm
3. IMT: 13, 85 (berat badan kurang)

Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

3.3 Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx

1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119) (SIKI Edisi 1


keperawatan selama 3x24 jam, Cetakan II, Hal. 200)
masalah keperawatan Defisit Nutrisi Observasi
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi makanan yang disukai
Status Nutrisi (L. 03030) (SLKI 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Edisi 1 Cetakan II, Hal. 121) nutrien
1. Porsi makanan yang 4. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat 5. Monitor berat badan
2. Verbalisasi keinginan untuk

15
meningkatkan nutrisi Terapeutik
meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan
3. Pengetahuan tentang pilihan suhu yang sesuai
makanan yang sehat 2. Berikan makanan tinggi serat untuk
meningkat mencegah konstipasi
4. Pengetahuan tentang pilihan 3. Berikan makanan tinggi kalori dan
minuman yang sehat tinggi protein
meningkat 4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
5. Pengetahuan tentang standar
asupan nutrisi yang tepat Edukasi
meningkat 1. Anjurkan posisi duduk
6. Penyiapan dan penyimpanan
makanan yang aman Kolaborasi
meningkat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
7. Penyiapan dan penyimpanan menentukan jumlah kalori dan jenis
minuman yang aman nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
meningkat
8. Sikap terhadap
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan
meningkat
9. Rambut rontok menurun
10. Diare menurun
11. Berat badan membaik
12. Indeks Massa Tubuh (IMT)
membaik
13. Frekuensi makan membaik
14. Tebal lipatan kulit trisep
membaik

2. Setelah dilakukan tindakan Gangguan Integritas Kulit (I. 11353) (SIKI


keperawatan selama 1x24 jam, Edisi 1 Cetakan II, Hal. 316)
masalah keperawatan Gangguan Observasi
Integritas Kulit dapat teratasi 1. Identifikasi penyebab gangguan
dengan kriteria hasil: integritas kulit

Integritas Kulit dan Jaringan (L. Terapeutik


141250) (SLKI Edisi 1 Cetakan 1. Gunakan produk berbahan petrolium

16
II, Hal. 33) atau minyak pada kulit kering
1. Elastisitas meningkat 2. Gunakan produk berbahan ringan/alami
2. Hidrasi meningkat dan hipoalergik pada kulit sensitif
3. Tekstur membaik 3. Hindari produk berbahan dasar alkohol
4. Pertumbuhan rambut pada kulit kering
membaik
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

3. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I. 14539) (SIKI Edisi 1


keperawatan selama 1x24 jam, Cetakan II, Hal. 278)
masalah keperawatan Risiko Infeksi Observasi
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
Tingkat Infeksi (L. 14137) (SLKI
Edisi 1 Cetakan II, Hal. 139) Terapeutik
1. Nafsu makan meningkat 1. Cuci tangan sebelum dan sesuah kontak
2. Demam menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

17
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang saat ini dihadapi oleh
pemerintah dan masyarakat di Indonesia. Stunting didefinisikan sebagai gangguan
pada proses pertumbuhan dan perkembangan akibat adanya malnutrisi dan penyakit
lain yang mengakibatkan defisiensi nutrisi.
Asuhan Keperawatan pada anak stunting sering dihadapkan oleh beberapa
masalah kesehatan yang terjadi. Beberapa masalah yang sering ditemui diantaranya
adalah defisiensi nutrisi, diare, kurangnya perawatan diri, risiko infeksi, risiko
kerusakan integritas kulit, dan kurangnya informasi dan pengetahuan terkait
informasi gizi.
Makanan tinggi protein dan tinggi kalori sangat dianjurkan bagi anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan. Tak lupa, program diet harus dijelaskan dalam
asuhan keperawatan pada keluarga. Apabila terdapat masalah yang ditemui dalam
intake nutrisi, mungkin perlu pemberian tambahan suplemen makanan setelah
berkonsultasi dengan dokter ahli. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan
didasarkan atas penyebab dari munculnya kerusakan seperti pembersihan dengan air
hangat, penggunaan produk berbahan petroleum/minyak, produk bahan alami pada
kulit sensitif, hingga menghindari aplikasi alkohol pada bagian yang bermasalah.
Keluarga juga harus diberikan edukasi tentang intake air yang cukup, asupan nutrisi,
atau bila memerlukan tambahan buah dan sayur.

4.2 Saran
Dengan mempelajari mengenai Asuhan Keperawatan Anak Gagal Tumbuh,
diharapkan mahasiswa dapat memahami lebih dalam Asuhan Keperawatan Anak
Gagal Tumbuh tersebut untuk memudahkan mahasiswa dalam mencerna materi
kuliah selanjutnya dan mengerjakan tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak Sehat
dan Sakit Akut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aryu, C. (2020). Buku Epidemiologi Stunting.


Candra, A. (2020). Patofisiologi Stunting. Journal of Nutrition and Health),
8(2).
Indonesia, P. A. G. (2018). Stop stunting dengan konseling gizi. Penebar
PLUS+.
Nurti, T., Sari, L. A., & Murtiyarini, I. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Risiko Gagal Tumbuh Pada Anak Usia> 6-24 Bulan di
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 20(3), 961-966.
Hardani, Muty & Zuraida, Reni (2019) Penatalaksanaan Gizi Buruk dan
Stunting pada Balita Usia 14 Bulan dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga,
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Rahayu, Atikah dkk (2018) STUDY GUIDE–STUNTING DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA BAGI MAHASISWA KESEHATAN
MASYARAKAT, Yogyakarta : Penerbit CV Mine

20

Anda mungkin juga menyukai