Anda di halaman 1dari 5

“MENGENAL STUNTING“

A. DEFINISI
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di usia bawah lima tahun
yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi
psikososial yang tidak memadai. Terjadi terutama saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) (TNP2K, 2017).
Stunting juga didefinisikan gabungan antara sangat pendek dan pendek. Hasil
dari pengukuran stunting yaitu Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) atau Panjang
Badan menurut Umur (PB/U) dengan hasil -3 s/d -2 SD (Standar Deviasi) dan sangat
pendek hasil pengukuran yaitu < -3 SD (Standar Deviasi).
B. FAKTOR PENYEBAB
Kejadian stunting atau perlambatan pertumbuhan pada anak kecil dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Menurut
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia 2018 dalam
(Haryani et al., 2022), sebagai berikut:
1) Faktor Internal
a) Asupan Gizi Balita
Usia anak-anak memiliki masa golden ages artinya mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan kedewasaan. Kecukupan gizi pada anak dapat
meningkatkan status gizi dari penurunan menjadi normal, kemampuan
kognitif akan meningkat dan anak mengalami pertumbuhan serta
perkembangan.
b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab perkembangan terhambat.
Anak kekurangan gizi lebih rentan terkena penyakit infeksi seperti cacingan,
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), diare dan infeksi lain. Hal ini erat
kaitannya dengan pelayanan kesehatan dasar meliputi vaksinasi, kualitas
lingkungan dan gaya hidup sehat.
c) Pemberian Asi Eklusif
Masalah yang terkait dengan menyusui termasuk penyapihan dini,
ketidakmampuan untuk menyusui secara eksklusif, dan menyusui yang
terlambat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama untuk memastikan tumbuh
kembang bayi optimal. Bayi yang menerima makanan pendamping ASI
setelah 6 bulan dan terus menyusui hingga usia 24 bulan dapat berdampak
signifikan pada kemampuan bayi dalam menyerap nutrisi.
d) Panjang Badan Lahir Pendek
Panjang badan saat lahir menggambarkan pertumbuhan linier bayi dalam
kandungan. Garis kecil menunjukkan status gizi buruk akibat ibu kekurangan
energi dan protein sebelumnya. Bayi di bawah persentil ke-10 menurut usia
kehamilan mungkin tergolong kecil untuk usia kehamilan (SGA) atau bayi
dengan IUGR. Bayi dengan SGA disebabkan oleh faktor fisik seperti
kelahiran prematur, etnis, kelenjar parotis atau indeks massa tubuh ibu.
Sedangkan bayi IUGR seringkali disebabkan oleh faktor janin, ibu, atau
plasenta dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Kehamilan Ibu
Beberapa faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pada anak yaitu
malnutrisi atau pola makan yang buruk yang terjadi ketika sebelum hamil,
selama hamil dan menyusui. Selain itu, pertumbuhan ibu juga berpengaruh
terhadap terjadinya retardasi pertumbuhan seperti usia ibu yang terlalu muda
atau terlalu tua, perawakan pendek, infeksi, kehamilan dini, kesehatan
mental, berat badan lahir rendah (BBLR), IUGR (intrauterine growth
restriction), kelahiran premature, jarak kelahiran yang pendek dan ibu dengan
tekanan darah tinggi.
b) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan bahan pangan mempengaruhi pemenuhan asupan nutrisi dalam
rumah. Asupan nutrisi yang cukup terpenuhi dengan makanan yang bergizi
untuk balita agar bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Hal-hal yang
dapat dilakukan yaitu, menentuan makanan yang tepat pada balita,
menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrient, lalu menentukan jenis
bahan pangan yang dapat diolah sesuai dengan menu yang diinginkan.
Terjadinya stunting yaitu karena rata-rata asupan kalori dan protein pada
anak di Indonesia lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) secara
konsisten sehingga berdampak terjadinya stunting.
c) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi pengasuhan anak, pola asuh,
pemilihan bahan makanan, dan penyajian makanan dalam menu ramah anak.
Oleh karena itu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan status gizi anak
dibawah 5 tahun dengan ibu mempunyai informasi gizi yang baik. Ibu yang
berpendidikan rendah mengalami kesulitan dalam mengasimilasi informasi
gizi, sehingga berisiko mengalami hambatan pertumbuhan.
d) Faktor Sosial Ekonomi
Status ekonomi yang rendah mempunyai dampak yang signifikan terhadap
anak-anak kurus dan muda. Rendahnya status ekonomi suatu keluarga dapat
meningkatkan risiko terjadinya gizi buruk pada anak karena berdampak pada
pilihan pangan yang kurang beragam dan terbatas, terutama pangan yang
merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral untuk menunjang tumbuh
kembang anak.
e) Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan gizi yang buruk dapat menghambat perbaikan gizi. Keluarga
dan masyarakat sadar akan gizi, artinya mereka tidak hanya mengetahui
tentang gizi, namun juga perlu memahami dan mau bertindak. Jumlah dan
jenis makanan yang dimakan tergantung pada apa yang diketahui tentang
kebutuhan gizi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pola makan dan status
gizi adalah pengetahuan gizi masyarakat. Ibu yang paham gizi hendaknya
memperhatikan kebutuhan gizi anaknya untuk tumbuh kembang yang
optimal.
f) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi yaitu: pola asuh yang kurang
baik, stimulasi dan aktivitas tidak memadai, ketahanan gizi yang kurang
memadai, porsi makan yang tidak cukup dan pendidikan orang tua yang
rendah. Selain itu, sanitasi air yang kurang baik juga dapat mempengaruhi
anak rentan terjadi stunting.

C. TANDA GEJALA
Menurut (Kemenkes RI, 2020; Rahayu et al., 2018), ciri-ciri stunting
diantaranya :
1) Adanya tanda pubertas yang terlambat
2) Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan
eye contact
3) Tubuh anak tampak lebih pendek dibandingkan anak seusianya
4) Proporsi tubuh cenderung normal namun terlihat lebih kecil dari usianya
5) Tidak terlihat atau pertumbuhan tulang terhambat
6) Berat badan yang rendah untuk anak seusianya
7) Wajah tampak lebih muda dari usianya
8) Pertumbuhan gigi terlambat
9) Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
D. MEKANISME TERJADINYA STUNTING
Proses terjadinya stunting menurut Menurut Saadah, (2020), adalah sebagai
berikut:
a. Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi/ sebelum kehamilan: ketika seorang
remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia. Remaja putri Indonesia usia 15-
19 tahun kondisinya berisiko kurang energi kronik (KEK) 24,2%
b. Menjadi parah ketika hamil dengan asupan gizi yang tidak seimbang
c. Ibu hidup di lingkungan sanitasi yang kurang memadai
d. Wanita usia subuh yaitu 15-49 tahun di Indonesia hamil dengan risiko kurang
energi kronik (KEK) dan anemia sebesar 37,1%

Mekanisme kejadian stunting pada bayi/balita:


Menurut Saadah, (2020), stunting diawali dengan Growth Faltering

https://pusdatin.kemkes.go.id/
E. DAMPAK STUNTING
Menurut World Health Organization dalam Kementrian RI, (2018), stunting
mengakibatkan dampak yang dapat dibagi menjadi dampak dalam jangka pendek dan
dampak jangka panjang:
1) Dampak Jangka Pendek
a) Meningkatnya angka kesakitan dan kematian
b) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang kurang optimal
c) Peningkatan biaya kesehatan
2) Dampak Jangka Panjang
a) Postur tubuh tidak opstimal saat dewasa (lebih pendek pada umumnya)
b) Rentan terkena obesitas dan penyakit lainnya
c) Penurunan kesehatan reproduksi
d) Kapasitas belajar dan perfoma yang kurang optimal
e) Produktivitas dan kapabilitas kerja yang tidak optimal
Gambar – Gambar
DAFTAR PUSTAKA
Haryani, H., Sari, E. P., Hasbiah, H., & Sartika, T. D. (2022). Analisis Faktor Kejadian Stunting pada Anak Usia
Balita di Puskesmas Telang Jaya Telang Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 22(3), 1422. https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i3.1942

Kemenkes RI. (2020). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO 2 TAHUN 2020
TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK.

Kementrian RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI.

Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Studi Guide - Stunting dan Upaya
Pencegahannya (Hadianor, Ed.; Cet. 1). CV Mine.

Saadah, N. (2020). Modul Deteksi Dini Pencegahan dan Penanganan Stunting (B. Yulianto, N. Al, & A.
Rachman, Eds.). Scopindo Media Pustaka.
https://www.google.co.id/books/edition/MODUL_DETEKSI_DINI_PENCEGAHAN_DAN_PENANG/
MvYIEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=nutrisi+pada+anak+stunting+book&printsec=frontcover

TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) (Vol. 2). Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan . https://www.tnp2k.go.id/articles/alleviating-the-problem-
of-stunting-in -indonesia.

Anda mungkin juga menyukai