Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
ISSABELA YUMNA
P1337420119121
3A2 REGULER

DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
A. Konsep Menarik Diri
1. Definisi
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain atau menghindari hubungan dengan orang lain (Abdul Muhith, 2015).
Penarikan diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat
sementara ataupun menetap. Jadi, menarik diri adalah keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi
dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap
(Abdul Muhith, 2015).
2. Rentang Respon Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses  Gangguan


 Persepsi akurat pikir tidak proses
 Emosi terganggu berpikir
konsisten  Ilusi  Halusinasi
 Perilaku  Emosi tidak  Kesukaran
cocok. stabil proses emosi
 Hubungan  Perilaku tidak  Perilaku tidak
sosial biasa terorganisasi
harmonis  Menarik diri

Gambar 1. Rentang Respon Perilaku Sosial “Menarik Diri”


(Muhith, A, 2015)
3. Etiologi Menarik Diri
Adapaun etiologi menarik diri menurut Abdul Muhith (2015), ada dua faktor yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial
diantaranya yaitu :
1) Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman
selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki
tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,kasih
sayang,perhatian,dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
tidak percaya (Abdul Muhith, 2015).
2) Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan
struktur otak seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak dapat menyebabkan skizofrenia (Abdul Muhith, 2015).
3) Faktor Sosial dan Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga
yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya)
(Abdul Muhith, 2015).
b. Stressor Presipitasi
1) Stressor Sosial Budaya, stressor sosial budaya dapat menyebabkan
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang labil yang di rawat di rumah sakit. (Abdul
Muhith, 2015).
2) Stressor Psikologis, tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
(Abdul Muhith, 2015).
4. Tanda dan Gejala Menarik Diri
Tanda dan gejala menarik diri yaitu kurang spontan, apatis (acuh tak acuh
terhadap lingkungan),ekspresi wajah kurang berseri(ekspresi sedih), afek
tumpul,tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri,komunikasi verbal
menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap cakap dengan klien lain/perawat,
mengisolasi diri(menyendiri), tidak atau kurang sadar dengan lingkungan
sekitarnya,pemasukan makan dan minuman terganggu,retensi urin dan
feses,aktivitas menurun,kurang energi,harga diri rendah,posisi janin pada saat
tidur,menolak berhubungan dengan orang lain (Abdul Muhith, 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Menarik Diri
Klien yang mengalami masalah menarik diri sukar berinteraksi dan susah
berhubungan dengan orang lain. Untuk itu, perawat harus mempunyai kesadaran yang
tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sensitif sehingga
dapat memakai dirinya secara terapeutik dalam merawat klien. Dalam memberikan
asuhan keperawatan pasien, perawat harus jujur, empati, terbuka dan penuh
penghargaan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Identitas meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian, dan alamat
klien. Dan identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, hubungan dengan klien.
b. Alasan Masuk
Alasan klien dirawat dengan menanyakan kepada klien/ keluarga/ pihak yang
berkaitan dan tulis hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang ke rumah
sakit, apa yang sudah dilakukan oleh klien/ keluarga sebelumnya atau dirumah
untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya. Klien dengan menarik
diri biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa klien sering melamun,
menyendiri dan terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri.
c. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa lalu,
faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.
d. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital (TD, Nadi, suhu,
Pernapasan, TB, BB), tinggi badan/ berat badan, ada/ tidak keluhan fisik
seperti nyeri dan lain-lain.
e. Psikososial
a) Genogram
Membuat genogram yang menggambarkan tiga generasi beserta
keterangannya untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat genetik
yang menyebabkan/ menurunkan gangguan jiwa.
b) Konsep Diri
1) Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya bagian
tubuhnya yang paling/ tidak disukai.
2) Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut,
kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/ peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat
dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran
tersebut.
4) Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/ peran dan harapan klien terhadap lingkungan.
5) Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana
penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.
c) Hubungan sosial
Mengkaji siapa orang yang berarti/ terdekat dengan klien, bagaimana
peran serta dalam kegiatan dalam kelompok/ masyarakat serta ada/ tidak
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
d) Spiritual
Mengkaji apa agama/ keyakinan klien. Bagaimana persepsi, nilai, norma,
pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianut.

f. Status Mental
1) Penampilan
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara
berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak
mata.
2) Pembicaraan
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dan lain- lain.
3) Aktivitas Motorik (Psikomotor)
Aktivitas motorik berkaitan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal
tingkat aktivitas (letargi, tegang, gelisah, agitasi), jenis (TIK, tremor) dan
isyarat tubuh yang tidak wajar.
4) Afek dan Emosi
Afek merupakan nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama
dan dengan sedikit komponen fisiologis/ fisik serta bangga, kecewa.
Emosi merupakan manifestasi afek yang ditampilkan/ diekspresikan
keluar, disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung relatif lebih
singkat/ spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira
berlebihan.
5) Interaksi selama wawancara
Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak, bagaimana
kontak mata dengan perawat dan lain-lain.
6) Persepsi Sensori
Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “Apakah anda sering
mendengar suara saat tidak ada orang? Apa anda mendengar suara yang
tidak dapat anda lihat? Apa yang anda lakukan oleh suara itu?“.
Memeriksa ada/ tidak halusinasi, ilusi.
7) Proses Pikir
Bagaimana proses pikir klien, bagaimana alur pikirnya
(koheren/inkoheren), bagaimana isi pikirannya realitas/ tidak.
8) Tingkat Kesadaran
Pada klien menarik diri tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.
9) Memori
Pada klien menarik diri mengalami gangguan daya ingat, seperti: efek
samping dari obat dan dari psikologis.
10) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada klien dengan menarik diri mengalami kesulitan saat berkonsentrasi,
bagaimana kemampuan berhitung klien, seperti: disaat ditanya apakah
klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan oleh observer.
11) Kemampuan Penilaian
Apakah klien mengalami gangguan penilaian atau tidak dengan menilai
gangguan ringan : dapat mengambil keputusan secara sederhana baik
dibantu orang lain/tidak. gangguan bermakna : tidak dapat mengambil
keputusan secara sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang
diperintahkan dan lain-lain.
12) Daya Tilik Diri (Insight)
Pada klien menarik diri cenderung mengingkari penyakit yang diderita:
klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada
dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
g. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan
Tanyakan apakah klien mampu atau tidak untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri.
1) Perawatan diri
Pada klien menarik diri tidak mampu melakukan kegiatan hidup sehari-
hari seperti mandi, makan, kebersihan, buang air kecil/ BAK, buang air
besar/ BAB ganti pakaian secara mandiri perlu bantuan minimal.
2) Tidur
Pada klien menarik diri tidak dapat tidur yang berkualitas karena ketakutan
dan kecemasan.
3) Kemampuan klien dalam hal-hal lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
membuat keputusan.
4) Klien memiliki sistem pendukung
Klien menarik diri tidak memiliki dukungan dari keluarga, teman sejawat
maupun orang disekitarnya karena kurangnya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien lebih memilih mengasingkan dirinya.
5) Klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi
Klien menarik diri merasa menikmati pekerjaan, kegiatan yang produktif
karena ketika klien melakukan kegiatan, akan berkurang pandangan
kosong dan merasa dihargai.
h. Mekanisme Koping
Mekasnisme koping yang digunakan untuk setiap gangguan hubungan sosial
bermacam-macam (Badar, 2016).Mekanisme yang sering digunakan pada
pasien menarik diri adalah regresi, represi dan isolasi (Damayanti, 2014).
Berikut penjelasan dari macam-macam mekanisme :
a) Regresi merupakan mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b) Represi merupakan perasaan dan pikiran yang tidak dapat diterima secara
sadar.
c) Isolasi merupakan mekanisme mental tidak sadar yan mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertantangan antara sikap dan perilaku.
(Damayanti, 2014).
i. Pengetahuan
Pada klien menarik diri kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena tidak
merasakan yang dilakukan.
j. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi psikomotor, terapi
okupasional, TAK, dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Resiko gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Harga diri rendah
Pohon Masalah Menarik Diri

Risiko perilaku kekerasan


terhadap diri
sendirihttps://www.scribd.com/do

Gangguan
sensori/persepsi:
halusinasi pendengaran

Core Problem Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga


diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

Gambar 2. Pohon Masalah Menarik Diri(Keliat, B.A., 2010).


3. Rencana Keperawatan
Menurut (Prabowo, Eko, 2014) rancangan keperawatan untuk pasien menarik diri
yaitu:
a. Tujuan Umum ( TUM )
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Tujuan Khusus (TUK) pertama: klien dapat membina hubungan saling
percaya.
Kriteria yang diharapkan:
1) Dapat menerima kehadiran perawat
2) Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini.
Intervensi yang direncanakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
2) Sapa klien dengan ramah
3) Perkenalkan diri dengan sopan
4) Tanyakan nama lengkap klien dan nama kesukaan
5) Jelaskan tujuan pertemuan
6) Buat kontrak interaksi yang jelas
7) Tunjukan sikap simpati dan menerima klien apa adanya
Rasionalisasinya yaitu hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi
terapeutik antara perawat dengan klien.
c. Tujuan Khusus (TUK) kedua: klien dapat menyebutkan penyebab menarik
diri.
Kriteria yang diharapkan: klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Intervensi yang direncanakan :
1) Tanyakan pada klien tentang orang yang tinggal serumah, orang terdekat
klien, upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri pada orang lain.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang menarik diri dan tanda-tandanya.
3) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri tidak mau bergaul.
4) Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri tanda dan penyebab
yang muncul.
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaanya.
Rasionalisasinya yaitu untuk mengetahui penyebab menarik diri klien.
d. Tujuan Khusus (TUK) ketiga: klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain.
Kriteria yang diharapkan:
1) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
2) Dapat menyebutkan kerugiantidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi yang direncanakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain serta kerugiannya.
2) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
4) Diskusikan bersama tentang kuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugiannya.
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Rasionalnya yaitu untuk mengetahui respon klien setelah berhubungan atau
tidak berhubungan dengan orang lain.
e. Tujuan Khusus (TUK) keempat: klien dapat melaksanakan hubungan sosial
secara bertahap.
Kriteria yang diharapkan: klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial
secara bertahap.
Intervensi yang direncanakan:
1) Observasi perilaku klien dapat berhubungan dengan orang lain.
2) Beri motivasi dan bantu klien berkenalan atau berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5) Beri motivasi dan libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
6) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu luang.
7) Motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
8) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam memperluas pergaulan
melalui aktivitas yang dilaksanakan.
Rasionalnya yaitu untuk mengetahui kemajuan dan dorongan diri klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
f. Tujuan Khusus (TUK) kelima: klien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain.
Kriteria yang diharapkan: klien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
Intervensi yang direncanakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila berhubungan dengan
orang lain.
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya berhubungan dengan orang lain.
Rasionalnya untuk mengetahui respon pasien setelah berhubungan dengan
orang lain.
g. Tujuan Khusus (TUK) keenam: klien dapat memberdayakan sistem
pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain.
Kriteria hasil yang diharapkan: klien mampu menjelaskan pengertian menarik
diri dan tanda gejalanya, penyebab dan akibat menarik diri, cara merawat klien
dengan menarik diri.
Intervensi yang direncanakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
2) Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung mengatasi
perilaku menarik diri.
3) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri, akibat,
dan cara keluarga menghadapi perilaku menarik diri.
4) Latih keluarga merawat klien menarik diri.
5) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.
6) Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
7) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga.
Rasionalnya memberikan dukungan dan motivasi kepada klien untuk
berhubungan dengan orang lain.
h. Tujuan Khusus ( TUK) ketujuh: klien dapat mengguanakan obat dengan benar
dan tetap.
Kriteria yang diharapkan: klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, nama, warna, dosis, dan efek samping obat.
Intervensi yang direncanakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang keuntungan minum dan kerugian tidak
minum obat.
2) Bantu dalam menggunakan obat dalam prinsip lima benar.
3) Anjurkan klien untuk minta obatnya sendiri kepada perawatan agar
mendapatkan manfaatnya.
4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
5) Diskusikan akibat berhenti minum obat.
6) Anjurkan pada klien untuk konsultasi apabila ada hal-hal yang tidak
diinginkan.
Rasionalnya pemakaian obat yang teratur dan benar dapat mempercepat
penyembuhan klien.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi
dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan S.O.A.P diantaranya sebagai berikut:
- S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dievaluasi dengan menanyakan “bagaimana perasaan
klien setelah berinteraksi dengan orang lain?”.
- O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dievaluasi dengan mengobservasi perilaku klien saat
dilakukan tindakan. Selain itu, dapat dievaluasi dengan cara menanyakan
kembali apa yang telah diajarkan.
- A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kotraindikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandikan hasil
dengan tujuan.
- P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien
yang terdiri dari tindak lanjut pasien, dan tindak lanjut oleh perawat.
(Direja, 2011, p.39)
Evaluasi fokus pada perubahan perilaku klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem
pendukung klien. Menurut Riyadi dan Purwanto (2013, p.161) beberapa
perilaku dapat mengindikasikan evaluasi positif yang diharapkan:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak
berinteraksi.
d. Klien dapat menyampaikan cara berkenalan dengan orang lain.
e. Klien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
f. Klien dapat meminum obat dengan patuh sesuai anjuran.
g. Keluarga membantu klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
h. Keluarga dapat menyebutkan pengertian isolasi sosial dan akibatnya.
i. Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. (2010). Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika

Keliat A,Budi Akemat. (2009). Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :


Salemba Medika

Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai