Anda di halaman 1dari 61

KASUS SEMINAR KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH

ISOLASI SOSIAL DI RUANGAN SAWIT RSKD DADI KOTA MAKASSAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

OLEH:
1. Ratu Ananda Tria Sarman (14420231035)
2. Nurmala Latembo (14420231012)
3. Thania Sumanta (14420231007)
4. Diah Amalia Mirzanti Djamil (14420231013)
5. Sri Damayanti (14420231078)
6. Apriyanti (14420231074)
7. Febryan Muchsin (14420231046)

Preseptor Klinik Preseptor Institusi

(………………………...) (………………………...)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
A. Konsep Keperawatan

1. Definisi
Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2006).
Ganggua dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap
sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindar interaksi dengan
orang lain dan lingkunga. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).
Isolasi social merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, I, H. Sutini, 2016).
Isolasi social merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagi suatu keadaan yang
negative dan mengancam. (Badar, 2016)
2. Etiologi
Isolasi social menarik diri sering disebabkan oleh karena kuranganya rasa
percaya pada orang lain, perasaan panic, regrasi ke tahap perkembangan
sebelumnya, waham, sukar berinnteraksi dimasa lampau, perkembangan ego
yang lemah serta represi rasa takut. Menurut Stuart & Sudeen, Isolasi social
disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar,
2016)
a. Faktor Predisposisi (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
1) Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergntung dari pengalaman
selama proses tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang
stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)
pada bayi akan memberi rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung gangguan jiwa, factor
genetic dapat menunjang terhadap respon social maladaptive ada bukti
terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan
gangguan ini namun tahap masih diperlukan penilitian lebih lanjut.
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor social budaya dapat menjadi factor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
anggota keluarga yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan bila keluarga bila keluarga hanya
mengkomunikasikan hal- hal yang negative akan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah.
b. Faktor Prespitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress seperti kehilangan yang mempengaruhi individu untuk berhubugan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. (Azizah, L.A. Zainuri, I.
Akbar, 2016)
1) Faktor Nature (Alamiah)
Secara alamiah manusia merupakan mahluk holistic yang terdiri dari
dimensi bio-psiko-sosial-spritual. Oleh karena itu meskipun stressor
presipitasi yang sama tetapi apakah berdampank pada gangguan jiwa
atau kondisi psikososial tertentu yang maladptive dari individu, sangat
bergantung pada ketahan holistic individu tersebut.
2) Faktor Origin (Sumber Prespitasi)
Demikian juga dengan factor sumber prespitasi, baik internal maupun
eksternal yang berdampak pada psikososial seseorang. Hal ini karena
manusia bersifat unik.
3) Faktor Timing
Setiap stressor yang berdampang pada trauma psikologis sesorang yang
berimplikasi pada gangguan jiwa sangat di tentukan oleh kapan
terjadinya stressor, berapa lama dan frekuensi stressor.
4) Faktor Number (Banyaknya Stressor)
Demikian juga dengan stressor yang berimplikasi pada kondisi
gangguan jiwa sangat di tentukan oleh banyaknya stressor pda kurun
wktu tertentu. Misalnya, baru saja suami meninggal, seminggu
kemudian anak mengalami cacat permanen karena kecelakaan lalu
lintas, lalu sebulan kemudian ibu kena PHK dari tempat kerjanya.
5) Apparaisal of Stressor (Cara Menilai Predisposisi dan Prespitasi)
a) Faktor Kognitif: Berhubungan dengan tingkat pendidikan, luasnya
pengetahuan dan pengalaman.
b) Faktor Afektif: berhubungan dengan tipe kepribadian sesorang.
Tipe kepribadian introvert bersifat: Tertutp, suka memikirkan diri
sendiri, tidak terpengaruh pujian, banyak fantasi, tidak tahan kritik,
mudah tersinggung, menahan ekspresi emosinya, sukar bergaul,
sukar dimengerti orang lain, suka membesarkan kesalahnya dan
suka kritik diri sendiri. Tipe extrovert: Terbuka, licah dalam
pergaulan, riang, ramah, mudah berhubungan dengan orang lain,
melihat realitas dan keharusan, kebal terhadap kritik, ekspresi
emosinya spontan, tidak begitu merasakan kegagalan, dan tidak
banyak mengkritik diri sendiri. Tipe kepribadian ambivert dimana
sesorang memiliki dua tipe kepribadian dasar tersebut sehingga
sulit menggolongkan dalam salah satu tipe.
6) Faktor Physiological
Kondisi fisik sperti status nutrisi, status kesehatan fisik, factor
kecacatan atau kesempurnaan fisik sangat berpengaruh bagi penilaian
sesorang terhadap stressor predisposisi dan presipitasi.
7) Faktor Behavioral
Pada dasarnya perilaku seseorang turt mempengruhi niai, keyakinan,
sikap dan keputusannya. Oleh karena itu, factor perilaku turt berperan
pada sesorang dalam menilai factor predisposisi dan presipitasi yang
dihadapinya. Misalnya, seorang peminum alcohol, dalam keadaan
mabuk akan lebih emosional dalam mengadapi stressor. Demikian juga
dengan prokok atau penjudi, dalam menilai stressor berbeda dengan
seseorang yang taat beribadah.
8) Faktor Sosial
Manusia merupakan mahluk social yang hidupnya saling bergantung
pada satu dengan lainnya. Menurt Luh Ketut Suryani (2005), kehidupan
koktif atau kebersamaan berperan dalam pengambilan keputusan,
adopsi nilai, pembelajaran, pertukaran pengalaman dan
penyelenggraaan ritualitas. Dengan demikian, dapat di asumsikan
bahwa factor kolektifitas atau kebersamaan berpengaruh terhadap cara
menili sressor predisposisi dan presipitasi. (Azizah, L.A. Zainuri, I.
Akbar, 2016)
3. Manifestasi Klinis
a. Gejala Subjektif (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang dan sangat singkat
4) Klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyindiri dan tidak mau berinterkasi dengan orang yang
terdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datr dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekspresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungannya
13) Masukan minuman dan makan terganggua
14) Retensi urine dan feses
15) Aktivias menurun
16) Krang energy (tenaga)
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah
4. Proses
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter dimana ada riwayata anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu ditemukan
adanya kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil
pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak
(Thomb, 2000) dalam (Nurhalimah. 2016).
2) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami
kegagalan yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini
mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan
berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain.Koping
individual yang digunakan pada pasiendengan isolasi sosial dalam
mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping yang biasa
digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan proyeksi. Perilaku
isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan bersalah atau
menyalahkan lingkungan, sehingga pasienmerasa tidak pantas berada
diantara orang lain dilingkungannya.
Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data
pengkajian keterampilan verbal pada pasien dengan masalah solasi
sosial, hal ini disebabkan karena pola asuh yang keluarga yang kurang
memberikan kesempatan pada pasien untuk menyampaikan perasaan
maupun pendapatnya.Kepribadian introvertmerupakan tipe
kepribadian yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi sosial.
Ciri-ciri pasiendengan kepribadian ini adalah menutup diri dari
orang sekitarnya. Selain itu pembelajaran moral yang tidak adekuat
dari keluarga merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan pasien
tidak mampu menyesuaikan perilakunya di masyarakat, akibatnya
pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari lingkungannya. Faktor
psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah
kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan akan mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan
merasa tertekan. Kondisi diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain,
lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari terabaikan
(Stuart & Laraia, 2005) dalam (Nurhalimah, 2016).
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi
sosial, sesringkali diakibatkan karena pasienberasal dari golongan
sosial ekonomi rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan
pasiendalam memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut memicu
timbulnya stres yang terus menerus, sehingga fokus pasienhanya pada
pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Stuart & Laraia (2005) dan Townsend
(2005) dalam (Nurhalimah,2016) mengatakan bahwa faktor usia
merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan
rendahnya kemampuan pasiendalam memecahkan masalah dan
kurangnya kematangan pola berfikir.
Pasien dengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki
riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,
sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah tugas
perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain. Pengalaman
tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam memulai
hubungan, akibat rasa takut terhadap penolakan dari lingkungan.
Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa, tingkat
pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kemampuan pasien
berinteraksi secara efektif. Karena faktor pendidikan sangat
mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki
riwayat kurang mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan
masalah, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien.
(Nurhalimah, 2016).
b. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak.Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga.
Penerapan aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien dan konflik antar masyarakat.Selain itu Pada
pasienyang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan adanya pengalaman
negatif pasienyang tidak menyenangkan terhadap gambaran dirinya,
ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami krisis
identitas.Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan
atau cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun
lingkungan. Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada akhirnya menjadi masalah
isolasi sosial.
5. Rentang Respon
Menurut Stuart Sundeen rentang respon klien ditinjau dariinteraksinya
dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara
respons adaptif dengan maladaptif sebagai berikut : (Azizah, L.A. Zainuri, I.
Akbar, 2016).

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otononi Depedensi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
Interdependen curiga

Terdapat dua respon yang dapat terjadi pada isolasi sosial, yakni :
a. Respon Adaptif
Merupakan suatu respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
social dan kebudayaan secara umum yang berlaku dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. (Azizah,
L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
1) Menyendiri (Solitude): Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
(instropeksi).
2) Otonomi : Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerjasama : Merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan satu sama lain serta mampu memberi dan menerima.
4) Interdependen : Merupakan saling ketergantungan antara individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. (Azizah,
L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
b. Respon Maladaptif
Merupakan suatu respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat, perilaku respon maladaptif, yakni meliputi:
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
1) Menarik diri : Merupakan keadaan dimana seseorang yang mengalami
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan : Merupakan keadaan dimana seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya dirinya sehingga tergantung dengan
orang lain.
3) Manipulasi : Merupakan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorienrasi pada orang lain. Individu
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4) Curiga : Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan
rasa percaya diri terhadap orang lain.
5) Impulsif : Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian
yang buruk dan cenderung memaksa kehendak.
6) Narkisisme : Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukung. (Azizah, L.A.
Zainuri, I. Akbar, 2016).
6. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang digunakan pada masing-masing
gangguan hubungan social dapat bervariasi, seperti pada pasien curiga adalah
regresi, proyeksi, dan represi. Pada klien ketergantungan (dependent) adalah
regresi. Pada manipulative adalah regresi, represi, isolasi, dan klien menarik
diri adalah regresi, represi, isolasi social. (Badar, 2016)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
c. Isolasi social adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatka
timbulnya kegagalan defensive dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
7. Perilaku
Perilaku yang biasa muncul pada klien gangguan hubungan social adalah
sebagai berikut: (Badar, 2016)
Gangguan Hubungan
Perilaku
Sosial
Menarik Diri 1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memerhatikan
kebersihan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya
8. Intake makanan dan minuman terganggu
9. Retensi urine da feses
10. Aktivitas menurun
11. Tidak betenaga
12. Berbaring dengan sikap atau posisi janin

Curiga 1. Tidak mampu memercayai orang lain


2. Bermusuhan (Hostilty)
3. Mengisolasi diri dalam lingkungan sosial
Manipulasi 1. Mengekspresikan perasaan tidak langsung pada
tujuan
2. Kurang asertif
3. Sangat tergantung pada orang lain

8. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1) Klopromazin
a) Indikasi:
Penanganan gangguan psikotik, seperti skizofrenia, fase mania pada
ganggua bipolar (sampai litium kerja lambat menimbulkan efek),
psikosis reaktif singkat, dan gangguan skizoafektif. Selain itu juga
untuk penanganan ansietas dan agitasi: cegukan yang sulit di atasi:
porfria intermiten akut; anak hiperaktif yang menunjukan aktivitas
motorik yang berlebihan; masalah perilaku berat pada anak yang
dikaitkan dengan perilaku hipereksitasi atau menyerang. Agens di
tunjukan untuk penanganan mual dan muntah berat; sedasi pra dan
pasca bedah; serta tetanus (pengobatan penunjang). (Keliat, B. D.
Pawirowiyono, 2017)
b) Kontraindikasi :
Pasien hipersentivitas (dapat terjadi sensivitas silang pada gangguan
kelompok fenotiazin). Jangan digunakan jika terjadi SSP; jika
terdapat diskrasia darah; pada penyakit Parkinson; atau pada pasien
insufiensi ginjal, hati, atau jantung. Keamanan dalam kehamilan dan
laktasi belum dibuktikan. (Keliat, B. D. Pawirowiyono, 2017)
c) Efek Samping :
Efek samping yang sering di timbulkan oleh obat-obatan psikotik
seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku otot, otot
bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergeraka otot tak terkendali.
(Yosep, I, H. Sutini, 2016)
d) Cara Kerja Obat
Sampai saat ini masih belum di ketahui bagaimana cara kerja obat-
obatan antipsikotik yang memperbaiki manifestasi skizofrenia. Obat-
obatan anti psikotik tipikal menghambat reseptor dopamine,
mencegah stimulus pascainap oleh dopamine. Selain itu obat-obatan
tersebut juga dapat menekan RAS, menghambat stimulus yang
masuk ke otak, dan memiliki efek antikolinergik, antihistamin, dan
penyekat B adrenergic, yang semuanya berkaitan dengan
penghambatan sisi reseptor dopamine dan serotonin. (Yosep, I, H.
Sutini, 2016)
e) Yang Di Pengaruhi Obat :
Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis,
kelakuan atau pengalam. Ia bekerja menekan system saraf pusat dan
anti psikoikn di sampung itu juga anti emetic, local anestetik,
pemblok. (Mutschler, 2018)
f) Dosis :
75 150 – 3x/hari (Mutschler, 2018)
2) Trifluoperazin
a) Indikasi :
Penganganan manifestasi gangguan psikotik serta penanganan
ansietas sedang hingga berat pada pasien nonpsikotik. (Sutejo, 2017)
b) Kontraindikasi :
Pasien hipersentivitas (dapat terjadi sensivitas silang pada gangguan
kelompok fenotiazin). Jangan digunakan jika terjadi SSP; jika
terdapat diskrasia darah; pada penyakit Parkinson; atau pada pasien
insufiensi ginjal, hati, atau jantung. Keamanan dalam kehamilan dan
laktasi belum dibuktikan. (Sutejo, 2017)
c) Efek Samping :
Efek samping yang sering di timbulkan oleh obat-obatan psikotik
seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku otot, otot
bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergeraka otot tak terkendali.
(Yosep, I, H. Sutini, 2016)

d) Cara Kerja Obat :


Sampai saat ini masih belum di ketahui bagaimana cara kerja obat-
obatan antipsikotik yang memperbaiki manifestasi skizofrenia. Obat-
obatan anti psikotik tipikal menghambat reseptor dopamine,
mencegah stimulus pascainap oleh dopamine. Selain itu obat-obatan
tersebut juga dapat menekan RAS, menghambat stimulus yang
masuk ke otak, dan memiliki efek antikolinergik, antihistamin, dan
penyekat B adrenergic, yang semuanya berkaitan dengan
penghambatan sisi reseptor dopamine dan serotonin. (Yosep, I, H.
Sutini, 2016)
e) Yang Dipengaruhi Obat :
Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis,
kelakuan atau pengalam. Ia bekerja menekan system saraf pusat dan
anti psikoikn di sampung itu juga anti emetic, local anestetik,
pemblok. (Mutschler, 2018)
f) Dosis :
20–60 g 3x/hari (Mutschler, 2018)
3) Haloperidol
a) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut; pengendalian tik dan
pengucapan vocal pada gangguan Tourette; penanganan gejala
demensia pada lanjut usia (lansia); pengendalian hiperaktivitas dana
masalah perilaku berat pada anak-anak. Penggunaan penelitian;
antiemetic (dosis lebih sedikit dari pengendalian perilaku psikotik)
serta pengendaliam situasi psikiatrik akut. (Sutejo, 2017)
b) Kontraindikasi :
Pasien hipersentivitas (dapat terjadi sensivitas silang pada gangguan
kelompok fenotiazin). Jangan digunakan jika terjadi SSP; jika
terdapat diskrasia darah; pada penyakit Parkinson; atau pada pasien
insufiensi ginjal, hati, atau jantung. Keamanan dalam kehamilan dan
laktasi belum dibuktikan. (Sutejo, 2017)

c) Efek Samping :
Efek samping yang sering di timbulkan oleh obat-obatan psikotik
seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku otot, otot
bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergeraka otot tak terkendali.
(Yosep, I, H. Sutini, 2016)
d) Cara Kerja Obat :
Sampai saat ini masih belum di ketahui bagaimana cara kerja obat-
obatan antipsikotik yang memperbaiki manifestasi skizofrenia. Obat-
obatan anti psikotik tipikal menghambat reseptor dopamine,
mencegah stimulus pascainap oleh dopamine. Selain itu obat-obatan
tersebut juga dapat menekan RAS, menghambat stimulus yang
masuk ke otak, dan memiliki efek antikolinergik, antihistamin, dan
penyekat B adrenergic, yang semuanya berkaitan dengan
penghambatan sisi reseptor dopamine dan serotonin. (Yosep, I, H.
Sutini, 2016).
e) Yang Di Pengaruhi Obat :
Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis,
kelakuan atau pengalam. Ia bekerja menekan system saraf pusat dan
anti psikoikn di sampung itu juga anti emetic, local anestetik,
pemblok. (Mutschler, 2018)
f) Dosis :
3–6 mg 3x/hari (Mutschler, 2018)

b. Terapi Somatik
1) Terapi Individual
Dengan terapi individulal perawat menjalin hubungan saling percaya
dengan klien agar tercipta rasa trust kepada perawat. Sehingga klien
dapat leluasa menceritakan semua yang iya rasakan, dengan demikian
klien merasa aman, nyaman, klien dapat mengembangkan
kemampuannya dalam menyelesaikan konflik, meredahkan penderitaan
emosional, dank lien dapat memenuhi kebutuhan dirinya serta
mempermudah proses asuhan keperawatan jika sudah terjalin rasa
saling percaya klien terhadap perawat, terapi individual untuk TUK
1,2,3,4,5. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
2) Terapi Kognitif
Karena klien mempunyai persepsi dan pemikiran yang negative/salah,
diperlukan terapi kognitif untuk merubah hal tersebut. Sehingga,
diharapkan dengan terapi kognitif persepsi dan pemikiran klien yang
negative berubah menjadi positif/baik, klien juga mampu
mempertimbangkan stressor, mengidentifikasi pola berfikir, persepsi
dan keyakinan yang tidak baik, Terapi kognitif untuk TUK 2,3 (Azizah,
L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
3) Terapi Kelompok
Karena klien cenderung menarik diri dan tidak bersosialisasi,
diperlukan terapi kelompok agar klien dapat berinteraksi dengan orang
lain seperti sebelum klien mengalami gangguan dapat bersosialisasi.
Perawat dapat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur,
membantu anggota kelompok meningkatkan kesadaran diri
meningkatkan hubungan interpersonal, dan menubah perilaku
maladaptive menjadi adaptif. Terapi kelompok untuk TUK 1,3,4,5,6.
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).
B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data Fokus
Hubungan Social:

1) Orang yang berarti bagi pasien…..


2) Peran serta dalam kegiatan berkelompok atau masyarakat….
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain…. (Keliat, A, B. Akemat, 2019)
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Pasien merasa tidakman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Pasien merasa tidak sempurna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup. (Keliat, A, B.
Akemat, 2019)
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat anda tanyakan pada saat
wawancara untuk mendapatkan data subjektif:
1) Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya
(keluarga atau tetangga)?
2) Apakah pasien memiliki teman dekat? Jika ada, siapa teman
dekatnya?
3) Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat
dengannya?
4) Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
5) Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6) Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dan
orang sekitarnya
7) Apakah pasien merasakan waktu begitu lama berlalu?
8) Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan hidup?
(Keliat, A, B. Akemat, 2019)

Tanda dan gejala isolasi social yang dapat melalui observasi.


1) Tidak memiliki teman dekat
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tidak berulang dan tidak bermakna
5) Asyik dengan pikirannya sendiri
6) Tidak ada kontak mata
7) Tampak sedih, efek tumpul. (Keliat, A, B. Akemat, 2019)
b. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul (Yosep, I, H. Sutini,
2016)
1) Isolasi social
2) Harga diri rendah kronis
3) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
c. Analisa Data (Badar, 2016)

MASALAH
DATA PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Data Subjektif:
 Pasien mengatakan ia tidak memiliki
banyak teman dan malas untuk berkenalan
 Pasien mengatakan ia lebih suka sendiri Isolasi Sosial
dari pada beramai-ramai
Data Objektif
 Pasien terlihat menyendiri
 Pasien terliha murung dan suka melamun
d. Pohon Masalah Isolasi Sosial (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

Resiko Perubahan Sensori-Persepsi : Halusinasi


Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Core Problem
c.

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Causa

2. Diagnosa Keperawatan
Keliat mengatakan bahwa setelah dilakukan pengkajian, maka dirumuskanlah
masalah keperawatan yaitu
1) Isolasi sosial
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3) Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4) Koping individu tidak efektif
5) Defisit perawatan diri
6) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat, A, B.
Akemat, 2019)
3. Intervensi
Pasien Keluarga
NO
SPIP SPIK
1 Identifikasi penyebab isolasi social Diskusikan masalah yang dirasakan
siapa yang serumah, siapa yang dalam merawat pasien
dekat, yang tidak dekat, dan apa
sebabnya.
2 Keuntungan punya teman dan Jelaskan pengertian tanda dan gejala,
bercakap- cakap dan proses terjadinya isolasi social
3 Kerugian tidak punya teman dan Jelaskan cara merawat isolasi social
tidak bercakap-cakap
4 Latih cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat berkenalan,
pasien dan perawat atau tamu berbicara saat melakukan kegiatan
harian
5 Masukan pada judul kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan jadual dan memberikan pujian saat
besuk
SPIIP SPIIK
1 Evaluasi kegiatan berkenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(berapa orang). Beri pujian merawat/melatih pasien berkenalan
dan berbicara saat melakukan
kegiatan harian Beri pujian
2 Latihan cara berbicara saat Jelaskan kegiatan rumah tangga yang
melakukan harian (latihan 2 dapat melibatkan pasien berbicara
kegiatan) (makan, sholat bersama) di rumah
3 Masukkan pada jadual kegiatan Latih cara membimbing pasien
untuk latihan berkenalan 2-3 orang berbicara dan memberi pujian
pasien perawat dan tamu berbicara
saat melakukan kegiatan harian
SPIIIP SPIIIK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan (berapa orang) dan merawat/melatih pasien berkenalan,
bicara saat melakukan dua berbicara saat melakukan kegiatan
kegiatan harian. Beri pujian harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat Jelaskan cara melatih pasien
melakukan kegiatan harian (2 melakukan kegiatan social seperti
kegiatan baru) berbelanja meminta sesuatu dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien
untuk latihan berkenalan 4-5 belanja saat besuk
orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian saat besuk
SPIVP SPIVK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan bicara saat melakukan merawat/melatih pasien berkenalan,
empat kegiatan harian. Beri pujian berbicara saat melakukan kegiatan
harian/RT, berbelanja. Beri pujian
2 Latih cara bicara social: meminta Jelaskan follow up ke
sesuatu, menjawab pertanyaan RSJ/PKM,tanda kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadual kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan >5 jadwal kegiatan dan memberikan
orang, orang baru, berbicara saat pujian
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, berbicara saat merawat/melatih pasien berkenalan,
melakukan kegiatan harian dan berbicara saat melakukan kegiatan
sosialisasi. Beri pujian harian/RT, berbelanja dan kegiatan
lain dan follow up beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga
mandiri melakukan kontrol ke RSJ/PKM
4 Nilai apakah isolasi social teratasi
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan insiatif dan rencana tindakan untuk tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan ditunjukan
pada nursing orders untuk membantu klen mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi factor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien.
(Febriana, D, 2017).
Ada 4 fase implementasi komunikasi terapeutik tenaga kesehatan kepada
pasien:
a. Fase Orientasi
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkaldan komunikasi yang
terjadi bersifat pengalian informasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
b. Fase identifikasi
Merumuskan masalah atas masalah yang dihadapi oleh pasien.
c. Fase eksploitasi/Fase kerja
Pada fase ini tenagan medis dituntut untuk bekerja untuk memenuhi tujuan
yang telah ditetapkanpada fase orientasi dan identifikasi. Tenaga kesehatan
harus bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masala-
masalah yang dialami oleh pasien.
d. Fase relaksasi/Penyelesaian
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas
tujuan yang telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang
saling menguntungkan dan memuaskan.
5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode
penulisan evaluasi keperawatan dalam progress notes/catatan perkembangan
pasien dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP: (Febriana, D, 2017)
a. S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
b. O (Objective) : adalah hasil yang di dapat berupa pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan
c. A (Analysis) : Isolasi Sosial (+)
d. P (Planing) : Latihan cara berkenalan sebanyak 3 kali (Febriana, D,
2017).
6. Terapi Kelompok Yang Sesuai
Terapi aktifitas yang cocok untuk klien isolasi social yaitu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS). Hal tersebut dikarenakan klien sering
menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi berkurang (bicara
apabila ditanya,jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam posisi
meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan
sering menunduk yang menunjukkan bahwa klien mengalami masalah dalam
hubungan social ( isolasi social). Oleh karena itu terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (TAKS) cocok untuk memfasilitasi kemampuan klien dengan
masala hubungan social agar klien dapat bersosialisasi kembali dengan orang
lain maupun lingkungannya serta dapat meningkatkan hubungan interpersonal
dan kelompok. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dilakukan dalam
7 sesi dengan indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap
mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik (Azizah, L.A.
Zainuri, I. Akbar, 2016)
a. Sesi 1: kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2: kemampuan berkenalan
c. Sesi 3: kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4: kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5: kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6: kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7: evaluasi kemampuan sosialisasi
(Keliat, B. D. Pawirowiyono, 2017)
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RUANG RAWAT : Sawit
TANGGAL DIRAWAT : 12 Desember 2023
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. A (L)
Tanggal lahir : 18 Agustus 2000
Umur : 23 Tahun
Tanggal pengkajian : 18 Desember 2023
RM No. : 053524
Informan : Klien, perawat, dan RM
II. ALASAN MASUK
Pasien laki-laki usia 23 tahun di bawa ke RSKD Dadi dengan keluhan mengamuk
di rumah, membanting barang-barang dialami sejak 10 hari terakhir dan semakin
memburuk sejak 2 hari terakhir.
Kondisi Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain, jarang keluar rumah,
tidak terlibat dalam kegiatan di masyarakat, pasien juga mengatakan merasa lebih
baik jika sendirian, pasien merasa tidak nyaman berada di tempat umum. Pada saat
pengkajian pasien nampak kurang berekspresi, kontak mata kurang, postur tubuh
menunduk, pasien juga nampak menyendiri dan tidak berinteraksi dengan teman-
teman sekamarnya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa tahun 2013
b. Pengobatan sebelumnya
Pasien terakhir di rawat di RSKD Dadi pada September 2023
c. Trauma
Tidak ada tindakan aniaya fisik, aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan criminal
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Pasien tidak menjawab dan tidak ada penjelasan dalam buku status pasien
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien tidak menjawab pertanyaan yang di ajukan perawat
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD: 110/80, N: 68 x/menit, S: 36,0oC, P: 20 x/menit
2. Ukur : TB: 164 cm, BB: 69
3. Keluhan fisik : Tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
V. IDENTIFIKASI RISIKO
Risiko Jatuh (Edmonson’s Scale)* Risiko Dekubitus (Norton Scale)*
 Tidak ada risiko  Tidak ada risiko
Ada Risiko Ada Risiko
Risiko Melakukan Kekerasan Risiko lari *
(Modified Overt Aggression Scale) *  0-1 : Risiko rendah
 0-2 : Risiko rendah 2 : Risiko sedang
3-5 : Risiko sedang  3 : Risiko tinggi
> 5 : Risiko tinggi
Risiko bunuh diri Assesmen Status Fungsional*
 0 : tidak ada risiko 13-17: mandiri
1-2 : risiko rendah
3-6 : risiko sedang  0-12: Ketergantungan
7-10 : risiko tinggi

Pengkajian Nyeri Skala Wong baker face pain rating scale


Hasil Pemeriksaan:
Ada Nyeri


Tidak ada nyeri

Pencetus nyeri (provocation):


Pengurang nyeri (palliation): Minum obat mendengar music istirahat . Berubah
posisi
Sifat nyeri (Quality) : tajam tumpul terbakar berdenyut
Keparahan (Severity scale) : Ringan Sedang Berat
Waktu (timing) : Kapan timbul nyeri………..Durasi……………
Frekuensi…………….
VI. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Simbol Genogram:
: Laki-laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Garis Pernikahan
: Klien : Meninggal

Jelaskan poin a:
G1: Generasi pertama Kakek dan Nenek pasien, yang sudah meninggal
G2: Generasi kedua merupakan Ayah dan Ibu pasien, Ayah pasien
merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara dan Ibu pasien merupakan anak
ke 2 dari 3 bersaudara
G3: Generasi ketiga merupakan pasien dan saudaranya, pasien merupakan
anak pertama dari 5 bersaudara, ke empat saudara pasien tidak memiliki
penyakit yang sama dengan pasien. Saudara pasien yang ketiga telah
meninggal karena penyakit kanker otak
b. Konsep diri
1. Gambaran diri : Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
2. Identitas : Pasien merupakan seorang laki-laki usia 23 tahun
3. Peran : Pasien dapat melakukan aktivitas sendiri secara mandiri
dengan diberikan pengarahan
4. Ideal diri : Pasien berharap bisa cepat pulang
5. Harga diri : Pasien merasa sedih dan malu dengan kondisinya saat ini
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti/ terdekat/ paling nyaman untuk cerita
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah keluarga
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial:
Pasien mengatakan tidak terlibat di dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat karena pasien lebih suka menyendiri
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien tidak terlalu suka
berkumpul dengan orang lain atau bersosialisasi dengan teman-temannya
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
d. Spritual :
1. Nilai dan keyakinan : Pasien beragama Islam
2. Kegiatan Ibadah : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

VII. SATUS MENTAL


a. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian  Cara berpakaian
tidak sesuai seperti biasanya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Normal Keras Gagap Inkoheren Cepat
Apatis  Lambat Membisu  Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien mampu berbicara tapi cara berbicara pasien sangat lambat dan
tidak mampu memulai pembicaraan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Aktivitas Motorik :
Tingkat aktivitas : Lesu Tegang  Gelisah
Jenis Kegiatan : Tik Grimasen  Tremor
Gerakan tidak lazim: Kompulsif
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
d. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa  Khawatir Gembira

Ide Bunuh diri


e. Afek
Sesuai Tumpul Labil Tidak sesuai  Datar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
f.Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
 Kontak mata (-) Defensif Curiga Kooperatif

Jelaskan : Selama diajak berbicara pasien tampak kooperatif


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
g. Persepsi sensorik
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecepan Penghidu
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Proses Pikir
 Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of idea Blocking Pengulangan pembicaraan/persevarasi

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah


i.Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

 Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis


Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
j.Tingkat Kesadaran
 Baik Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Tidak ada Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Pasien memiliki kesadaran baik/composmentis
k. Memori
Baik Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini  Gangguan daya ingat jangka pendek

 Konfabulasi
l.Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi  Tidak mampu berhitung

m. Kemampuan penilaian
Baik  Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan: Pasien mampu mengambil keputusan tapi dengan bantuan dari orang
lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya Tilik Diri
 Baik Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal diluar dirinya


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
 Bantua minimal Bantuan total
b. BAB/BAK
 Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : Pasien mampu makan sendiri, BAB/BAK secara mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Mandi
 Bantuan minimal Bantuan total
d. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal Bantuan total
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang
 Tidur malam
f.Penggunaan obat
 Bantuan minimal Bantuan total
g. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan  Ya Tidak
Perawatan pendukung  Ya Tidak
h. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan  Ya Tidak
Menjaga kerapian rumah  Ya Tidak
Mencuci pakaian  Ya Tidak
Pengaturan pakaian Ya Tidak

i.Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya  Tidak

Transportasi Ya  Tidak
Lain-lain Ya 
Tidak

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/belebih
Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif  Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan : Pasien nampak tidak bicara dengan orang lain, pada saat ada kegiatan
olahrga, pasien hanya berdiam diri di dalam kamar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok : Pasien kurang berinteraksi dengan pasien
lain
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Pasien tidak berkumpul dengan pasien
lain
c. Masalah dengan pendidikan : -
d. Masalah dengan pekerjaan: Pasien sudah lama tidak bekerja
e. Masalah dengan perumahan : Pasien mengatakan hanya tinggal sendirian di rumah,
f.Masalah ekonomi : Pasien tidak mengatakan apapun
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit jiwa  Sistem pendukung

 Faktor predisposisi Penyakit fisik

 Koping 
Obat-obatan

Masalah Keperawatan: Kurang Pengetahuan


XII. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis : Schizophrenia
Terapi Medis :
Nama Obat Dosis Kegunaan
Risperidone 2 mg/ 12 jam/ oral Risperidone adalah
obat antipsikotik untuk
meredakan gejala skizofrenia
dan gangguan bipolar. Obat ini
juga bisa digunakan untuk
mengatasi gangguan perilaku,
termasuk gangguan perilaku
pada penderita Alzheimer, atau
anak yang menderita autis
Clozapine 25 mg/ 12 jam/ oral Clozapine adalah obat
untuk meredakan gejala
skizofrenia, yaitu gangguan
mental yang menyebabkan
seseorang mengalami halusinasi,
delusi, serta gangguan berpikir
dan berperilaku
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Pasien mengatakan dia merasa lebih baik jika - Wajah pasien nampak kurang
sendirian berekspresi
- Pasien mengatakan merasa tidak nyaman - Pasien nampak tidak berinteraksi
berada di tempat umum dengan teman sekamarnya
- Pasien mengatakan merasa berbeda dengan - Pasien apatis
teman-teman - Pasien nampak berbicara pelan dan lirih
- Pasien mengatakan kurang percaya diri - Kontak mata pasien kurang
- Pasien merasa malu berinteraksi dengan - pasien nampak tidak semangat
orang sekitanya - Postur tubuh menunduk
- Pasien mengatakan dibawah ke RS karena - Nampak berbicara pelan dan lirih
mengamuk dan lempar-lempar barang - Menolak berinteraksi dengan orang lain

ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
1. DS: Isolasi sosial
- Pasien mengatakan merasa lebih baik jika sendirian
- Pasien mengatakan merasa tidak aman dan nyaman
berada di tempat umum
- Pasien mengatakan merasa berbeda dengan teman-
temannya
DO:
- Pasien nampak menarik diri
- Wajah pasien nampak kurang berekspresi
- Pasien nampak tidak berinteraksi dengan teman
sekamarnya
- Pasien apatis
- Kontak mata pasien kurang
- pasien nampak tidak semangat
- Postur tubuh menunduk
2. DS:
Harga Diri Rendah
- Pasien mengatakan merasa tidak nyaman berada di
tempat umum
- Pasien mengatakan merasa berbeda dengan teman-teman
- Pasien mengatakan kurang percaya diri
- Pasien merasa malu berinteraksi dengan orang sekitanya

DO:
- Berbicara pelan dan lirih
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
- Kontak mata kurang
- Pasien kurang bersemngat
3. Faktor Risiko:
Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau Risiko Perilaku
destruksi property orang lain Kekerasan

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Risiko Perilaku Kekerasan
Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan Effect

Isolasi Sosial Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

XIV. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial (D.0121)
2. Harga Diri Rendah (D.0087)
3. Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)

Makassar, 18 Desember 2023


Mahasiswa,

Ruang sawit
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Isolasi Sosial berhubungan Setelah dilakukan tindakan Promosi Sosialisasi


dengan status mental keperawatan selama 2x24 jam Tindakan
diharapkan keterlibatan sosial Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
- Minat interaksi meningkat - Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
- Verbalisasi isolasi menurun Terapeutik
- Verbalisasi ketidakamanan di - Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dengan kelompok
tempat umum menurun - Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
- Perilaku menarik diri menurun orang lain
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain
- Ajarkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
2. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Perilaku
berhubungan dengan selama 2x24 jam diharapkan harga diri Tindakan
riwayat penolakan meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
- Penilaian diri positif meningkat - Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
- Berjalan menampakkan wajah Terapeutik
meningkat - Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Postur tubuh menampakkan wajah - Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
meningkat - Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
- Perasaan malu menurun pembicaraan
3. Risiko Perilaku Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perilaku Kekerasan
Kekerasan dibuktikan selama 2x24 jam diharapkan kontrol diri Tindakan
dengan riwayat atau meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
ancaman kekerasan - Verbalisasi ancaman kepada orang - Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
terhadap diri sendiri atau lain menurun Terapeutik
destruksi property orang - Verbalisasi umpatan menurun - Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
lain - Perilaku menyerang menurun Edukasi
- Perilaku melukai diri sendiri/orang - Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal
lain menurun (mis: relaksasi, bercerita)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari I
Paraf &
Tanggal dan Diagnosa
Implementasi Evaluasi Nama Jelas
Waktu Keperawatan
Selasa Isolasi Ssoail 1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan interaksi S:
19/12/2023 berhubungan dengan orang lain - Pasien mengatakan dia merasa lebih
09.00-13.00 dengan status Hasil: pasien mengatakan tidak suka bersosialisasi baik jika sendirian
mental dengan orang lain - Pasien mengatakan merasa tidak
2. Mengidentifikasi hambatan melakukan interaksi nyaman berada di tempat umum
dengan orang lain - Pasien mengatakan merasa berbeda
Hasil: pasien mengatakan kesulitan untuk berinteraksi dengan teman-temannya
dengan orang lain O:
3. Memotivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru - Wajah pasien nampak kurang
dengan kelompok berekspresi
Hasil : pasien tampak menyendiri di ruangan - Pasien nampak tidak berinteraksi
4. Mendiskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam dengan teman sekamarnya
berkomunikasi dengan orang lain - Pasien apatis
Hasil: pasien mengatakan belum nyaman untuk - Kontak mata pasien kurang
memulai percakapan - pasien nampak tidak semangat
5. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain - Postur tubuh menunduk
Hasil : Pasien mengatakan telah mencoba untuk A: Isolasi sosial belum teratasi
berkenalan dengan teman ruangannya P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4,5,6,)
6. Menganjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
Hasil: pasien mengatakan memahami edukasi yang
diberikan perawat
Harga Diri 1. Mengidentifikasi harapan untuk S:
Rendah mengendalikan perilaku - Pasien mengatakan merasa berbeda dengan teman-
Hasil: Pasien berharap bisa diterima di teman
lingkungannya - Pasien mengatakan kurang percaya diri
2. Berbicara dengan nada rendah dan tenang - Pasien merasa malu berinteraksi dengan orang
Hasil: Pasien mengatakan mau diajak sekitanya
berbicara O:
3. Mendiskusikan tanggung jawab terhadap - Berbicara pelan dan lirih
perilaku - Berjalan menunduk
Hasil: Pasien tampak kooperatif - Postur tubuh menunduk
4. Menghindari bersikap menyudutkan dan - Kontak mata kurang
menghentikan pembicaraan - Pasien kurang bersemngat
A: Harga Diri Rendah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi (1,2,3,4)
Risiko Perilaku 1. Monitor adanya benda yang berpotensi S: -
Kekerasan membahayakan O: Pasien tidak tampak melakukan
Hasil: Tidak terdapat benda berbahaya
disekitar pasien perilaku kekerasan
2. Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya A: Risiko Perilaku Kekerasan teratasi
secara rutin P: Pertahankan Intervensi
Hasil: Lingkungan pasien tidak terdapat
benda berbahaya
3. Latih mengurangi kemarahan secara verbal
dan nonverbal (bercerita)
Hasil: Pasien bersedia diajak bercerita
Hari II
Paraf &
Tanggal dan Diagnosa
Implementasi Evaluasi Nama Jelas
Waktu Keperawatan
Rabu Isolasi Sosial 1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan S:
20/12/2023 orang lain - Pasien mengatakan dia merasa
08.30-13.00 Hasil: Pasien mengatakan telah mencoba untuk berkenalan lebih baik jika sendirian
dengan teman ruangannya - Pasien mengatakan merasa tidak
2. Mengidentifikasi hambatan melakukan interaksi dengan nyaman berada di tempat umum
orang lain O:
Hasil: pasien mengatakan belum nyaman memulai - Wajah pasien nampak kurang
percakapan berekspresi
3. Memotivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dengan - Pasien nampak tidak
kelompok berinteraksi dengan teman
Hasil : pasien tampak menyendiri di ruangan sekamarnya
4. Mendiskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam - Kontak mata pasien kurang
berkomunikasi dengan orang lain - pasien nampak tidak semangat
Hasil: pasien mengatakan belum nyaman untuk memulai - Postur tubuh menunduk
percakapan A: Isolasi sosial belum teratasi
5. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain
Hasil : Pasien mengatakan kesulitan memulai interaksi P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4,5,6,)
6. Menganjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
Hasil: pasien mengatakan memahami edukasi yang
diberikan perawat
Harga Diri 1. Mengidentifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku S:
Rendah Hasil: Pasien berharap bisa diterima di lingkungannya - Pasien mengatakan merasa
berbeda dengan teman-teman
2. Berbicara dengan nada rendah dan tenang
- Pasien mengatakan kurang
Hasil: Pasien mengatakan mau diajak berbicara percaya diri
3. Mendiskusikan tanggung jawab terhadap perilaku - Pasien merasa malu berinteraksi
dengan orang sekitanya
Hasil: Pasien tampak kooperatif
O:
4. Menghindari bersikap menyudutkan dan menghentikan - Berjalan menunduk
pembicaraan - Postur tubuh menunduk
- Kontak mata kurang
- Pasien kurang bersemngat
A: Harga Diri Rendah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi (1,2,3,4)
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa - Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. 1st edn. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Badar (2016) Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah
Utama ‘Isolasi Sosial’. Bogor: Penerbit In Media.
Febriana, D, V. (2017) Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Healthy.
Keliat, A, B. Akemat, M. K. (2019) Model Praktik Profesional Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. D. Pawirowiyono, A. (2017) Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.
2nd edn. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutschler, E. (2018) Dinamika Obat. 5th edn. Bandung: Penerbit ITB.
Nurhalimah.(2016).Keperawata Jiwa.Jakarta.
Sutejo (2017) Keperawatan Kesehatan Jiwa - Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Yosep, I, H. Sutini, T. (2016) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 7th edn. Bandung: PT Refika
Aditama.
ANALISIS PROSES INTERAKSI
Inisial Klien : Tn. A
Usia : 23 tahun
Interaksi ke :1
Hari/Tanggal : 19 Desember 2023
Jam : 10.00 - 10.20 (20 menit)
Lingkungan dengan klien: Tempat interaksi di taman ruangan Perawat dan pasien duduk di dilantai berhadapan.
Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, rambut bersih di sisir dan sudah mandi, afek datar dan kontak mata kurang
Tujuan Interaksi :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
- Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
- Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT
RASIONAL
VERBAL VERBAL PADA KLIEN PADA PERAWAT
P: “Assalamualaikum P:Datang Merasa bingung dengan Dengan penuh percaya diri Memberi salam
Pak” menghampiri kliensambil kehadiran perawat dan bertemu dengan klien adalah hal yang
tersenyum menjawab salam dengan baik baik dalam
memulai interaksi
K: “Waalaikumsalam” K: Menatap ke arah perawat Klien menjawab pertanyaan Perawat menghargai klien Menjawab salam
dengan wajah malu perawat sambil tertunduk menunjukkan klien
mau mengawali
pembicaraan
dengan perawat
P: P: Klienmau mengawali Melakukan pendekatan Dengan
“Perkenalkan Saya Sambil menatap klien dan percakapan dengan perawat secara fisik untuk memperkenalkan
Diah Amalia, saya tersenyum membangkitkan keakraban diri pada klien
biasa dipanggil mengulurkantangan dalam interaksi diharapkan klien
Diah, saya untukberjabat tangan mau berkenalan
mahasiswi dengan perawat
keperawatan UMI K:Klien mengulurkan tangan dan
yang sedang praktek berjabat sebagai wujud
di rumah sakit ini ini balasan terhadap ajakan
selama 6 hari. Saya perawat
akan merawat Bapak
A selama saya
praktek di rumah
sakit ini ini. Nama
Bapak Siapa? Dan
senang di panggil
apa?”
K: nama saya Tn. A K:Klien duduk dan Klien mau menerima Menatap klien untuk tetap Klien membuka
menundukkan kepala sambil perkenalan perawat mempertahankan komunikasi diri untuk
melepas tangan perawat dan meyakinkan klien bahwa berkenalan atau
perawat ingin membantu apa klien memulai
P:Perawat menatap klien sambil yang dialami klien membina
tersenyum dan mendengarkan hubungan saling
dengan kesungguhan percaya

P: “Bapak A senang P: Menatap klien dengan Memperhatikan pertanyaan Memberikan perasaan Dengan
dipanggil dengan tersenyum perawat nyaman pada klien menanyakan nama
nama apa?” panggilan
K:klien diam dan mendengarkan kesukaan klien,
klien akan merasa
dihargai oleh
perawat
K: “Tn. A K: Klien menjawab sambil Klien mau membina hubungan Perawat senang Klien menyebutkan
tertunduk saling percaya dengan perawat berkomunikasi dengan klien nama panggilannya
dan perawat merasa klien menunjukkan klien
P: Mendengarkan jawaban klien sudah mulai membuka diri dan perawat sudah
mulai membina
hubungan saling
percaya
P: “Bagaimana P: Menatap klien dengan Klien menunjukkan adanya Menunjukkan rasa empati Memberikan
perasaan Bapak hari tersenyum perhatian terhadap pertanyaan pada klien kesempatan pada
ini?” yang diajukan oleh perawat klien untuk
Apakah Bapak sudah K: duduk terdiam mengungkapkan
mandi? Dan sudah perasaannya
menganti pakaian? sehingga klien
akan merasa
diperhatikan oleh
perawat
K:iya K:Klien menundukkan kepala Klien mengungkapkan Menunjukkan perhatian pada Memberikan
perasaanya pada perawat klien kesempatan pada
P: Menatap klien sambil klien untuk
tersenyum kembali mengungkapkan
perasaannya
P: Pak, Bagaimana P: Menatap klien Memperhatikan pertanyaan Meminta persetujuan klien Memberikan
kalau sekarang kita perawat kesempatan pada
berbincang-bincang K: klien diam klien untuk
untuk saling memutuskan
mengenal?” tindakan yang akan
dilakukan
K: “iya K: klien tunduk
sambil Klien memberikan persetujuan Meyakinkan klien bahwa Pernyataan
mengangguk pada perawat keputusan klien diharapkan persetujuan dari
oleh perawat klien akan
P: Menatap klien menunggu memudahkan klien
jawaban klien dan perawat untuk
lebih saling
mengenal
P: “Berapa lama kita P: Menatap klien sambil Memperhatikan pertanyaan Menunjukkan tempat yang Dengan meminta
akan berbincang- menunggu jawaban klien perawat akan digunakan untuk persetujuan klien
bincang pak? berbincang-bincang untuk memilih
Bagaimana kalau 20 tempat akan
menit? Dimana membuat klien
tempat yang merasa nyaman
menurut Bapak dan lebih leluasa
cocok? Bagaimana dalam berinteraksi
kalau di meja makan dengan perawat
saja?”
K: “ Iya K: Klien hanya mengangguk dan Menunjukkan kesediaaan Mendampingi klien selama Dengan tanggapan
diam berinteraksi dengan perawat berinteraksi yang baik dari
dan menerima keberadaan klien menunjukkan
perawat klien percaya
dengan perawat
P:“Kalau boleh saya P: Menatap klien sambil Memperhatikan pertanyaan Menunjukkan perhatian pada Dengan
tahu bapak tinggal tersenyum? perawat klien menanyakan
dengan siapa? Bapak penyebab klien
tinggal dimana? K: klien hanya diam dibawah ke klinik
Siapa yang paling akan membantu
dekat dengan bapak? perawat dalam
Siapa anggota mengetahui
keluarga yg dekat masalah dan
dengan bapak? Apa dalam merawat
yang membuat klien
bapak tidak dekat
dengan orang lain?
K: - K: klien hanya diam sambil Klien tidak mampu menunjukan Menunjukkan perhatian pada Jawaban klien
mengaruk lengan keterbukaan pada perawat klien menunjukkan
bahwa klien
P:tersenyum melihat klien merasakan kalau
berharap menjawab keadaannya perlu
pertanyaan perawatan
P: “apakah ada P: Kontak mata dipertahankan Memperhatikan pertanyaan Menanyakan isolasi sosial Untuk mengetahui
pengalaman yang perawat klien jenis halusinasi
tidak menyenangkan K:mendengarkan dan hanya klien
ketika bergaul diam
dengan orang lain?
K: - K:klien diam sambil Menunjukkan rasa percaya diri Mengidentifikasi isi isolasi Untuk mengetahui
menundukkan kepala dan saat menjawab pertanyaan sosial klien isi halusinasi klien
sesekali melihat perwat perawat

P:tersenyum melihat klien dan


sambil menatap
P: menurut bapak bagai P: Kontak mata dipertahankan Memperhatikan pertanyaan Mengidentifikasi isi isolasi Untuk mengetahui
mana rasanya kalo perawat sosial klien isi halusinasi klien
kita mempunyai K:Mendengarkan perawat dank
banyak teman? Dan lien diam sesekali klien
bagai mana rasanya menatap perawat dengan
kalo kita tidak wajah malu
mempunyai teman?
K: - K:klien diam dan menundukkan Menunjukkan rasa percaya diri Mendengarkan penjelasan Agar klien measa
kepala saat menjawab pertanyaan klien dan menunjukkan rasa bahwa perawat
perawat empati peduli terhadapnya
P: duduk di samping klien dan
memerhatikan klien sambil
tersenyum dan menatap ke
klien
P: nah bapak punya P: Kontak mata dipertahankan Memperhatikan pertanyaan Mengidentifikasi waktu dan Untuk mengetahui
banyak teman itu perawat frekuensi halusinasi klien waktu dan
bagus kita dapat K:Mendengar pertanyaan frekuensi
segalanya kepada perawat halusinasi klien
teman kita jika kita
mempunyai masalah
Bapak bagaimana kalau
kita belajar cara
berkenalan? apakah
bapak mau?
K: - K:klien hanya diam dan Menjawab dengan ekspresi Memperhatikan penjelasan Agar klien merasa
mengangguk kepala serius klien perawat peduli
padanya
P:menatap klien dan
pertahankan kontak mata
kepada klien
P: baik lah pak saya P:Menatap klien sambil Memperhatikan pertanyaan Mengidentifikasi situasi yang Untuk mengetahui
kasih contoh cara menunggu jawaban klien perawat menimbulkan halusinasi klien situasi yang
berkenalan dengan menimbulkan
orang lain misalnya K:Mendengar pertanyaan halusinasi klien
bapak perkenalkan perawat
nama saya Diah
Amalia, saya senang
di panggil Diah.
Kemudian bapak
menanyakan nama
orang yang telah
berkenalan dengan
bapak contohnya
nama Bapak siapa?
senangnya di
panggil apa?ayo
bapak coba di
peragakan? Anggap
saya belum kenal
dengan bapak coba
bapak
memperkenalkan
diri ke saya
K: nama saya A senang K:Menjawab dengan jelas dan Memperhatikan pertanyaan Memperhatikan penjelasan Agar klien merasa
di panggil A sambil tertunduk perawat klien perawat peduli
P:Mendengarkan penjelasan padanya
klien dan kontak mata
dipertahankan

P: iya bagus sekali P:Menatap klien sambil menepuk Memperhatikan pertanyaan Memberikan pujian kepada Pujian memberikan
bapak, coba bapak tanggan perawat klien sambil menunjukkan motivasi bagi klien
ulang sekali lagi? perasaan senang. untuk melakukan
K:Mendengar pertanyaan kegiatan dan aspek
perawat positif yang
dimilikinya.
K: - K:klien sudah tidak mau Memperhatikan pertanyaan Menunjukkan perhatian pada Agar klien merasa
mengulangi perkenalanya perawat klien perawat peduli
lagi, dan klien tunduk sesekali padanya
menatap perawat

P:tersenyum dan menatap klien


dan kontak mata
dipertahankan
P: bapak jadi sebentar P:Menatap klien sambil Memperhatikan pertanyaan
kalo Bapak sudah tersenyum perawat
masuk ke dalam
kamar Bapak sudah K:Mendengar pertanyaan
bisa berkenalan perawat sambil
dengan teman yang menganggukkan kepala
lain seperti yang
barusan bapak
lakukan yaa..
K: - K:klien diam dan menundukkan Klien diam Menunjukkan perhatian pada Pernyataan
kepala klien persetujuan dari
klien menunjukkan
P:menatap klien bahwa klien peduli
dengan kondisinya
P: “Bagaimana P: Kontak mata dipertahankan Memperhatikan pertanyaan k Meyakinkan klien bahwa
perasaan Bapak setelah klien pasti bisa mengulang
berbincang-bincang K:Mendengarkan pertanyaan kembali yang telah ajarkan
dengan saya?”. perawat sambil duduk dan tadi
“coba Bapak ulangi menunduk
kembali apa yang
sudah kita lakukan
tadi”

K: - P: Memperhatikan klien Menunjukkan rasa percaya diri .

K: duduk terdiam
P: baiklah bapak dalam P: menatap klien sambil .
satu hari berapa kali menjelaskan
bapak mau latihan
untuk cerita-cerita K: diam dan mendengarkan
dengan teman
bapak? Dua kali yaa
pak ini adalah
jadwal kegiatan
bapak untuk cerita-
cerita dengan teman
sekamar bapak dan
kegiatanya di isi jam
10 ya pak
K-

p P: Berbicara dengan nada yang Klien setuju dengan kontrak Menunjukkan rasa lega Kontrak dengan
“Baiklah pertemuan bersahabat dan jelas yang diajukan oleh perawat karena klien mau berbincang klien akan
kita kali ini sudah lagi dengan perawat dan rasa meningkatkan
cukup. K: diam dan sesekali nmenatap senang setelah berinteraksi kepercayaan klien
Bagaimana kalau di sekelilingnya dan meyakinkan bahwa pada perawat.
besok kita bertemu waktu yang telah disepakati
lagi untuk telah berakhir
berbincang-bincang Ucapan terima
dengan teman kasih akan
sekamar bersedia meningkatkan
pak? kepercayaan klien
“besok jam pada perawat
bagaimana kalo Mengakhiri pembicaraan
besok jam 10 pagi? dengan bersahabat
besok saya ke sini
jam 10 pagi ya pak,
sampai jumpa besok
pak dan terimah
kasih karena Bapak
sudah mau
berbincang-bincang
dengan saya masuk
kembali ke ruangan Persetujuan yang
saya permisi dulu disampaikan klien
assalamualaikum akan memudahkan
wr.wb perawat dalam
berinteraksi dengan
K: iya Jawaban klien
menunjukkan
keterbukaan klien
pada perawat klien
ANALISIS PROSES INTERAKSI
Inisial Klien : Tn. A
Usia : 23 tahun
Interaksi ke :2
Hari/Tanggal : 20 Desember 2023
Jam : 10.00 - 10.20 (20 menit)
Lingkungan dengan klien: Tempat interaksi di taman ruangan Perawat dan pasien duduk di dilantai berhadapan.
Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, rambut bersih di sisir dan sudah mandi, afek datar dan kontak mata kurang
Tujuan Interaksi :
- Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap dengan mempraktekkan secara langsung
- Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT
RASIONAL
VERBAL VERBAL PADA KLIEN PADA PERAWAT
P: “Assalamualaikum P: Perawat tersenyum kepada Klien dengan sikap tersenyum Perawat mencoba membina Kalimat membuka
Pak” klien, mempertahankan kontak hubungan yang baik dengan salam merupakan
mata klien dengan mengucapkan salah satu cara
salam mengawali
hubungan saling
percaya antara
perawat dan klien
K: “Waalaikumsalam” K: Menatap ke arah perawat Klien kooperatif dan Perawat merasa senang Dengan menjawab
sambil tersenyum tipis menyambut kehadiran perawat karena klien menerima salam maka akan
kehadiran perawat memperlancar
interaksi
P: “Bagaimana P: Memandang klien sambil Klien mengatakan senang saat Perawat menunjukkan Menanyakan
perasaan Bapak pagi tersenyum dan ditanya perasaannya perhatian perasaan
ini? Tidurnya mempertahankan kontak mata merupakan salah
semalam satu bentuk
bagaimana?” K: Memandang perawat perhatian dan
empati
K: “Baik, tidurnya K: Tersenyum, kontak mata ada Klien memberi respon yang Perawat senang klien dalam Kontak mata
semalam nyenyak” baik keadaan baik berarti menghargai
P: Tersenyum dan klien
mempertahankan kontak mata

P: “Baiklah Pak, Bapak P: Perawat bicara dengan ramah Klien punya inisiatif untuk Evaluasi/validasi tentang Evaluasi validasi
sudah mencoba dan jelas serta mendengar dengan jelas berkenalan dengan satu orang penting untuk
berkenalan dengan mempertahakan kontak mata maksud pertanyaan perawat menentukan
teman yang ada intervensi
diruangan? K: Memandang ke arah Perawat selanjutnya

K: Belum K: Kontak mata kurang Klien berusaha untuk Perawat senang klien bisa
berkenalan dengan orang lain berespon terhadap pertanyaan
P: Mempertjatikan ekspresi perawat
dengan membungkuk ke arah
klien.
P: “Coba Bapak ulangi P: Menatap klien dan tersenyum Klien mampu mendengarkan Perawat berusaha mengetahui
Evaluasi/validasi
kembali cara penjelasan perawat sambil kemampuan klien cara
penting untuk
berkenalan dengan K: Kontak mata ada memikirkan cara yang telah berkenalan menentukan
teman?” digunakan rencana tindakan
berikutnya.
K: “Perkenalkan nama K: Afek datar, kontak mata Klien tampak senang karena Perawat senang karena klien Memberikan
saya A, senang kurang bisa melakukan cara berkenalan dapat melatih cara yang kesempatan pada
dipanggil A” diajarkan oleh perawat klien untuk
P: Tersenyum kepada klien mempraktekkan
kembali dan
membantu klien
untuk mengingat
apa yang telah
diajarkan

P: “Bagus sekali Pak” P: Mengangguk dengan Klien merasa senang Perawat memberi pujian atas Reinforment positif
senyuman dan memberi mendapatkan pujian dari keberhasilan klien bagi klien penting
ancungan jempol kontak mata perawat untuk
(+) meningkatkan rasa
percaya diri klien.
K: Memandang perawat, kontak
mata (+)
K: “Iya Suster” K: Afek datar, kontak mata (+)\ Klien mempunyai niat untuk Perawat senang klien mau
melatih cara yang telah melakukan cara yang telah
P: Menatap klien dan diajarkan oleh perawat diajarkan
mengangguk, tersenyum
P: “Baiklah Pak, sesuai P: Menatap klien sambil Klien mendengarkan penjelasan Perawat membuat kontrak Kontrak dibuat
janji saya kemarin, menjelaskan dengan ekspresi perawat dengan baik dengan klien untuk memulai untuk
pagi ini kita akan wajah serius interaksi memfokuskan
melatih cara pembicaraan pada
berkenalan dengan K: Klien mendengarkan dan topik yang telah
teman atau oerawat kontak mata kurang dipilih
yang ada disini”
K: “Iya” K: Afek datar, kontak mata (+) Klien mempunyai niat untuk Perawat senang klien mampu Kontak mata
ekspresi wajah serius melatih cara yang telah melakukan cara yang telah berarti menghargai
diajarkan diajarkan klien, mengangguk
P: Menatap klien dan berarti secara
mengangguk, tersenyum nonverbal
menyampaikan
bahwa perawat
setuju dengan yang
diungkapkan klien
P: “Bagaimana kalau P: Memandang klien dan Klien setuju dengan kontrak Perawat senang klien punya Teknik penawaran
10 menit? Bapak tersenyum yang diajukan perawat niat untuk mencoba cara lain memberi
mau ngobrol kesempatan pada
dimana? Bagaimana K: Memandang perawat dan klien untuk
kalau di bangku mengangguk memilih sesuai
dekat pohon Pak?” keinginan dan
K: “Iya sus, disana K: Menatap perawat, afek datar Klien tampak menyetujui Perawat melakukan kontrak membuat klien
saja” tawaran perawa waktu dan tempat dengan merasa dihargai
P: Memandang klien lalu klien
bertanya dengan senyum
P: “Baiklah Pak, P: Perawat menatap klien dan Klien mampu membuat Perawat merasa bahwa klien Teknik penjelasan
bagaimana kalau kita tersenyum keputusan menyangkut waktu mempercayai perawat (informing)
langsung dan tempa meningkatkan
mempraktekkan cara K: Membalas senyuman, kontak pengertian dan
berkenalan ke teman mata (+) pemahaman klien)
yang ada di sebelah
Bapak?”
K: “Baik sus” K: Berhadapan dengan teman Klien memperhatikan Perawat memberi pengantar
yang ada disebelahnya yaitu penjelasan perawat tentang cara berkenalan
Tn. R, kontak mata (+)

P: Menatap klien dan tersenyum


P: “Bagus Pak...” P: Menatap klien, ekspresi wajah Klien mengklarifikasi isi Perawat merasa klien serius Reinforment positif
tersenyum penjelasan perawat mendengar penjelasan bagi klien penting
perawat untuk
K: Menatap perawat lalu meningkatkan rasa
mengangguk percaya
K: “Iya” K: mengangguk dengan sedikit, Klien mendengarkan penjelasan Perawat merasa senang klien
kontak mata kurang perawat dengan serius berusaha memahami
penjelasan perawat
P: Tersenyum dan memandang
klien
P: “Sekarang bapak P: Perawat memberikan jadwal Klien mendengar penjelasan Perawat berharap klien dapat Memasukkan
tulis kedalam jadwal kegiatan harian klien beserta perawat menuliskan kegiatan ke kegiatan
kegiatan harian ya. pulpen dalam jadwal kegiatan harian berkenalan dengan
Tadi kan kita sudah teman ke dalam
melakukan kegiatan K: Afek datar, kontak mata (+) jadwal kegiatan
berkenalan dengan harian merupakan
teman-teman upaya untuk
diruangan. Jadi membiasakan diri
bapak tulis melatih dan
berkenalan dengan mempraktikkan
teman di jadwal cara berkenalan
kegiatan” dengan teman-
teman diruangan
K: “Iya” K: Klien mengangguk, kontak Klien mengerti dengan Perawat merasa senang klien Upaya untuk
mata kurang penjelasan perawat berusaha memahami membiasakan diri
penjelasan perawat melatih dan
P: Memandang klien dengan mempraktikkan
tersenyum cara berkenalan
dengan 1 teman
atau lebih
P: “Sekarang coba P: Tersenyum dan memandang Klien merasa perawat Menawarkan klien untuk Memberikan
Bapak ulangi klien K: Kontak mata (+) memperdulikannya mencoba mempraktekkan kesempatan pada
kembali cara kembali cara yang telah klien untuk
berkenalan dengan diajarkan mempraktekkan
teman yang lainnya” kembali dan
membantu klien
untuk mengingat
apa yang telah
diajarkan
K: “Perkenalkan nama K: Klien mengangguk dan mulai Klien kooperatif dan mampu Memberi reinforcement Untuk mengingat
Saya Tn.A senang menvoba mempraktekkan melakukan cara yang telah postif pada klien kembali apa yang
dipanggil A.” berkenalan diajarkan telah diajarkan

P: Tersenyum dan memandang


wajah klien
P : “Bagus Pak, baik P: Tersenyum dan Klien kooperatif dan mampu Perawat membuat rencana Teknik penawaran
Pak nanti Bapak mempertahankan kontak mata melakukan cara yang telah tindak lanjut bagi klien memberi
mecoba kembali diajarkan kesempatan pada
berkenalan dengan K: Kontak mata (+) klien untuk
teman yang belum memilih sesuai
Bapak kenal” keinginan dan
K: “Iya ” K: Kontak mata, dan Klien senang mendengarkan Perawat senang telah membuat klien
memandang perawat pujian perawat mempraktekkan materi yang merasa dihargai
sudah dipelajari
P: Tersenyum
P: “Baiklah, Besok kita P: Bicara ramah dan sambil Klien mendengarkan perkataan Perawat berharap klien dapat Melakukan
berbincang lagi tersenyum sambil perawat menerima kontak tersebut terminasi
untuk latihan cara mempertahankan kontak mata sementara dan
berkenalan dengan membuat kontrak
kelompok, Bapak K: Kontak mata ada dan diharapkan klien
mau jam berapa dan Mengangguk bersedia untuk
dimana? bagaimana berinteraksi lebih
kalau disini jam lanjut
11.00
K: “Iya” K: Mengangguk. Klien setuju dengan ajakan Perawat merasa senang Kontak mata
perawat karena klien menyetujui berarti menghargai
P:
Tersenyum, kontak mata untuk pertemuan selanjutnya klien
dipertahankan
P : “Baiklah kalau P: Tersenyum dan Klien menyanggupi tawaran Perawat senang dan berharap Kontrak yang akan
begitu bapak, mempertahankan kontak mata perawa klien menyanggupi tawaran datang penting
istirahat ya, besok untuk kontrak selanjutnya untuk keberhasilan
kita bertemu lagi. K: Klien mengangguk, kontak dan memberi salam interaksi
Sampai besok ya mata (+) perpisahan oleh klien selanjutnya
pak”
K: “Iya sus, saya K: Kontak mata (+) , bangun dari Klien merasa senang karena Perawat senang dapat
mau kekamar dulu.” tempat duduk dan pergi ke perawat peduli dengannya. mengakhiri interaksi bersama
kamar tidur klien dengan baik

P: Tersenyum dan bangun dari


tempat duduk

Anda mungkin juga menyukai