Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

POST- NATAL CARE (PNC)


Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase
Keperawatan Maternitas

OLEH :

RATU ANANDA TRIA SARMAN

(14420231035)

Preseptor Klinik Preseptor Institusi

(………………………...) (………………………… )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2023

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan bagian dari keperawatan maternitas yaitu memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan professional, mengidentifikasi dan
beradaptasi dengan kebutuhan, berfokus terhadap kebutuhan fisik dan psikososial ibu
bersalin, keluarga dan bayi baru lahir yang menjadikan keluarga sebagai unit dasar
dalam masyarakat yang memiliki fungsi penting dalam melahirkan, mengasuh anak dan
saling mendukung angggota keluarganya (Karjatin, 2016).
Pada periode post partum diberikan asuhan keperawatan yang berpusat pada
keluarga dan masyarakat dengan memberikan asuhan keperawatan secara holistik
dengan profesional. Asuhan keperawatan yang profesional diawali dengan pengkajian,
menentukan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan sesuai kebutuhan ibu
dengan melibatkan keluarga, memberikan tindakan keperawatan maupun kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya, selanjutnya mengevaluasi keberhasilan dari tindakan
(Leniwita & Anggraini, 2019). Keberhasilan tindakan akan memberikan pengetahuan
dan pengalaman ke pada ibu dan keluarga dalam mencegah komplikasi yang tidak
diharapkan, agar dapat berjalan dengan lancar dalam memberikan penanganan
(Karjatin, 2016).
B. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep medis dari post partum atau pre natal care (PNC)
2) Untuk mengetahui konsep keperawatan post partum atau pre natal care (PNC)

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis 1. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2019).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung
selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
2. Etiologi
Penyebab mulainya persalinan belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang
turut berperan dan saling berkaitan (Wahyuningsih, 2019):
1. Perubahan kadar hormone
Perubahan kadar hormone mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan
terjadi sebagai berikut :
a. Kadar progesterone menurun (relaksasi otot menghilang)
b. Kadar estrogen dan prostaglandin meninggi
c. Oksitosin pituitary dilepaskan (pada kebanyakan kehamilan, produksi
hormon ini akan disupresi).
2. Distensi uterus
Distensi uterus menyebabkan terjadinya hal berikut:
a. Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuannya akan bereaksi
dengan mengadakan kontraksi.
b. Produksi dan pelepasan prostaglandin F myometrium
c. Sirkulasi plasenta mungkin terganggu sehingga menimbulkan perubahan
hormonal.
3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya didalam uterus, ia akan
menyebabkan:
a. Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus
b. Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul kontraksi.

4. Faktor – faktor lain


a. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah
b. Gangguan emosional yang kuat (lewat rantai korteks-hipotalamus hipofise)
dapat menyebabkan pelepasan oksitosin.

3) Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira
2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus pada waktu hamil penuh ibaratnya 11 kali berat sebelum hamil.
Uterus akan mengalami proses involusi yang dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi mempengaruhi
perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram setelah 1
minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca
melahirkan. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus
meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, kondisi tersebut sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
PATHWAY
5) Manifestasi Klinis
Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organorgan reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadangkadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan. Tanda dan
gejalanya (Nurafif dan Kusuma, 2018) antara lain : a. Sistem reproduksi
1) Proses involusi
Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.
2) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis.
3) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur.
4) Serviks
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan
5) Vagina
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem endokrin
1) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium.
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolaktin meningkat
c. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil.
d. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil.
e. Sistem pencernaan
1) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
2) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
f. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
1) Ibu tidak menyusui : Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada
wanita yang tidak menyusui
2) Ibu yang menyusui : Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan
suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum.
g. Sistem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang
cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh
yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum lahir.
2) Curah jantung : denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil.
3) Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika
wanita dalam keadaan normal.
h. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
i. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil adaptasi
ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
j. Sistem integument : kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir.
6) Komplikasi
Komplikasi dari partus normal menurut (Wahyuningsih, 2019) adalah sebagai
berikut :
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran dengan kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih
tanda-tanda sebagai berikut: 1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg Penyebab
utama perdarahan antara lain :
a) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post
partum.
b) Laserasi jalan lahir : perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan banyak bila tidak direparasi dengan segera
dan terasa nyeri.
c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
3) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
c) Inversio uteri
b. Infeksi puerperalis
Di definisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38ºC
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
c. Endometritis
Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki
resiko tinggi terjadinya endometritis
d. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan
bakterigram negatif lainnya.
e. Post partum depresi
Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang
konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol,
dan lainnya.
7) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang partus normal menurut (Wahyuningsih, 2019) adalah
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan
tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter
indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus
di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin
8) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu post partum spontan, dilakukan berbagai macam
penatalaksanaan menurut Wahyuningsih (2019) adalah sebagai berikut : a. Monitor
TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah
dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
c. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian a. Data Umum
1) Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status pekawinan, tanggal masuk RS, nomor rekam
medic, dan diagnosa medis.
2) Identits penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan klien dibawa kerumah sakit
dan penanganan pertama yang dilakukan. Keluhan utama yang biasa dirasakan
klien post partum adalah nyeri seperti di tusuk-tusuk/ di iris – iris, panas, perih,
mules dan sakit pada jahitan perineum.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apa yang menyebabkan klien mengalami gangguan nyeri. Hal tersebut dapat
diuraikan dengan metode PQRST:
P = Paliatif/propokatif : yaitu segala sesuatu yang memperberat dan
memperingan keluhan. Pada postpartum spontan biasanya klien mengeluh nyeri
dirasakan bertambah apabila klien banyak bergerak dan diraskan berkurang
apabila klien istirahat atau berbaring.
Q = Quality/quantity : yaitu dengan memperhatikan bagaimana rasanya
dan kelihatannya. Pada postpartum spontan denganepisiotomi biasanya klien
mengeluh nyeri pada luka jahitan yang sangat perih seperti diiris iris pisau. R =
Region/radiasi : yaitu menunjukkan lokasi nyeri, dan penyebaranya. Pada
postpartum spontan dengan episiotomy biasanya klien mengeluh nyeri pada
daerah luka jahitan pada derah perineum biasanya tidak ada penyebaran ke
daerah lain.
S = severity, scale yaitu menunjukkan dampak dari keluhan nyeri yang dirasakan
klien, dan besar gangguannya yang di ukur dengan skala nyeri 0-5. T = Timing
yaitu menunjukan waktu terjadinya dan frekuensinya kejadian keluhan tersebut.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Meliputi tentang penyakit sebelumnya seperti gastritis, hipertensi, diabetus
mellitus ataupun penyakit jantung.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentidikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan
atau keduanya.
f. Riwayat Obstetri dan Genikologi
1) Riwayat ginekologi
a) Riwayat menstruasi, meliputi tentang menarche, berapa lama haid,
siklus menstruasi, masalah haid yang biasanya dialami selama siklus
menstruasi dan HPHT.
b) Riwayat perkawinan, meliputi tentang usia ibu dan ayah sewaktu
menikah, lama perkawinan, perkawinan keberapa dan jumlah anak yang
sudah dimiliki.
c) Riwayat kontrasepsi, meliputi apakah melaksanakan keluarga
berencana, jenis kontrasepsi yang dipakai, lama penggunaanya, masalah
yang terjadi, rencana kontrasespsi yang akan digunakan serta alasan
mengapa memilih kontrasespsi.
2) Riwayat obstetric
a) Riwayat kehamilan, mencakup riwayat kehamilan yang dahulu dan
riwayat kehamilan sekarang yang menguraikan tentang pemeriksaan
kehamilan, riwayat imunisasi, riwayat pemakaian obat selama
kehamilan serta keluhan selama kehamilan.
b) Riwayat persalinan, meliputi tentang riwayat persalinan dahulu yang
berisi tanggal lahir anak, usia, jenis kelamin, BB lahir, umur kehamilan,
jenis persalinan tempat terjadinya persalinan dan komplikasi yang terjadi
selama persalinan. riwayat persalinan sekarang meliputi tanggal
persalinan, tipe persalinan, lama persalinan, jumlah perdarahan, jenis
kelamin serta APGAR score.
c) Riwayat nifas, menjelaskan tentang riwayat nifas dahulu, riwayat nifas
sekarang.
g. Riwayat Kehamilan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau
sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu
hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep atau vakum),
perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare, muntah, tidak mau menyusu, dan kejang-kejang.
h. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat
imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik ibu
a) Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glagcow coma scale
(GCS) yang berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga
penampilan ibu seperti baik, kotor, lusuh.
b) Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
respirasi.
c) Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat
badan saat hamil dan berat badan setelah melahirkan.
d) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
• Kepala : observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak,
persebaran pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan
abnormal, warna rambut dan nyeri tekan.
• Wajah : pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma
gravidarum sebagai ciri khas perempuan yang pernah mengandung,
apakah terdapat lesi atau tidak, nyeri pada sinus, terdapat edema atau
tidak.
• Mata : observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau pucat, ibu
yang baru mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan,
bentuk mata kiri dan kanan apakah simetris, warna sklera, warna pupil
dan fungsi penglihatan.
• Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang
mastoid dan tes pendengaran.
• Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung, terdapat secret
atau tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman.
• Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa,
terdapat lesi atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan.
• Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional, apakah
terdapat pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan
kelenjar tiroid.
• Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi suara
nafas pada paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara jantung
apakah ada suara jantung tambahan dan observasi pada payudara,
biasanya pada ibu post partum payudara akan mengalami pembesaran
dan aerola menghitam serta normalnya ASI akan keluar.
• Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung,
cekung atau datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus
uteri pasca persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas
pada abdomen terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah
teraba penuh atau tidak.
• Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang
belakang, apakah terdapat nyeri tekan.
• Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower
cateter, observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana
keadaan luka, bersih atau tidak.
• Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak,
apakah terdapat hemoroid.
• Ekstremitas Atas : pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan
simetris atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga
apakah ada nyeri tekan serta ROM. Bawah : pada ekstremitas bawah
diobservasi apakah terdapat varises, edema, pergerakan kaki serta ROM.
b. Pemeriksaan fisik bayi
1) Keadaan umum, meliputi tampilan, kesadaran bayi yang dinilai
menggunakan APGAR score
2) Antropometri, meliputi pemeriksaan berat badan bayi, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas serta lingkar abdomen.
3) Pemeriksaan Fisik Head to Toe, pada pemeriksaan fisik pada bayi
diobservasi apakah ada kelainan pada kepala, seperti bentuknya, warna
rambut apakah terdapat lesi, kemudian dilihat pada wajah apakah bentuk
mata hidung mulut proporsional atau tidak, observasi bentuk telinga kanan
dan kiri, bentuk leher apakah ada pertumbuhan abnormal, observasi bentuk
dada dan abdomen auskultasi pada suara jantung dan suara nafas apakah ada
penambahan suara atau tidak, bentuk punggung dan bokong, genetalia
apakah terdapat kelainan, observasi anus serta ekstremitas atas dan bawah.

2. Kebutuhan Dasar dan Pola Kebiasaan Sehari-Hari


Dalam aktifitas sehari-hari dikaji pola aktivitas, selama dirumah dan selama
dirumah sakit, antara lain yaitu:
1) Pola nutrisi
a) Makan : meliputi frekuensi dan jenis makanan, porsi makan yang
dihabiskan, cara dan keluhan saat makan. Pada klien postpartum terdapat
peningkatan nafsu makan dan sering merasa lapar karena banyak
mengeluarkan energi pada prosespersalinan.
b) Minum : meliputi jenis dan jumlah minuman yang dihabiskan, cara dan
keluhan saat minum. Pada klien postpartum terdapat peningkatan
pemasukancairan.
2) Pola eliminasi
a) Buang Air Besar (BAB) : Frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses, warna
feses, cara dan keluhan saat BAB. Pada klien postpartum BAB terjadi 2-3
hari kemudian.
b) Buang Air Kecil (BAK) : Frekuensi BAK, warna kuning jernih, jumlah,
cara dan keluhan saat BAK. Pada klien post partum hari pertama BAK
sering sakit atau sering terjadi kesulitan kencing.
3) Pola istirahat dan tidur
Kaji kuantitas, kualitas dan keluhan mengenai tidur siang dan malam. Pada
klien post partum terkadang pola istirahat terganggu karena rasa nyeri pada
perineum.
4) Personal Hygiene
Kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas dan menggunting kuku, ganti
pakaian dan cara melakukannya. Pada klien postpartum personal hygiene tidak
terawat dikarenakan rasa kelelahan sehabis proses melahirkan.
5) Pola aktivitas Kaji kegiatan mobilisasi. Pada klien postpartum jarang terjadi
gangguan aktivitas dan jika terjadi gangguan aktivitas lebih biasanya terjadi
pada klien dengan episiotomi.

3. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut
2. Integritas kulit/jaringan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko infeksi
4. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
intervensi selama …. maka Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, kualitas, skala dan intensitas nyeri
menurun, dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, skala 2. Untuk mengetahui reaksi non
hasil: dan intensitas nyeri verbal klien terhadap nyeri yang
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi respon nyeri non dirasakan (mis: meringis)
menurun verbal 3. Untuk mengetahui faktor apa
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang yang harus dihindari dan
3. Sikap protektif memperberat dan memperingan dilakukan terhadap nyeri
menurun nyeri 4. Untuk mengetahui apakah terapi
4. Gelisah menurun 4. Monitor keberhasilan terapi nonfarmakologi yang diberi
5. Kesulitan tidur komplementer yang sudah efektif atau tidak
menurun diberikan 5. Untuk mengetahui efek samping
5. Monitor efek samping dari pemberian analgetic

penggunakan analgetic
Terapeutik
6. Berikan terapi nonfarmakologi 6. Untuk membantu mengurangi
(mis: akupresur, terapi musik, rasa nyeri
terapi pijat, aromaterapi, teknik 7. Untuk membantu mengontrol
imajinasi terbimbing, terapi penyebab rasa nyeri yang berasal
bermain) dari lingkungan
7. Kontrol lingkungan yang 8. Pasien yang merasa nyeri
memperberat rasa nyeri (mis: sebaiknya melakukan istirahat
suhu, cahaya, kebisingan agar tidak memicu tingkat nyeri
8. Fasilitasi istirahat dan tidur meningkat
Edukasi 9. Untuk membantu klien
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara 10. Agar klien dapat mengatasi
mandiri nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgetik 11. Untuk membantu klien
dengan tepat mengurangi rasa nyeri
12. Ajarkan teknik nonfarmakologis 12. Untuk membantu klien
untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi 13. Untuk membantu pasien
mengatasi nyeri yang dirasakan
13. Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgetik (jika perlu)

Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan luka 1. Untuk mengetahui karakteristik


kulit/jaringan intervensi selama …. maka Observasi: luka
diharapkan integritas kulit 1. Monitor karakteristik luka (mis. 2. Untuk mengetahui adanya tanda
dan jaringan meningkat, drainase, warna, ukuran, bau) infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda infeksi 3. Untuk membersihkan luka
1. Kerusakan jaringan Terapeutik 4. Untuk mendisinfeksi daerah
menurun 3. Lepaskan balutan dan plester sekitar luka
2. Kerusakan lapisan secara perlahan 5. Agar tidak terjadi infeksi
kulit menurun 4. Bersihkan dengan cairan NaCl atau 6. Untuk mempercepat
3. Nyeri menurun pembersih nontoksik, sesuai penyembuhan luka
kebutuhan 7. Untuk mempercepat
5. Berikan salep yang sesuai ke penyembuhan luka
kulit/lesi, jika perlu 8. Untuk menutupi luka
6. Pasang balutan sesuai jenis luka 9. Untuk mencegah terjadinya
7. Pertahankan teknik steril saat infeksi

melakukan perawatan luk


Edukasi
8. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
9. Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan kalori
10. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
11. Kolaborasi prosedur debriment
(mis. enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

Risiko perdarahan Setelah dilakukan Perawatan pasca persalinan 1. Untuk memonitor tanda-tanda
intervensi selama …. maka Observasi vital
diharapkan status pasca 1. Monitor tanda-tanda vital 2. Untuk memonitor keadaan lokia
partum membaik, dengan 2. Monitor keadaan lokia (mis. 3. Untuk memantau keadaan
kriteria hasil: warna, jumlah, bau, dan bekuan) perineum pasca episiotomy
1. Sirkulasi perifer 4. Untuk memonitor nyeri
meningkat
2. Payudarah penuh 3. Periksa perineum atau robekan 5. Agar ibu melatih diri untuk
meningkat (kemerahan, edema, ekomosis, ambulansi
3. Pemulihan pengeluaran, penyatuan jahitan) 6. Untuk mendiskusikan kebutuhan
perineum 4. Monitor nyeri aktivitas dan istirahat selama
meningkat Terapeutik masa post partus
4. Kenyamanan 5. Dukung ibu untuk melakukan 7. Agar ibu mengetahui perubahan
meningkat ambulansi dini fisik dan psikologis setelah post
5. Infeksi menurun 6. Diskusikan kebutuhan aktivitas partum
6. Nyeri insisi dan istirahat selama masa post 8. Agar ibu dan keluarga
menurun partum mengetahui bahaya nifas
7. Jumlah lochia 7. Diskusikan tentang perubahan 9. Agar ibu mengetahui cara
membaik fisik dan psikologis ibu post merawat perineum pasca
partum episiotomy
Edukasi 10. Agar ibu mampu mengatasi nyeri
8. Jelaskan tanda bahaya nifas pada yang dirasakan
ibu dan keluarga 11. Agar ibu mengetahui hal-hal
mengenai menyusui
9. Ajarkan cara perawatan perineum
yang tepat
10. Ajarkan ibu mengatasi nyeri
secara nonfarmakologis (mis.
teknik distraksi, imajinasi)
Kolaborasi
11. Rujuk ke konselor laktasi, jika
perlu

Risiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan perineum 1. Untuk melihat keadaan perineum
intervensi selama …. maka Observasi pasca episiotomy
diharapkan tingkat infeksi 1. Inspeksi insisi atau robekan 2. Agar mencegah terjadinya infeksi
menurun, dengan kriteria perineum (mis. episiotomy) pada area insisi
hasil: Terapeutik 3. Agar meningkatkan rasa nyaman,
1. Demam menurun 2. Fasilitasi dalam membersihkan mengurangi rasa nyeri
2. Kemerahan perineum, pertahankan perineum 4. Agar meminimalisir terjadi
menurun tetap kering infeksi Agar menyerap lokia yang
3. Nyeri menurun 3. Berikan posisi nyaman, berikan keluar
4. Bengkak menurun kompres es, jika perlu 5. Agar ibu dan keluarga
5. Kadar sel darah 4. Bersihkan area perineum secara mengetahui apabila terjadi infeksi
putih menurun teratur pada area insisi Agar
tidak terjadi infeksi
5. Berikan pembalut yang menyerap 6. Untuk membantu mengurangi
cairan rasa nyeri
Edukasi
6. Ajarkan pasien dan keluarga
mengobservasi tanda abnormal
pada perineum (mis. infeksi,
kemerahan, pengeluaran cairan
yang abnormal)
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian anti
inflamasi, jika perlu
8. Kolaborasi pemberian analgesic,
jika perlu
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses perawatan,
dimulai secara formal setelah Anda mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Dengan rencana asuhan berdasar pada diagnosis keperawatan
yang jelas dan relevan, dimana intervensi yang didesain untuk membantu
pasien mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan yang dibutuhkan untuk
mendukung atau meningkatkan status kesehatan pasien (Noviestari, 2020).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati pada tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapaiya tujuan dan kriteria hasil, klien dapat keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut.
Secara umum menurut (Wiratama, 2016) evaluasi ditujukan untuk:
a Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan b
Menentukan apakah tujuan keperawatan tercapai atau belum c
Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan belum tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2019). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.
Jakarta :EGC.
Karjatin, Atin. 2016. Keperawatan Maternitas. Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengambangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan : Kementrian RI
Leniwita, Hasian and Aritonang, Yanti Anggraini (2019). Modul Keperawatan
Maternitas. Program Studi Diploma Tiga Keperawatan. Fakultas Vokasi.
Universitas Kristen Indonesia Jakarts. Jakarta
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Penerbit Mediaction Jogja.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik . Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Suddarth, B. &. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tanto, C. L. (2017). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media
Aesculapius.
Titik, L. (2019). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiratama. (2019). Konsep dan Riset Keperawatan . Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan (JNIK), 1(3): 2621-6507.

Anda mungkin juga menyukai