Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya
penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, yaitu sempurnanya kesehatan fisik dan mental. Pembangunan
kesehatan itu merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
pembangunan nasional yang harus dicapai oleh Bangsa Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada
upaya penyembuhan saja, tetapi juga berkembang kearah promotif,
preventif dan rehabilitatif. Salah satu upaya pembangunan bidang kesehatan
diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan para ibu
post partum karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah
melahirkan diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis,
mastitis, trombosis, embol dan post partum depresi. Dimana perdarahan
merupakan penyebab terbanyak kematian wanita selama periode post
partum.
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu
60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa
yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60%
kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam
selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu
nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan

1
sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu
negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk,
sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia
merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya.
Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul,
maka diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan
yang komprehensif. Asuhan masa nifas dilakukan untuk menemukan kondisi
tidak normal dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu
tidaknya rujukan terhadap keadaan kritis yang terjadi (Saefudin, 2002).

B. TUJUAN
Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi aspek
biopsikososiospiritual pada klien dengan post natal normal.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGETIAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan
tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan
anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara
F. Weller,2005).Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum
adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat
kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

B. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan- perubahan
alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi
(winknjosastro,2006:237).

3
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga
lapis otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum (Manuaba,
1998 : 190).

C. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu
post partum berat uterus menjadi 40 60 gram (berat uterus normal : 30
gram). Involusi disebabkan oleh :
Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi
sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta.
Selama involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea,
yang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix
caseosa lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah
bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau
kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit
(Wiknjosastro, 2006 : 238).

4
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi,
refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks
ini bersumber dan perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar
hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah
melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
b. Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin
masuk ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi
alveoli dan duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

D. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina

5
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau
2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena:
a. Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
b. Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat
oleh kepala bayi
c. Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum
turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita
menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital

Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat

naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah

6
12 jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi
dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada
beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan
tanpa pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan
menunjukkan gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

E. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.

7
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira- kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan
pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

F. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
11. Merasa sangat letih/ nafas terengah-engah

G. KOMPLIKASI POST PARTUM


a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-
600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
1. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

8
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi ini terjadi setelah
persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya proses
persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman
dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong
persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan
yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada
saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga
sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua
minggu pasca persalinan. Baby blues adalah keadaan di mana
seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau
kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, (2008):
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

9
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

2. Perawatan Post Partum


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan
penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap
waspada sekurang- kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post
partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post
partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri
untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam
satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang
diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-
buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan
sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma
atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat
diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae

10
harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar
tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.

AMBULASI DINI (EARLY AMBULATION) MASA NIFAS


Ambulasi Dini adalah kebijaksaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing
pasien membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian, ambulasi
dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka
episiotomy, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps
uteri atau retrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien
dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain
yang masih membutuhkan istirahat.

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera


setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua
sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan
paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada
pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan
peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap,
memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.
Ibu yang tidak mengalami komplikasi dalam persalinan hampir
semua, selalu bangkit segera untuk pergi ke toilet dan mandi. Mereka
mungkin membutuhkan seseorang untuk membantu, pada tahap awal
ini dimana beberapa perempuan mengeluh pusing atau pandangan
kabur ketika mereka pertama bangun setelah persalinan.
Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Feal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)

11
Langkah atau proses ambulasi ibu nifas dilakukan secara bertahap,
sebagai berikut:
a. Belajar turun dari tempat tidur
b. Belajar berjalan
c. Duduk di atas tempat tidur
d. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
e. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard
f. Duduk di tepi tempat tidur

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL NORMAL

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama : Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
3. Riwayat Kehamilan: Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
o Tempat persalinan
o Normal atau terdapat komplikasi
o Keadaan bayi
o Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
o Pengeluaran ASI lancar / tidak
o BB bayi
o Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum pasien
o Abdomen
o Saluran cerna
o Alat kemih
o Lochea
o Vagina
o Perinium dan rectum
o Ekstremitas
o Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
o Respon dan persepsi keluarga
o Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
karakteristik payudara
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek efek hormonal.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
dengan kriteria evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital
dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD = 120/80
mmhg, RR= 18 20 x / menit
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa
nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan
c. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi
danmengurangi nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Delegasi pemberian analgetik

14
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri
berkurang

2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat


pengetahuan,karakteristik payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses
situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi dan Rasional:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting
yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,


perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan
eliminasi (BAK) dengan KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam
post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi
dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.

15
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan
air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan
sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,


penurunan sistem kekebalan tubuh.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan
KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan
mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan
media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38 C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi
udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.

16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUANG MAWAR RSUD ALIMUDDIN UMAR LIWA

Tanggal masuk : 25 April 2016/16.00WIB

Tanggal pengkajian : 25 April 2016/21.00WIB

Ruang : Mawar

A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif :
a. Identitas pasien :
Nama : Ny. S
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumber Jaya Kab. Lampung Barat
b. Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : buruh
Alamat : Desa Sumber Jaya Kab. Lampung Barat
Hubungan dengan pasien : Suami

2. Riwayat masuk ruang nifas


Pasien post partum spontan tanggal 25 April 2016 pukul 16.00 WIB
kiriman dari VK dengan riwayat KPD ( 24 april 2016 pukul 17.00 WIB).

3. Keluhan utama :
Pasien mengeluh masih sedikit mules (nyeri) pada perutnya.

17
4. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masih berbaring dengan mobilisasi ringan dan masih tampak
lemas. Pasien mengatakan tidak sedang menderita penyakit lain.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami persalinan, penyakit
kritis atau dirawat di RS.
c. Riwayat penyakit keturunan :
Pasien dan keluarga pasien tidak memiliki penyakit menurun (misal :
Hipertensi, DM, asma dll ).

5. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Jumlah : ganti pembalut 2x/ hari
Lama haid : 5-6 hari Dismenore : tidak ada
Siklus : 28 hari Keluhan lain : tidak ada
Keputihan : tidak ada

6. Riwayat perkawinan
Perkawinan ke :1
Umur saat menikah : 23 tahun
Lama pernikahan : 1 tahun
7. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. G1 P0 A0
b. Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 10 8 2015
c. Hari perkiraan lahir (HPL) : 17 5 2016
d. Umur kehamilan : 36 minggu
e. Riwayat persalinan
Hamil Umur penolong Jenis Komplikasi Keadaan Komplikasi ket
ke anak persalinan post partum bayi nifas
1 Hamil
ini

18
8. Riwayat KB
Pasien belum pernah mengikuti program KB
9. Keadaan bayi
Bayi lahir dengan aterm partus spontan tanggal 25 April 2016 pukul
09.50 wib , bayi menangis kuat, jenis kelamin laki-laki, apgar score
8,9,10. Panjang badan 50 cm dan berat badan 2900 gr.
10. Riwayat obstetri
Leopold I : TFU 30 cm , II : puki, III : preskep, IV : belum masuk PAP
11. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,50 C
RR : 16 x/ menit
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan umum : Sedang
d. Pemeriksaan fisik head to toe :
1. Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada
hematoma, tidak ada nyeri tekan
2. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
3. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera
ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
4. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak
ada secret
5. Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak
ada secret, tidak ada perdarahan
6. Mulut dan gigi : mukosa kering, gigi tanggal, terdapat
pembengkakan gusi
7. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis
teraba, tidak ada pembesaran limfoid
8. Thorax :
I : bentuk simetris, payudara simetris tidak bengkak

19
P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada udema pulmo
A : bunyi jantung normak, bunyi paru vesikuler
9. Abdomen :
I : tidak ada luka, tampak striae
A : bising usus normal 8x/menit
P : tidak ada benjolan, TFU : 2 jari dibawah pusat
P : tidak ada acites
10. Genitalia : tidak ada kelainan, tidak ada luka jahit,
perdarahan Pervaginam sekitar 50 cc,
11. Eksteremitas : kekuatan otot 4 4
4 4
ROM : penuh, Akral hangat, udema kaki, terpasang infuse RL di
lengan kanan, tidak ada varises.
12. Anus : tidak ada kelainan dan tidak hemoroid
e. Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1. Pola oksigenasi
Selama hamil : pasien bernafas secara normal, tidak pernah
sesak nafas
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal, tidak sesak
RR 16x/ menit
2. Pola nutrisi
Selama hamil : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan
lauk ) minum 6-8 gelas/hari, pasien tidak mempunyai pantangan
apapun
Saat dikaji : pasien makan sesuai diit habis 2/3 porsi,
minum 3-4 gelas/ hari
3. Pola eliminasi
Selama hamil : pasien BAK 5-6x/hari warna kuning, jernih
dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK melalui DC 2000cc/hari warna
kuning jernih, belum BAB

20
4. Pola aktivitas/ bekerja
Selama hamil : pasien melakukan aktivitas secara mandiri,
bekerja sebagai ibu rumah tangga
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan
tidak dapat bekerja
5. Pola istirahat
Selama hamil : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6. Pola suhu
Selama hamil : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 36,50C
7. Pola gerak dan keseimbangan
Selama hamil : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai
keinginannya
Saat dikaji : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas
karena lemas
8. Pola berpakaian
Selama hamil : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara
mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan
dibantu keluarga saat mengganti pakaiannya
9. Pola personal hygine
Selama hamil : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air
bersih dan sabun mandi tanpa bantuan keluarganya, pasien kurang
menjaga kebersihan makanan dan alat makan
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu
keluarganya
10. Pola komunikasi
Selama hamil : pasien berkomunikasi dengan lancar,
memakai bahasa daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar,
memakai bahasa daerah

21
11. Pola spiritual
Selama hamil : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien tidak melakukan ibadah (sedang nifas)
12. Pola aman & nyaman
Selama hamil : pasien merasa aman dan nyaman hidup
bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit
13. Pola rekreasi
Selama hamil : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-
tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi, hanya
tiduran dan jalan disekitar kamar, cenderung diam
14. Pola belajar
Selama hamil : pasien mengetahui tentang kehamilannya
Saat dikaji : pasien mengetahui persalinananya secara
normal

12. Data Penunjang :


Laboratorium tanggal 20 April 2016 pkl 20.00 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 9.35 10^3/uL 4.8 10.8
Eritrosit 3.36 10^6/uL 4.7 6.10
Hemoglobin 10.8 9/dL 12.0 16.0
Hematokrit 32.0 % 37.0 47.0
MCV 95.8 fL 79.0 99.0
MCH 32.1 Pg 27.0 31.0
MCHC 33.5 g/dL 330 37.0
Trombosit 287 10^3/uL 150 450

Golongan darah :O
CT : 5 menit
BT : 5 menit

22
Kimia klinik
GDS : 73.0 mg/dL normal : 70.0 105.0
HbsAG : negativ normal : negativ

Urine
Protein : negativ

Terapi obat :
Injex : cefotaxime 2x1 vial
Oral : Asmet 3x1 tab
Methyl 3x1 tab
SF 1x1 tab

B. ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN


No Hari/tanggal Data fokus Etiologi Masalah
kep.
1. Senin , DS : Involusi Nyeri akut
25 april - Ps mengatakan masih mules (nyeri) uteri
2016 pada perut
pukul 21.00 -P : ps mengatakan nyeri jika
wib disentuh/tekan dan berkurang saat
tiduran
-Q : nyeri seperti diremas
-R : abdomen
-S : skala 3
-T : kadang-kadang
DO :
Pasien tampak gelisah, TD : 120/80
mmHg, N : 84x/menit, RR :
16x/menit, S :36,5 0 C
- GCS 15

23
2 Senin , DS : Kelemahan Intoleransi
25 april Pasien mengatakan lemas fisik aktivitas
2016 DO :
pukul 21.10 Pasien tampak lemah, TD : 120/80
wib mmHg, N : 84x/menit, RR :
16x/menit, S :36,5 0 C

kekuatan otot 4 4
4 4
GDS : 73.0 mg/dL

24

Anda mungkin juga menyukai