Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah komunitas yang di berikan oleh

Dosen pengajar. penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi

maupun penyusunan kalimat.

Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk

penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

penulis aturkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam

pembuatan makalah ini.

Bandar Lampung oktober 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

I. PENDAHULUAN .......................................................................................

Latar Belakang ............................................................................................. 3


Tujuan .......................................................................................................... 4
II. TINJAUAN TEORI ................................................................................. 5

A. Konsep Lansia ...................................................................................... 5

1. Definisi .......................................................................................... 5

2. Klasifikasi lansia ......................................................................... 5

3.Karakteristik lansia ....................................................................... 5

4.Tipe Lansia .................................................................................... 6

B. Konsep Perubahan Psikososial dan sosial kultural ................................ 7

1. Demensia ...................................................................................... 7

2. Ansietas ........................................................................................ 8

3. Depresi .......................................................................................... 9

4. Insomnia....................................................................................... . 9

5. Paranoid ........................................................................................ 10

6. Post power syndrome .................................................................. 11

7. Lonelynes .................................................................................... 13

C. PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................ ... 16

Saran ...................................................................................................... .. 16

DAFTAR PUSTAK..........................................................................................

2
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang
menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung
secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan
dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui
kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam
menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak
mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh semua orang
karunianya usia panjang, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat
kejadiannya (Arya, 2008).
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya.
3
Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali
masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006).
Perubahan psikososial lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian
keintiman, generatif dan integritas yang utuh.

TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui dan mempelajari tentang perubahan psikososial dan soial kultural
pada lansia.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang konsep teori lansia
b. Mengetahui tentang teori perubahan psikososial pada lansia
c. Mengetahui tentang masalah Dimensia, Ansietas, Depresi, Insomnia,
Paranoid, post power syndrome pada lansia.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep lansia
1. Definisi usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia ( Budi Anna Kaliat, 1999)
2. Klasifikasikan Lansia
Klasifikasikan berikut ini adalah lima klasifikasikan pada lansia
a) Pralansia ( prasinilis)
Seseorang yang berusia antar 45-59 tahun
b) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c) Lansia resiko tinggi
Seorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalh kesehatan
d) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa
e) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.
3. Karakteristik lansia
Menurut Budi Anna Kaliat (1999) ,lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan)
b) Kebutuhan dan masalah yang barvariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.
c) Lingkunagn tempat tinggal yang bervaliasi.

5
4. Tipe lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya( Nugroho,2000)
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikaan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sedarhana,
darmawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b) Tipe mandiri
Mengaganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan
c) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menetang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut
d) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e) Tipe bingung
Kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, minder, menyesal
pasif, dan acuh tak acuh

6
B. Konsep perubahan psikososial dan sosial kultural pada lansia
Perubahan psikososial dan sosial kultural pada lansia
1. Demensia
Demiensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif,
lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak.
Berdasarkan penyebabnya, demensia dibagi menjadi tiga jenis
 Demensia Alzheimer yang menyebabkan adalah kerusakan otak yaang
tidak di ketahui
 Demensia veskuler yang penyebabnya adalah kerusakaan otak karena
stroke yang multipel
 Demensia lain yang penyebabnyan adalah kekurangan vitamain B12 dan
tumor otak.

Gejala-gejala demensia dalah sebagai berikut:

 Meningkatnya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari


 Mengabaikan kebersihan diri
 Sering lupa akan kejadiaan-kejadian yang dialami, dalaam keadaanyang
makin berat, anaam orang tua atau keluaarga dapat dilupakan
 Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang.
 Tidak mengenal demensia ruang atau tempat
 Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepatmaraah
 Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas.

Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan demensia adalah sebagaai
berikut:

 Evaluasi secara cermat kemempuan yang maksimal dari lansia dalam


melaksanakan kegiatan sehari-hari kemudian dapaat di tentukan jenis
perawatan yang dibutuhkan.
 Perbaiki lingkunagn tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan yang
tidak di inginkan

7
 Upayakan lansia tersebut dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari
secara optimal
 Bantu daya perkenalan terhadap wa ktu, tmepat , dan orang dengan sering
mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian dan hal
yang pernah terjadi.
2. Ansietas ( kecemasan)
 Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lansia adalah sebagai berikut:
 Perasaan khawatir atau takuta yang tidak rasional akan kejadian yang
akan terjadi
 Sulit tidur sepanjaang malam
 Rasa tegang dan cepat marah
 Sering mengeluah akan gejala ringan ataau takut/ khawatir terhadap
penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang
sebebarnya tidak dideritanya.
 Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan
 Rasa panik terhada masalah yang ringgan
 Tindakan yang mengatasi kecamasan pada lansia adalah sebagai berikut:
 Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluaraga denagn rasa kasih
sayaang
 Bicarakan tentang rasa khawatir lansia dan cobalah untuk menentuakan
penyebab yang mendasar ( dengan memandang lansia secara holistik)
 Cobalah untuk mangalihkan penyebab dan berikan rasa aman dengan
penuh emapati
 Bila penyebabnya tidak jelas dan mendasar, berikan alasan-alaasan yang
dapat di terima olehnya.
 Konsultasi dengan dokter bila penyebabnya tidak dengan ditentukan
atau bila telah dicoba denagn berbagai cara tetapi gejala menetap.

8
3. Depresi
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering di dapatkan
pada lansia.
Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut:
 Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang
bukan merupakan kebiasaannya sehari-hari
 Sering kelelahan,lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari
 Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
 Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung
 Daya konsentrasi berkurang pada pembicaraan sering disertai topik yang
berhubungan dengan rasa pesimis atau perasaan putus asa
 Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun
secara cepat
 Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh
diri

Depresi dapat timbul secara sepontan ataupun sebagai reaksi terhadap


perubahan-perubahan dalam kehidupan, seperti:

 Cacat fisik atau mental seperti stroke atau demensia, sehingga menjadi
sangat bergantung pada orang lain
 Suasana duka cita
 Meninggalnya pasangan hidup

4. Insomnia
Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.
Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering
terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatan pada malam
hari. Bila halini terjadi, carilah penyebab dan jalan keluarga sebaik-baiknya
Penyebab insomnia pada lansia adalah sebagai berikut:
 Kurangnya kegaitan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih
samangat sepnjang malam

9
 Tidur sebentar-sebentar sepanjang hari
 Gangguan cemas dan depresi
 Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
 Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari
 Infeksi saluran kemih

5. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya
Bla kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan
kondisi yang di sebut paranoid.
Gejala-gejalanya antara lain:
 Perasaan curiga dan memusushi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-
orang disekelilingnya
 Lupa akan barang-barang yang disampingnya kemudian menuduh orang-
orang di sekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya.
 Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depreesi
dan rasa marah yang ditahan.

Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah


memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan
yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala
bertambah berat.

6. Post power syndrome


Post–powersyndrome adalah suatu gejala yang terjadi dimana si penderita
tenggelam dan hidup di dalam bayang-bayang kehebatan, keberhasilan masa
lalunya sehingga cenderung sulit menerima keadaan yang terjadi sekarang.
Post-power syndromeadalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam
bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,
ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi pada kebanyakan

10
orang pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin mengungkapkan betapa begitu
bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa.

Penyebab post-power syndrome

Turner & Helms (Supardi, 2002) menggambarkan penyebab terjadinya post-


power syndromedalam kasus kehilangan pekerjaan, yaitu:

a. Kehilangan harga diri; hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya perasaan


atas pengakuan diri.
b. Kehilangan fungsi eksekutif; fungsi yang memberikan kebanggaan diri.
c. Kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok
tertentu.
d. Kehilangan orientasi kerja.
e. Kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.

Biasanya Post-powersyndrome banyak menyerang seseorang yang baru


pensiun, terkena PHK, seseorang yang pernah mengalami kecacatan karena
kecelakaan, menjelang tua atau orang yang turun jabatan, dsb. Hal ini semakin
diperparah dengan kondisi mindset individu yang mengatasnamakan jabatan
sebagai sesuatu yang sangat membanggakan pada dirinya. Semua ini bisa
membuat individu pada frustasi dan menggiring pada gangguan psikologis,
fisik serta sosial.

Gejala-gejala individu yang mengalami post-power syndrome

a. Gejala fisik: tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah dan sakit-
sakitan.
b. Gejala emosi mudah tersinggunng, pemurung, senang menarik diri dari
pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi
dan tak suka dibantah.
c. Gejala perilaku: pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai
kehebatan dirinya di masa lalu, mencela, mengkritik, tak mau kalah, dan
menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum.

11
Pada beberapa kasus, post-power syndromeyang berat diikuti oleh gangguan
jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi
yang berat, atau pada karakter kepribadian introvert.

Langkah pencegahan

Menurut para ahli psikologi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya post-power syndromepada diri individu, yaitu:

a. Langkah preventif dapat dilakukan dengan mengembangkan pola hidup


positif. Pengembangan bola hidup yang positif memberikan energi positif
pada pemikiran seseorang, sehingga memiliki kecenderungan untuk tidak
terpuruk dalam permasalahannya.
b. Langkah perseporatif dapat dilakukan dengan membuka diri pada ajakan
untuk membuka kesempatan aktualisasi diri. Dengan memiliki banyak
pengalaman, seseorang akan memiliki wawasan yang luas dalam berpikir.
Sehingga hilangnya pekerjaan tidak menjadi hal yang mematikan semangat
hidup seseorang.
c. Langkah kuratif dapat dilakukan dengan bergembira menjalani tantangan
hidup. Seseorang yang memiliki pandangan positif pada setiap kesulitan
akan mencari solusi dalam setiap masalah hidupnya, bukan memikirkan
masalah sebagai problematika yang tak ada solusinya.

Penanganan post-power syndrome

Seseorang yang mengalami post-power syndrome biasanya menganggap


bahwa jabatan atau pekerjaannya merupakan hal yang sangat membanggakan
bahkan cenderung menjadikan pekerjaannya sebagai dunianya. Sehingga
hilangnya pekerjaan karena pensiun atau PHK memberikan dampak psikologis
pada mental seseorang. Penanganan yang bisa dilakukan pada kasus seperti ini
adalah dengan memberikan terapi kognitif/cognitive behavioral therapy. Dengan
terapi kognitif, diharapkan seseorang dapat mengubah pola pikir yang
sebelumnya membanggakan prestasi, jabatan, dan pekerjaannya, menjadi yakin,
percaya dan menerima bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Setelah itu,
12
temukanlah hal-hal baru yang bisa membanggakan atau memberikan
kebermaknaan hidup. Dalam keadaan seperti ini, keluarga juga memiliki
pengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome. Seseorang bisa
menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu
melewati fase ini dibandingkan seseorang yang memiliki konflik emosi.

7. Lonelyness ( kesepian)
a. Definisi Kesepian
Kesepian sebagai suatu reaksi emosional dan kognitif karena memiliki
hubungan sosial yang lebih sedikit dan kurang memuaskan dibandingkan
yang diinginkannya.
Menurut Bruno (dalam Dayakisni, 2003), kesepian dapat berarti suatu
keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya
perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna
dengan orang lain.
Definisi yang hampir sama juga diberikan oleh Peplau & Perlman (dalam
Brehm, 2002) yang mengatakan bahwa kesepian itu merupakan perasaan
kekurangan dan ketidakpuasan karena adanya kesenjangan antara hubungan
sosial yang kita inginkan dengan hubungan sosial yang kita miliki. Menurut
Taylor, Peplau & Sears (2000) kekurangan ini dapat bersifat kuantitatif,
misalnya seseorang tidak memiliki seorang temanpun ataupun sedikit teman
dibandingkan yang diinginkannya. Atau kekurangan tersebut dapat bersifat
kualitatif misalnya seseorang yang merasa bahwa hubungan sosial yang
dibinanya hanya bersifat seadanya saja (superficial) atau dirasakan kurang
memuaskan dibandingkan yang diinginkannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesepian adalah keadaan mental dan


emosional yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan kekurangan dan
ketidakpuasan karena tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
seseorang dan terjadi kesenjangan antara hubungan sosial yang diinginkan
dengan hubungan sosial yang dimiliki individu.

13
b. Tipe-tipe Kesepian

Menurut Weiss (dalam Weiten & Llyod, 2006) ada dua tipe kesepian,
yaitu:
1) Kesepian sosial
Dalam kesepian sosial, seseorang merasa tidak puas dan kesepian karena
mereka tidak memiliki hubungan pertemanan ataupun kenalan.
2) Kesepian emosional
Dalam kesepian emosional, seseorang merasa tidak puas dan kesepian
karena mereka tidak memiliki suatu hubungan yang mendalam dengan
orang lain, atau karena tidak adanya partner intim.
Berdasarkan sifat kemenetapannya, Shaver dkk. (dalam Deaux, Dane,
Wrightsman, 1993) membedakan 2 tipe kesepian, yaitu:
1) Trait loneliness, yaitu kesepian yang cenderung menetap (stable
pattern), sedikit berubah, dan biasanya dialami oleh orang-orang yang
memiliki self-esteem yang rendah dan memiliki sedikit interaksi sosial
yang berarti.
2) State loneliness, yaitu kesepian yang bersifat temporer (sementara),
biasanya disebabkan oleh pengalaman-pengalaman dramatis dalam
kehidupan seseorang.

Berdasarkan durasinya, Young (dalam Weiten & Llyod, 2006) membedakan


kesepian menjadi 3, yaitu:

1. Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang


singkat dan jarang terjadi, yang dapat dirasakan oleh banyak orang
ketika kehidupan sosial mereka tidak memiliki alas an yang adekuat.
2. Transitional loneliness (kesepian transisi), terjadi ketika seseorang yang
telah puas pada hubungan sosialnya yang sebelumnya menjadi kesepian
setelah mengalami kerusakan dalam jaringan sosialnya (karena kematian
orang yang dicintai, perceraian, atau pindah ke daerah yang baru).

14
3. Chronic loneliness (kesepian menahun), merupakan suatu kondisi yang
menyerang orang-orang yang tidak bisa puas terhadap jaringan
interpersonalnya selama bertahun-tahun.

Pada seorang janda yang ditinggal mati pasangannya, yang terjadi adalah
kesepian emosional karena suami yang menjadi partner intimnya tidak ada lagi,
dimana kesepian tersebut bersifat temporer dan berdasarkan durasinya maka
kesepian yang dialaminya adalah kesepian transisi. Sears et al. (1999)
mengatakan bahwa kesepian akibat berpisah dengan orang yang kita cintai
dapat membangun suatu reaksi emosional seperti kesedihan, kekecewaan,
bahkan rasa geram yang membuat seseorang marah pada lingkungan dan juga
pada dirinya sendiri.

c. Penyebab Kesepian
Ada beberapa alasan mengapa kita merasa tidak puas atas hubungan yang
kita miliki. Rubenstein dan Shaver (dalam Brehm, 2002) menyimpulkan
beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang-orang yang
merasakan kesepian, yaitu:
a) Tidak terikat: tidak memiliki pasangan (suami atau istri); tidak memiliki
partner seksual; berpisah dengan pasangan (suami atau istri) atau
kekasih.
b) Terasing: merasa berbeda; tidak dimengerti; tidak dibutuhkan; tidak
memiliki teman dekat.
c) Sendirian: pulang ke rumah tanpa ada orang di rumah; selalu sendirian
d) Isolasi yang dipaksakan: dikurung di rumah; dirawat inap di rumah
sakit; tidak adanya transportasi.
e) Dislocation: jauh dari rumah; memulai pekerjaan atau sekolah baru;
terlalu sering pindah; sering bepergian.

15
PENUTUP

C. KESIMPULAN
Dikebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan kemenarikan
bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan orang lansia yang sering dianggap
tidak ada gunanya lagi. Karena mereka tidak dapat bersaing dengan orang-orang
yang lebih muda dalam berbagai bidang tertentu dimana kriteria nilai sangat
diperlukan, dan sikap sosial terhadap merrka tidak mrenyenangkan.

D. SARAN
Semoga dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa dalam mempelajari tentang gerontik khususnya perubahan psikososial
dan sosial kultural pada lansia.

16

Anda mungkin juga menyukai