Puji dan Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Askep Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia: Askep
Rhematoid Arthritis” , yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Komunitas
2
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih
terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan
dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan
datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan
dan belajar dari suatu kesalahan.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................... 3
A. Konsep Lansia............................................................................. 3
B. Konsep Dasar Rhematoid Arthritis.............................................. 9
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Rhematoid Arthritis.......... 15
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 20
A. Kesimpulan.................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana Askep Agregat dalam Komunitas
Kesehatan Lansia : Askep Rhematoid Arthritis.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui Konsep Lansia
b. Untuk mengetahui Konsep Dasar Rhematoid Arthritis
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Rhematoid Arthritis
D. Metode Penulisan
A. Konsep Lansia
B. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. (Kholifah, 2016)
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa
dan tua.
C. Batasan Lansia
3
4
E. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-
paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif
yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk
menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.
6
3 Stroke 33 46 67
4 Peny. Paru Obstruksi Kronis 5,6 8,6 9,4
1. Definisi
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang belum
diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosive yang simetris dan pada
beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Perjalanan
penyakit RA ada 3 macam yaitu monosiklik, polisiklik dan progresif.
Sebagian besar kasus perjalanannya kronik kematian dini (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014)
Kata arthritis berasal dari kata Yunani, “arthon” yang berarti sendi,
dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri, seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana, 2015)
10
2. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas tapi dianggap
kelainan autoimun memegang peranan penting. Penyakit ini sering
didapatkan pada usia 40-50 tahun tapi dapat pula dijumpai pada usia lain.
Wanita 3x lebih sering dibanding pria. Penyakit ini akan menonaktifkan
dan menimbulkan rasa nyeri pada sendi saat terjadi mobilitas.
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari factor genetic, lingkungan,
hormonal, dan factor sistem reproduksi. Namun factor pencetus terbesar
adalah factor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
penyakit Rhemaoid Arthritis, yaitu :
a. Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus.
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolik
e. Faktor genetic serta pemicu lingkungan.
Pada saat ini Rhematoid Arthritis diduga disebabkan oleh factor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,
factor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikroplasma atau group difterioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
11
3. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial
menjadi edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah
baru, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan
akan membuat sinovial menjadi tebal, terutama pada kartilago. Persendian
yang meradang akan membentuk jaringan granulasi yang disebut dengan
pannus. Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang subkondrial. Jaringan
granulasi akan menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Jika kerusakan kartilago sangat luas, maka akan terjadi adhesi di antara
permukaan sendi, dimana jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Keruskan kartilago dan tulang dapat menyebabkan tendon dan ligamen
menjadi lemah, serta dapat menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang subkondrial dapat menyebabkan
osteoporosis setempat.
Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai
dengan adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi,
sedangkan orang yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka
kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang progresif. (Asikin,
2013): 37
c. Peradangan sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir tulang
dan dapat dilihat dengan penyinaran X-ray.
d. Pembengkakan sendi yang meluas dan simetris.
e. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah bera dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya nyeri.
f. Sendi besar kemungkinan juga dapat terserang yang disertai
penurunan kemampuan fleksi atau ekstensi.
g. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
berkembang menjadi pincang. Gangguan bejalan merupakan ancaman
besar
5. Komplikasi
Menurut (Sya'diah, 2018) komplikasi yang mungkin muncul adalah
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di
tangan dan kaki.
b. Anemia
c. Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
d. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya
darah yang membeku
6. Diagnosis Arthritis
Diagnosis Rhematoid Arthritis dikatakan positif apabila sekurang-
kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Kriteria diagnostic
Rhematoid Arthritis adalah terdapat poli-arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebihbila ditemukan nodul subkutan
atau gambaran erosi peri artikuler pada foto rontgen. Kriteria Rhematoid
Arthritis menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah :
13
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut (Asikin,
2013) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
14
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah :
a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan.
b. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita
c. Mencegah dan memperbaiki deformitas.
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain :
a. Pengobatan farmakologi
1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
2) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
3) Kortikosteroid
4) Terapi Biologi
b. Pengobatan Nonfarmakologi
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin
4) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri
5) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
6) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
7) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
Bila rheumatoid arthritis progresif dan menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki
fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut :
15
2. Pengkajian
a. Data inti
16
3. Diagnosa
Masalah keperawatan komunitas pada lansia yang sering menjadi
diagnosis keperawatan :
a. Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang
menyebabkan inflamasi
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktifitas atau penurunan
kekuatan otot.
c. Kesulitan mengunjungi pelayanan kesehatan berhubungan dengan
sulitnya menyesuaikan jadwal pekerja warga dengan waktu
operasional tempat pelayanan kesehatan(polindes)
18
4. Perencanaan
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri kronis Kaji keluhan nyeri, skala Membantu dalam
berhubungan dengan nyeri serta catat lokasi menentukan kebutuhan
terjadinya akumulasi dan intensitas , faktor- manajemen nyeri dan
cairan yang faktor yang mempercepat efektifitas program
mengakibatkan dan respon rasa sakit
inflamasi. nonverbal
Berikan matras/kasur Matras yang lembut/
keras, bantal kecil. empuk, bantal yang besar
tangga pada
bak/pancuran dan toilet,
penggunaan alat bantu
mobilitas /kursi roda.
Berguna dalam
Konsultasi dengan ahli
memformulasikan
terapi fisik/okupasi dan
program latihan/aktivitas
spesialis vokasional.
yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasi
alat/bantuan mobilitas.
3. Kesulitan mengunjungi Kaji aktivitas keseharian Untuk mengetahui
pelayanan kesehatan masyarakat aktivitas masyarakat
berhubungan dengan pada umumnya seperti
sulitnya menyesuaikan bekerja, bersosialisasi
jadwal pekerja dengan dan ketempat-tempat
waktu operasional rekreasi.
tempat pelayanan Lakukan pelayanan
Menyesuaikan waktu
kesehatan (polindes) kesehatan pada saat
operasional pelayanan
warga tidak sibuk
kesehatan dengan waktu
bekerja
warga pada saat tidak
bekerja.
Lakukan home care atau
Agar pelayanan kesehatn
pelayanan yang datang
dapat berjalan secara
kerumah-rumah warga.
fleksibel yang
menyesuaikan kebutuhan
warga sekitar.
Kolaborasi dengan
Dengan adanya fasilitas
pemerintah setempat
kesehatan 24 jam warga
guna membantu
sekitar akan dengan
menyediakan fasilitas
22
5. Implementasi
Empat strategi dalam melaksanakan perencanaan yang telah disusun
sebelumya, yaitu melalui :
a. Pemberdayaan komunitas di wilayah : hal ini penting dilakukan agar
komunitas wilayah perduli terhadap masalah kesehatan lansia.
Pemberdayaan disesuaikan dengan kemampuan yang ada di
komunitas.
6. Evaluasi
Evaluasi perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevaluasi
semua implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan
yang telah ditetapkan yaitu mencapai kesehatan lansia yang optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, D., Chan, Y., & Basyar, M. (2012). Hubungan Derajat Sesak Nafas
PenderitaPenyakit Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified
Medical Research Council Scale dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif
Kronik. J Respir Indo Vol.32 No.4, 200 - 207.
Asikin, M. N. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Erlangga.
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta: EGC.
Febriana. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis
Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Naskah Publikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-15.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Puslitbang Kemenkes RI.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnosis dan Pengelolaan
Arthritis Reumatoid. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Sya'diah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi . Sidoarjo:
Indonesia Pustaka.
24