PERUBAHAN SPIRITUAL
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa atas kesempatan serta
rahmat-Nya senhingga kami dapat menyelesaikan asuhan ini tepat pada waktunya dalam mata
keperawatan gerontik
Makalah yang berisikan dengan judul “Askep pada lansia dengan perubahan spiritual”
ini telah kami susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa saya
sebutkan saru persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………...….i
Kata Pengantar ……………………..…………………………......ii
Daftar Isi ……..………………………………………….….iii
Bab I PENDAHULUAN ………………………… …………...1
1. Latar Belakang ……………………………….…………….1
2. Rumusan Masalah ………………………………….…………2
3. Tujuan ……………………………….…………….2
Bab II Konsep Dasar Teori ………………………………………3
1. Konsep Penyakit ……………………………………………..3
2. Asuhan Keperawatan Lansia ………………………………………....22
A.Pengkajian …………………………………………….22
B.Diagnosa …………………………………………….29
C.Intervensi …………………………………………….29
3. Terapi Non Farmakologi Yang Sesuai Untuk Lansia ………………..30
A.Pengertian …………………………………………….30
B.Tujuan …………………………………………….30
C.Alat Dan Bahan ……………………………………….……30
D.Metode Terapi ………………………………….…………31
Bab III Penutup ……………………………….……..32
1. Kesimpulan ………………………………….…………32
2. Saran …………………………………….………33
DAFTAR PUSTAKA
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aspek spiritual pada lansia ini selayaknya menjadi bagian dari dimensi manusia
yang matang, sehingga berbagai permasalahan yang dihadapi oleh lansia secara tidak
langsung dapat diminimalisir, bahkan dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang
kuat.6 Kebutuhan spiritual menurut Carson dalam Asmadi adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau 3 mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta
kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan. Spiritualitas juga mencakup hubungan dengan diri
sendiri, hubungan dengan alam harmonis, hubungan dengan orang lain, dan hubungan
dengan ketuhanan.
Pemenuhan kebutuhan spiritual setiap individu memiliki cara yang berbeda sesuai
dengan usia, jenis kelamin, budaya, agama dan kepribadian individu. Kebutuhan
spiritualitas tidak dapat dipisahkan dari berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya
adalah perkembangan, budaya, keluarga, agama, pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan
perubahan. Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik, mental,
psikososial dan perkembangan spiritual. Perkembangan spiritual yang baik akan membantu
lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan
arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan. Perubahan spiritual pada lansia ditandai
dengan semakin matangnya lansia dalam kehidupan keagamaan dan kepercayaan yang
terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari.3
Perubahan dalam kebutuhan spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi
kualitas hidup lansia.
1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskanrumusan masalah
sebagai berikut :
1.Jelaskan definisi spiritualitas dan religi?
2.Sebutkan aspek-aspek spiritualitas?
3.Jelaskan dimensi spiritualitas?
4.Bagaimana cara berfikir kritis dan spiritual?
5.Jelaskan kesehatan spiritualitas?
6.Jelaskan masalah spiritualitas?
7.Sebutkan karakteristik spiritualitas?
8.Bagaimana perkembangan aspek spiritual keperawatan?
9.Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual?
10.Bagaimana proses keperawatan dengan spiritualitas?
11.Bagaimana asuhan keperawatan spiritual?
3. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka terdapat tujuan sebagai berikut :
1.Mengetahui definisi spiritualitas dan religi
2.Mengetahui aspek-aspek spiritualitas
3.Mengetahui dimensi spiritualitas
4.Mengetahui cara berfikir kritis dan spiritual
5.Mengetahui kesehatan spiritualitas
6.Mengetahui masalah spiritualitas
7.Mengetahui karakteristik spiritualitas
8.Mengetahui perkembangan aspek spiritual keperawatan
9.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
10.Mengetahui proses keperawatan dengan spiritualitas
11.Mengetahui asuhan keperawatan spiritual
2
BAB 2
1. Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
B. Pengertian Menua
3
lahir, dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Sementara itu,
menurut Tyson (1999), menua adalah suatu proses yang dimulai saat
diri.
C. Ciri–Ciri Lansia
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang
4
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
5
D. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Penuaan : (1) Hereditas atau
ketuaan genetic; (2) Nutrisi atau makanan; (3) Status kesehatan; (4)
F. Perubahan spiritual
6
G. Konsep Distress Spiritual
makna, tujuan atau maksud, dan cara pengalaman mereka yang mana
semua hal tersebut saling berhubungan pada waktu atau kejadian, pada
diri sendiri, pada lainnya, pada alam, pada orang terdekat, maupun
7
Spiritual distress, termasuk ketidak bemaknaan dalam hidup tau
parah atau stadium lanjut dengan kondisi kualitas hidup yang semakin
Leget, 2014).
& Camp. 2015). Akan tetapi dalam studi gerontology dan geriatric,
agama meliliki makna yag lebih luas berupa pengalam dan kode etik
yang tak kasat mata (Bjarnason, 2012). Lebih lanjut Bjarnason (2012)
8
I. Kebutuhan Spiritual
tinggi.
9
Indikator terpenuhi kebutuhan spiritual yang lain adalah adanya
10
bagi perawat guna meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual
(Susanti, 2015).
2015).
K. Karakteristik Spiritual
11
3. Hubungan dengan orang lain
berada didunia.
mempunyai harapan.
12
L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Taiylor, Lilis dan le Mone (1997) dan Craven dan Hirnk
b. Keluarga
anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua tapi
pengalaman tersebut.
seseorang (Toth 1993) dan Craven dan Hirnk (1996). Krisis sering
13
dialami ketika seseorang mengahadapi penyakit, penderitaan
masalah spiritual.
a. Verbalisasi distress
14
kesembuhannya atau memeberitahukan pada pemuka agama untuk
mengunjunginya.
b. Perubahan perilaku
dianutnya terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
agar perawat selanjutnya akan terarah. Dalam hal ini peran perawat
anata lain:
a. Pengkajian
dan status saat ini dan menganalisis signifikasi dari hasil tersebut.
15
mendengarkan dengan penuh perhatiian, mengajukan pertanyaan-
b. Teman
c. Advokat
d. Pemberi asuhan
16
kebutuhan yang tidaak terungkap, meningkatkan sikap membantu,
e. Manager kasus
f. Peneliti
17
18
O. Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Maladaptif
20
Tidak punya komitmen
Mencintai dan Mengekspresikan perasaan Takut untuk tergantung
Keterikatan dicintai oleh orang laindan Oranglain
Tuhan Menolak kerjasama
dengan
Mampu menerima bantuan tenaga kesehatan
Menerima diri sendiri Cemas berpisah dengan
Mencari kebaikan dari orang Keluarga
lain. Menolak diri, angkuh atau
mementingkan diri
Tidak percaya bahwa diri
dicintai Tuhan, tidak
mempunyai hubungan
rasa
cinta dg Tuhan
Merasa jauh dengan
Tuhan
Kreatifitas dan Minta info tentang kondisi Mengekspresikan rasa
takut
Harapan Bicara kondiri secara realistic kehilangan kendali
Menggunakan waktu secara Ekspresi kebosanan
Konstruktif Tidak mempunyai visi
Mencari cara untuk alternative
mengekspresikan diri Takut terhadap terapi
Mencari kenyamanan batin Putus asa
dari pada fisik Tidak dapat
Mengekspresikan harapan menolong/menerima diri
tentang masa depan Tidak dapat menikmati
Apapun
Menunda keputusan
Arti dan tujuan Mengekspresikan kepuasan Mengekspresikan tidak
ada
hidup. alas an untuk bertahan
hidup
Menjalankan kehidupan Tidak dapat menerima arti
sesuai
dengan system nilai penderitaan yang dialami.
Menggunakan penderitaan Mempertanyakan arti
sebagai cara untuk kehidupan
memahami
diri sendiri Bertanya tujuan
penyesalan
Mengekspresikan arti Penyalahgunaan
obat/alcohol
kehidupan/kematian Bercanda tentang hidup
Mengekspresikan komitmen setelah kematian
21
dan orientasi hidup
Jelas tentang apa yang
penting
22
2 .KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
24
Pengkajian spiritual merupakan bagian dasar dari
kominitas spiritual)
25
E- Education (pendidikan)
26
menggunakan pengkajin dengan pertanyaan yang berdasarkan
nilai pada klien. Hal ini biasanya tepat untuk dilakukan ketika
kondisi kesehatan.
27
b. Pengkajian data obyektif
kematian?
28
5) Lingkungan. Apakah pasien membawa kitab suci atau
memakai jilbab)?.
29
B. Diagnosa Distress Spiritual
Definisi : Definisi : Ganggun pada keyakinan atau tujuan hidup melalui hubungan
dengan diri, orang lain ,lingkungan atau Tuhan.
Batasan Karakteristik :
1. Distres tentang perpisahan dari komunitas kepercayan
2. Keinginan untuk berhubungan kembali dengn pola keyakinan sebelumnya
3. Keinginan untuk berhubungan lagi dengan adat istiadat sebelumnya
4. Kesulitan mematuhi keyakinan agama yang dianut.
5. Mempertanyakan makna/ tujuan hidupnya
6. Merasa menderita/ tidak berdaya
Intervensi Dukungan Spiritual
Diagnosa Disetress Spiritual
Definisi Tindakan
Memfasilitasi peningkatan Observasi :
perasaan seimbang dan Identifikasi perasaan khawatir ,kesepian dan
terhubungan dengan kekuatan ketidakberdayaan
yang lebih
Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
Identifikasi dalam beragama
Teraupetik:
Berikan kesempatan mengekpresikan
perasaan tentang penyakit kematian
Diskusikan keyakinan tentang makna dan
tujuan hidup ,bila perlu
Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi :
Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan /atau orang lain
Anjurkan partisipasi dalam kelompok
pendukung
Ajarkan metode relaksasi ,meditasi,
terbimbing
Kolaborasi :
Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis,
ustadz, pendeta, romo, biksu)
30
31
3. TERAPI PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN SPIRITUAL
A.Pengertian
Terapi musik memiliki dua cabang utama yaitu terapi musik aktif dan terapi
musik pasif. Terapi musik aktif adalah suatu intervensi pemberian terapi musik kepada p
eserta berupa bernyanyi, belajar bermain alat musik bahkan membuat lagu singkat atau
dengankata lain terjadi interaksi yang aktif. Terapi musik secara pasif, peserta
hanyamendengarkan musik yang telah direkam saja tanpa ada keterlibatan aktif dari
peserta tersebut (Halim, 2003).
Masa lanjut usia adalah periode yang di mulai pada usia 60 tahun dan
berakhirdengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnyakekuatan dan kesehatan, menata kembali kehidupan, masa pensiun
dan penyesuaian diri dengan peran sosial baru (Santrock, 2006). Lanjut usia adalahseora
ng laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yangsecara fisik
masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak lagimampu berperan
secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial) (Depkes,2001)
B.Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh terapi musik kelompok terhadap faktor fisik,
psikologis,sosial dan kognitif pada lanjut usia.
C.Alat Dan Bahan
o Handphone
o Speaker
o Hendset
D.Metode Terapi
Jurnal ini merupakan review dari 10 penelitian yang mengacu pada
penelitian- penelitian terkait pengaruh terapi musik terhadap demensia. Demensia merup
akansindrom klinis yang utama terjadi pada lansia degan tanda utama adanya
penurunankognitif. Terapi nonfarmakologi dikembangkan dengan tujuan untuk
meminimalisasi penggunaan terapi farmakologi yang diterima oleh populasi lanjut usia.
Metode penelitian ini dengan parallel dancross over RCT. Intervensi yang
direview meliputi terapi musik individu maupun kelompok.Outcome yang diukurialah
perilaku bermasalah, kognisi, kondisi emosional dan perilaku sosial. Secarakhusus
kognisi diukur dengan Mini Mental State Examinations(MMSE).
Berbagai metode terapi musik yang dilakukan diantaranya terapi musik individu
maupun kelompok, terapi musik aktif maupunreceptive memiliki
hubungan positif terhadap penurunan gejala demensia yang diuji dengan beberapa param
eter yaitu (DSM-IV; MMSE≤18/30; CDR ≥25). Selain
berpengaruh terhadap aspekkognitif, terapi musik memiliki hubungan positif terhadap
faktor fisik yaitu menurunkan gejala kesakitan, faktor psikologis yaitu meningkatkan
daya berpikir positif serta faktor sosial yaitu meningkatnya hubungan interpersonal yang
positif.
Penelitian yang bersifat review ini menguatkan pentingnya
meningkatkan penggunaan terapi nonfarmakologi khusunya terapi musik yang bersifatm
ultimethode and multifunction bagi lansia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berbagai
aspekdalam kualitas hidup lansia dapat ditingkatkan dengan terapi ini. Akan tetapi
dalam pengembangannya dapat dimodifikasi dengan menyesuaikan budaya setempat.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan terapi musik kelompok yang akan
diterapkanmeliputi:1)
A.Tahap awal
Tahap awal fase merupakan tahap perkenalan dimana fasilitator dan
pesertamemperkenalkan diri masing-masing. Perkenalan ini meliputi nama, latar
belakangsingkat untuk para peserta dan peneliti. Setelah perkenalan yang singkat perlu
ada sedikit penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Tahap perkenalan ini
diharapkan dapatmenambah keakraban dan kepercayaan antara peserta dan fasilitator.2)
B.Pemanasan Fase
Fase Pemanasan merupakan fase pelenturan otot-otot terutama otot
tangandan persendian, yang dapat dilakukan dalam fase ini adalah kegiatan pijat memijat
ataupunsenam ringan. Pemijatan dapat dilakukan secara mandiri, bergantian ataupun
salingmemijat antar peserta lansia. Fase pemanasan ini dapat diiringi dengan
menggunakanalunan musik dan dapat juga diselingi dengan game/permainan, sehingga
membuatsuasana lebihreleksdan santai. Musik yang diberikan berupa musik bertempo
sedang.
C.Menari
Fase menari dapat dilakukan dengan bantuan alunan musik. Para peserta
menarimulai dari ritme lambat sampai cepat mengikuti irama musik yang diberikan
danditentukan oleh fasilitator. Menari membuat lansia dan para peserta
menjadireleks,santai dan secara tidak lansung dapat menggerakkan seluruh anggota
badan untukmenjaga kebugaran tubuh. Pada fase ini fasilitator juga dapat meramu
dengan sedikit sentuhan dengan mengkombinasikan tarian dengan permainan ringan,
sehingga lansiadituntut untuk aktif. Musik yang dimainkan pada fase ini bertempo cepat
dan bernadariang.4)
D. Mendengarkan alunan musik santai
Para peserta lansia mendengarkan alunan musik santai dengan pemberian
teknikhipnosis sederhana untuk menenangkan diri, menyukuri kehidupan saat ini
danmeningkatkan semangat hidup. Musik yang diberikan ialah musik yang bertempo
lambatatau jenis musik instrumental.5)
E. Menyimpulkan fase.
Di akhir sesi fasilitator mengungkapkan penghargaannya kepada peserta
danmemberikan selamat serta berjabat tangan pada peserta. Fasilitator juga
menanyakan perasaan peserta, menanyakan lagu-lagu atau musik-musik yang disukai pes
erta untukdijadikan bahan pada pertemuan selanjutnya. Diharapkan lagu/musik yang
dipilihmerupakan lagu atau musik pilihan peserta. Lamanya kegiatan terapi musik
kelompokdapat dilakukan selama kurang lebih 60-90 menit
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No
13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik
dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan
sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa (Kholifah, 2016).
Aspek spiritual pada lansia ini selayaknya menjadi bagian dari dimensi manusia
yang matang, sehingga berbagai permasalahan yang dihadapi oleh lansia secara tidak
langsung dapat diminimalisir, bahkan dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang
kuat.6 Kebutuhan spiritual menurut Carson dalam Asmadi adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau 3 mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin
hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Spiritualitas juga mencakup hubungan
dengan diri sendiri, hubungan dengan alam harmonis, hubungan dengan orang lain, dan
hubungan dengan ketuhanan.
2.Saran
a. Bagi Lansia
Lansia diharapkan mau berperan aktif dalam meningkatkan kebutuhan spiritual
yang belum terpenuhi, mengikuti kegiatan rutin yang dijadwalkan oleh panti dan tidak
segan meminta bantuan kepada orang lain (teman maupun petugas kesehatan) apabila
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya secara mandiri agar dapat
tercapai kualitas hidup yang optimal.
b. Bagi profesi
keperawatan Perawat diharapkan dapat bersikap profesional dalam meningkatkan
asuhan keperawatan pada lansia di komunitas, khususnya di panti wredha dengan cara
membuat inovasi baru dalam kegiatan terapi kelompok pada pemenuhan kebutuhan
spiritual tanpa mengesampingkan lansia yang mengalami keterbatasan fisik. Perawat
juga diharapkan dapat memantau perkembangan pemenuhan kebutuhan spiritual lansia
dengan melakukan evaluasi secara rutin selama minimal tiga bulan sekali guna
mengetahui aspek-aspek kebutuhan spiritual mana saja yang belum dapat terpenuhi pada
lansia, sehingga lansia akan memiliki kehidupan yang bahagia dan kualitas hidup yang
semakin baik.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual maupun
kualitas hidup dalam penelitian sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Achiryani, H. (2008). Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: Widya
Medika.
Astaria, S. (2010). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Lansia.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Hamid, A. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC.
Hurlock 1992 dalam Rahmah, S. (2015). Pendekatan Konseling Spiritual Pada
Lansia (Lansia). Banjarmasin: Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin.
Ikbal, M. (2015). “Pengaruh Bimbingan Doa Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Dalam Mempersiapkan Kematian Pada Lansia Di UPT Panti Werdha
Mojopahit”.
Statistik, B. P. (2018). Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.
Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara. Hawari. (2011). Manajemen Stres, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Hawari, D. (2013). Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: FK, UI
Blais & Wilkinson. (2011). Praktik Keperawatan Profesional Konsep Perspektif
(Edisi 7), Jakarta: