MATERI
Persiapan dan mitigasi bencana
Pengelolaan kegawatdaruratan bencana (Command, control,
coordination, communication)
Stabilisasi, evakuasi, dan transportasi korban (praktek)
Perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana
Perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak
anak, orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit
mental) (diskusi)
Aspek legal dan prinsip etik
Peran masyarakat dalam bencana (diskusi)
Evidence based in disaster nursing (browsing)
APA YANG PERAWAT BISA
LAKUKAN SAAT ADA
BENCANA ?
Definisi Bencana
Setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan
kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon
dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena
(WHO)
Siklus Manajemen Bencana
BAGAIMANA PERAN PERAWAT DI
TIAP MASING MASING SIKLUS
MANAJEMEN BENCANA ?
Tujuan Manajemen Bencana
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana;
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah
ada;
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
d. Menghargai budaya lokal;
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan
kedermawanan; dan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Siklus manajemen bencana
yang terdiri komponen
a. mitigasi (mitigation),
b. kesiapsiagaan
(preparedness),
c. respon
(response/tanggap
darurat),
d. recovery (pemulihan)
yang di perlu dilakukan
secara utuh
MITIGASI
Fase pertama :
1. Mitigasi bencana
merupakan suatu aktivitas
yang berperan sebagai
tindakan pengurangan
dampak bencana, atau
usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengurangi korban
ketika bencana terjadi, baik
korban jiwa maupun harta
.
Ada 2 bentuk mitigasi yang lazim dilakukan yaitu
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Mitigasi struktural dengan cara membangun
lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa
struktur, seperti pembangunan bangunan tahan gempa,
pengendalian lingkungan dengan pembuatan kanal
banjir, drainase, dan terasering.
Mitigasi non-struktural dengan cara merubah prilaku
manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan
kebijakan, peraturan perundang-undangan, pendidikan,
dan penyadaran masyarakat, modifikasi non-struktural,
perubahan perilaku masyarakat.
CONTOH MITIGASI BENCANA
Mitigasi meliputi beberapa kegiatan, diantaranya :
menerbitkan peta wilayah rawan bencana.
memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah
rawan bencana
mengembangkan SDA satuan pelaksana
mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada warga di
wilayah rawan bencana
mengadakan penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan
masyarakat di wilayah rawan bencana
menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur evakuasi
jiga bencana terjadi
memindahkan masyarakat yg tinggal di wilayah bencana ke tempat yg
aman
PREPAREDNESS
(KESIAPSIAGAAN)
Fase kedua :
2. kesiapsiagaan:
Merencanakan
bagaimana menanggapi
bencana dilakukan
dalam fase ini.
Hal tersebut meliputi: Merencanakan kesiapsiagaan,
penilaian kerentanan, kelembagaan, Sistem informasi,
basis sumberdaya, membangun sekolah siaga bencana,
Sistem peringatan dini, mekanisme tanggap,
pendidikan public dan pelatihan, kesiapan logistic,
kemudian diuji coba kesiapsiagaan terhadap bencana.
RESPONSE
3. Fase ketiga : Respon
Yakni upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan
oleh bencana
Pencarian dan penyelamatan korban diantaranya:
Triage korban bencana dan pemilahan korban,
pemeriksaan kesehatan, dan mempersiapkan korban
untuk tindakan rujukan. Selain itu juga memfungsikan
pos kesehatan lapangan (rumah sakit lapangan),
mendistribusikan logistik (obat-obatan, gizi, air bersih,
sembako), menyediakan tempat tinggal sementara dan
penanganan pos traumatic stress.
RECOVERY
4. Fase keempat : Recovery
Yaitu tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi
normal. Peristiwa ini menfokuskan pada perbaikan
sarana dan prasarana,
Tindakan pada fase recovery adalah : rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Adapun rehabilitasi merupakan upaya untuk
membantu komunitas memperbaiki rumahnya,
mengembalikan fungsi pelayanan umum, perbaikan
sarana transportasi, komunikasi, listrik, air bersih dan
sanitasi, dan pelayanan pemulihan kesehatan.
Selanjutnya rekonstruksi merupakan upaya jangka
menengah dan jangka panjang seperti pembangunan
kembali sarana dan prasarana, serta pemantapan
kemampuan institusi pemerintah, sehingga terjadinya
perbaikan fisik, social dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan komunitas pada kondisi
yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
KEBERHASILAN PENANGANAN KORBAN MASSAL
34 / 19
PRIORITAS PENANGANAN KEDARURATAN
PADA KEADAAN BENCANA / TRIAGE
SYSTEM
PRIORITAS : I ( WARNA
Penanganan dan pemindahan
MERAH/BIRU )
bersifat segera yaitu gangguan
Prioritas I (prioritas pada jalan nafas, pernafasan dan
tertinggi) warna merah sirkulasi. Contohnya sumbatan
untuk berat dan biru untuk
sangat berat. Mengancam jalan nafas, tension
jiwa atau fungsi vital, pneumothorak, syok hemoragik,
perlu resusitasi dan luka terpotong pada tangan dan
tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan kaki, combutio (luka bakar)
hidup yang besar. tingkat II dan III > 25%
35 / 19
2. PRIORITAS : II ( WARNA KUNING )
Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial
mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III <
25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma
bola mata
36 / 19
3. PRIORITAS : III ( WARNA HIJAU )
Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-
luka ringan
37 / 19
5.PRIORITAS 0 ( WARNA HITAM )
MENINGGAL DUNIA
Prioritas warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup
sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi
suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala
kritis
38 / 19
START (SIMPLE TRIAGE AND RAPID
TREATMENT)
Adalah suatu system yang dikembangkan untuk
memungkinkan paramedic memilah korban dalam
waktu yang singkat kira – kira 30 detik.
Yang perlu diobservasi : Respiration, Perfusion, dan
Mental Status ( RPM ).
RESPIRASI
Langkah 1: Respirasi
Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak
bernapas beri TAG HITAM
Pernafasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri
TAG MERAH
Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
PERFUSI
Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau
capillary refill test (kuku atau bibir kebiruan)
Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan
kurang), cek nadi radial, bila tidak teraba/lemah; TAG
MERAH
Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
MENTAL STATUS
Langkah 3: Mental Status
Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika
dapat mengikuti perintah: TAG KUNING
Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
Setelah memberikan tindakan tersebut, penolong
memberikan tag/kartu sesuai penilaian triage (HIJAU,
KUNING, MERAH, HITAM), setelah itu menuju korban
lainya yang belum dilakukan triage.
TRIAGE wajib dilakukan dengan kondisi ketika
penderita / korban melampaui jumlah tenaga
kesehatan.
INGAT… TAG MERAH merupakan prioritas utama
ketiaka triage dilakuakn di UGD, sedangkan TAG
HIJAU merupakan prioritas utama ketika terjadi
bencana.
Tindakan yang harus CEPAT dilakukan adalah:
Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
Balut tekan dan tinggikan jika ada luka
terbuka/perdarahan
PEMBAGIAN DAERAH KEJADIAN
BENCANA
Di tempat kejadian atau musibah masal, selalu terbagi atas:
1. Area 1 : Daerah kejadian (Hot zone)
Daerah terlarang kecuali untuk tugas penyelamat(rescue) yang sudah
memakai alat proteksi yang sudah benar dan sudah mendapat ijin
masuk dari komandan di area ini.
2. Area 2 :Daerah terbatas (Warm zone)
Di luar area 1, hanya boleh di masuki petugas khusus, seperti tim
kesehatan, dekotanminasi, petugas atau pun pasien. Pos komando
utama dan sektor kesehatan harus ada pada area ini.
3. Area 3 : Daerah bebas (Cold zone)
Di luar area 2, tamu, wartawan, masyarakat umum dapat berada di
zone ini karena jaraknya sudah aman. Pengambilan keputusan untuk
pembagian area itu adakah komando utama.
WARNA TRIAGE
EVAKUASI DAN TRANSPORTASI
KORBAN (+praktek)
Hal yang harus dipahami adalah
1. Sistem Komunikasi
2. Do No Further Harm.
KEBERHASILAN MENOLONG KORBAN TERGANTUNG
PADA TIGA HAL :
Evakuasi Segera :
1. Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.
2. Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat,
syok).
3. Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).
Evakuasi Biasa :
Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS
PERSYARATAN YG.HRS.DIPENUHI ,PADA
EVAKUASI/TRANSPORTASI PASIEN GADAR
A. SEBELUM DIANGKAT :
Gangguan pernafasan & Cardio vascular telah
ditangani.
Perdarahan telah dihentikan
Luka telah dibalut/drawat
Fraktur tlh.difiksasi /balut-bidai.
B. SELAMA DLM.PERJALANAN :
Harus dimonitor Kesadaran
Pernafasan
Tekanan darah
Denyut nadi / keadaan luka
TEKNIK/ CARA EVAKUASI DENGAN BANTUAN
PETUGAS
1. THE ONE –RESCUE ASSISST.
( Tekhnik pertolongan 1 orang )
2. THE FIREMAN’S CARRY
( Tekhnik mengangkat cara petugas PMK )
3. THE PACK STARP CARRY
( Tekhnik mengangkat peti / kemasan )
4. ONE RESCUER DRAGS
( Tekhnik menolong dgn.tarikan : - Shoulder drag/pundak
- Selimut, Ankle
5. DIRECT – GROUND LIFT
6. D.L.L.
Pemindahan darurat jika…
Tarikan lengan
Tarikan bahu
Tarikan baju
Tarikan selimut
Tarikan Lengan
Tarikan bahu
Tarikan baju
Tarikan Selimut
Pemindahan non-darurat
2. Fasilitasi Keberfungsian. Dorong orang untuk berfungsi kembali,
dalam artian dia bisa berpikir dengan relatif lebih jernih memahami
situasi yang terjadi dan apa saja yang dapat dia lakukan untuk
mengatasi masalah yang ada. Caranya antara lain: