Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN TRIASE

RUANG TINDAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SEKARDANGAN
Jl. Wijaya Kusuma No. 04 Sekardangan Kode Pos 61215
Telp. (031) 8962125
Email: pusksekardangan@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegawatan adalah suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat


menyebabkan sesuatu yang mengancam jiwanya dalam arti memerlukan pertolongan
tepat, cermat dan cepat bila tidak maka seseorang dapat mati atau menderita cacat.
Didalam menangani penderita gawat darurat diperlukan cara dan sistem yang tepat
agar semua penderita bisa tertangani dengan baik.

Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan
semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya.

Triase adalah pengelompokan penderita berdasarkan atas berat ringannya


trauma atau penyakit serta penanganan atau pemindahannya.

Diperlukan tatalaksana Triase yang lebih baik sehingga pelayanan kesehatan


untuk kasus gawat darurat tidak terganggu oleh pelayanan kasus – kasus yang tidak
gawat darurat.

B. TUJUAN

Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat puskesmas
untuk mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien berdasarkan tingkat
kegawat daruratan, trauma, atau penyakit dengan mempertimbangkan penanganan
dan sumber daya yang ada.

C. SASARAN

Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di Puskesmas


Sekardangan baik dokter, perawat maupun bidan.
Pedoman Tim Penolong :

PemimpinTriase hanya melakukan :

1. Primary Survey
2. Menentukan prioritas penanganan dan pemindahan
3. Menentukan pertolongan apa yang harus diberikan

Tanggungjawab Tim Triase :

1. Mencegah kerusakan berlanjut / bertambah parah


2. Memilah – milah korban
3. Melindungi korban
BAB II
RUANG LINGKUP

Triase diberlakukan sistem prioritas, penentuan/ penyeleksian mana yang harus


didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal

Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di Puskesmas Sekardangan dapat


dilakukan dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitive
f. Tag warna / labelling
BAB III
TATA LAKSANA

Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu ruang tindakan Puskesmas


Sekardangan, perawat harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat
singkat dan melakukan pengkajian serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat
sekilas kearah pasien yang masuk ruang tindakan.

Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5
menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab
pasien. Perawat dan dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area
pengobatan yang tepat. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan
setelah triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat . Setiap pengkajian
ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru akan mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa
pasien mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien
ditangani dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data
subyektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data
pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari
pasien

I. PRIORITAS

Prioritas adalah penemuan mana yang harus didahulukan mengenai


penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

Tingkat Prioritas :

KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I ( Tertinggi, Emergency ) Keadaan yang mengancamjiwa / fungsi vital
Penanganan dan pemindahan bersifat segera
Prioritas II ( Medium, Urgent ) Potensial mengancam jiwa / fungsi vital bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat
Prioritas III ( Rendah, Non Memerlukan penanganan seperti pelayanan
Emergency ) biasa
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir

Penentuan Prioritas kegawatan menggunakan labelling ditandai dengan pewarnaan:

KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I : Merah Mengancamjiwa / fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera.
1. Sumbatan jalan nafas / distress nafas
2. Luka tusuk dada
3. Hipotensi / shock
4. Problem kejiwaan yang serius
5. Combustio tk II > 25 %
6. Combustio tk III > 25 %
Prioritas II : Kuning Potensial mengancam jiwa / fungsi vital bila tidak
segera ditangani dalam waktu singkat
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat
1. Combustiotk II / tk III < 25 %
2. Patah tulang besar
3. Trauma thoraks / abdomen
4. Laserasi luas
Prioritas III : Hijau Memerlukan penanganan seperti pelayanan biasa
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir
1. Combustio dan laserasi otot ringan
2. Combustio tk II < 20% ( kecuali daerah muka &
tangan )

Prioritas IV : Hitam Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat


parah.
Hanya perlu terapi supportif
1. Henti jantung yang kritis
2. Trauma kepala berat
II. PRIMARY SURVEY

Primary Survey merupakan deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi
fungsi organ vital yang terancam. Pada dasarnya Primary Survey adalah life support
dan resusitasi segera terhadap kelainan yang mengancam jiwa. Dalam waktu kurang
dari 2 menit dalam mengatasi kondisi pasien gawat penolong harus mampu
menyimpulkan kondisi kegawatannya.

Airway – nya ? Breathing – nya ? Circulation – nya ?Atau kombinasinya, dan


segera bersikap untuk mengatasi kegawatan tersebut. D – Dissability yang tidak lain
adalah fungsi kesadaran atau brain dengan tidak mengesampingkan E – Environment
untuk mencegah hipotermia atau hipertermia dan waspada akan adanya cidera tulang
leher pada kasus trauma.

Teknik Pelaksanaan :

Harus diyakinkan bahwa kondisi pasien gawat dalam keadaan sadar atau tidak
dengan cara memanggil nama atau bila tidak ada respon dapat dicubit / diberi
rangsangan sakit.

Memeriksa dengan cepat fungsi vital A – B – C

A : Airway : Jalan Nafas

Adakah suara ngorok

Lihat, Dengar, Raba ( Look, Listen, Feel )

Buka jalan nafas, bebaskan jalan nafas

B : Breathing : Pernafasan

Pertukaran O2 adekuat ?

Frekuensi, teratur / tidak

C : Sirkulasi

Adakah perdarahan ?

1.Eksternal :
Hentikan segera :

a. Dengan bebat tekan pada luka


b. Elevasi
c. Tourniquet

2.Internal : segera rujuk

D : Kesadaran

E : Environment

Pada pemeriksaan fisik, lepas semua baju dan celana dan segera selimuti
kembali untuk mencegah hipotermia

III. SECONDARY SURVEY

Secondary Survey adalah mencari perubahan fisik anatomis yang dapat


berkembang lebih gawat dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segera ditangani.
Dilakukan setelah Primary Survey tuntas.

Teknik Pelaksanaan :

1. Periksa kondisi umum menyeluruh ( head to toe )


a. Posisi saat ditemukan
b. Tingkat kesadaran
c. Sikap umum, keluhan
d. Ruda paksa, kelainan
e. Keadaan kulit
2. Periksa kepala & leher
3. Periksa dada
4. Periksa perut
5. Periksa tulang belakang
6. Periksa pelvis / genetalia
7. Periksa ekstremitas atas & bawah
BAB IV
ALUR PELAYANAN TRIASE

a. Pasien datang diterima petugas Ruang Tindakan


b. Dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan mencatat waktu datang
pasien.
c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruang tindakan, maka triase
dapat dilakukan di luar (di depan ruang tindakan)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas pelayanan
dengan urutan warna merah, kuning, hijau dan hitam
e. Pasien kategori Triase merah dapat langsung diberikan pengobatan di ruang
tindakan. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk
ke rumah sakit setelah dilakukan stabilisasi.
f. Pasien kategori Triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien kategori
triage merah selesai ditangani.
g. Pasien kategori Triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
h. Pasien kategori Triage hitam jika sudah dinyatakan meninggal dibuatkan surat
kematian
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan


pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim
kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses Triase yang mencakup dokumentasi :
a. Waktu dan datangnya pasien
b. Keluhan utama
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
e. Penempatan di area penanganan yang tepat
f. Permulaan intervensi.

Petugas ruang Tindakan harus mengevaluasi secara kontinyu perawatan pasien


berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke
arah hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap
intervensi pengobatan dan perkembangannya.
Proses dokumentasi Triase menggunakan :
1. Rekam Medik
2. Lembar Observasi
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Penanganan Penderita Gawat Darurat


Disusun oleh : Tim IGD RSUD Kabupaten Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai