DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KELAYAN TIMUR
Jalan Kelayan B Timur Komp. 10 RT.13 Banjarmasin
Kode Pos 70247 Telepon ( 0511 ) 3271472
E-mail : pkmbjm_puskesmaskelayantimur@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk
memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya. Triase merupakan usaha
pemilahan pasien sebelum ditangani berdasarkan tingkat kegawat
daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada. Triase adalah suatu sistem
pembagian/ klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/ kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triase,
perawat dan dokter di puskesmas mempunyai batasan waktu (respon time)
untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi yaitu < 5 menit.
B. Tujuan Pedoman
Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat
puskesmas untuk mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani
pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan, trauma, atau penyakit
dengan mempertimbangkan penanganan dan sumber daya yang ada.
C. Sasaran Pedoman
Petugas Klinis di Puskesmas Kelayan Timur.
E. Batasan Operasional
Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas
penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang
terjadi pada pasien. Triase terutama dilakukan di ruang tindakan.
Pelaksanaan Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh
dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan
dalam keadaan bencana dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar
atau di depan gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera. Dalam aktivitasnya, digunakan label
pasien merah, kuning, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban,
seperti berikut:
1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera
dan korban yang mengalami:
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal massif.
Pasien dapat dikategorisasikan dari status “merah” menjadi
“kuning” (misalnya pasien dengan perdarahan yang telah mendapat
penangnan sehinga perdarahan berhenti).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat,
tetapi perawatan dapat ditunda sementara.
Termasuk dalam kategori ini:
a. Pasien dengan risiko syok
b. Fraktur multipel
c. Luka bakar luas
d. Gangguan kesadaran
e. Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus,
pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan
diberikan perawatan sesegera mungkin.
3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup
korban yang mengalami:
a. Fraktur minor
b. Luka minor, luka bakar minor
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab Triase dikoordinir
oleh Penanggung jawab UKP sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan triase dilakukan pada waktu jam pelayanan puskesmas
karena puskesmas Kelayan Timur bukan puskesmas rawat inap.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pelaksanaan Triase dilakukan oleh dokter, perawat, dan bidan.
Pelaksanaan Triase di mulai sejak pasien masuk ke puskesmas Kelayan
Timur dan pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang disertai
penyulit akan di arahkan ke ruang tindakan untuk dilaksanakan
pemeriksaan lebih lanjut.
B. Standar Fasilitas
1. Pedoman SOP Triase : 1 buah
2. Pelabelan pasien dengan katagori kuning, merah, hijau dan hitam
3. Peralatan dan fasilitas di ruang tindakan (lihat lampiran)
4. ATK
5. Mobil pusling yang dapat dimanfaatkan sebagai Ambulan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triase
didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang
mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang
terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard, ENA tahun 1999,
penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan
psikososial selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan
kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang
cenderung berulang atau meningkat keparahannya.
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem
triase adalah kondisi klien yang meliputi:
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan
yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing /
pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka
dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010).
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi:
Tabel 1. Klasifikasi Triase
Klasifikasi Keterangan
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
(P2) memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh
dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap
lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
(P3) memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
darurat (P4) memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya
B. Metode
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke puskesmas Kelayan
Timur. Petugas triase harus mulai memperkenalkan diri, kemudian
menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian, misalnya;
melihat sekilas kearah pasien sebelum mengarahkan ke ruangan yang
tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan
cepat, tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk
pengkajian perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk
menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat; misalnya pasien yang
memerlukan tindakan segera diarahkan ke ruang tindakan.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak
atau gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila
perlu.Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam
medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakuratan dan lokasi
pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan
pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur
ruang tindakan ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas
atau sinkop.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda
objektif bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan
circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya
didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak
keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian
dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data
primer).
C. Langkah Kegiatan
1. Pasien datang ke puskesmas Kelayan Timur.
2. Untuk pasien dengan kesadaran penuh dan tanpa penyulit
dikategorikan hijau dan mengikuti alur pelayanan.
3. Untuk pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran disertai penyulit
akan diarahkan ke ruang tindakan untuk dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan tingkat
kegawatanannya dan penanganan lebih lanjut .
4. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka
triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
5. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi
kodewarna:
a. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Misalnya: Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<
30x/mnt), perdarahan external masif, dsb.
b. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya: Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c. Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan
dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya:
Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Pasien mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna:
merah, kuning, hijau.
e. Pasien kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan
diruang tindakan. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih
lanjut, penderita/korban dapat dirujuk ke rumah sakit setelah
kondisinya stabil dan transportable.
f. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan
menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
g. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.
h. Penderita yang meninggal dapat langsung dibawa pulang oleh
keluarga.
6. Dokumentasi dalam rekam medis.
Dalam kegiatan triase diperlukan data dokumentasi yaitu:
a. Waktu dan datangnya.
b. Keluhan utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”).
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan.
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat.
e. Penempatan di area pengobatan yang tepat (misal, perawatan minor
versus perawatan kritis).
f. Permulaan intervensi (misal. balutan steril, pemakaian bidai,
prosedur diagnostik).
BAB V
LOGISTIK