No. Dokumen :
PUSKESMAS SUSUT I
TAHUN 2019
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatNya
pedoman pelayanan Ruang Gawat Darurat UPT Puskesmas Susut I ini dapat tersusun dan
diselesaikan sesuai harapan. Pedoman ini disusun untuk dijadikan pedoman bagi semua
petugas yang memberikan pelayanan kegawat daruratan di ruang gawat darurat UPT
Puskesmas Susut I dengan harapan pelayanan bisa diberikan sesuai standar yang ada. Pada
penyusunan pedoman ini penulis banyak mendapat masukan dari Kepala UPT Puskesmas
Susut I, PJ UKP, rekan – rekan sejawat dan pihak – pihal lain, oleh karenanya pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik, saran
serta masukan yang bersifat konstruktif demi perbaikan pedoman berikutnya. Semoga
pedoman ini bermanfaat bagi kita semua
dr Ni Nyoman Kurniawati
NIP. 198406092010012008
1
DAFTAR TABEL
Halaman
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3
DAFTAR LAMPIRAN
4
DAFTAR ISI
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
7
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah sebagai pedoman bagipetugas
yang bertugas di ruang pelayanan gawatdarurat UPT Puskesmas Susu I dalam memberi
pelayanan kegawatdaruratan kepada pasien
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan ruang gawatdarurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency yaitu pasien dengan :
D. Sasaran
Semua petugas di Ruang pelayanan gawat darurat UPT Puskesmas Susut I melakukan
pelayanan kegawat daruratan sesuai dengan standar
E. Batasan Operasional
1. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
3. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
8
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang konisinya sakit lama tetapi tidak memerlukan penanganan segera.
mengancam jiwa dalam waktu Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit ,
dan sebagainya
5. Triase
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ngannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
6. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
7. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
8. Survey Sekunder
9. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
10. Cidera
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
9
F. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Permenkes Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu
3. Permenkes Nomor 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
4. Permenkes Nomor 48 tahun 2016 tentang Kesehatan dan keselamatan kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
10
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tabel 2.1
Kualifikasi Ketenagaan Ruang Gawat Darurat UPT Puskesmas Susut I
No Jabatan Jenis tenaga Pendidikan Kompetensi JMLH
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan pelayanan kegawatdaruratan diatur dengan pola tim. Setiap
tim jaga terdiri dari minimal 1 orang dokter, 1 orang perawat, satu orang bidan dan
1 orang tenaga administrasi.
C. Pengaturan Kegiatan
1. Pengaturan Kegiatan Pelayanan
Pelayanan kegawatdaruratan dibuka 24 jam
2. Pengaturan jaga petugas
a. Perawat/Bidan dan tenaga administrasi
11
• Tenaga pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan
akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada. Apabila tenaga cukup
dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui, atau dipersilahkan komunikasi dengan teman seprofesi untuk
tukaran jadwal jaga.
• Jadwal jaga terbagi atas jaga pagi, sore, malam, lepas malam, dan libur.
• Apabila ada tenaga pelaksana jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka yang
bersangkutan harus memberitahu kordinator RGD: 2 jam sebelum dinas
pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu
kordinator, diharapkan yang bersangkutan sudah mencari pengganti, jika
tidak mendapatkan tenaga pengganti, maka kordinator akan mencari tenaga
pengganti yaitu pelaksana yang hari itu libur. Penggantian tenaga harus
memiliki profesi yangsejenis dengan yang digantikan.
• Apabila ada tenaga pelaksana tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka kordinator RGD akan
mencari tenaga pengganti yang hari itu libur. Apabila tenagapengganti
tidak di dapatkan, maka tenaga pelaksana yang dinas pada shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan.
b. Pengaturan Jaga Dokter RGD
• Pengaturan jadwal dokter jaga RGD menjadi tanggung jawab PJ UKP dan
disetujui Kepala Puskesmas.
• Jadwal dokter jaga RGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
sampaikan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
• Apabila dokter jaga RGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke PJ UKP paling lambat 3 hari sebelum tanggal
jaga, dan PJ UKP tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
12
Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke PJ UKP dan atas persetujuan kepalaPpuskesmas
PJ UKP menunjuk dokter pengganti.
Pengaturan waktu jaga petugas diatur sesuai shift, yaitu
Shift pagi : Jam 08.00 Wita – 13.00 Wita
Shift Siang : Jam 13.00 Wita – 19.00 Wita
Shift Malam : Jam 19.00 Wita – 08.00 Wita
13
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan T
Pintu masuk
Wastafel
Troli Meja
Alkes periksa
Lemari
Logistik
B
Akses ke RI
Area Triase
Sterilisator
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas
Perlengkapan Ambulance
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
14
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel
Alat & Obat yang harus tersedia pada ambulance
1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Stretcher ( 1 buah )
3. Scope ( 2 buah )
4. Piala ginjal ( 1 buah )
5. Tas Emergency yang berisi obat – obat untuk life saving ,terdiri dari :
a. Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 /5kolf )
b. Senter ( 1 buah )
c. Stetoskop ( 1 buah )
d. Tensimeter ( 1 buah)
e. Piala ginjal ( 1 buah )
f. Oropharingeal air way
g. Gunting verban ( 1 buah )
h. Tongue Spatel ( 1 buah )
i. Infus set ( 1 buah )
j. chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
k. Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
2. Peralatan
Logistik meliputi peralatan yang tersedia di RGD mengacu kepada buku
pedoman pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat darurat. Alat yang harus tersedia
adalah bersifat life saving.
a. Alat – alat untuk ruang RGD
1) Mesin suction ( 1 set )
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
4) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
5) Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
6) Infuset Mikro ( 5 buah )
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah )
8) Diagnostik set (1 buah )
15
9) EKG ( 1 buah )
10) Nebullaizer (1 buah )
11) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1
buah )
12) Ambu bag ( 1 buah )
13) Stetoskop ( 1 buah )
14) Tensimeter ( 2 buah )
15) Tensimeter anak ( 1 buah )
16) Thermometer ( 2 buah )
17) Tiang Infus ( 6 buah )
18) Timbangan berat badan injak
19) APD
- 4 x 5 em ( 5 buah )
- 4 x10 em ( 5 buah )
3) Hecting set ( 4 set )
4) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Nomer 12 ( 3 buah )
- Nomer 16 ( 3 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
8) Spekulum hidung ( 2 buah )
9) Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
16
10) Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
11) Emergency lamp ( 1 buah )
12) Elastis verban sesuai kebutuhan - 6 inchi ( 1 buah )
13) Neck collar ukuran S/M ( 2 buah )
- 1 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
9) Tensimeter ( 1 buah )
10) Stetoskop ( 1 buah )
11) Thermometer ( 1 buah )
12) Tiang infus ( 1 buah )
13) Deksamethasone Inj ( 2 buah )
14) Epineprin Inj. ( 1 buah)
15) Lidocani Inj.( 3 buah)
16) Diphenhidramin Inj.( 4 buah) 18. MgSO4 Inj. ( 2 buah)
17) Atropin Sulphas Inj.( 1 buah)
18) HPP set( 1 buah)
19) Neonatal set( 1 buah)
20) PEB KIT( 1 buah)
17
d. Alat – alat dan obat dalam emergency bok.
1) Infuset ( 1 buah )
2) IV line ( 1 buah )
3) Cairan RL ( 1 buah )
4) Aminophiline inj. ( 4 buah )
5) Deksamethasone inj. (41 buah )
6) Diphenhidramine inj. ( 4 buah )
7) Adrenalin inj. ( 2 buah )
8) Sulphas Atrophin inj. ( 1 buah )
9) Diazepem inj. ( 2 buah )
18
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pelayanan di ruang gawat darurat meliputi :
1. Pendaftaran
2. Sistem Komunikasi
3. Triase
4. Pelayanan False Emergensi
5. Pelayanan Visum Et Repertum
6. Pelayanan Death On Arrival (DOA)
7. Rujukan
19
2. Sistem Komunikasi
Komunikasi sangat penting dalam penanganan pasien gawat darurat. Komuniasi
dilakukan secara intern maupundengan pihak luar. Komunikasi dilaukan dengan :
a. Antara RGD dengan unit lain dalam Puskesmas Susut I dengan komunikasi
langsung maupun dengan per telpon
b. Antara RGD dengan dokter jaga atau petugas lainnya yang terkait dengan
pelayanan adalah menggunakan pesawat telephone langsung
c. Antara RGD dengan petugas ambulan yang berada di lapangan menggunakan
pesawat telephone.
d. Antara RGD dengan pihak luar seperti kepolisian atau dengan pihak rumah
sakit yang akan menjadi tujuan rujukan dilakukan per telpon
e. Nomor kontak pihak pihak terkait hendaknya diinventaris dan dipasang pada
tempat yang mudah diakses.
Nomor telepon pihat terkait seperti :
RS BMC Bangli : (0366) 91555
RSUD Bangli : (0366) 91521
RS Famyli Husada : (0361) 8493344
RSUD Gianyar : (0361) 943020
RS Ari Canti : (0361) 974573
PMI Cabang Bangli : (0366) 91201
Polsek Susut : (0366) 51004
Kantor BPJS Bangli : (0366) 193803
3. Pelayanan Triase
a. Pengertian
Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan
semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
b. Prinsip Triase
Triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala, seperti jalan nafas,
pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi,
tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan
memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di
20
ruang gawat darurat. Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan
system prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2) Dapat mati dalam hitungan jam.
3) Trauma ringan.
4) Sudah meninggal.
Pada umumnya penilaian korban dalam Triase dapat dilakukan dengan:
- Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
- Menilai kebutuhan medis
- Menilai kemungkinan bertahan hidup
- Menilai bantuan yang memungkinkan
- Memprioritaskan penanganan definitive
- Tag Warna
c. Klasifikasi dan Penentuan Prioritas
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem Triase
adalah kondisi klien yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
21
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
Tabel 4 1 Klasifikasi Triase
KLASIkFIKASI SPESIFIKASI
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya
22
Tabel 4.2 Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI SPESIFIKASI
Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera.
(hijau) Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka
superficial, luka-luka ringan
23
d. Proses Triase
Triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu RGD. Perawat Triase harus mulai
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar
sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat. Pengumpulan data
subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat Triase
bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat;
misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien
pertama kali ditempatkan setelah Triase, setiap pasien tersebut harus dikaji
ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit. Untuk pasien yang
dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian
dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya
kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan
minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami
sesak nafas, sinkop, atau diaforesis.(Iyer, 2004). Bila kondisi pasien ketika
datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia mengalami gangguan pada
airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu.
Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder
dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian
kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien
(data primer)
24
a) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa
yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt),
perdarahan internal, dsb.
b) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi
minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat
3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna
: merah, kuning, hijau, hitam.
f) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan RGD.
g) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu
giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
h) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan,
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah. (Rowles, 2007). Kalau di Puskesmas langsung dipulangkan
setelah segala urusan diselesikan.
4. Pelayanan False Emergency
Merupakan kondisi pasien yang tidak akut dan gawat, yaitu pasien yang mengalami
sakit lama, tidak mengancam nyawa. Langkah – langkah dalam pelayanan pasien
false emergensi adalah :
25
b. Bila pasien dengan false emergensi datang pada jam pelayanan rawat jalan
dialihkan ke ruang pemeriksaan umum
c. Bila pasien dengan false emergensi datang diluar jam pelayanan rawat jalan
kasus false emergensi mendapat pelayanan setelah yang true emergensi
tertangani
i. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
26
6. Pelayanan Death On Arrival (DOA)
Merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai ke ruang pelayanan gawat
darurat. Pasien dengan DOA setelah dinyatakan oleh dokter disampaikan kepada
keluarga dan dibuatkan surat keterangan kematian, dilakukan jenazah, kemudian
jenazah bisa langsung dibawa pulang atau hal lain sesuai permintaan keluarga.
7. Pelayanan Rujukan
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraaan pelayanan
ksehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik horizontal maupun vertikal yang bertujuan agar apsien
mendapat pelayanan sesuai kebutuhan pada fasilitas kesehatan yang memiliki
kompetensi yang sesuai. Bentuk rujukan meliputi :
a. Alih Rawat
- Dapat dilakukan pada keadaan pelayanan medis tidak dapat dilaukan di
PuskesmasPerawat RGD menghubungi rumah sakit yang akan tuju
- Perawat jaga RGD memberikan informasi pada perawat /dokter jaga rumah
sakit rujukan mengenai keadaan umum pasein ( SOP - Rujukan RGD )
- Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat RGD menghubungi
ambulan
b. Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
- Perawat RGD menghubungi Laboratorium yang di tuju.
c. Rujukan spesimen
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
- Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
- Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan ke petugas
laboratorium
- Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
Tata Laksana Transportasi Rujukan
27
2. Perawat RGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan ,nama pasien,tujuan
dan nama sopir.
3. Perawat RGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4. Perawat RGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
5. Petugas mendampingi dalam proses merujuk terutama pada kondisi pasien yang
perlu didampingi
Sebelum dilakukan transportasi rujukan dilakukan stabilisasi kondisi pasien terlebih
dahulu. Pasien dikatakan stabil bila :
a. Jalan nafas paten
b. Pernafasan teratur
c. Status hemodinamik ( Tensi dan Nadi) stabil
d. Pastikan jalur iv line terpasang dan berfungsi dengan baik
e. Jika pasien menggunakan oksigen, pastikan canul oksigen berfungsi dengan baik
f. Hal hal lain yang bersifat spesifik sesuai dengan kasus telah dilakukan
manajemen awal
Khusus dalam merujuk pasien bayi harus memenuhi syarat :
a. Bayi dalam keadaan stabil
b. Kulit harus dalam keadaan hangat
c. Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat
d. Didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil melakukan tindakan resusitasi
minimal ventilasi
e. Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
Bayi dikatakan stabil bila :
a. Jalan nafas bebas dan ventilas adekuat
b. Kulit dan bibir kemerahan
c. Frekwensi jantung 120 – 160 x/menit
d. Suhu axila 36,5 – 37 C
e. Masalah metabolik terkoreksi
f. Masalah spesifik pasien telah dilakukan manajemen awal
28
BAB V
LOGISTIK
Pada Bab ini dijelaskan tentang bagaimana mekanisme pengelolaan semua logistik
yang diperlukan di ruang pelayanan gawat darurat sebagaimana yang telah diuraikan pada
Bab III mengenai fasilitas dan peralatan meliputi pengadaan, pemesanan/pengambilan,
penyimpanan serta pencatanan dan pelaporannya.
1. Pengadaan
Semua logistik yang diperlukan untuk pelayanan di ruang gawat darurat sistem
pengadaan mengikuti mekanisme yang ada, dengan alu sebagai berikut :
a. Kordinator RGD melakukan inventaris semua logistik yang seharusnya ada di
ruang gawat darurat yang mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas
b. Kordinator RGD melakukan inventarisasi semua logistik yang ada di ruang
pelayanan gawat darurat
c. Kordinator RGD melakukan analisis ketersediaan/kecukupan logistik dengan
membandingkan logistik yang seharusnya ada dengan yang tersedia.
d. Kordinator RGD membuat usulan kebutuhan logistik dalam setahun kepada bagian
logistik Puskesmas Susut I yang diketahui oleh penaggung jawab UKP
2. Pemesanan/Pnegambilan
a. Pemesanan/pengambilan semua kebutuhan logistik dilakukan oleh kordinator
RGD dibantu oleh semua petugas RGD.
b. Pemesanan dilakukan dengan membuat usulan kebutuhan logistik setiap bulan
c. Jika terjadi kekurangan logistik sebelum waktu pengamprahan bulan berikutnya,
pemesanan dapat dilakukan pada saat tersebut minimal 2 hari sebelumnya.
d. Pemesanan ditujukan ke bagian logistik, untuk obat RGD membuat pemesanan ke
bagian ruang farmasi yangselanjutnya diteruskan ke gudang farmasiPuskesmas
susut I.
e. Pengambilan atas logistik yang dipesan dilakukn oleh kordinator RGD dibantu
oleh petugas yang lain.
29
3. Penyimpanan
Penyimpanan logistik RGD disusun berdasarkan jenisnya dan disimpan dalam lemari
khusus yang aman.
4. Pencatatan dan Pelaporan
a. Semua logistik yang ada di RGD harus tercatat dengan baik pada buku inventaris
b. Semua jenis logistik dibuatkan kartu stok dan dicatat pada setiap terjadi mutasi
barang
c. Pelaporan atas penggunaan logistik di RGD dilakukan setiap bulan oleh kordinator
ke bagian logistik dan ruang farmasi diketahui oleh penaggung jawab UKP
30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
1. Hak pasien
Kriteria standarnya :
a. Ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Rencana Pelayanan dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan
Kriteria Standarnya :
Sasaran Keselamatan pasien di RGD sama dengan di unit lain, mengacu pada
Permenkes No 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien, meliputi :
32
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan Insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
5. Kejadian sentinel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan suatu
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang mengakibatkan kematian, cedera
permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan
perjalanan penyakit atau keadaan pasien.
F. Tata Laksana
c. Semua insiden yang terjadi dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan form
laporan insiden. Model form terlampir
33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
34
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian Mutu
Mutu adalah Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Crosby, 1984)
Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan
B. Pengendalian Mutu Pelayanan RGD
1. Dilakukan penggalangan komitmen untuk perbaikan mutu secara
berkesinambungan
2. Berpedoman pada manual mutu Puskesmas
3. Ditetapkan indikator mutu baik dari sisi input, proses, out put mupun income
beserta target pencapaiannya. Indikator mutu RGD tahun 2019 terlampir
4. Dibuatkan profil indikator mutu
5. Dilakukan monitoring terhadap capaian indikator mutu yang telah ditetapkan
6. Dilakukan monitoring terhadap proses melalui penilaian kepatuhan terhadap
standar (SOP)
7. Dilakukan pengendalian mutu dengan standarnya (SOP)
8. Dilakukan perbaikan/penyempurnaan mutu secara berkesinambungan dengan
penerapan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action)
9. Dilakukan evaluasi untuk perbaikan mutu melalui audit intrnal
10. Dilakukan upaya perbaikan mutu melalui kegiatan kaji banding
11. Dilakukan pelaporan capaian indiktor mutu kepada tim mutu UKP secara
teratur tiap bulan
12. Dilakukan pembahasan sistem manajemen mutu pada Rapat Tinjauan
Manajemen yang dilakukan sesuai jadwal Puskesmas.
35
BAB IX
PENUTUP
Penyusunan pedoman ini merupakan salah satu langkah dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan Puskesmas khususnya dalam pelayanan kegawat daruratan. Dengan
pedoman ini semua petugas di ruang gawat darurat PuskesmasSusut I dapat memberikan
pelayanan kepada pasien berdasarkan tingkat permasalahannya sesuai prioritas tentunya
berdasarkan standar yang ada. Substansi pedoman ini bersifat dinamis seiring dengan
perkembangan ilmu kegawat daruratan sehingga sangat diperluakan adanya kegiatan
review agar pelayanan yang kita berikan sesuai dengan perkembanganterkini
36