Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN INTERNAL

PROGRAM P3 KUSTA
TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS TANGGULANGIN
Jl. Raya Putat No.36, Putat – Tanggulangin- Sidoarjo Telp. (031) 8967232

e-mail : pkmtanggulangin@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit frambusia secara nasional sudah dapat dikendalikan dengan angka
prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk, bahkan di beberapa provinsi
penyakit ini tidak ditemukan dalam tiga tahun terakhir. Namun demikian penyakit
frambusia belum hilang sama sekali dari wilayah Indonesia karena masih di
temukan penderita khususnya di wilayah Indonesia bagian timur seperti : nusa
tenggara timur, Sulawesi tenggara, Maluku, papua dan papua barat.
Pada tahun 2005 penderita frambusia yang tercatat sebanyak 5500 kasus. Penyakit
ini lebih banyak menyerang usia muda dan wanita terutama kelompok social
ekonomi rendah dengan kebersihan individu yang kurang baik di daerah yang sulit
di jangkau ( pedalaman )
Belum tercapai nya eradikasi frambusia di sebabkan oleh berbagai factor
antara lain; upaya pemberantasan tidak adekuat dan eradikasi frambusia bukan
merupakan program prioritas. Kebijakan desentralisasi menempatkan daerah untuk
bertanggung jawab dalam pelaksanaan program namun beberapa kabupaten/kota
bahkan tidak mengalokasikan dana untuk pemberantasan frambusia yang
mengakibatkan pelaksanaan pemberantasan penyakit frambusia tidak berjalan
dengan optimal. Padahal yang dapat di eradikasi karena pengobatan nya yang
mudah dengan sekali suntik dengan benzathine peniciline, tidak ditemukan
resistence obat dan kuman hanya dapat hidup dalam tubuh manusia.
Untuk mencapai eradikasi frambusia di Indonesia di butuhkan dukungan
politis, keterlibatan masyarakat dan metode penemuan dan pengobatan kasus yang
cost effevtive melalui focus survey yang tepat di daerah kantong, surveilans yang
intensif, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan serosurveillance di
daerah post endemic di samping distribusi logistic dan biaya operasional.

B. Tujuan
Umum :
Mengendalikan penyebaran kasus kusta pada kondisi eliminasi sehingga kusta
bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Khusus :
1. Mempertahankan angka kesakitan kusta < 1 per 10.000 penduduk
2. Mengupayakan keterampilan petugas disemua puskesmas dalam mendeteksi
suspek kusta
3. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan rujukan
dalam tatalaksana penderita kusta.
4. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi
dini kusta.
5. Mengupayakan kecukupan logistic dan dana operasional
6. Advokasi kepada para pengambil kebijakan

C. Sasaran
1. Sasaran dalam kegiatan pemeriksaan kontak di tujukan pada semua anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan penderita dan tetangga di sekitarnya.
2. Sasaran dalam kegiatan pemeriksaan anak sekolah SD/TK/SEDERAJAT di
tujukan pada anak-anak SD dan sederajat dan taman kanak-kanak.
3. Sasaran dalam kegiatan RVS dan Chase survey di tujukan pada masyarakat
desa/kelurahan atau unit yang lebih kecil yaitu dusun.
4. Meningkatkan prosentasi provinsi dengan keberhasilan pengobatan diatas
85% dari 80% menjadi 88%.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Tindakan mulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
penegakan diagnose sampai dengan pemberian therapy pada penderita kusta.

E. Batasan Operasional
a. Penemuan kasus ( case finding )
penemuan kasus dilaksanakan secara fasif, di ikuti dengan penanganan daerah
focus yaitu pemeriksaan kontak keluarga dan tetangga. Bila diperlukan dapat
dilakukan kegiatan penemuan aktif lain nya.
b. Diagnosis
Diagnosis di tegakkan oleh PRK/RSUD/Wasor. Bila puskesmas non PRK
menemukan suspek, harus dirujuk ke PRK/RSUD/Wasor untuk konfirmasi
diagnosis. Rujukan dapat ke atas atau ke bawah tergantung dari kondisi
setempat. Konfirmasi diagnosis terhadap suspek yang dilaporkan, bila positif
langsung diadakan On The Job Training.
c. Pengobatan
Regimen pengobatan diberikan oleh puskesmas non PRK.
d. Pemantauan pengobatan
Pemantauan pengobatan di lakukan oleh petugas puskesmas non PRK dan
pasien harus mendapatkan informasi penting berkaitan dengan pengobatan. Bila
penderita mangkir lebih dari 1 bulan perlu dilakukan pelacakan penderita
mangkir.
e. POD
Pemeriksaan POD dilakukan oleh PRK/RSUD/Wasor, bila di pandang mampu
petugas non PRK dapat melaksanakan POD dengan bimbingan.
f. Penanganan penderita reaksi
Penanganan penderita reaksi oleh PRK/RSUD/Wasor. Jika puskesmas non PRK
menemukan penderita reaksi harus di rujuk ke PRK/RSUD/Wasor, pengobatan
reaksi akan diberikan oleh PRK/RSUD/Wasor, selanjut nya pemantauan
pengobatan reaksi dilakukan oleh puskesmas non PRK.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kualifikasi petugas kesehatan kusta :
- Pendidikan minimal D3 keperawatan
- Sudah mengikuti pelatihan kusta
2. Distribusi ketenagaan
Ketenagaan dalam program kusta memiliki standar-standar yang menyangkut
kebutuhan minimal (jumlah dan jenis tenaga) untuk terselenggaranya kegiatan
program kusta.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan di Puskesmas Gebang untuk program kusta tahun 2016 dapat
di lihat pada table di bawah ini:

No Ketenagaan SDM Pelatihan TB Sumber Tenaga


1 Dokter Belum pelatihan kusta 2 orang
2 Perawat/petugas kusta Sudah pelatihan kusta 1 orang
3 Petugas laboratorium Belum pelatihan kusta 1 orang

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan pelaksanaan pelayanan kusta di adakan setiap hari selasa dan
kamis untuk setiap minggu nya, untuk kasus baru dan suspek setiap hari pelayanan
jam kerja.
Untuk kegiatan kunjungan rumah pasien kusta di lakukan setiap hari jumat dan
sabtu.
Table kegiatan utama ( tatalaksana penderita ) kusta
No KEGIATAN
Pelayanan penderita
1 Penemuan suspek
2 Diagnosis
3 Penentuan regimen dan mulai pengobatan
4 Pemantauan pengobatan
5 Pemeriksaan kontak
6 Konfirmasi kontak
7 Diagnosis & pengobatan reaksi
8 Penentuan dan penanganan reaksi
9 Pemantauan pengobatan reaksi
10 POD & perawatan diri
11 Penyuluhan perorangan
Pendukung pelayanan
12 Stok MDT
13 Pengisian kartu penderita
14 Register monitoring penderita
15 Pelaporan
16 Penanggung jawab program
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Pendaftaran
Konseling: Individu dan
Keluarga
BP Umum dan BP Ada masalah Pemeriksaan POD
Apabila hasil positif di obati
anak sesuai tipe kusta

Pengambilan Obat

Pasien Pulang

B. Standar Fasilitas
Keadaan Barang
No Nama Barang/Jenis Barang Kurang Rusak Jumlah
Baik
Baik Berat
1 Tensi Meter  1
2 Stetoskop  1
3 Buku Kohort  1
4 Kartu penderita  10
5 Meja Program  1
6 Sarung  1
7 Batu apung  1
8 Kapas  -
9 Kartu pengambilan obat  1
10 Timbangan  1
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat meliputi
upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Pelayanan kesehatan yang diberikan lebih di fokuskan pada promotif dan preventif
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative.
Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention),
Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention) maupun pencegahan tingkat
ketiga (Tertiary prevention).
Upaya promotif (peningkatan kesehatan)
 Penyuluhan kes.masy
 Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan link

UpayaPreventif (pencegahan)

 Mendeteksi dini
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di puskesmas
 Menjaga kebersihan diri

Upaya Kuratif (merawat dan mengobati)


 Home nursing
 Melakukan pengobatan kasus kusta
Upaya Rehabilitatif.(pemulihan kesehatan)
 Pola hidup sehat seperti : PHBS dan rumah sehat
 Makan makanan yang bergizi dan seimbang
 Olahraga ringan seperti : jalan santai
 Mengkonsumsi multivitamin setiap harinya

B. Metode
Penyelenggaraan Keperawatan Kesehatan masyarakat di Puskesmas,
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang di miliki oleh
Puskesmas. Metode yang di tetapkan adalah :
a. penemuan kasus ( case finding )
b. penemuan kasus dilaksanakan secara fasif, di ikuti dengan penanganan
daerah focus yaitu pemeriksaan kontak keluarga dan tetangga. Bila
diperlukan dapat dilakukan kegiatan penemuan aktif lain nya.
c. Diagnosis
Diagnosis di tegakkan oleh PRK/RSUD/Wasor. Bila puskesmas non PRK
menemukan suspek, harus dirujuk ke PRK/RSUD/Wasor untuk konfirmasi
diagnosis. Rujukan dapat ke atas atau ke bawah tergantung dari kondisi
setempat. Konfirmasi diagnosis terhadap suspek yang dilaporkan, bila
positif langsung diadakan On The Job Training.
d. Pengobatan
Regimen pengobatan diberikan oleh puskesmas non PRK.
e. Pemantauan pengobatan
Pemantauan pengobatan di lakukan oleh petugas puskesmas non PRK
dan pasien harus mendapatkan informasi penting berkaitan dengan
pengobatan. Bila penderita mangkir lebih dari 1 bulan perlu dilakukan
pelacakan penderita mangkir dan apabila penderita mangkir lebih dari 3
bulan penderita di anggap DO dan pada prinsip nya semua kegiatan
harus di monitor dan di evaluasi baik dari aspek masukan, proses dan
keluaran. Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat
penampilan program.
f. POD
Pemeriksaan POD dilakukan oleh PRK/RSUD/Wasor, bila di pandang
mampu petugas non PRK dapat melaksanakan POD dengan bimbingan.
g. Penanganan penderita reaksi
Penanganan penderita reaksi oleh PRK/RSUD/Wasor. Jika puskesmas
non PRK menemukan penderita reaksi harus di rujuk ke
PRK/RSUD/Wasor, pengobatan reaksi akan diberikan oleh
PRK/RSUD/Wasor, selanjut nya pemantauan pengobatan reaksi
dilakukan oleh puskesmas non PRK.

C. Langkah kegiatan
Penemuan penderita secara aktif
a. Membawa kartu penderita dari penderita yang sudah tercatat dan kartu
penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga
penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita.
c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak
dengan penderita.
d. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka di buatkan kartu
baru dan di catat sebagai penderita baru, kemudian di berikan obat MDT
dosis pertama.
e. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota keluarga.

D. Pengobatan
Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan regimen pengobatan
yang di rekomendasikan oleh WHO regimen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penderita pauci baciler ( PB )
Untuk pengobatan dewasa ( pengobatan bulanan ) : hari pertama ( dosis
yang di minum di depan petugas )
 2 kapsul Rifampisin : 300 mg ( 600 mg )
 1 tablet Dapsone/ DDS 100 mg

Pengobatan harian : hari ke 2-28

 1 tablet dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan dan lama pengobatan : 6 blister di minum selama 6-


9 bulan

2. Penderita Multi-Basiler ( MB )
Dewasa
Pengobatan bulanan : hari pertama ( dosis yang di minum di depan
petugas )
 2 kapsul Rifampisin : 300 mg ( 600 mg )
 3 tablet Lampren : 100 mg ( 300 mg )
 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Pengobatan harian : hari ke 2-28

 1 tablet Lamprene 50 mg
 1 tablet dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan dan lama pengobatan : 12 blister di minum selama


12-18 bulan

3. Dosis MDT menurut umur


Bagi dewasa dan anak usia 10-14 tahun tersedia paket dalam bentuk
blister.
Dosis anak di sesuaikan dengan berat badan.
o Rifampisin : 10 mg / kg BB
o DDS : 2 mg / kg BB
o Clofazimin : 1 mg / kg BB

Alur Diagnosa & Klasifikasi Kusta

Cardinal Sign

Ada Ragu Tidak Ada

Kusta
Tersangka Bukan Kusta

jumlah bercak
penebalan saraf & Observasi 3-6
ggn. Fx. BTA
BTA Atau bulan

Bercak < 5 Bercak >


saraf 1 BTA (-) 5 saraf > Cardinal Sign
1 BTA (-)

PB MB Ada Tidak Ada ragu Rujuk


System Skoring (Scoring Sistem) gejala dan pemeriksaan penunjang TB

Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Kontak TB Tidak Jelas Laporan BTA positif
Keluarga,
BTA negative
atau tidak
tahu, BTA
tidak Jelas.
Uji tuberculin Negatif Positif (>10mm,
atau> 5mm pada
keadaan
imunosupresi

Berat Bawah garis Klinis Gizi


badan/Keadaan merah buruk (BB/U
Gizi (KMS) atau < 60%)
BB/U < 80%
Demam Tanpa >2 minggu
sebab Jelas
Batuk >3 minggu
Pembesaran >1 cm,
kelenjar jumlah >1,
limfekoli, aksila, tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi Pembengkak
panggul, lutut, an
falang
Foto thoraks Normal/Tidak Kesan TB
jelas
Jumlah
BAB V

LOGISTIK

Tujuan utama dari pengelolaan MDT ini untuk memastikan ketersediaan obat
bagi penderita kusta tepat waktu di UPK.

MDT yang di berikan secara grafis oleh WHO di sediakan dalam kemasan
blister. Perkiraan kebutuhan MDT suatu Negara di hitung berdasarkan data terakhir
yang di kumpulkan melalui suatu standar format tahunan.

Pengelolaan logistic yang efisien memerlukan pelaporan tepat waktu untuk


menghitung kebutuhan MDT. Berbagai kesulitan geografi dan operasional serta
endemisitas suatu daerah harus di pertimbangkan ketika menghitung kebutuhan dan
persediaan.

Agar ada keseragaman dan kesesuaian dalam perhitungan kebutuhan MDT


maka di perlukan standarisasi dalam pengelolaan MDT di Indonesia.

a. Pengelolaan logistic MDT


Pengelolaan MDT adalah satu rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi.
b. Formulir – formulir
o Kartu register stok MDT
o Formulir permintaan MDT ke unit provinsi
o Formulir permintaan MDT ke unit kabupaten
o Formulir permintaan MDT ke unit pelayanan kesehatan ( puskesmas / Rumah
sakit )
o Formulir permintaan ke unit pelayanan kesehatan ( kabupaten / puskesmas )
o Formulir monitoring MDT ke unit pusat
o Formulir untuk menghitung kebutuhan prednisone untuk kasus reaksi berat dan
lampren untuk kasus reaksi tipe 2 berat berulang.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja merupakan salah satu factor yang harus dilakukan selama
kerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana
pekerjaan itu dilaksanakan.

Tenaga kesehatan yang setiap hari melaksanakan pelayanan yang beresiko


besar terhadap paparan penyakit akibat kerja maka dalam setiap pelayanan
seharusnya kita menggunakan alat pelindung diri guna mengantisipasi dampak
negative yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya factor kimia maka
perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis.

1. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan solusi untuk melindungi tangan dari bahaya terpapar
cairan tubuh seperti darah.
2. Masker atau penutup mulut
Merupakan solusi untuk menjaga kesehatan tubuh akibat kuman yang masuk
melalui udara yang terhirup melalui pernafasan.
3. Barakshort
Selain untuk menghindari dari percikan air juga berfungsi sebagai pelindung diri
paparan cairan tubuh.
4. Tersedia nya tempat sampah medis dan non medis
Merupakan salah satu solusi untuk memisahkan sampah yang bisa mengakibatkan
pajanan penyakit, seperti jarum suntik, bahan habis pakai yang terkontaminasi
cairan tubuh.
BAB VII

PENUTUP

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah, atas segala rahmat dan karuniaNya,
serta nikmat yang kita dapatkan bersama, saya ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun pedomam internal upaya kusta.

Segala puji bagi Allah, semoga pedoman ini berguna bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai