Anda di halaman 1dari 55

PENGKAJIAN GAWAT DARURAT PADA

PASIEN BENCANA ALAM

Pusrengun 1
BENCANA
Kerusakan ekologi atau kedaruratan dengan
skala besar yang mengakibatkan kematian,
cedera dan kerusakan sarana yang tidak
bisa ditangani dengan prosedur biasa serta
membutuhkan bantuan dari luar.

2
MACAM2 BENCANA
• Gempa bumi
• Tsunami
• Banjir
• Gunung meletus
• Longsor
• Kekeringan
• Kebakaran hutan dan gedung
• Cuaca ekstrim
• Teroris
Tsunami

4
PENYEBAB:
• Alamiah : kebakaran, gempa bumi
• Kelalaian manusia : kecelakaan KA, pesawat
terbang, kapal laut.
• Direncanakan : ledakan bom oleh teroris
KLASIFIKASI – BENCANA :

• BENCANA TK.I : KORBAN < 50 ORANG

• BENCANA TK.II: KORBAN 51-100 Org.

• BENCANA TK III: KORBAN 101-300 Org

• BENCANA TK IV: KORBAN > 300 Org.


Klasifikasi
Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-ke-
jadian alami seperti kejadian-kejadian alami
seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung
meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan
lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu
kejadian-kejadian karena perbuatan manusia
seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,
kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan
listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi
dan lainnya.
berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri
dari;

1. Bencana Lokal
memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada
sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat
faktor manusia seperti kebakaran, ledakan,
terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya

.2. Bencana regional


memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas, dan biasanya dise-
babkan oleh faktor alam, seperti badai, ban-
jir, letusan gunung, tornado dan lainnya
Fase-fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase
dalam terjadinya suatu bencana yaitu;
– fase preimpact,
– fase impact
– dan fase postimpact.
Lanjutan fase…..

1. Fase preimpact merupakan warning phase,


tahap awal dari bencana. Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Se-
harusnya pada fase inilah segala persiapan di-
lakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan
warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya kli-
maks dari bencana. Inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk berta-
han hidup (survive). Fase impact ini terus
berlanjut hingga terjadi kerusakan dan ban-
tuan-bantuan darurat dilakukan
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya
perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai
berusaha kembali pada fungsi komunitas
normal. Secara umum dalam fase postimpact
ini para korban akan mengalami tahap respon
psikologis mulai penolakan, marah, tawar-
menawar, depresi hingga penerimaan
Pandangan Terhadap Bencana

1. Pandangan Konvensional
– merupakan sifat alam yaituTerjadinya :
– kecelakaan (accident)
– tidak dapat diprediksi
– tidak menentu
– tidak terhindarkan
• tidak terkendali.
2. Pandangan Ilmu Pengetahuan
Alam
• Bencana merupakan unsur lingkungan fisik
yang membahayakan kehidupan manusia.
Karena kekuatan alam yang luar biasa. Proses
geofisik, geologi dan hidrometeorologi tidak
memperhitungkan manusia sebagai penyebab
bencana
Dampak Bencana Alam
• dapat mengakibatkan dampak yang merusak
pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu
aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial
mencakup kematian, luka-luka, sakit, hi-
langnya tempat tinggal dan kekacauan komu-
nitas.
GEMPA BUMI
Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan
dampak paling besar, ex:gempa bumi, selama 5 abad
terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang
tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung
meletus.sebagian besar tidak menyebabkan kematian,
membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas
kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh
karena gempa.

16
Prinsip-Prinsip PenanggulanganBencana (UU
No.24 tahun 2007):

• Cepat dan tepat


• Prioritas
• Koordinasi dan keterpaduan
• Berdaya guna dan berhasil guna
• Transparansi dan akuntabilitas
• Kemitraan
• Pemberdayaan
• Nondiskriminatif
• Nonproletisi
Tahapan Penanggulangan Bencana

1. Tahap Pencegahan & Mitigasi


2. Tahap Kesiapsiagaan
3. Tahap Tanggap Darurat
4. Tahap Pasca Darurat
Posko Pelayanan Gadar Bencana
• Penyediaan posko yankes oleh petugas yang
berhadapan langsung dengan
masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan
posko.
• Penyediaan dan pengelolaan obat.
• Penyediaan dan pengawasan makanan dan
minuman.
Prosedur pelayanan gadar meliputi
rangkaian :
– Fase pra RS : ditolong oleh
• Orang awam
• Polisi, SAR, Hansip, DPK
• Ambulance 118
– Fase RS, pertolongan di
– IGD
– ICU
– Ruang rawat
– Fase post RS :
• Sembuh
• Sembuh cacat
• Meninggal dunia
Area Transport
• Korban akan dipindahkan sesuai
dengan tingkat prioritas
• Korban yang stabil dan membu-
tuhkan tindakan operasi segera
akan diberangkatkan terlebih
dahulu
Problem dalam PGD

• Fase pra RS
– Komonikasi
– Pendidikan
– Transportasi
• Fase RS
– Bagian gadar
– Penggolongan korban bencana
Rapid Health Assessment (RHA)

• Penilaian kesehatan cepat melalui


pengumpulan informasi cepat dan analisis
besaran masalah sebagai dasar mengambil
keputusan akan kebutuhan untuk tindakan
penanggulangan segera.
• Tujuanya untuk mengukur besaran masalah
kesehatan akibat bencana atau pen-
gungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi
untuk digunakan dalam pengambilan kepu-
tusan penanggulangan kesehatan selanjut-
nya
Lanj..
Pengumpulan data
– Waktu. Tergantung jenis bencana.
– Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah sek-
itar sebagai sumber daya.
– Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi,
kesling, bidan/perawat, sanitarian yang bisa bek-
erjasama dan memiliki kapasitas mengambil kepu-
tusan.
Lanj..
– Metode RHA
• Pengumpulan data dengan wawancara dan
observasi langsung.
Analisis RHA
• Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko,
situasi penyakit dan budaya lokal, potensi sumber daya
lokal, agar diperoleh gambaran
1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi,
kelancaran evakuasi, rujukan dan pertolongan, dan
pelayanan kesehatan.
2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematian-
luka, angka yang terkena dan perlu pertolongan, penyakit
menular berpotensi KLB.
3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kese-
hatan terdekat.
4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan kemugki-
nan mendapatkan bantuan.
5. Potensi sumber air dan sanitasi.
• 6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang diperlukan.
Lanj..
• Rekomendasi
Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang
berwenang mana yang bisa diatasi sendiri, mana
yang perlu bantuan.
Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilans-san-
ling, pencegahan-immunisasi, ma-min, sanling, ke-
mungkinan KLB, koordinasi, jalur komunikasi, jalur
koordinasi, bantuan lain untuk mendukung kecuku-
pan dan kelancaran pelayanan.
PERAN PERAWAT
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa
pra bencana ini, antara lain:
1. mengenali instruksi ancaman bahaya;
2. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta
tenda)
3. melatih penanganan pertama korban bencana.
4. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lem-
baga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact
Phase)
• Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana
dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
• Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang
tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap
kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai
bagian dari tim kesehatan.
• Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat un-
tuk memutuskan tindakan pertolongan pertama.
• Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan
segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIAGE PADA BENCANA
HIJAU
KUNING
MERAH
HITAM
• Hijau ---
Yang termasuk kategori ini adalah fraktur ter-
tutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontu-
sio, abrasio, dan dislokasi
• Kuning ---
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sis-
temik namun belum jatuh ke keadaan syok
karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien
masih dapat bertahan selama 30-60 menit. In-
jury tersebut antara lain fraktur tulang multi-
pel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II
TRIASE IN EMERGENCY ROOM
• Merah ---
keadaan yang mengancam kehidupan sebagian
besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma
dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan
kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
• Hitam --- meninggal
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat se-
lamat dari bencana, ditemukan sudah dalam
keadaan meninggal
C. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko
bencana
1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan
cek kesehatan sehari-hari
2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,
makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansi-
etas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat di-
lakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
SIKLUS PENANGANAN BENCANA

RAPID HEALTH ASSESSMENT


SURVEYLANCE EMERGENCY / NEED ASSESSMENT
BENCANA

X
KESIAPSIAGAAN MEDICAL RE- PASCA BENCANA
SPONSE

PUBLIC HEALTH RE-


CONTINGENCY SPONSE :
AIR BERSIH DAN SANITASI
PLAN
PERENCANAAN SURVAILANS.
DARURAT PEMBERANTASAN PENYAKIT & IMMUNISASI
PELAYANAN KESEHATA DASAR
GIZI, DLL
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
Pasien Korban Bencana Alam

1. Penilaian korban bencana


Dalam menilai korban biasanya digu-
nakan pedoman advanced Trauma Life Su-
port ( ATLS).Pada ATLAS penanganannya
dibagi menjadi 4 fase:
 Fase 1: Pemeriksaan Pertama
• apakah jalan napas bebas, antara lain:
– Apakah ventilasi paru memadai?
– Apakah sirkulasi memadai?
– Bagaimanakh kondisi neurologik?
• Penanganannya terdiri dari:
Tindakan klasik untuk pembebasan jalan nafas.
Jika sumbatan laring atau faring tidak dapat diti-
adakan atau benda asing tidak dapat dikeluarkan
dianjurkan mengeluarkan krikotomi. Jika per-
nafasan dihalangi oleh yang tidak perlu, dilakukan
fentilasi melalui intubasi.
Lanj..
• Fase 2; Evaluasi
• Dilihat kembali apakah semua penderita
dan dinilai dan apakah yang diambil pada
fase satu menghasilkan keadaan stabil pen-
derita.
• Fase 3; Inventarisasi
• Pada fase ini dilakukan pemeriksaan fisik
lengkap secara sistematis yang tidak dapat
dilakukan pada fase satu dan dua. Pada fase
ini juga dapat dilakukan anamnesa yang
terpimpin.
• Hal yang diperhatikan dalam mengkaji
pasien dalam keadaan gawat darurat :
• Ø Situasi
• Ø Keadaan pasien
• Ø Lingkunan
• Adapun pengkajian harus menyeluruh, dari
kepela sampai kaki.
Prioritas pengkajian
• Ø Airway jalan napas.
• Ø Breating pernafasan
• Ø Circulasi
• Ø Tingkat kesadaran
Mengidentifikasi prioritas masalah :

• Masalah kegawatan spesifik :


• pernapasan :
– Ø Irama :Lambat
– Ø Kedalaman : Dangkal,Dalam
– Ø Bunyi : Stridor waktu
inspirasi,Stridor waktu Ekspirasi
– Ø Sputum : Berbuih ,Bercampur darah
• Tanda – tanda Shock:
– Ø Gelisah
– Ø Kulit pucat, dingin dan lembab
– Ø Nadi cepat
– Ø Enek dan dapat terjadi muntah.
Data lain :

–Ø Jenis luka/kegawatan yang mungkin terjadi.


–Ø Tindakan yang diperlukan.
–Ø Tersedianya transportasi.
–Ø Factor waktu sebelum dilakukan tindakan.
Lanj..
• Fase 4: Perencanaan dan Persiapan
• Pengangkutan dilakukan perencanaan dan
penanganan seperti perawatan luka, imobilasi
patah tulang, pemberian toksoid dan antibi-
otic dan tindakan persiapan pengangkutan.
Fase ini tidak dapat dimulai jika masih ada ko-
rban yang belum dilihat pada fase dua dan
tiga.
Persiapan Perlengkapan
• Perlengkapan jalan nafas
– Resusitasi ( menual, otomatik, laringoskop, na-
sotrakeal, gudel ).
– Oksigen set lengkap.
– Suksion.
• Alat – alat perlengkapan intravena
– Infuse set, standar infuse, cairan infuse ( NaCL,
glukosa, ringer laktat, plasma fusin, dsb )
– Blood set, spuit 5-10 cc, gunting, plaster,
manset, venaseksi set.
Lanj..
• Bahan-bahan untuk keperluan trauma
• Bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan,
leher, tulang, punggung.
• Verban dengan segala ukuran, kaki kasa, gips.
• Benang desinfektan ( alcohol, betadin, obat merah,
dsb).
• Obat-obatan
– Analgesic, antikoagulan, antiinflamasi, vitamin, dll.
• Perlengkapan lain
– Selimut, pembalut, kain segitiga, tensimeter, usungan,
dsb.
Perencanaan..
• Bertindak cepat dalam mengkaji untuk
memprioritaskan masalah kegawatan, ke-
mampuan pasien dalam hal airway, breat -
ing, dan circulation (ABC).
• Prioritaskan keselamatan pasien sesuai
dengan masalah yang dikaji (ABC).
• Kajilah mulai dari kepala sampai kaki, se-
belum menentukan tindakan gawat darurat
secara umum.
• Jaga posisi pasien atau letakan pada posisi
yang enak dan lindungi dari kedinginan.
• Jelaskan apa yang terjadi dan yakinkan
bahwa pertolongan akan diberikan ( bila
pasien sadar ).
• Hindari pergerakan yang tidak dibutuhkan
dan pindahkan pasien bila ada bahaya.
• Jangan berikan cairan bila ada luka pada
abdomen atau jika pembiusan akan segera
diberikan.
• Jangan mengangkat pasien sampai ambu-
lance atau mobilyang lengkap dengan per-
alatan tiba.
Support psikologis.
perlu diberikan karna adanya beberapa
keadaan yang mengganggu, diantaranya :
• Perasaan takut mati
• Perasaan sakit.
• Perasaan takut Karena ketidaktahuannya.
• Ketidakmampuan.
• Kehilangan waktu bekerja.
• Biaya untuk pengobatan.
Bantuan hidup Dasar / Basic Life Support
• Tujuan BLS :
– Mencegah henti nafas dan henti jantung
– Membantu pernafasan dan atau sirkulasi den-
gan cara resusitasi jantung dan paru dengan
langkah A.B.C
• Indikasi :
– Henti nafas
• Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan
benda asing, inhalasi asap, keracunan obat,
syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersam-
bar petir, coma.
– Henti jantung
Langkah-langkah BLS/BHD

• Air Way Control (bebaskan jalan nafas)


– Posisi telentang
– Permukaan rata
– Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala den-
gan mengangkat dagu (head tilt, chine lift
manuver), kalau perlu mengangkat mandibula
(jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal den-
gan triple air way manuver.
– Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan
cara manual.
Breathing Support ( bantuan nafas )

• Menilai ada nafas/ tidak dengan cara :


melihat, mendengar, dan merasakan.
• Bila bernafas dan tidak sadar posisikan
penderita stabil lateral dan pelihara jalan
nafas
• Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai
pernafasan buatan dengan meniup 2 kali
secara lambat
• Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan
10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
Tindakan pada sumbatan jalan nafas
:
• Manuver helmich (hentakan pada perut)
• Chest thrusts (hentakan dada): penderita
gemuk, hamil, bayi < 1 thn
• Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita
tidak sadar
Circulation Support (bantuan sirkulasi )
• Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan
nafas buatan 10 - 12 kali per menit kalau perlu ,
jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung
luar
• Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi
1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara
kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
• Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk
dan tangah dengan perbandingan 3:1 atau
5:1
• RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2
• RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1
Terimakasih…..
semoga bermanfaat...

Anda mungkin juga menyukai