Anda di halaman 1dari 75

KEPERAWATAN BENCANA

Ns. MOH. UBAIDILLAH FAQIH, M.Kep.


Apa yang mau kalian lakukan????
Apa yang mau kalian lakukan????
Apa yang mau kalian lakukan????
BENCANA
Kerusakan ekologi atau kedaruratan dengan
skala besar yang mengakibatkan kematian,
cedera dan kerusakan sarana yang tidak bisa
ditangani dengan prosedur biasa serta
membutuhkan bantuan dari luar.

5
MACAM2 BENCANA
• Gempa bumi
• Tsunami
• Banjir
• Gunung meletus
• Longsor
• Kekeringan
• Kebakaran hutan dan gedung
• Cuaca ekstrim
• Teroris
Tsunami

7
PENYEBAB:
• Alamiah : kebakaran, gempa bumi
• Kelalaian manusia : kecelakaan KA,
pesawat terbang, kapal laut.
• Direncanakan : ledakan bom oleh teroris
KLASIFIKASI – BENCANA :

• BENCANA TK.I : KORBAN < 50 ORANG

• BENCANA TK.II: KORBAN 51-100 Org.

• BENCANA TK III: KORBAN 101-300 Org

• BENCANA TK IV: KORBAN > 300 Org.


Klasifikasi
Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-
kejadian alami seperti kejadian-kejadian alami
seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung
meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan
lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu
kejadian-kejadian karena perbuatan manusia
seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,
kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan
listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi
dan lainnya.
berdasarkan cakupan wilayah, bencana
terdiri dari;
1. Bencana Lokal
memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada
sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat
faktor manusia seperti kebakaran, ledakan,
terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya

.2. Bencana regional


memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas, dan biasanya
disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya
Fase-fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3
fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu;
– fase preimpact,
– fase impact
– dan fase postimpact.
Lanjutan fase…..

1. Fase preimpact merupakan warning phase,


tahap awal dari bencana. Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca.
Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan baik oleh pemerintah,
lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya
klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba
untuk bertahan hidup (survive). Fase impact
ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan
dan bantuan-bantuan darurat dilakukan
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya
perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai
berusaha kembali pada fungsi komunitas
normal. Secara umum dalam fase postimpact
ini para korban akan mengalami tahap
respon psikologis mulai penolakan, marah,
tawar-menawar, depresi hingga penerimaan
Pandangan Terhadap Bencana

1. Pandangan Konvensional
– merupakan sifat alam yaituTerjadinya :
– kecelakaan (accident)
– tidak dapat diprediksi
– tidak menentu
– tidak terhindarkan
• tidak terkendali.
2. Pandangan Ilmu Pengetahuan
Alam
• Bencana merupakan unsur lingkungan fisik
yang membahayakan kehidupan manusia.
Karena kekuatan alam yang luar biasa.
Proses geofisik, geologi dan
hidrometeorologi tidak memperhitungkan
manusia sebagai penyebab bencana
Dampak Bencana Alam
• dapat mengakibatkan dampak yang
merusak pada bidang ekonomi, sosial dan
lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat
mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam
bidang sosial mencakup kematian, luka-
luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan
kekacauan komunitas.
GEMPA BUMI
Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan
dampak paling besar, ex:gempa bumi, selama 5 abad
terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang
tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung
meletus.sebagian besar tidak menyebabkan kematian,
membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas
kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh
karena gempa.

19
Prinsip-Prinsip PenanggulanganBencana
(UU No.24 tahun 2007):
• Cepat dan tepat
• Prioritas
• Koordinasi dan keterpaduan
• Berdaya guna dan berhasil guna
• Transparansi dan akuntabilitas
• Kemitraan
• Pemberdayaan
• Nondiskriminatif
• Nonproletisi
Tahapan Penanggulangan Bencana

1. Tahap Pencegahan & Mitigasi


2. Tahap Kesiapsiagaan
3. Tahap Tanggap Darurat
4. Tahap Pasca Darurat
Posko Pelayanan Gadar Bencana
• Penyediaan posko yankes oleh petugas yang
berhadapan langsung dengan
masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan
posko.
• Penyediaan dan pengelolaan obat.
• Penyediaan dan pengawasan makanan dan
minuman.
Prosedur pelayanan gadar meliputi
rangkaian :
– Fase pra RS : ditolong oleh
• Orang awam
• Polisi, SAR, Hansip, DPK
• Ambulance 118
– Fase RS, pertolongan di
– IGD
– ICU
– Ruang rawat
– Fase post RS :
• Sembuh
• Sembuh cacat
• Meninggal dunia
Area Transport
• Korban akan dipindahkan sesuai
dengan tingkat prioritas
• Korban yang stabil dan
membutuhkan tindakan operasi
segera akan diberangkatkan
terlebih dahulu
Problem dalam PGD
• Fase pra RS
– Komonikasi
– Pendidikan
– Transportasi
• Fase RS
– Bagian gadar
– Penggolongan korban bencana
Rapid Health Assessment (RHA)
• Penilaian kesehatan cepat melalui
pengumpulan informasi cepat dan analisis
besaran masalah sebagai dasar mengambil
keputusan akan kebutuhan untuk tindakan
penanggulangan segera.
• Tujuanya untuk mengukur besaran masalah
kesehatan akibat bencana atau pengungsian,
hasilnya berbentuk rekomendasi untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan
penanggulangan kesehatan selanjutnya
Lanj..

Pengumpulan data
– Waktu. Tergantung jenis bencana.
– Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah
sekitar sebagai sumber daya.
– Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi,
kesling, bidan/perawat, sanitarian yang bisa
bekerjasama dan memiliki kapasitas mengambil
keputusan.
Lanj..
– Metode RHA
• Pengumpulan data dengan wawancara dan
observasi langsung.
Analisis RHA
• Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko,
situasi penyakit dan budaya lokal, potensi sumber daya
lokal, agar diperoleh gambaran
1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi,
kelancaran evakuasi, rujukan dan pertolongan, dan
pelayanan kesehatan.
2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematian-
luka, angka yang terkena dan perlu pertolongan, penyakit
menular berpotensi KLB.
3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kesehatan
terdekat.
4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan
kemugkinan mendapatkan bantuan.
5. Potensi sumber air dan sanitasi.
• 6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang
diperlukan.
Lanj..
• Rekomendasi
Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang
berwenang mana yang bisa diatasi sendiri, mana
yang perlu bantuan.
Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilans-
sanling, pencegahan-immunisasi, ma-min, sanling,
kemungkinan KLB, koordinasi, jalur komunikasi,
jalur koordinasi, bantuan lain untuk mendukung
kecukupan dan kelancaran pelayanan.
MANAJEMEN
BENCANA

32
Penanggulangan Bencana
(Disaster Management)

Serangkaian upaya yang meliputi penetapan


kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi (UU 24/2007).

33
Pencegahan
Pem ulihan dan Mitigasi

Tanggap
Kesiapsiagaan
Dar ur at

BENCANA

34
Siklus Manajemen Bencana
BENCANA

Tanggap
Kesiapan Darurat

Pencegahan Pemulihan
dan Mitigasi
Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana
36
MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN
RESIKO
BENCANA
PENCEGAHAN
DAN MITIGASI MANAJEMEN MANAJEMEN
KEDARURATAN PEMULIHAN
KESIAPSIAGAAN

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA


37
Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana
A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
D. Peringatan Dini (early warning)
E. Tanggap Darurat (response)
F. Bantuan Darurat (relief)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction)
Pencegahan (prevention)
• Upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya).
Misalnya :
- Melarang pembakaran hutan
dalam perladangan
- Melarang penambangan batu di
daerah yang curam.
Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos
komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana
Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman
penanggulangan bencana.

40
Peringatan Dini
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang (UU
24/2007)
Pemberian peringatan dini harus :
• Menjangkau masyarakat (accesible)
• Segera (immediate)
• Tegas tidak membingungkan (coherent)
• Bersifat resmi (official)
41
Peringatan Dini
• Upaya untuk memberikan tanda peringatan
bahwa bencana kemungkinan akan segera
terjadi.
• Pemberian peringatan dini harus :
- Menjangkau masyarakat (accesible)
- Segera (immediate)
- Tegas tidak membingungkan
(coherent)
- Bersifat resmi (official)
Mitigasi Bencana
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana
(UU 24/2007)
Bentuk mitigasi :
• Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan,
tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.)
• Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-
undangan, pelatihan, dll.)

43
Mitigasi
• Upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan
oleh bencana
• Ada 2 bentuk mitigasi :
– Mitigasi struktural (membuat check dam,
bendungan, tanggul sungai, dll.)
– Mitigasi non struktural (peraturan, tata
ruang, pelatihan)
Tanggap Darurat (response)

Upaya yang dilakukan segera pada saat


kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama
berupa penyelamatan korban dan harta
benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat (relief)

• Merupakan upaya untuk


memberikan bantuan
berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan
dasar berupa :
- pangan,
- sandang
- tempat tinggal
sementara
- kesehatan, sanitasi
dan air bersih
Pemulihan (recovery)
• Proses pemulihan darurat kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan
sarana pada keadaan semula.
• Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki
prasarana dan pelayanan dasar (jalan,
listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).
Rehabilitasi (rehabilitation)

• Upaya langkah yang diambil setelah


kejadian bencana untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya,
fasilitas umum dan fasilitas sosial penting,
dan menghidupkan kembali roda
perekonomian.
Rekonstruksi (reconstruction)

• Program jangka menengah dan jangka


panjang guna perbaikan fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang sama atau
lebih baik dari sebelumnya.
PERAN PERAWAT
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa
pra bencana ini, antara lain:
1.mengenali instruksi ancaman bahaya;
2.mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan pertama korban bencana.
4.Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact
Phase)
• Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana
dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
• Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim
survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap
kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai
bagian dari tim kesehatan.
• Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama.
• Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan
segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
• Merah --- paling penting, prioritas utama.
keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien
mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat
I-II
• Kuning --- penting, prioritas kedua
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun
belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit.
Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
• Hijau --- prioritas ketiga
Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi,
kontusio, abrasio, dan dislokasi
• Hitam --- meninggal
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah
dalam keadaan meninggal
C. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko
bencana
1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan
cek kesehatan sehari-hari
2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,
makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
SIKLUS PENANGANAN BENCANA

RAPID HEALTH ASSESSMENT


SURVEYLANCE EMERGENCY / NEED ASSESSMENT
BENCANA

X
KESIAPSIAGAAN MEDICAL PASCA BENCANA
RESPONSE

PUBLIC HEALTH
CONTINGENCY RESPONSE :
AIR BERSIH DAN SANITASI
PLAN
PERENCANAAN SURVAILANS.
DARURAT PEMBERANTASAN PENYAKIT & IMMUNISASI
PELAYANAN KESEHATA DASAR
GIZI, DLL
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
pada Pasien Korban Bencana Alam

1. Penilaian korban bencana


Dalam menilai korban biasanya
digunakan pedoman advanced Trauma Life
Suport ( ATLS).Pada ATLAS
penanganannya dibagi menjadi 4 fase:
 Fase 1: Pemeriksaan Pertama
• apakah jalan napas bebas, antara lain:
– Apakah ventilasi paru memadai?
– Apakah sirkulasi memadai?
– Bagaimanakh kondisi neurologik?
• Penanganannya terdiri dari:
Tindakan klasik untuk pembebasan jalan nafas.
Jika sumbatan laring atau faring tidak dapat
ditiadakan atau benda asing tidak dapat
dikeluarkan dianjurkan mengeluarkan krikotomi.
Jika pernafasan dihalangi oleh yang tidak perlu,
dilakukan fentilasi melalui intubasi.
Lanj..
• Fase 2; Evaluasi
• Dilihat kembali apakah semua penderita dan
dinilai dan apakah yang diambil pada fase
satu menghasilkan keadaan stabil penderita.
• Fase 3; Inventarisasi
• Pada fase ini dilakukan pemeriksaan fisik
lengkap secara sistematis yang tidak dapat
dilakukan pada fase satu dan dua. Pada fase
ini juga dapat dilakukan anamnesa yang
terpimpin.
• Hal yang diperhatikan dalam mengkaji
pasien dalam keadaan gawat darurat :
• Ø Situasi
• Ø Keadaan pasien
• Ø Lingkunan
• Adapun pengkajian harus menyeluruh, dari
kepela sampai kaki.
Prioritas pengkajian
• Ø Airway jalan napas.
• Ø Breating pernafasan
• Ø Circulasi
• Ø Tingkat kesadaran
Mengidentifikasi prioritas masalah :

• Masalah kegawatan spesifik :


• pernapasan :
– Ø Irama :Lambat
– Ø Kedalaman : Dangkal,Dalam
– Ø Bunyi : Stridor waktu
inspirasi,Stridor waktu Ekspirasi
– Ø Sputum : Berbuih ,Bercampur darah
• Tanda – tanda Shock:
– Ø Gelisah
– Ø Kulit pucat, dingin dan lembab
– Ø Nadi cepat
– Ø Enek dan dapat terjadi muntah.
Data lain :

– Ø Jenis luka/kegawatan yang mungkin terjadi.


– Ø Tindakan yang diperlukan.
– Ø Tersedianya transportasi.
– Ø Factor waktu sebelum dilakukan tindakan.
Lanj..
• Fase 4: Perencanaan dan Persiapan
• Pengangkutan dilakukan perencanaan dan
penanganan seperti perawatan luka,
imobilasi patah tulang, pemberian toksoid
dan antibiotic dan tindakan persiapan
pengangkutan. Fase ini tidak dapat dimulai
jika masih ada korban yang belum dilihat
pada fase dua dan tiga.
Persiapan Perlengkapan
• Perlengkapan jalan nafas
– Resusitasi ( menual, otomatik, laringoskop,
nasotrakeal, gudel ).
– Oksigen set lengkap.
– Suksion.
• Alat – alat perlengkapan intravena
– Infuse set, standar infuse, cairan infuse ( NaCL,
glukosa, ringer laktat, plasma fusin, dsb )
– Blood set, spuit 5-10 cc, gunting, plaster,
manset, venaseksi set.
Lanj..
• Bahan-bahan untuk keperluan trauma
• Bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan,
leher, tulang, punggung.
• Verban dengan segala ukuran, kaki kasa, gips.
• Benang desinfektan ( alcohol, betadin, obat merah,
dsb).
• Obat-obatan
– Analgesic, antikoagulan, antiinflamasi, vitamin, dll.
• Perlengkapan lain
– Selimut, pembalut, kain segitiga, tensimeter, usungan,
dsb.
Perencanaan..
• Bertindak cepat dalam mengkaji untuk
memprioritaskan masalah kegawatan,
kemampuan pasien dalam hal airway,
breating, dan circulation (ABC).
• Prioritaskan keselamatan pasien sesuai
dengan masalah yang dikaji (ABC).
• Kajilah mulai dari kepala sampai kaki,
sebelum menentukan tindakan gawat
darurat secara umum.
• Jaga posisi pasien atau letakan pada posisi
yang enak dan lindungi dari kedinginan.
• Jelaskan apa yang terjadi dan yakinkan
bahwa pertolongan akan diberikan ( bila
pasien sadar ).
• Hindari pergerakan yang tidak dibutuhkan
dan pindahkan pasien bila ada bahaya.
• Jangan berikan cairan bila ada luka pada
abdomen atau jika pembiusan akan segera
diberikan.
• Jangan mengangkat pasien sampai
ambulance atau mobilyang lengkap dengan
peralatan tiba.
Support psikologis.
perlu diberikan karna adanya beberapa
keadaan yang mengganggu, diantaranya :
• Perasaan takut mati
• Perasaan sakit.
• Perasaan takut Karena ketidaktahuannya.
• Ketidakmampuan.
• Kehilangan waktu bekerja.
• Biaya untuk pengobatan.
Bantuan hidup Dasar / Basic Life Support
• Tujuan BLS :
– Mencegah henti nafas dan henti jantung
– Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan
cara resusitasi jantung dan paru dengan langkah
A.B.C
• Indikasi :
– Henti nafas
• Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan
benda asing, inhalasi asap, keracunan obat,
syock listrik, tercekik, trauma, AMI,
tersambar petir, coma.
– Henti jantung
Langkah-langkah BLS/BHD

• Air Way Control (bebaskan jalan nafas)


– Posisi telentang
– Permukaan rata
– Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala
dengan mengangkat dagu (head tilt, chine lift
manuver), kalau perlu mengangkat mandibula
(jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal
dengan triple air way manuver.
– Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan
cara manual.
Breathing Support ( bantuan nafas )

• Menilai ada nafas/ tidak dengan cara :


melihat, mendengar, dan merasakan.
• Bila bernafas dan tidak sadar posisikan
penderita stabil lateral dan pelihara jalan
nafas
• Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai
pernafasan buatan dengan meniup 2 kali
secara lambat
• Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan
10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
Tindakan pada sumbatan jalan
nafas :
• Manuver helmich (hentakan pada perut)
• Chest thrusts (hentakan dada): penderita
gemuk, hamil, bayi < 1 thn
• Penyapuan dengan jari : hanya pada
penderita tidak sadar
Circulation Support (bantuan sirkulasi )
• Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan
nafas buatan 10 - 12 kali per menit kalau perlu ,
jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung
luar
• Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi
1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara
kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
• Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk
dan tangah dengan perbandingan 3:1 atau
5:1
• RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2
• RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1
Terimakasih…..
semoga bermanfaat...

Bencana alam bisa di


prediksi dan ditangani…..

Bencana diri sendiri juga


bisa diantisipasi oleh
motivasi pribadi…..

Anda mungkin juga menyukai