Anda di halaman 1dari 25

BPBD KOTA KEDIRI

WAWAN WICAKSONO, ST
CALL CENTER BPBD KOTA KEDIRI : 08113595113
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KESIAPSIAGAAN BENCANA DI
PERGURUAN TINGGI
• Indonesia terdiri dari gugusan kepulauan yang mempunyai potensi bencana sangat
tinggi dan juga bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam tersebut serta
adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya
risiko terjadinya bencana alam, bencana non alam, dan kedaruratan kompleks,
meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam.

• Kompleksitas dari permasalahan bencana di Indonesia memerlukan suatu penataan


atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat
dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini
belum didasarkan pada langkah-langkah sistematis dan terencana sehingga sering kali
terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak
tertangani.

• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya
penanggulangan bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Secara
rinci disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penanggulangan Bencana.
Pemerintah

Media Masyarakat
METODE
PENTAHELIX
PB

Akademisi Dunia Usaha


(DU)
JENIS BENCANA

BENCANA ALAM : BENCANA NON


BENCANA SOSIAL:
1. BANJIR ALAM:
2. GEMPABUMI 1. KONFLIK
1. WABAH
3. TSUNAMI SOSIAL
PENYAKIT
4. TANAH LONGSOR 2. AKSI TEROR
2. KECELAKAAN
5. KEKERINGAN 3. SABOTASE
6. KEBAKARAN
TRANSPORTASI
HUTAN DAN 3. KECELAKAAN
LAHAN INDUSTRI
7. ERUPSI GUNUNG
8. CUACA EKSTRIM
Kota Kediri memiliki potensi risiko bencana dengan tingkat
sedang dan menduduki peringkat risiko 287 nasional. Adapun
potensi ancaman bencana di Kota Kediri, diantaranya :
1. Cuaca ekstrim
2. Banjir genangan
3. Dampak erupsi gunung kelud
4. Kebakaran hutan dan lahan
5. Kekeringan
6. Tanah longsor
7. Gempabumi dan
8. Wabah penyakit Corona Virus Disease (COVID-19)
MANAJEMEN BENCANA
• Manajemen bencana merupakan segala upaya atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang
dilakukan pada tahap :
Pra-bencana
(situasi tidak
terjadinya
bencana)

Pasca Pra-bencana
Bencana/
Masa (situasi ada
Pemulihan potensi
Bencana bencana)

Tanggap
Darurat
Bencana
Pra Bencana dalam Situasi Tidak Terjadi Bencana meliputi:
a. Perencanaan Penanggulangan Bencana
Perencanaan penanggulangan bencana dilakukan melalui penyusunan data tentang
risiko bencana pada suatu wilayah dalam waktu tertentu berdasarkan dokumen
resmi yang berisi program kegiatan penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
• Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana
• Pemahaman tentang kerentanan masyarakat
• Analisis kemungkinan dampak bencana
• Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana
• Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
• Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia
b. Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang
mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana.
Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana meliputi:
• Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
• Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
• Pengembangan budaya sadar bencana
• Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana
• Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana
c. Pencegahan
Pencegahan meliputi:
a. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana
b. Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara
tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana
c. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur
berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana
d. Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
e. Penguatan ketahanan sosial masyarakat
d. Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan

e. Persyaratan analisis risiko bencana

f. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

g. pendidikan dan pelatihan

h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.


Pra Bencana dalam Situasi Terdapat Potensi Terjadi Bencana meliputi:
a. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan melalui:
• Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana
• Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
• Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
• Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
• Penyiapan lokasi evakuasi
• Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap
darurat bencana
• Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan Dini
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam
rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan melalui:

• Pengamatan gejala bencana

• Analisis hasil pengamatan gejala bencana

• Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang

• Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana

• Pengambilan tindakan oleh masyarakat.


c. Mitigasi Bencana
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pada Saat Tanggap Darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk mengidentifikasi:
• Cakupan lokasi bencana
• Jumlah korban
• Kerusakan prasarana dan sarana
• Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
• Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
Penyelamatan dan evakuasi korban dilakukan dengan memberikan pelayanan
kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya:
• Pencarian dan penyelamatan korban
• Pertolongan darurat
• Evakuasi korban
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi :
• Penyediaan kebutuhan air bersih dan sanitasi
• Penyediaan pangan dan sandang
• Pelayanan Kesehatan
• Pelayanan psikososial
• Penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan
Penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana dilakukan dengan
kegiatan pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan pemenuhan
kebutuhan dasar

f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.


Pada Tahap Pascabencana meliputi:

a. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan melalui :

• Kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana


• Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum
• Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
• Pemulihan sosial psikologis
• Pelayanan Kesehatan
• Rekonsiliasi dan resolusi konflik
• Pemulihan sosial ekonomi budaya
• Pemulihan keamanan dan ketertiban
• Pemulihan fungsi pemerintahan
• Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik,
meliputi: Pembangunan kembali prasarana dan sarana
• Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
• Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
• Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana
• Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha, dan masyarakat
• Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
• Peningkatan fungsi pelayanan public
• Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
KESADARAN
LINGKUNGAN
• Kesadaran Lingkungan merupakan tindakan atau sikap yang
diarahkan untuk memahami tentang pentingnya lingkungan yang
sehat, bersih, dan sebagainya.

• Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan saat ini masih


rendah, terbukti saat terjadi banjir genangan banyak sampah yang
terlihat. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat perlu dibina dan
dikembangkan agar lebih baik lagi dari sebelumnya sehingga dapat
mengurangi potensi bencana yang ada.
KESIAPSIAGAAN DALAM
PERGURUAN TINGGI/ AKADEMISI

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.

Berdasarkan amanah Undang-Undang, peran serta akademisi sangatlah penting


dan dibutuhkan (seperti yang terdapat dalam pentahelix PB), agar dapat
menciptakan inovasi yang inovatif tentang penanggulangan bencana.

Dalam menumbuhkan kesadaran di lingkungan akademis tentang


kebencanaan, perlu adanya pengetahuan tentang jenis bencana, tingkat potensi
bencana, dan dampak dari bencana yang ditimbulkan.
CARA PENANGANAN BENCANA DI
LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI

1. Sebelum bencana
• Membuat kajian peta risiko bencana
• Adanya rambu-rambu bencana
• Membuat atau menyediakan jalur evakuasi
• Membuat bangunan tahan terhadap bencana
• Melakukan sosialisasi tentang kebencanaan
• Melakukan pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana
2. Saat terjadi bencana
• Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap
lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya
• Pada saat terjadi bencana tidak panik
• Melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana
• Melakukan perlindungan terhadap kelompok rentan
• Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
3. Pasca bencana / Masa Pemulihan
Rehabilitasi
• Pemulihan sosial psikologis
• Pelayanan kesehatan
• Pemulihan keamanan dan ketertiban

Rekonstruksi
• Pembangunan kembali sarana dan prasarana kampus
• Perbaikan lingkungan wilayah bencana
• Peningkatan fungsi pelayanan publik dan
• Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat
• dll
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai