Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 A. Latar Belakang

langganan bencana, sejak bencana Tsunami yang melanda Asia Tenggara, khususnya
Aceh dan P.Nias pada 2004 lalu. Mulai dari banjir bandang di Jember, gempa Jogja dan
ancaman merapinya, banjir lagi di Banjarmasin gempa danTsunami di Pangandaran, Jabar,
gempa Maluku walaupun berskala kecil, kebakaran hutan di Sumatera & Kalimantan,
runtuhnya timbunan sampah di Bekasi yang memakan korban sampailah bencana teranyar
plus terlama. Lumpur panas PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo yang berhasil pecahkan
rekor lebih dari 115 hari. Melihat fenomena itu tentu banyak yang jadi korban baik nyawa,
materi, dan masa depan. Sayangnya seperti yang selalu kita ketahui bahwa kita semua selalu
menyiapkan penanggulangan ”emergency” saat bahaya sudah datang.

1.2 B. Tujuan Penulisan


Agar mahasiswa mengerti tentang bencana dan dapat menambah wawasan
masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta dalam upayan penanggulangan bencana.

Keperawatan Bencana | 1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana

Tanggap bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera saat ada
kejadian bencana. Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan)
disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat,
mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia
merupakan super market bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah
manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan
menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien
dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan
penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi
aspek perencanaan dan penanganan bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang
mencakup pencegahan, pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan.

2.2. Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana (UU No.24 tahun 2007):


Cepat dan tepat Prioritas Koordinasi dan keterpaduan Berdaya guna dan berhasil guna
Transparansi dan akuntabilitas Kemitraan Pemberdayaan Nondiskriminatif Nonproletisi

2.3 Tahapan Penanggulangan Bencana

Tahap Pencegahan & Mitigasi Tahap Kesiapsiagaan

Tahap Tanggap Darurat

Tahap Pasca Darurat

A. Pencegahan

Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi ancaman.

Contoh: Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah
Melarang atau menghentikan penebangan hutan Menanam tanaman bahan pangan pokok

Keperawatan Bencana | 2
alternatif Menanam pepohonan di lereng gunung Mitigasi Mitigasi atau pengurangan adalah
upaya untuk mengurangi atau meredam risiko.

Contoh : Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan


tanggul sungai dan lainnya Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian
penghargaan mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan
Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan
penanggulangan bencana

B. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai


sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga
mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana

Contoh tindakan kesiapsiagaan: Pembuatan sistem peringatan dini Membuat sistem


pemantauan ancaman Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman Pembuatan rencana
evakuasi Membuat tempat dan sarana evakuasi Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini

C. Tanggap darurat

Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk
mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda.

Contoh tindakan tanggap darurat: Evakuasi Pencarian dan penyelamatan Penanganan


Penderita Gawat Darurat (PPGD) Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan Penyediaan
kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan, kesehatan, konseling
Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan
air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat

D. Tahapan Pasca Darurat

Tahap rehabilitatif (pemulihan)

Contoh : Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan,
ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan
kebijakan dan pembaharuan struktur penanggulangan bencana di pemerintahan. Tahap
rekonstruksi (pembangunan berkelanjutan)

Keperawatan Bencana | 3
Contoh : Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, ekonomi,
sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem
pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.

2.4 Defenisi Sistem Triase

Triase merupakan kegiatan pemilahan korban-korban menurut kondisinya dalam


kelompok untuk mengutamakan perawatan bagi yang paling membutuhkan.

Defenisi lain : Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk
menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan
ketersediaan sarana untuk tindakan). Tindakan ini berdasarkan Prioritas ABCDE yang
merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medik.

A. Tag Triase Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. Triase
dan pengelompokan berdasarkan Tagging.

1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
2. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat
serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas,
cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat).
3. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang
kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat.
Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera
abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa
shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
4. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan
penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
5. Prioritas Keempat (Biru): Kelompok korban dengan cedera atau penyakit kritis dan
berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan transportasi.

Keperawatan Bencana | 4
2.5 Jenis - jenis bencana/ancaman

1. Gempa bumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Gunung meletus
5. Longsor
6. Kekeringan
7. Kebakaran hutan dan gedung
8. Cuaca ekstrim
9. Teroris

2.6 Fase-Fase Bencana Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam
terjadinya suatu bencana yaitu;

1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus
berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas
normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap
respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi hingga
penerimaan.

2.7 Peran Mahasiswa Keperawatan :

Mahasiswa keperawatan memiliki tanggung jawab dan berperan dalam


pemberian/pembuatan asuhan keperawatan komunitas untuk membantu mengatasi ancaman
bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan post impact. Peran perawat
disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik, pemberi
asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana. Tujuan utama Tujuan
tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini adalah untuk mencapai

Keperawatan Bencana | 5
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut.

A. Peran dalam Pencegahan Primer Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam
masa pra bencana ini, antara lain:

1. Mengenali instruksi ancaman bahaya;


2. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-
obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
3. Melatih penanganan pertama korban bencana.
4. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah
nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan
dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat Pendidikan
kesehatan/ mahasiswa keperawatan diarahkan kepada : usaha pertolongan diri sendiri
(pada masyarakat tersebut) pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan
pertolongan pertama luka bakar memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans. Memberikan informasi tentang
perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter,
baterai) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana

B. Peran perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim
kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase ) TRIASE:

1. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan


sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II

Keperawatan Bencana | 6
2. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek
sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya
pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur
tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
3. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
4. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal

Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana :

1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari


2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi
dengan perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

Keperawatan Bencana | 7
C. Peran perawat dalam fase postimpact

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu
yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
Lembaga lain yang berperan penting dalam penanggulangan bencana di Indonesia adalah :
Lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, misalnya UNICEF, UNESCO, WHO,
UNDP, UNHCR, UN-OCHA/UNORC, WFP), LSM lokal dan internasional dan organisasi
seperti PMI (Palang Merah Indonesia), Yayasan IDEP, MPBI (Masyarakat Penanggulangan
Bencana Indonesia), Oxfam,CARE.

Keperawatan Bencana | 8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai


jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat,
mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Bencana pada
dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari
bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu
cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu
yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Kesiapsiagaan adalah
upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan pada saat itu. Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah
bencana terjadi untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta
benda.

3.2 Saran

1. Tenaga Keperawatan

Diharapkan agar tenaga keperawatan lebih memamahi dan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas tentang Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Tanggap
Bencana sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

2. Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah referensi dan pengetahuan tentang Peran
Mahasiswa Keperawatan dalam Tanggap Bencana. Sehingga mahasiswa dapat memahami
tentang konsep kolaborasi antar tenaga kesehatan.

Keperawatan Bencana | 9
DAFTAR PUSTAKA

1. Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support
(GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen
Bina Yanmed Depkes RI, 2006.

2. Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.

Keperawatan Bencana | 10

Anda mungkin juga menyukai