Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH KEPERAWATAN BENCANA


Pengampu : Sukarno, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:

Sumboro Nurhasep
NIM: 017222018

S1 KEPERAWATAN RPL FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2023/2024
Soal UTS Keperawatan Bencana

1. Buatlah sebuah perencanaan disaster preparedness dalam penanggulangan bencana


baik yang bersifat natural disaster dan made man disaster, dilihat berdasarkan fase
terjadinya bencana (Fase pre impact, fase impact dan post impact).

Jawaban:

Perencanaan disaster preparedness/ Perencanaan kesiapsiagaan bencana

Perencanaan Tanggap Darurat adalah proses dari suatu aturan sistematis yang diatur
oleh pihak pertama dan pihak ketiga untuk meminimalkan risiko dan kerusakan bila
terjadi bencana alami atau disebabkan oleh aktifitas manusia. Disaster preparedness
adalah langkah-langkah yang diambil sebelum terjadinya bencana untuk mengurangi
kerugian dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Disaster preparedness
melibatkan perencanaan, persiapan, dan pengorganisasian sumber daya serta strategi
untuk menghadapi bencana dengan cara yang efektif. Tujuan utama dari disaster
preparedness adalah untuk melindungi jiwa manusia, melindungi aset fisik, dan
meminimalkan kerugian ekonomi pada saat terjadinya bencana. Perencanaan ini
melibatkan berbagai langkah mulai dari tahap ate-bencana (pre-impact) ketika kita
menentukan dan memahami potensi ancaman, sampai pada saat bencana terjadi
(impact) dan masa pasca bencana (post-impact).
Perencanaan "Disaster Preparedness" dalam Penanggulangan Bencana:
1. Fase Pre-Impact
Fase pre-impact adalah tahap sebelum terjadinya bencana, di mana langkah-
langkah persiapan dan mitigasi dilakukan untuk mengurangi dampak bencana
yang mungkin terjadi. Fase ini melibatkan aktivitas yang dilakukan jauh sebelum
bencana terjadi. Perencanaan disaster preparedness pada fase pre impact ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat,
mengurangi kerentanan terhadap bencana, dan memastikan tanggapan yang cepat
dan efektif saat terjadi bencana. langkah-langkah berikut dapat diambil untuk
mempersiapkan diri sebelum terjadinya bencana.
Perencanaan disaster preparedness pada fase pre impact:
1. Identifikasi Risiko dan ancaman: Langkah pertama adalah melakukan
identifikasi risiko dan ancaman yang mungkin terjadi, hal ini melibatkan
analisis potensi bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, topan, atau
bencana alam lainnya yang umum terjadi di wilayah tersebut.
2. Penilaian kerentanan: analisa bagaimana infrastruktur, masyarakat serta
lingkungan diwilayah tempat kita apakah rentan terhadap bencana. Ini
mencakup penilaian bangunan apakah tahan gempa atau tidak , sistem
peringatan yang ada di wilayah kita apakah sudah mempunyai sistem
pendeteksi atau peringatan adanya bencana yang akan datang, dan kemampuan
evakuasi
3. Penyusunan rencana darurat: Setelah mengidentifikasi risiko, langkah
berikutnya adalah menyusun rencana darurat yang terperinci. Rencana ini
harus mencakup langkah-langkah yang harus diambil sebelum, selama, dan
setelah terjadinya bencana. Rencana darurat harus mencakup prosedur
evakuasi, titik pertemuan, koordinasi dengan pihak berwenang, komunikasi
darurat, dan penanganan keadaan darurat lainnya.
4. Pendidikan dan pelatihan: Selanjutnya, langkah yang penting adalah
melakukan pendidikan dan pelatihan pada masyarakat mengenai tindakan
yang harus diambil saat terjadi bencana. Pendidikan dan pelatihan ini
bertujuan membangun kesadaran orang-orang terhadap ancaman bencana,
memberikan informasi tentang langkah-langkah keselamatan, dan melatih
keterampilan yang diperlukan seperti pertolongan pertama, pemadaman
kebakaran, atau teknik evakuasi.
5. Persiapan Perlengkapan Darurat: Siapkan perlengkapan darurat seperti air
bersih, makanan tahan lama, masker, obat-obatan penting, pakaian hangat,
senter, baterai, dan alat komunikasi.
6. Pembentukan tim tanggap bencana: Langkah lainnya adalah membentuk tim
tanggap bencana yang terdiri dari orang-orang yang terlatih dan mempunyai
peran khusus dalam menghadapi bencana. Tim ini harus mengerti dan
memahami tugas serta koordinasi yang diperlukan untuk menghadapi berbagai
jenis bencana.
7. Simulasi bencana: lakukan simulasi dan latihan untuk menguji rencana
evakuasi dan respon dalam berbagai skenario bencana.
8. Edukasi masyarakat: berikan edukasi tentang langkah – langkah keselamatan
dan rencana evakuasi kepada masyarakat
9. Membangun infrastruktur dan mitigasi: Selanjutnya, langkah yang penting
adalah membangun infrastruktur yang tahan bencana dan melaksanakan upaya
mitigasi. Langkah ini mencakup pengembangan sistem peringatan dini,
konstruksi tempat penampungan darurat, pembenahan saluran drainase,
retrofit bangunan agar tahan gempa, serta pengelolaan hutan dan lahan secara
berkelanjutan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana.
10. Pemantauan dan pembaharuan: pantau terus perubahan dalam risiko dan
kerentanan kserta perbaharui rencana dan persiapan sesuai kebutuhan.
Fase pre-impact penting untuk mempersiapkan masyarakat, pemerintah, dan
lembaga terkait agar siap menghadapi bencana dengan respon yang cepat dan
efektif. Melalui persiapan yang matang, kerugian dan dampak bencana dapat
diminimalkan, serta keselamatan dan keamanan masyarakat dapat diprioritaskan.
2. Fase Impact
Fase impact adalah tahap saat bencana sedang terjadi atau berlangsung. Pada
tahap ini, dampak dari bencana telah terjadi dan masyarakat, lingkungan,
infrastruktur, dan ekonomi terkena akibat yang signifikan. Perencanaan disaster
preparedness pada fase impact ini bertujuan untuk mengurangi risiko,
menyelamatkan nyawa, dan memulihkan kondisi pasca bencana dengan efektif
dan efisien.
Perencanaan disaster preparedness pada fase impact:

1. Respons Darurat / kontak darurat: Aktifkan tim darurat dan pusat komando
darurat sesuai dengan rencana yang telah disiapkan sebelumnya. Ini termasuk
menghubungi petugas kesehatan, petugas pemadam kebakaran, dan
sukarelawan yang terlatih. Hubungi petugas darurat dan tetap tenang.
Laporkan situasi dan kebutuhan yang penting saat ini.
2. Identifikasi dan evaluasi dampak: Langkah pertama adalah mengidentifikasi
dan mengevaluasi dampak dari bencana yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan survei dan penilaian terhadap daerah terdampak, termasuk
kerugian fisik, jumlah korban, kerusakan infrastruktur, dan dampak sosial-
ekonomi yang dihadapi.
3. Evakuasi dan penyelamatan: Jika diperlukan, langkah selanjutnya adalah
melakukan evakuasi dan penyelamatan terhadap korban yang terjebak di area
bencana. Hal ini melibatkan mobilisasi tim penyelamat, pemberian perintah
evakuasi kepada penduduk terdampak, dan menyediakan tempat penampungan
sementara bagi mereka yang membutuhkan.
4. Pemulihan keadaan darurat: Setelah evakuasi dan penyelamatan, langkah
selanjutnya adalah memulihkan keadaan darurat. Hal ini melibatkan
pengaturan tempat penampungan, pemberian kebutuhan dasar seperti
makanan, air bersih, dan perlindungan kesehatan. Pemerintah dan lembaga
terkait juga perlu berkoordinasi untuk mendistribusikan bantuan dan
menyediakan fasilitas kesehatan serta perawatan.
5. Evaluasi kerusakan dan pemulihan infrastruktur: Selanjutnya, perlu dilakukan
evaluasi kerusakan dan memulihkan infrastruktur yang rusak akibat bencana.
Tim inspeksi harus diekspedisi untuk mengidentifikasi kerusakan pada jalan,
jembatan, fasilitas publik, dan suplai air. Perencanaan harus dilakukan untuk
memulihkan infrastruktur tersebut dan mengurangi dampak jangka panjang.
6. Pembangunan kembali dan rehabilitasi: Setelah pemulihan awal, langkah
selanjutnya adalah melakukan pembangunan kembali dan rehabilitasi daerah
yang terdampak. Hal ini melibatkan perencanaan untuk membangun kembali
rumah, sekolah, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur penting lainnya yang
rusak akibat bencana. Proses ini harus melibatkan partisipasi komunitas lokal,
serta perencanaan yang berkelanjutan untuk mengurangi kerentanan terhadap
bencana di masa depan.
Pada fase impact, upaya pencarian dan penyelamatan, pertolongan pertama,
evakuasi, dan pemulihan awal menjadi prioritas penting. Juga, koordinasi antara
pemerintah, lembaga bantuan, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengelola
dan mengurangi dampak bencana serta memulihkan kehidupan dan wilayah yang
terdampak.
3. Fase post-Impact
Fase post-impact adalah tahap setelah terjadinya bencana, di mana upaya
pemulihan, rekonstruksi, dan pemulihan kehidupan sehari-hari dilakukan.
Perencanaan disaster preparedness pada fase post impact ini bertujuan untuk
memulihkan dan membantu masyarakat dalam menghadapi dampak yang
ditimbulkan oleh bencana. Upaya ini melibatkan koordinasi antara pemerintah,
lembaga terkait, organisasi kemanusiaan, dan masyarakat lokal untuk memastikan
pemulihan yang efektif dan berkelanjutan. Langkah-langkah berikut dapat diambil
untuk melakukan penanganan dan pemulihan setelah terjadinya bencana.
Perencanaan disaster preparedness pada fase post impact:
1. Evaluasi keselamatan dan kebutuhan darurat: Langkah pertama adalah
melakukan evaluasi terhadap keselamatan penduduk yang masih berada di
area terdampak. Tim penanganan darurat harus menjaga keamanan daerah
tersebut dan memberikan bantuan darurat seperti makanan, air bersih, dan
obat-obatan kepada korban yang membutuhkan.
2. Pemulihan korban dan pencarian dan penyelamatan: Selanjutnya, langkah
yang penting adalah memulihkan dan menyelamatkan korban yang tertimbun
atau terjebak di area bencana. Hal ini melibatkan upaya pencarian dan
penyelamatan oleh tim penyelamat yang dilakukan dengan hati-hati dan
profesional.
3. Bantuan medis dan kesehatan: Setelah mengamankan keselamatan dan
melakukan pencarian dan penyelamatan, langkah selanjutnya adalah
memberikan bantuan medis dan kesehatan kepada korban yang terluka atau
sakit akibat bencana. Tim medis dan fasilitas kesehatan darurat harus
disiapkan untuk memberikan perawatan dan pertolongan pertama kepada
korban.
4. Pembersihan dan perbaikan: Setelah keadaan darurat berlalu, langkah
berikutnya adalah membersihkan area terdampak dan melakukan perbaikan
infrastruktur yang rusak. Hal ini melibatkan upaya membersihkan puing-
puing, memadamkan api yang masih menyala, memulihkan akses jalan,
mengevaluasi kerusakan bangunan, dan melakukan perbaikan yang
diperlukan.
5. Pemulihan dan rehabilitasi jangka panjang: Setelah penanganan darurat dan
perbaikan awal, langkah terakhir adalah melakukan pemulihan jangka panjang
dan rehabilitasi daerah terdampak. Yang termasuk dalam pemulihan dan
rehabilitasi jangka panjang adalah membangun kembali rumah, sekolah,
fasilitas kesehatan, dan infrastruktur lainnya yang rusak akibat bencana. Selain
itu, fokus juga harus diberikan pada upaya memulihkan mata pencaharian,
perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
Penting untuk memberikan perhatian yang memadai pada fase post-impact, karena
pemulihan yang baik dapat membantu masyarakat terdampak untuk bangkit
kembali, mengurangi kerentanannya terhadap bencana di masa depan, dan
memperbaiki kemampuan mereka untuk menghadapi situasi krisis. Upaya
kolaboratif, koordinasi yang baik antara pemerintah, lembaga bantuan, dan
masyarakat adalah kunci dalam fase ini.

Anda mungkin juga menyukai